• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BONGGOL JAGUNG MANIS (ZEA MAYS SACCHARATA STURT) DAN APLIKASINYA PADA PEMURNIAN AIR RAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BONGGOL JAGUNG MANIS (ZEA MAYS SACCHARATA STURT) DAN APLIKASINYA PADA PEMURNIAN AIR RAWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 1

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BONGGOL

JAGUNG MANIS (ZEA MAYS SACCHARATA STURT) DAN

APLIKASINYA PADA PEMURNIAN AIR RAWA

Leily Nurul Komariah*, Sacayudha Ahdiat, Novita Dian Sari

*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Email: leilydiaz@yahoo.com

Abstrak

Berbagai penelitian membuktikan bahwa arang aktif dapat dibuat dari bahan organik maupun anorganik yang mengandung kadar karbon tinggi, bonggol jagung manis merupakan senyawa organik yang memeiliki kadar karbon tinggi. Bahan ini berpotensi menjadi bahan baku produksi arang aktif karena tersedia dalam jumlah melimpah dan selama ini belum bernilai ekonomis.

Proses pembuatan karbon aktif dari bonggol jagung manis dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : tahap dehidrasi, karbonisasi, dan aktivasi. Dengan variabel penilitian pada suhu karbonisasi, jeni aktivator yang digunakan, dan lama aktivasi yang dilakukan. Penelitian ini juga menguji pengaruh karbon aktif terhadap kejernihan air rawa. Karbon aktif terbaik diperoleh pada suhu karbonisasi 600oC, dengan menggunakan activator CaCl2 0,3 M. Pengujian karbon aktif diterapkan pada air rawa, dengan melihat turbidity

(kekeruhan air rawa) sebelum dan sesudah dilakukannya penelitian.

Kata kunci : bonggol jagung manis, karbon aktif, air rawa.

Abstract

Various studies have shown that activated carbon can be made from organic and inorganic materials that contain a high carbon content, sweet corn stover is greenworld organic coumpunds of high carbon content. This material has the potential become raw material for producing of activated carbon, because it is available in abundance and has not been an economic value.

The process of making activated carbon from sweet corn stover made with several stages : dehydration stage, carbonization, and activation. With variable on carbonization temperature, type of activators, and activation time is done. The study also examined the effect of activated carbon for water clarity swamp. The best activated carbon obtained at the carbonization temperature of 600oC, using activator CaCl2 0.3

M. testing of activated carbon applied to the swamp water, with a view turbidity (cloudiness of water marsh) before and after doing research.

Keywords : zea mays saccharata sturt, carbon active, water mars

1. PENDAHULUAN

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktivator bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.

Arang aktif dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, antara lain : tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara, dll. (Meilita dkk,2003)

(2)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 2 adalah arang aktif. Arang ini digunakan untuk

menghilangkan bau, warna, dan rasa air termasuk ion-ion logam berat. Dalam pembuatan arang aktif ini, perlu diadakannya pengujian terhadap produk yang dihasilkan dengan cara melakukan pengujian terhadap air, dan salah satu sampel yang diambil adalah dalam penjernihan air rawa.

Jagung Manis

Deskripsi Jagung Manis

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Karbon Aktif

Definisi Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan karbon dengan struktur amorphous atau mikrokristalin yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas yang biasanya diperoleh dengan perlakuan khusus dan memiliki luas permukaan berkisar antara 300-2000 m2/gr dan memiliki daya serap tinggi. Karbon aktif dapat dibuat dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon seperti tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara.

Sifat fisika Karbon Aktif

Kapasitas adsorpsi karbon aktif merupakan sifat yang sangat penting disebabkan sifat ini menentukan berapa banyak zat yang dapat diserap (diadsorpsi) per gram karbon. Karbon aktif dijual dengan harga yang cukup tinggi bila kapasitas adsorbsinya besar.

Tabel 1. Syarat Mutu Karbon Aktif (SII No. 0258-88)

No. Jenis Uji Persyaratan

Butiran Padatan

Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI 1997

Sifat kimia Karbon aktif

Sifat kimia dari karbon aktif adalah komposisi kandungan karbon, hidrogen, dan pH karbon. Ketidaksesuaian antara bentuk karbon aktif yang diharapkan, berdasarkan luas permukaan dan data distribusi ukuran pori, kapasitas adsorpsi aktual yang dapat dijelaskan dengan campuran yang mengandung oksigen pada permukaan karbon. Selain itu, pH dan pKa karbon sebagai ukuran keasaman atau kebasaan permukaan campuran yang mengandung oksigen juga akan membantu dalam memprediksi sifat hidrofilik dan adsorpsi anion/kation yang disukai oleh karbon.

