• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES MANAJEMEN RISIKO pada pemasaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSES MANAJEMEN RISIKO pada pemasaran"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Latar Belakang

Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut.

Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang (khususnya pengusaha) selalu harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimalkan ketidakpastian (risiko), agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak diminimalkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut manajemen risiko.

Risiko

Istilah (risk) risiko memiliki berbagai definisi. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kerugian).

Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.

(2)

Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Atau juga bisa disebut ketidakpastian tentang kejadian di masa depan.

Sedangkan manajemen risiko adalah upaya-upaya dalam bentuk aturan maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan. Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang tertuang dalam kebijakan perusahaan.

Tujuan Manajemen Risiko

a. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

b. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.

c. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian, menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan keunggulan kinerja perusahaan.

d. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

e. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.

(3)

Klasifikasi Risiko :

1. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.

2. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.

3. Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.

Risiko dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk :

1. Risiko Spekulatif,

2. Risiko Murni,

3. Risiko Fundamental,

4. Risiko Particular.

Risiko spekulatif

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.

(4)

Risiko murni

Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).

Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.

Risiko Fundamental

Risiko fundamental adalah suatu peristiwa yang baik sebab maupun akibat yang ditimbulkannya bukan berasal dari individu dan dampaknya pada umumnya menimpa orang banyak dan biasanya bersifat katastropal (dalam skala besar) seperti perang, inflasi, dll.

Risiko Particular

Risiko partikular adalah suatu risiko yang penyebabnya dilakukan oleh individu-individu dan dampaknya terbatas, di mana kita dapat menunjuk individu/seseorang yang menyebabkannya. Misalnya, kebakaran, pencurian, kecelakaan dll. Ketidakpastian dapat menimbulkan dua akibat yang berbeda yaitu positif atau negative.

(5)

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini :

1. Identifikasi Risiko

Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:

a) Brainstorming b) Survei

c) Wawancara d) Informasi historis e) Kelompok kerja, dll.

Berbagai tipe risiko utama diantaranya yaitu: A. Risiko Pasar

1) Interest Rate Risk: Risiko dimana pergerakan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap pendapatan bersih bunga. 2) Foreign Exchange Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh

pergerakan negatif tingkat pertukaran mata uang.

3) Commodity/ Equity Price Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh pergerakan negatif harga komoditi.

B. Risiko Likuiditas:

Risiko dimana perusahaan tidak dapat memenuhi obligasi cash flow dikarenakan ketidakmampuan perusahaan untuk melikuidasi aset, atau memperoleh pendapatan yang cukup.

(6)

D. Risiko Operasional: Risiko kegagalan yang disebabkan oleh gagalnya kebijakan, proses, sistem, orang dan faktor eksternal lainnya.

E. Risiko Stratejik: Risiko yang berhubungan dengan rencana dan strategi bisnis perusahaan di masa datang, meliputi risiko masuknya bisnis baru, perluasan proses produksi yang ada, merger dan akuisisi,

pemakaian metodologi dan cara baru untuk produksi, ketidakmampuan untuk mengantisipasi/ bertindak terhadap pesaing, atau meningkatkan infrastruktur (misalnya: plant feronikel, alumina, hydro power plant, IT dan networking).

F. Risiko Hukum: Risiko kegagalan yang diakibatkan oleh lawsuit, tidak adanya aturan/ hukum penunjang dan kontrak yang tidak dapat dipaksakan.

G. Risiko Kepatuhan: Risiko kegagalan yang diakibatkan adanya penundaan, pelanggaran atau non-conformity dengan aturan dan hukum eksternal/internal.

H. Risiko Reputasi: Risiko kerugian yang disebabkan oleh publikasi negatif berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan atau adanya persepsi negatif mengenai perusahaan.

I. Risiko Lingkungan: Risiko yang berhubungan dengan kegagalan dalam mengelola standar minimum lingkungan, nilai masyarakat, kesehatan dan keselamatan manusia.

2. Analisa Risiko

Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut.

Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.

(7)

statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.

