• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - 47483 pengawetan makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR - 47483 pengawetan makanan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Aplikasi Teknologi Nuklir untuk Pengawetan Makanan” dapat terselesaikan.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Nuklir. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang aplikasi teknologi nuklir untuk pengawetan makanan yang lebih menitikberatkan pada teknik iradiasi.

Penyusun berterima kasih kepada Bpk. Sugili Putra, M.Sc selaku dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Nuklir yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Iptek nuklir selama ini selalu dikaitkan untuk pembuatan bom atau energi pembangkit listrik. Padahal, teknologi nuklir juga telah berkembang pesat dan kian merambah ke berbagai sektor kehidupan. Pemanfaatan teknik nuklir bidang nonenergi, misalnya aplikasi isotop dan radiasi, kini digunakan secara luas pada sektor pangan.

Bicara masalah kesejahteraan, maka teknologi isotop dan radiasi merupakan pilar dari iptek nuklir ini. Kedua teknik tersebut dinilai telah mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dunia di bidang pangan, mulai dari pemakaian bahan pengawet, organik polutan, formalin, mutasi bakteri, dan lain sebagainya.

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri.

(3)

tersebut juga mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut mendorong para peneliti untuk mencari teknik pengawetan makanan yang lebih praktis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan teknologi nuklir dalam bidang pengawetan makanan?

2. Bagaimana prinsip teknologi iradiasi sehingga dapat diterapkan dalam pengawetan makanan?

3. Bagaimana spesifikasi irradiator yang digunakan dalam pengawetan makanan?

4. Bagaimana pandangan pengawetan makanan dengan teknik iradiasi dalam berbagai aspek? 5. Bagaimana cara mengetahui produk makanan yang telah diiradiasi serta apa saja contoh

jenis pangan, tujuan iradiasi dan dosis serap maksimumnya?

6. Apa kelebihan dan kelemahan pengawetan makanan dengan memanfaatkan teknologi iradiasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui peranan teknologi nuklir dalam bidang pengawetan makanan. 2. Mengetahui prinsip teknologi iradiasi dalam proses pengawetan makanan. 3. Mengetahui spesifikasi irradiator yang digunakan dalam pengawetan makanan.

4. Mengetahui pandangan pengawetan makanan dengan teknik iradiasi dalam berbagai aspek. 5. Mengetahui produk makanan yang telah diiradiasi serta apa saja contoh jenis pangan,

tujuan iradiasi dan dosis serap maksimumnya.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

1. Peranan Teknologi Nuklir dalam Bidang Pengawetan Makanan

Aplikasi teknologi dalam bidang pengawetan makanan menitikberatkan pada radiasi. Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Menurut Winarno (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.

Gambar A : Contoh makanan yang diiradiasi

(5)

bahan pangan yang diiradiasi (Maha, 1981). Sifat ini menyebabkan dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan yang telah dikemas dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah dibekukan, sehingga penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran bahan pangan tidak berubah karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan (Goresline, 1973).

Pada pengawetan pangan dengan cara penyinaran perlu dibedakan antara istilah irradiasi dan radiasi. Yang dimaksud dengan irradiasi adalah penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber radiasi buatan, sedangkan yang dimaksud dengan radiasi adalah istilah umum yang biasa digunakan untuk semua jenis enersi yang dipancarkan tanpa melalui media. Radiasi yang digunakan dalam irradiasi pangan menurut spectrum elektromagnetiknya dibedakan menjadi dua golongan, yaitu radiasi panas dan radiasi pengion. Radiasi panas brasal dari pancaran enersi elektromagnetik dengan frekuensi rendah (panjang gelombang besar ).

Radiasi pengion berasal dari gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi (panjang gelombang pendek). Radiasi panas dapat digunakan untuk penguapan air, atau pengeringan. Biasanya digunakan sinar infra merah. Radiasi panas dapat pula digunakan untuk pengendalian hama gudang.Penyinaran atau irradiasi juga disebut sebagai proses dingin, karena dalam penggunaannya, bahan pangan yang dsinari suhunya tidak berubah atau tidak terjadi kenaikan suhu yang nyata (4 oC). Karena itu

(6)

A. Prinsip Pengawetan Pangan Dengan Iradiasi

Pada proses pengawetan bahan pangan dengan iradiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan radiasi pengion, karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinyan ( Maha 1996 ). Gambar 1 disajikan prinsip pengawetan bahan pangan dengan iradiasi. Pada gambar tersebut

terlihat bahwa sumber radiasi ( sinar gamma, sinar X dan bekas elektron ). Bila hal ini terjadi, maka

akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan kimia.