(Silalahi. Frandi, 2010)

Proses Pembuatan Karbon Aktif

Secara umum proses pembuatan karbon aktif terdiri dari beberapa tahap, yaitu : dehidrasi, karbonisai, penggilingan, dan aktivasi.

1. Dehidrasi

Penghilangan atau pengurangan kadar air pada bahan baku, dan dilakukan pemotongan kecil – kecil terhadap bahan baku digunakan.

2. Karbonisasi

Bahan baku berupa potongan-potongan bonggol jagung manis dikarbonisasi (dipanggang dengan suhu tinggi) dengan suhu bervariasi.

3. Penggilingan (Crushing)

Dengan mesin penggiling crusher arang dihaluskan menjadi tepung (powdered) dengan ayakan (ukuran mesh ditentukan sesuai keinginan) dipisahkan yang halus, dan yang kasar masuk kedalam penggilingan lagi dan yang halus siap di proses aktivasi.

4. Aktivasi

Pada proses ini arang akan mengalami

proses pembentukan pori-pori

(developed porous structure), arang akan ditreatmen dengan oksidasi gas:Steam, CO2,

dan O2 pada suhu elevasi. Didalam proses

aktivasi arang mengalami reaksi dengan zat pengoksidasi dan hasil reaksi CO menghamburkan pembentukan luas permukaan arang. Akibat gasifikasi dari partikei arang, granul atau butiran membentuk pori-pori dalam pada arang, maka inilah yang disebut arang aktif.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan bahan yang digunakan Bahan yang digunakan :

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 3 2. Zat aktivator : CaCl2, HCl dan NaOH

3. Aquadest

4. Larutan iodium (I2)

Alat yang digunakan :

1. Furnace 2. Oven listrik. 3. Neraca analitis. 4. Pompa vakum. 5. Buret digital. 6. Centrifuge. 7. pH meter.

8. Ayakan Vibrator Screen. 9. Crusibel. 18. Turbidity meter

Prosedur Penelitian

1. Bahan baku dipecah menjadi bagian – bagian kecil.

2. Kemudian dipanaskan di dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam hingga bahan baku kering atau hilang kadar airnya.

Tahap Karbonisasi

1. Bahan baku dalam keadaan kering dibakar di dalam furnace selama 15 menit. Suhu pembakarannya ditentukan 400oC, 500oC dan 600oC.

2. Arang yang dihasilkan tersebut digiling di kurs porselin.

3. Kemudian dilakukan pengayakan dengan ukuran 200 mesh.

4. Didapatkan tiga macam sampel dengan suhu pembakaran yang berbeda.

Tahap Aktivasi

1. Arang direndam di dalam larutan aktivator yang berbeda masing-masing larutan CaCl2

0,3M, HCl 0,3M dan NaOH 0,3M.

2. Dilakukan variasi waktu aktivasi pada tiap-tiap larutan aktivator, yaitu selama 5 jam, 15 jam dan 25 jam.

3. Dari langkah di atas didapat 27 sampel pasta

arang.

4. Sampel disaring dengan kertas saring, kemudian dicuci dengan aquadest hingga pH 7. dikeringkan, setelah itu masukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar air dapat dihitung dengan persamaan berikut:

a = berat arang aktif mula-mula (gram) b = berat arang aktif setelah dikeringkan (gram)

2. Uji Kadar Abu

Arang aktif yang ditimbang seberat 2 gram dimasukkan ke dalam kurs porselin yang telah diketahui beratnya. Lalu diabukan dalam furnace secara perlahan setelah semua arang hilang. Nyala diperbesar pada suhu 8000C selama 2 jam. Bila seluruh arang telah menjadi abu, dinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga diperoleh bobot tetapnya.

%

3. Uji Daya Serap terhadap Iodium

Pengujian terhadap daya serap iodium dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Timbang karbon aktif 0,5 gram dan

campurkan dengan 50 ml larutan Iodium 0,1N. Kocok dengan alat pengocok selama 15 menit.

b. Setelah itu pindahkan ke dalam tabung sentrifugal sampai karbon aktif turun. c. Ambil 10 ml cairan itu dan titrasi dengan

larutan natrium tiosulfat 0,1 N.

(4)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 4 e. Titrasi kembali warna biru tua hingga

menjadi warna bening

Aplikasi produk arang aktif terbaik yg dihasilkan dari tahap – tahap pada sampel air rawa

Karbon aktif yang terbaik adalah pada temperatur tertinggi dan aktivasi terlama.

