TUGAS UAS SIP
PEMILIHAN LOKASI YANG SESUAI UNTUK PERLUASAN KOTA
dengan MODEL BUILDER
Kelas B
Disusun oleh :
Anissa Bakkara (135060600111005)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk merupakan factor utama yang menyebabkan perubahan morfologi suatu kota. Semakin lama Kota akan menemukan titik terpadatnya yang menyebabkan perluasan wilayah ke daerah-daerah sekitarnya harus terjadi. Peningkatan kebutuhan lahan untuk tempat bermukim, kebutuhan lahan untuk melakukan aktivitas memproduksi barang, dan aktivitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini juga terjadi pada Kota Enschede, dimana pada akhir tahun 2011, penduduk Kota Enschede adalah 157.848 jiwa dan dipredikasikan meningkat menjadi 162.000 pada tahun 2020. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan dari tahun 2006-2011 mengakibatkan Kota Enschede membutuhkan lahan untuk perluasan. Padahal, ketersediaan lahan untuk pengembangan aktivitas penduduk sudah sangat terbatas, terutama untuk permukiman dan kawasan komersial.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Kota Enschede berupaya untuk melakukan ekspansi (pengembangan/perluasan wilayah) ke daerah-daerah sekitarnya, sebagai lokasi untuk pengembangan aktivitas kota pada masa yang akan datang, baik untuk permukiman, industri, dan sebagainya. Namun, dalam upaya ekspansi tersebut, Pemerintah Kota tetap berkomitmen untuk mempertahankan wilayah yang memiliki fungsi ekologis, kawasan alam, serta pertanian. Daerah-daerah yang diperkirakan akan menjadi lokasi ekspansi adalah beberapa desa, seperti Lonneker, Boekelo, Glanerburg, serta wilayah sekitar Enschede yang belum terbangun. Namun, penentuan lokasi ekspansi tersebut tentunya juga harus memperhatikan kriteria-kriteria tertentu.
Metode pembentukan basisdata mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi geospasial dalam hal ini perangkat lunak SIG (sistem informasi geografis). Di awal kegiatan membangun basisdata memanfaatkan program ArcInfo. Kemudian mengalami masa penggunaan ArcGIS dan Ms Excel dengan input dari data format *.dwg (AutoCAD Map). Keberadaan model builder di ArcGIS dieksplorasi lebih dalam seiring perjalanan waktu dan pengalaman serta kendala yang dihadapi dengan penggunaan beranekaragam perangkat lunak. Kemudian hingga saat ini, model builder telah dipergunakan sebagai tahapan otomasi proses pembentukan basisdata. Informasi yang dibutuhkan di dalam sebuah gasetir seperti nama obyek rupabumi, nama lokal, koordinat geografis, nomor lembar peta, hingga informasi wilayah administrasi dari nama diolah dengan lebih cepat dan tepat.
Dalam laporan ini akan membahas mengenai penentuan lokasi-lokasi yang sesuai dan luasan lahan yang akan dipergunakan sebagai lokasi ekspansi (perluasan) Kota Enschede pada masa yang akan dating menggunakan model builder dengan input data berupa data rencana penggunaan lahan, data base layer, data fungsi ekologis dan data jenis tanah.
1. Dimanakah lokasi perluasan kota Enschede yang sesuai?
2. berapakah luas wilayah yang sesuai untuk perluasan Kota Enschede?
1.3Tujuan
1. Menentukan lokasi perluasan kota Enschede yang sesuai menggunakan dengan model builder
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Model Builder
Model Builder adalah sebuah aplikasi untuk membuat, mengedit, dan mengelola model. Model adalah cara untuk menerangkan suatu proses dengan menyederhanakan obyek dan kinerjanya. Dalam ArcGIS terdapat fasilitas Model Builder yang dapat mengaplikasikan definisi model diatas. Arti lain model builder adalah suatu alat atau tool yang bersifat grafis untuk perancangan model, simulasi dan analisis matematika yang terdiri dari sistem persamaan diferensial biasa. Dengan menggunakan Model Builder direpresentasikan dengan bentuk aliran atau flow chart yang memudahkan dalam memahami proses dari sebuah model. pada software ArcGIS model builder bisa langsung digunakan tanpa memerlukan ekstensi khusus, berbeda dengan menggunakan software arcview model builder bisa dipakai dengan syarat adanya ekstensi model builder
A. Komponen Model Builder
Model Builder terdiri dari tiga komponen; elements, connectors, and text labels. Elements adalah data dan tools yang digunakan, connectors adalah garis yang menyambungkan data dengan tools, text labels dapat di asosiasikan dengan keseluruhan model, masing-masing elements maupun connectors.
Sumber: ArcGIS Dekstop Help/model builder 10.1, 2015
Elements dalam Model Builder terbagi menjadi 2 jenis yaitu tools dan variables. Tool elements di gambarkan dalam bentuk persegi, biasanya tool elements diambil dari Arc Toolbox. Variables di gambarkan dalam bentuk oval. Variables terbagi menjadi 2 tipe: data dan values.
