BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai metode pembelajaran mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mengenal alat pengukuran Antopometri
- Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pengukuran Antopometri - Mahasiswa memahami bagaimana proses dan cara pengukuran
Antopometri
- Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pemeriksaan serta menginteprestasikanya.
C. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang cara melakukan pengukuran Antopometri.
2. Memberikan pengetahuan tentang cara menganalisa hasil pengukuran Antopometri
3. Memberikan stimulasi untuk dapat memecahkan masalah terkait Antopometri
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap Antopometri
BAB II METODE A. ANTROPOMETRI
Praktikum dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Ruang Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Dan dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2015 pukul 11.00-12.00 WIB.
2. Populasi dan Sampling
Sampling dalam praktikum ini adalah 10 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Populasi adalah seluruh mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja semester 6 FKM Undip, yakni sejumlah 72 orang.
3. Alat dan Bahan a. Alat Pengukur
Gambar 1 Alat pengukur b. Lembar Data
Gambar 2 Lembar Data c. Alat tulis
Gambar 3 Alat Tulis 3. Metode
Masyarakat Universitas Diponegoro. Langkah terakhir hitung persentil dan standar deviasi dari data yang sudah di dapatkan.
4. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing : meneliti kelengkapan, kejelasan, konsistensi dan kesinambungan data
b. Koding : pengklarifikasian jawaban responden dan pemberian kode data untuk memudahkan langkah selanjutnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.7 ANTHROPOMETRI
TABEL HASIL PRATIKUM ANTHROPOMETRI BERDIRI N n tangan ke
Punggung (cm) 1. Chandra
Manik
168,8 156,9 139 109 46,8 217,5 84,5
2. Putri Desriani
151,5 141,6 125,8 100 44,6 196 75,6 3. Laila
Fitria
156,8 153,6 128,3 101 46 202,5 78,8
4. Dewi F. M.
143,3 133,6 116,9 93,5 41,2 186,5 70,8 5. Maria
Visca
152,4 141,3 126,5 100,4 41,8 200 75,2
6. Arief N. S.
174,4 160,4 139,5 110,5 48,0 223 88,4 7. Intan
Maghfiro h
158 146,5 130,3 96,5 36,5 194,8 61,9
8. R. A. Zaindy
160,2 147,6 131 102,9 37,3 204 65,6 9. Vega
Auliasari
154,8 142,3 127,3 99 31,5 187,3 59,8
1 0.
Beki Rizki
155,4 144 131 104 35,8 194,7 61,5
Rata-rata
157,56 145,81 129,5 6
101,68 40,95 200,63 72,21 Standar
Deviasi
Percentil e 5
143,1 130,46 118,8 3
93,13 31,9 181,1 55,85
Percentil e 95
172,01 161,1 140,2 8
101,23 49,99 220,15 88,68 Tabel 3.7.1 Data Antropometri Berdiri
TABEL HASIL PRATIKUM ANTROPOMETRI DUDUK No
Rata-rata 80,75 70,23 54,49 23,14 37,89 37,67 38,88 28,76
Standar Deviasi
4,22 4,25 3,13 5,6 2,66 1,87 9,17 1,22 Percentile
5
73,8 63,2 49,34 13,92 33,51 34,59 23,79 26,75
Percentile 95
Tabel 3.7.2 Data Antropometri Duduk
Anthropometer adalah sebuah alat ukur dengan satuan panjang sentimeter yanf dirancang secara khusus untuk digunakan dalam pengukuran ukuran-ukuran tubuh manusia, mulai dari tinggi bada tegak (berdiri), tinggi duduk tegak sampai ukuran lainnya seperti lebar telapak kaki dan sebagainya, dengan bantuan alat ini dapat mengukur data anthropometri dengan mudah (Pheasant, 1988)
Data antropometri pekerja kantor diperlukan sebagai dasar dalam menentukan dimensi meja kerja. Data antropometri pekerja yang dilakukan pengukuran untuk perancangan meja kantor adalah jangkauan tangan maksimal, panjang siku- ujung jari, lebar bahu, tebal dada. Data tersebut kemudian dihitung rata-rata dari masing-masing dimensi antropometri. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan aplikasi data antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada data statis. Dalam perancangan areal atau stasiun kerja dalam industri, ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan antara lain sikap dan posisi kerja (Madyana, 1996).