Pengujian pada air rawa :

1. Sampel terbaik dipisahkan dari sampel – sampel yang lain.

2. Air rawa dihitung kekeruhannya menggunakan turbidity meter.

3. Sampel karbon aktif dimasukkan ke dalam air rawa.

4. Dengan sample air rawa di ambil sebanyak 100 ml dan karbon aktif 1 gr (karbon aktif yang terbaik dari beberapa sample yang di uji).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Kadar Air

Analisa kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang tersisa pada karbon aktif setelah melalui pengaktivan dengan zat aktivator (HCl, NaOH, CaCl2). Hasil uji

kadar air ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

a. Pada suhu pembakaran 400oC

Gambar 1. Grafik hasil Analisa Kadar Air terhadap lama aktivasi dan jenis aktivator untuk lama pembakaran 400oC

Pada suhu pembakaran 400oC dengan aktivator HCl dan lama aktivasi 5 jam persentase jumlah karbon aktif adalah 3,1645 %, naik pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase jumlah karbon aktif adalah 3,2214 %, kemudian mengalami penurunan pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase jumlah karbon aktif yaitu 3,2026 %.

Pada jenis aktivator NaOH dengan lama aktivasi 5 jam, persentase jumlah karbon aktif adalah 3,0163 %, mengalami penuruanan pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase jumlah karbon aktif adalah 2,7664 %, dan naik pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase jumlah karbon aktif adalah 3,1800 %.

Sedangkan persentase jumlah karbon aktif yang diperoleh pada jenis aktivator CaCl2 dengan

lama aktivasi 5 jama adalah 3,1541 %, naik pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase jumlah karbon aktif adalah 3,1821 %, kemudian mengalami penuruan lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase jumlah karbon aktif adalah 3,1462 %.

Berdasarkan standard Industri Indonesia tentang kandungan kadar air didalam karbon aktif maksimal adalah 15 %. Berdasarkan data yang didapat dari hasil percobaan, tidak ada yang melewati standard nasional, karena kandungan kadar air pada semua sampel yang diperoleh dibawah 15 %.

b. Pada suhu pembakaran 500oC

Gambar 2. Grafik hasil Analisa Kadar Air terhadap lama aktivasi dan jenis aktivator untuk lama pembakaran 500oC

Pada jenis aktivator HCl nilai kadar air pada lama aktivasi 5 jam adalah 3,2085 %, lalu menurun pada lama aktivasi 15 jam menjadi 3,1889 %, dan mengalami penurunan lagi pada lama aktivasi 25 jam yaitu 3,0951 %.

Sedamgkan pada jenis aktivator NaOH, nilai kadar air mengalami fluktuasi. Pada lama aktivasi 5 jam, persentase jumlah nilai kadar air adalah 3,1033 %, kemudian mengalami penurunan pada lama aktivasi 15 jam yaitu 2,7998 %, serta mengalami kenaikan kembali pada lama aktivasi 25 jam dengan jumlah persentase kadar air adalah 3,0911 %.

Untuk jenis aktivator CaCl2, pada lama

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 5 3,2841 %, lalu menurun pada lama aktivasi 15

jam dengan jumlah persentasi kadar air adalah 3,1673 %, dan mengalami penurunan lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan jumlah persentase nilai kadar air adalah 2,9666 %.

Berdasarkan data hasil analisa karbon aktif terhadap lama pembakaran 500oC, didapat bahwa

kadar air terendah dari karbon aktif didapat pada jenis zat aktivator NaOH dan CaCl2 pada lama

aktivasi masing - masing 15 dan 25 jam, dengan jumlah persentase kadar air masing – masing adalah 2,7998 % dan 2,9666 %.

c. Pada suhu pembakaran 600oC

Gambar 3. Grafik hasil Analisa Kadar Air terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 600oC

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase kadar air didalam karbon aktif untuk suhu pembakaran 600oC dengan menggunakan aktivator HCl adalah 2,8789 % untuk lama aktivasi 5 jam, pada lama aktivasi 15 jam mengalami kenaikan dengan persentase kadar air sebesar 2,9273 %, kemudian naik lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar air adalah 3,0435 %.

Untuk jenis aktivator NaOH,dengan lama aktivasi 5 jam didapatkan persentase kadar air adalah 3,0547 %,kemudian mengalami kenaikan pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase kadar air 3,0954 %,dan mengalami penurunan pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar air adalah 2,9772 %.