Menurut J. W. Meritt, terdapat beberapa hal atau langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode analisis resiko secara umum, yaitu sebagai berikut:

a) Pertama, menentukan ruang lingkup (scope statement). Hal ini harus dipercayai oleh semua kalangan pihak yang menaruh perhatian pada masalah. Dalam menentukan ruang lingkup ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu menentukan secara tepat apa yang harus dievaluasi, mengemukakan apa jenis analisis resiko yang akan digunakan, dan mengajukan hasil yang diharapkan.

b) Menetapkan aset (asset pricing). Pada langkah kedua ini, semua sistem informasi ditentukan secara spesifik ke dalam ruang lingkup yang telah dirancang, kemudian ditaksir ‘harga’ (price)-nya.

c) Risks and Threats. Resiko (risk) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian atau mengurangi nilai kegunaan operasional sistem. Sedangkan ancaman (threats) adalah segala sesuatu yang harus dipertimbangkan karena kemungkinannya yang dapat terjadi secara bebas di luar sistem sehingga memunculkan satu resiko.

d) Menentukan koefisien dampak. Semua aset memiliki kerentanan yang tidak sama terhadap suatu resiko. Oleh sebab itu perlu dicermati dan diteliti sejauh mana sebuah aset dikenali sebagai hal yang rentan terhadap sesuatu, serta perbandingannya dengan aset yang justru kebal sama sekali.

(8)

f) Group evaluation atau evaluasi kelompok, yaitu langkah lanjutan yang melibatkan sebuah kelompok pertemuan yang terdiri dari para pemangku kepentingan terhadap sistem yang dianalisis (diteliti). Pertemuan ini harus terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan tentang komponen-komponen yang beragam tersebut, tentang ancaman dan kerentanan dari sistem serta pengelolaan dan tanggung jawab operasi untuk memberikan bantuan dalam penentuan secara keseluruhan. Pada langkah ini lah biasanya metode hibrida dalam analisis resiko dilakukan.

g) Melakukan kalkulasi (penghitungan) dan analisis. Terdapat dua macam analisis. Pertama, across asset, yaitu analisis yang bertujuan untuk menunjukkan aset-aset tertentu yang perlu mendapat perlindungan paling utama. Kedua, across risk, yaitu analisis yang bertujuan untuk menunjukkan ancaman apa dan bagaimana yang paling harus dijaga.

h) Controls atau pengendalian, yaitu segala hal yang kemudian diterapkan untuk mencegah, mendeteksi, dan meredakan ancaman serta memperbaiki sistem.

i) Melakukan analisis terhadai control atau pengendalian. Ada dua metode yang dapat dilakukan dalam menganalisis aksi kontrol ini, yaitu

cost and benefit ratio dan risk or control.

3. Evaluasi Risiko

Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya.

Tujuan Evaluasi :

 Mengetahui yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga terendah

 Menentukan risiko mana yang ditindaklanjuti dengan Penanganan &

risiko mana saja yang hanya perlu dipantau Konsep Evaluasi Risiko :

(9)

 Perlu tidaknya dilakukan analisis risiko lanjutan

 Risiko-risiko yang perlu mendapatkan penanganan

 Prioritas dapat didasarkan pada level risiko atau hal lain seperti :

1. Kemungkinan suatu peristiwa tertentu.

2. Besarnya dampak penanganan tersebut terhadap konteks yang lebih luas.

4. Pengelolaan risiko

Jenis-jenis cara mengelola risiko: a) Risk avoidance

Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

b) Risk reduction

Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. c) Risk transfer

Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.

d) Risk deferral

Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.

e) Risk retention

Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

(10)

Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.

6. Monitoring Risiko

Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

Kesimpulan

Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Maka risiko perku di kelola dengan baik untuk meminimalisir risiko. Adapun proses manejemen risiko adalah :

1. Identifikasi risiko 2. Analisa risiko 3. Pengelolaan risiko 4. Evaluasi Risiko 5. Implementasi risiko 6. Monotoring risiko

Risiko sendiri memiliki berbagai definisi. Namun secara garis besar risiko adalah berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

sampah di daerah. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dan penetapan mengenai pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan. Hal ini dirasakan perlu dilakukan karena

Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 17 perawat shift siang, ada 12 orang perawat sebelum shift pagi memiliki tekanan darah sistolik normal, serta 12 perawat

Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu.

Terlihat pada bagan kerangka acuan, bahwa sistem monitoring bandwidth, koneksi listrik dan temperatur ruang berbasis Raspberry Pi dipisahkan menjadi beberapa acuan, seperti

Dari semua Penggambaran karakter wanita yang ada dalam novel yang memperjelas karakter atau perwatakan tokoh dibedakan menjadi empat bagian, yaitu melalui penampilan fisik,

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Indonesia, Grup melaporkan pajak berdasarkan sistem self- assessment. Fiskus dapat menetapkan atau mengubah pajak-pajak tersebut dalam

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang dan membuat antena Vivaldi tapered slot di frekuensi 1 - 5 GHz karena alat yang di gunakan untuk pendeteksian obyek yang