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman ini, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal seperti mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk atau menyamping dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu yang lama. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Pekerja tidak seharusnya duduk pada saat bekerja dalam waktu yang lama dengan kepala, leher, punggung berada dalam sikap atau posisi miring. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan posisi kerja yang tidak ergonomis. (Nurmianto, 2003)
diseleksi secara ketat dan diharapkan akan mampu beradaptasi dangan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain sebagainya, akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan fisik kerja akan terus berakumulasi. Perancangan sistem kerja harus memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. (Madyana, 1996).
Analisis Hasil
1. Objek pertama : Rak Laboratorium Tinggi rak : 100,5 cm
Jangkauan rak : 37 cm a. Tinggi rak
Perbandingan tinggi rak dengan tinggi jangkauan atas menggunakan persentil 5 memiliki hasil ;
Tinggi rak : Tinggi jangkauan atas 100,5 cm : 181,1 cm
Kesimpulan : Tinggi rak laboratorium sudah tergolong ergonomis, karena dari persentil 5 (tinggi jangkauan atas terkecil dari 10 responden) dapat menjangkaunya.
b. Jangkauan rak
Perbandingan jangkauan rak dengan jarak genggaman tangan ke punggung menggunakan persentil 5 memiliki hasil ;
Jangkauan rak : Jarak genggaman tangan ke punggung 37 cm : 55,85 cm
Kesimpulan : Jarak jangkauan rak laboratorium sudah tergolong ergonomis, karena persentil 5 (jarak genggaman tangan ke punggung terkecil dari II responden) dapat
menjangkaunya.
2. Objek kedua : Meja komputer
Tinggi : 29 cm
Perbandingan tinggi meja komputer dengan tinggi siku menggunakan persentil 5 memiliki hasil ;
Kesimpulan : Tinggi meja komputer sudah tergolong ergonomis, karena persentil 5 (tinggi siku terkecil dari II
responden) dapat menjangkaunya. 3. Objek ketiga : Komputer
Tinggi komputer : 43 cm
Perbandingan hasil tinggi komputer dengan tinggi mata duduk dengan menggunakan persentil5 memiliki hasil ;
Tinggi komputer : Tinggi mata duduk 43 cm : 63,2 cm
Kesimpulan : Tinggi komputer sudah tergolong ergonomis, karena dari persentil 5 (tinggi mata duduk terkecil II
responden) dapat menjangkaunya. 4. Objek keempat : Kursi komputer
Tinggi kursi : 19 cm Panjang kursi : 18 cm Lebar kursi : 20 cm a. Tinggi-kursi
Perbandingan hasil tinggi kursi dengan tinggi siku duduk dengan menggunakan persentil 5 memiliki hasil ;
Tinggi kursi : Tinggi siku duduk 19 cm : 13,92 cm
Kesimpulan : Tinggi kursi tidak ergonomis, karena dengan persentil 5 (tinggi siku duduk terkecil II responden) tidak dapat menjangkaunya.
b. Panjang kursi
Perbandingan panjang kursi dengan jarak lipat lutut-pantat menggunakan persentil 5 memiliki hasil ;
Panjang kursi : Jarak lipat lutut-pantat 18 cm : 30,8 cm
Perbandingan lebar kursi dengan lebar pinggul. Lebar kursi : Panjang panggul
20 cm : 33,51 cm
Kesimpulan : Lebar kursi sudah ergonomis, karena dari panjang pinggul terkecil dari II responden dapat menjangkaunya.
BAB IV KESIMPULAN
Alat yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah antropometer dan meteran.
(SD) tinggi badan populasi adalah 8,59682 sedangkan SD lebar pinggul populasi adalah 2,20705.
Pada pengukuran standar desain ruang kelas menggunakan perhitungan persentil 95 karena menunjukkan tubuh berukuran besar. Hanya 5% populasi yang tidak bisa melewati gang atau pintu tersebut. Artinya, ini merupakan standar terbesar sehingga semua ukuran populasi dapat masuk