Pada jenis aktivator CaCl2, persentase kadar

air 2,7568 % didapat dari lama aktivasi 5 jam, sedangkan untuk lama aktivasi 15 jam persentase kadar air mengalami kenaikan yaitu 3,0053 %, dan naik lagi untuk lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar air adalah 3,2285 %.

Analisa Kadar Abu

Kadar abu merupakan persentase abu yang dihasilkan dari pembakaran sempurna dari suatu bahan organik. Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui jumlah oksida yang terkandung dalam karbon aktif. Makin banyak oksida, maka kadar abu karbon aktif makin tinggi.

a. Pada Suhu Pembakaran 400oC

Gambar 4. Grafik hasil Analisa Kadar Abu terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 400oC

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase kadar abu didalam karbon aktif untuk suhu pembakaran 400oC dengan menggunakan aktivator HCl adalah 5,5643 % untuk lama aktivasi 5 jam, pada lama aktivasi 15 jam mengalami kenaikan dengan persentase kadar abu sebesar 6,9952 %, kemudian naik lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 7,8427 %.

Untuk jenis aktivator NaOH, persentase kadar abu yang diperoleh cenderung mengalami fluktuasi, dengan lama aktivasi 5 jam didapatkan persentase kadar abu adalah 8,4349 %, kemudian mengalami penurunan pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase kadar abu 7,1502 %, dan mengalami kenaikan pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 10,6268 %.

Pada jenis aktivator CaCl2, persentase kadar

(6)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 6

b. Pada Suhu Pembakaran 500oC

Gambar 5. Grafik hasil Analisa Kadar Abu terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 500oC

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase kadar abu didalam karbon aktif untuk suhu pembakaran 500oC dengan menggunakan aktivator HCl adalah 6,7809 % untuk lama aktivasi 5 jam, pada lama aktivasi 15 jam mengalami kenaikan dengan persentase kadar abu sebesar 6,7902 %, kemudian naik lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 7,2035 %.

Untuk jenis aktivator NaOH, persentase kadar abu yang diperoleh cenderung mengalami fluktuasi, dengan lama aktivasi 5 jam didapatkan persentase kadar abu adalah 6,8525 %, kemudian mengalami kenaikan pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase kadar abu 7,4532 %, dan mengalami kenaikan pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 9,0547 %.

Pada jenis aktivator CaCl2, persentase

kadar abu 10,8728 % didapat dari lama aktivasi 5 jam, sedangkan untuk lama aktivasi 15 jam persentase kadar abu mengalami penurunan yaitu 10,5876 %, dan turun lagi untuk lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 10,2075 %.

c. Pada Suhu Pembakaran 600oC

Dari grafik di bawah dapat dilihat bahwa persentase kadar abu didalam karbon aktif untuk suhu pembakaran 600oC dengan menggunakan aktivator HCl adalah 3,3445 % untuk lama aktivasi 5 jam, pada lama aktivasi 15 jam mengalami kenaikan dengan persentase kadar abu sebesar 5,4814 %, kemudian naik lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 6,2544 %.

Gambar 6. Grafik hasil Analisa Kadar Abu terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 600oC

Untuk jenis aktivator NaOH, persentase kadar abu yang diperoleh cenderung mengalami fluktuasi, dengan lama aktivasi 5 jam didapatkan persentase kadar abu adalah 7,0507 %, kemudian mengalami kenaikan pada lama aktivasi 15 jam dengan persentase kadar abu 8,5045 %, dan naik lagi pada lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 10,0329 %.

Pada jenis aktivator CaCl2, persentase kadar

abu 4,0527 % didapat dari lama aktivasi 5 jam, sedangkan untuk lama aktivasi 15 jam persentase kadar abu mengalami kenaikan yaitu 4,6831 %, dan naik lagi untuk lama aktivasi 25 jam dengan persentase kadar abu adalah 6,3524 %.

Analisa Daya Serap Terhadap Iodine

Penentuan adsorpsi iodium bertujuan untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dalam menyerap molekul-molekul berdiameter kecil sehingga dengan demikian dapat diperkirakan banyaknya mikropi pada karbon aktif tersebut.

Hasil studi literatur menunjukkan kecenderungan semakin kecil ukuran karbon aktif, maka karbon aktif yang dihasilkan mempunyai daya serap tinggi. Aktivasi juga merupakan hal penting dalam peningkatan daya serap karbon aktif, dimana molekul adsorbat masuk ke dalam permukaan adsorben oleh energi intermolekular yang relatif rendah.