ArcGISSumber: ArcGIS Dekstop Help/model builder 10.1, 2015
Data variables merupakan data yang tersimpan dalam disk atau layer yang tampak pada table of contents ArcMap. Values variables (nilai variabel) adalah angka, teks, referensi spasial dan geographic extents. Ada 2 tipe Values variables yaitu: input dan derived.
Sumber: ArcGIS Dekstop Help/model builder 10.1, 2015
Text labels dalam model builder digunakan sebagai keterangan tambahan pada variable, tool, maupun connector model element. Text labels tidak termasuk sebagai bagian urutan proses. Text labels dapat diikatkan kepada element model dan dapat juga berdiri sendiri di dalam diagram model.
Sumber: ArcGIS Dekstop Help/model builder 10.1, 2015
2.2Fungsi Dan Manfaat Model Builder
Model Builder adalah sebuah aplikasi untuk membuat, mengedit, dan mengelola model. Model adalah cara untuk menerangkan suatu proses dengan menyederhanakan obyek dan kinerjanya. Dalam ArcGIS terdapat fasilitas Model Builder yang dapat mengaplikasikan definisi model diatas. Arti lain model builder adalah suatu alat atau tool yang bersifat grafis untuk perancangan model, simulasi dan analisis matematika yang terdiri dari sistem persamaan diferensial biasa. Dengan menggunakan Model Builder direpresentasikan dengan bentuk aliran atau flow chart yang memudahkan dalam memahami proses dari sebuah model. pada software ArcGIS model builder bisa langsung digunakan tanpa memerlukan ekstensi khusus, berbeda dengan menggunakan software arcview model builder bisa dipakai dengan syarat adanya ekstensi model builder.
2.3Penggunaan Model Builder
Model builder dapat digunakan untuk proses suatu tool secara bersamaan atau sendiri-sendiri. Contoh penggunaan model builder seperti penentuan kawasan lindung, pembuatan batas DAS atau daerah aliran sungai secara otomatis dengan menggunan software ArcGIS, pembuatan peta NJOP (nilai jual objek pajak) dan masih banyak lagi aplikasi model builder lainya.
2.4Kelebihan Dan Kekurangan Model Builder A. Kelebihan Model Builder
1. memproses sebuah model secara sekaligus tidak satu persatu
2. dapat membantu mengeksplorasi suatu tool yang digunakan dalam proses membuat model
3. sangat mudah digunakan dengan menggunakan logika dan lain-lain
Model builder dapat digunakan untuk proses suatu tool secara bersamaan atau sendiri-sendiri. contoh penggunaan model builder seperti: penentuan kawasan lindung, pembuatan batas DAS atau daerah aliran sungai secara otomatis dengan menggunan software ArcGIS, pembuatan peta NJOP (nilai jual objek pajak) dan masih banyak lagi aplikasi model builder lainya.
B. Kekurangan Model Builder
1. sangat bergantung dengan software ArcGIS dalam penggunaannya
2. apabila wilayah analisis sangat luas, keberhasilan penggunaan model builder bergantung pada spec komputer yang digunakan. Jika tidak memenuhi syarat, akan terjadi error
BAB III
PERMODELAN DENGAN MODEL BUILDER 3.1Langkah-langkah
Berikut merupakan langkah langkah pengerjaan penentuan wilayah ekspansi kota Enschede dengan menggunakan model Builder
a. Langkah awal yaitu, buka Arc catalog dan connect pada folder yang akan digunakan untuk menyimpan hasil pekerjaan. Kemudian klik kanan pada folder yang akan digunakan Klik new >> toolbox >>rename toolbox >> Model Builder_Anissa Bakkara
b. Aktifkan Arc Toolbox >>Klik kanan dan Klik Add Toolbox Model Builder_Anissa Bakkara >> klik open >>kemudian toolbox Model Builder_Anissa Bakkara masuk dalam toolbox
d. Select digunakan untuk memilih atribut atau kriteria yang akan ditampilkan pada model. Drag Select ke dalam layar model >> klik 2 kali pada kotak select >> muncul dialog box>> masukan base_layer.shp sebagai input >> pada tabel output>>klik lokasi untuk menyimpan hasil >> rename “Rencana Pengembangan Wilayah” >> OK.
Sesuai dengan ketentuan dalam keterangan soal, bahwa yang menjadi calon lokasi perluasan kota adalah Lonneker, Boekelo, Glanerburg, serta wilayah sekitar Enschede yang belum terbangun.
e. Untuk Expression tersbut klik SQL >>lalu masukkan rumus “Settlement” = ’Boekelo’ OR “Settlement” = ‘Glanerbrug’ OR “Settlement” = ‘Lonneker’ OR “Settlement” = ‘Not-built_up’ >> OK >> Run
Untuk memunculkan clip ialah pada toolbox >> analysis Tools >> Clip >> drag ke model >>
klik clip 2 kali >> untuk bagian input klik gambar folder >> masukan EHS.shp >> untuk
bagian clip feature masukan “wilayah_pengembangan.shp” >> dan untuk output tentukan
lokasi ingin disimpannya dan namanya >> rename : Clip_EHS.shp >> run
g. Langkah selanjutnya ialah meng”clip” antara NKN.shp dengan
wilayah_pengembangan.shp dengan nama output “Clip_NKN.shp” dan antara soilmap.shp dengan wilayah_pengembangan.shp dengan nama output
i.