Menurut Robert D. Vold (1983), energi aktivasi akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan pembentukan luas permukaan adsorben yang baru. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa energi aktivasi sebanding dengan energi potensial maupun energi kinetik yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan proses evaporasi.

(7)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 7 karbon aktif yang bertujuan untuk membuka

pori-pori karbon, akan sangat tergantung pada aktivasi kimia, yaitu konsentrasi aktivator. Semakin tinggi konsentrasi aktivator akan menyebabkan semakin banyaknya zat pengotor yang berupa zat oganik maupun anorganik larut dan lepas dari permukaan pori-pori karbon, sehingga menyebabkan peningkatan daya serap. (sumber : Robert D. Vold. The Activating of Active Carbon.USA)

Banyaknya molekul yang masuk ke dalam pori karbon akan dibatasi oleh volume pori-pori karbon tersebut, sehingga pada saat-saat tertentu adsorpsi akan setimbang seiring dengan penuhnya volume pori-pori karbon oleh adsorbat. Menurut Dubidin-Serpinski dalam Jankowska (1991), kesetimbangan adsorpsi dapat tercapai apabila molekul adsorbat bersifat polar dan merupakan vapor liquid (cairan mudah menguap), dapat mengisi semua pori-pori karbon aktif sehingga penuh. Pada saat dimana sejumlah pusat aktif sebagai adsorben telah penuh terisi oleh molekul-molekul adsorbat, maka akan terjadi kejenuhan di dalam pori-pori karbon yang mengakibatkan kereaktifan adsorpsi semakin minim dan terjadi kesetimbangan adsorpsi.

a. Pada suhu 400oC

Gambar 7. Grafik hasil Analisa Daya Serap terhadap Iodine terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 400oC

Pada grafik diatas dapat dilihat untuk jenis zat aktivator HCl dan lama aktivasi 5 jam hasil uji daya serap terhadap iodium adalah 792,8843 mg/g, lalu mengalami kenaikan menjadi 834,1428 mg/g untuk lama aktivasi 15 jam dan mengalami kenaikan lagi menjadi 867,824 mg/g untuk lama aktivasi 25 jam.

Untuk penggunaan zat aktivator NaOH dengan lama aktivasi 5 jam daya serap terhadap iodium adalah 802,6694 mg/g. Kemudian untuk lama aktivasi 15 jam uji daya serap terhadap

iodium mengalami peningkatan menjadi 803,4222 mg/g dan mengalami penurunan untuk lama aktivasi 25 jam menjadi 804,1764 mg/g.

Pada zat aktivator CaCl2, untuk lama

aktivasi 5 jam daya serap terhadap iodium yang didapat adalah 802,1418 mg/g, lalu mengalami kenaikan menjadi 841,0088 mg/g pada lama aktivasi 15 jam, dan naik kembali menjadi 883.8341 mg/g pada lama aktivasi 25 jam.

b. Pada suhu 500oC

Gambar 8. Grafik hasil Analisa Daya Serap terhadap Iodine terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 500oC

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai daya serap terhadap iodium dengan larutan aktivator HCl dan lama aktivasi 5 jam adalah 766,6402 mg/g, kemudian meningkat menjadi 772,5304 mg/g untuk lama aktivasi 15 jam, lalu meningkat kembali untuk lama aktivasi 25 jam menjadi 778,5119 mg/g.

Untuk penggunaan larutan NaOH sebagai aktivator terjadi kenaikan daya serap terhadap iodium dari lama aktivasi 5 jam dengan daya serap 745,7143 mg/g menjadi 757,6578 mg/g untuk lama aktivasi 15 jam, kemudian mengalami penurunan untuk lama aktivasi 25 jam, yaitu 779,4862 mg/g.

Sedangkan untuk larutan aktivator CaCl2

dengan lama aktivasi 5 jam didapat nilai daya serap terhadap iodium adalah 812,6549 mg/g lalu mengalami penurunan untuk lama aktivasi 15 jam menjadi 785,4055 mg/g kemudian menurun kembali terjadi untuk lama aktivasi 25 jam dengan daya serap 759,9243 mg/g.

c. Pada suhu 600oC

(8)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013 Page | 8 HCl dan lama aktivasi 5 jam adalah 734,8025

mg/g dan mengalami kenaikan untuk lama aktivasi 15 jam adalah 738,9683 mg/g dan untuk lama aktivasi 25 jam nilai daya serap terhadap iodium mengalami kenaikan yaitu 743,1816 mg/g.