Dari hasil select NKN, select Soilmap dan clip EHS, maka dilakukan penggabungan untuk
menghasilkan peta wilayah yang tidak sesuai untuk perluasan. Tools yang digunakan adalah
union. terletak di analysis tools>>overlay>>union>> kemudian union di drag ke model.
Klik 2 kali Union yang ada di dalam model kemudian muncul dialog box, pada bagian
input feature, klik gambar “folder” yang ada disebelah input feature kemudian masukan
Clip_EHS.shp, Select_NKN.shp, dan Select_soilmap.shp. Untuk bagian output feature,
rename output ialah unsuitable_area.shp >> klik OK >> run
tools>>overlay>>erase. Fungsi erase ialah untuk mengahapus fungsi lahan yang Tidak
boleh dikembangkan agar memperoleh/menghasilkan Wilayah yang dapat dikembangkan
sesuai dengan batasan pengembangan. Klik 2 kali Erase. Dalam hal ini shapefile yang
digunakan ialah Rencana Pengembangan Wilayah.shp
(input feature) dan Unsuitable
area.shp.(erase feature) feat jadi dengan tools erase ini kita dapat mengahapus unsuitable
area.shp dari wilayah_pengembangan.shp sehingga didapatkan output berupa Suitabe
area.shp (area yang sesuai untuk menjadi wilayah ekspansi kota Enchede).
k. Output akhir dari penetuan lokasi ekspansi kota yang sesuai dengan kriteria dari pemerintah
Kota Enschede ini ialah “suitable area.shp”, Langkah selanjutnya ialah menghitung luasan
wilayah tersebut .
Arctoolbox>> data magement >>Tools >> field>>add field>> drag ke model
Pada input data awal diberi parameter >> klik kanan pada input >> model parameter
>>run >> save >> close model
Kemudian klik lagi model 2 kali >> ada dialog box terbuka >> masukan input >> ok
BAB IV PEMBAHASAN
4.1Deliniasi Lokasi Yang Cocok Untuk Perluasan Kota Enschede
Deliniasi lokasi yang cocok untuk perluasan kota Enschede dilakukan dengan beberapa analysis tool seperti tools select, tools clip, tools union, tools erase. Dengan input awal berupa data-data dasar seperti NKN.shp, Soilmap.shp, Baselayer.shp, EHS.shp.
1. Base-layer Map
Merupakan lokasi-lokasi yang diperkirakan akan cocok menjadi tujuan ekspansi, yaitu Lonneker, Boekelo, Glanerburg, serta wilayah sekitar Enschede yang belum terbangun. Dengan demikian, lokasi-lokasi tersebut menjadi batas dalam penentuan lokasi ekspansi. 2. EHS Map (kawasan ekologis)
Merupakan daerah alami, lokasi mempunyai fungsi ekologis, yang diperuntukkan untuk menjaga keanekaragaman hayati. Jadi, EHS digunakan untuk menentukan daerah mana yang akan digunakan untuk fungsi ekologis. Penentuan lokasi EHS sudah ditetapkan secara hukum. Dengan demikian, lokasi-lokasi tersebut tidak boleh dipergunakan untuk pengembangan kegiatan atau perluasan wilayah kota.
3. NKN Map (rencana penggunaan lahan)
untuk masa yang akan datang. Sesuai dengan keputusan Pemerintah, beberapa kawasan yang tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan lain di masa mendatang adalah kawasan yang telah direncanakan sebagai kawasan bisnis dan perkantoran serta kawasan berfungsi ekologis.
4. Soilmap
4.2Kriteria diperuntukkan untuk perluasan kota, hal tersebut dapat meminimalkan luas lahan green area akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun. Nature Daerah ini merupakan daerah yang
berfungsi sebagai perlindungan setempat dan sebagai fungsi ekologis dikembangkan. Menjaga lahan pertanian adalah suatu hal yang wajib.
Jenis Tanah
Water Perairan adalah tempat bagi biota air, menjadikan daerah ini sebagai daerah perluasan kota sama saja merusak biota air.
Es Soils Jenis tanah yang difungsikan sebagai fungsi ekologis, tidak diperbolehkan untuk dijadikan sebagai lahan ditetapkan sebagai fungsi ekologis
Fungsi ekologis dilarang untuk di alih fungsikan sebagai kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan yang ditegaskan oleh pemerintah kota enschade
4.3Deliniasi Wilayah Yang Tidak Sesuai Untuk Perluasan Kota Enschede
Deliniasi wilayah yang tidak sesuai untuk perluasan kota dapat dilihat pada peta
4.4Luas Wilayah Yang Cocok Untuk Perluasan Kota Enschede
Settlement LUAS__HA_
Not-built_up 5094.41684511318 Glanerbrug 301.53694966650
Lonneker 73.19716508650
Boekelo 144.19793598400
DAFTAR PUSTAKA