Gambar 9. Grafik hasil Analisa Daya Serap terhadap Iodine terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 600oC

Untuk penggunaan larutan aktivator NaOH sebagai aktivator didapat nilai daya serap terhadap iodium 865,2614 mg/g untuk lama aktivasi 5 jam kemudian mengalami penurunan untuk lama aktivasi 15 jam adalah 861,7044 mg/g dan kembali mengalami penurunan menjadi 858,1766 mg/g untuk lama aktivasi 25 jam.

Sedangkan untuk aktivator CaCl2 terjadi

penurunan nilai daya serap terhadap iodium dari 821,7398 mg/g untuk lama aktivasi 5 jam menjadi 820,0015 mg/g untuk lama aktivasi 15 jam, kemudian kembali mengalami penurunan untuk lama aktivasi 25 jam yaitu 818,2706 mg/g.

Pengujian Karbon Aktif Pada Sampel Air Rawa

Pengujian karbon aktif dengan kondisi optimum pada air rawa menggunakan alat yaitu turbidity meter, dimana turbidity meter akan menunjukkan hasil kekeruhan pada air rawa sebelum dan sesudah ditambahkan karbon aktf dengan kondisi yang optimum tersebut.

Tabel 2. Hasil Penjernihan Air Rawa Air rawa

Sebelum di uji (NTU) 13 Januari 2012

Sesudah di uji (NTU) 16 Januari 2012

51 9,4

DAFTAR PUSTAKA

Aliansyah, Anang. 1984. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian dan Pengembangan Banjar Baru. Cheremisinoff, N. P. 1993. Carbon Adsorption of Pollutant Control. USA

www.disbun.kalbar.go.id/pub/pdf/

probangkara.pdf. Diakses pada tanggal 15 Desember 2009

D. Vold, Robert. 1988. The Activating of Active Carbon.USA

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Syarat Mutu dan Uji Arang Aktif SII No. 0258-88. Palembang: Balai Perindustrian dan Perdagangan.

Djatmiko, B., dkk. 1981. Pengolahan Arang dan Kegunaannya. Bogor: IPB.

H. G, Pohan. 1993. Prospek Penggunaan Karbon Aktif dalam Industri. Bogor: Warta IHP Jankwoska, H., Swiatkowski, A., and Choma, J.

1991. Active Carbon. Ellis Hardwood, 1st Published

Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. 1997.

Manfaat Karbon Aktif dalam Dunia Industri Sumber. LIPI

Silalahi, Frandi. 2010. Pengaruh Temperatur Pembakaran, Jenis Zat Aktivator, Dan Lama Aktivasi Pada Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Cangkang Biji Karet. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sriwijaya. T. S. Meilita and S. S. Tuti. 2003. Pengenalan

dan Proses Pembuatan Karbon Aktif.

Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. http://www.airminumisiulang.com/news/64/Fung

si-Karbon-aktif-Arang-aktif

http://www.scribd.com/doc/3627041/Arang-Aktif

http://gedehace.blogspot.com/2009/03/adsorpsi-karbon-aktif.html

Gambar

Tabel 1. Syarat Mutu Karbon Aktif (SII No. 0258-88)
Gambar 2.  Grafik hasil Analisa Kadar Air terhadap lama aktivasi dan jenis aktivator untuk lama pembakaran 500oC
Gambar 4. Grafik hasil Analisa Kadar Abu terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 400oC
Gambar 6. Grafik hasil Analisa Kadar Abu terhadap lama aktivasi dan jenis zat aktivator untuk lama pembakaran 600oC
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesim- pulan bahwa disposisi berpikir kritis matematis siswa yang dominan muncul pada saat pembelajaran matematika

*Keterangan: Siswa sedang berlatih menyanyikan tembang dolanan.. TurnapeL

PKuM yang telah diselenggarakan meliputi PKuM rintisan yaitu PKuM yang dilaksanakan di Dea Gemawang, Kab. Semarang, dan dua PKuM pengembangan yang dilaksanakan di Desa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan dan penerapan media teka-teki silang dan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS

(3) Arsip yang tercipta pada lembaga negara, pemerintahan daerah, dan perguruan tinggi negeri yang berkaitan dengan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak menggunakan penundaan pengkreditan Pajak Masukan mampu meratakan Pajak Pertambahan Nilai terutang

Pola pelayanan konseling yang dilakukan di sekolah-sekolah masih menggunakan model konvensional dengan tatap muka ( face to face ), masalah yang dihadapi oleh