Eksitasi adalah suatu keadaan dimana sel hidup dalam keadaan peka terhadap pengaruh dari luar. Sedangkan ionisasi adalah proses penguraian senyawa kompleks / makromolekul menjadi fraksi atau ion radikal bebas. Perubahan kimia adalah proses perubahan yang timbul sebagai akibat dari eksitasi, ionisasi dan reaksi – reaksi kimia yang terjadi baik saat berlangsung maupun setelah proses iradiasi selesai. Bila perubahan kimia terjadi dalam sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan

(7)

proses pembelahan sel atau proses kehidupan normal dalam sel akan tergangu dan terjadi efekbiologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar pengawetan bahan pangan dengan iradiasi ( Maha, 1982 ).

Energi yang dihasilkan oleh sumber radiasi dapat dimanfaatkan untuk tujuan menghambat pertunasan dan pematangan serta membasmi serangga (dosis rendah) dan membunuh mikroba patogen (dosis sedang), serta membunuh seluruh jenis bakteri yang ada (dosis tinggi), sehingga mutu bahan pangan dapat tetap dipertahankan di dalam kemasan yang baik selama penyimpanan.

Sinar gamma dan elektron dihilangkan dari bentuk lain radiasi dengan kemampuan ionisasinya (kemampuan memutuskan ikatan kimia saat diabsorbsi oleh material tertentu). Produk ionisasi dapat berupa electronically charged (ion) maupun netral (radikal bebas). Produk ini kemudian bereaksi dan menyebabkan perubahan pada material yang diirradiasi atau yang disebut dengan radiolisis. Reaksi inilah yang menyebabkan penghancuran mikroorganisme, serangga, dan parasit selama proses irradiasi makanan.

Dalam makanan yang memiliki kandungan air tinggi, air terionisasi oleh radiasi. Elektron dikeluarkan dari molekul-molekul air dan memutuskan ikatan kimia. Produk-produk tersebut kemudian berekombinasi membentuk hidrogen, hidrogen peroksida, hidrogen radikal, hidroksil radikal, dan hidroperoksil radikal.

Ion-ion reaktif yang diproduksi oleh makanan irradiasi menghancurkan mikro-organisme dalam sekejap, dengan mengubah stuktur membran sel dan mempengaruhi aktivitas metabolik enzim. Namun, efek yang lebih penting adalah pada molekul deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA) dalam sel nukleus, yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan replikasi. Efek-efek rasiasi hanya dapat terlihat setelah jangka waktu tertentu, saat DNA double helix gagal dibongkar dan mikroorganisme tidak bisa direproduksi melalui pembelahan sel.

(8)

Singkatnya, semakin kecil dan simpel suatu organisme, maka dosis radiasi untuk menghancurkan organisme tersebut semakin tinggi. Virus sangat resistan terhadap irradiasi dan sangat sedikit terpengaruh oleh dosis yang biasa digunakan pada proses komersial. Spesies berbentuk spora (sepertiClostridium botulinum dan Bacillus cereus) dan yang mampu membetulkan DNA yang rusak dalam sekejap (seperti Deinococcus radiodurans) lebih resisten daripada sel-sel vegetatif dan bakteria non-spora. Serangga dan parasit seperti cacing pita dan trichinella membutuhkan dosis yang lebih rendah.

Alat iradiasi terdiri dari sumber isotop berenergi tinggi untuk memproduksi sinar-gamma atau, kadang-kadang, mesin sumber untuk memproduksi partikel elektron berenergi tinggi. Sumber isotop tidak bisa dimatikan, sehingga ditempatkan di dalam air di bawah area proses, untuk memungkinkan keluar masuk pekerja. Dalam operasi sumber dinaikkan, dan makanan kemasan dimasukkan pada konveyor otomatis dan dilewatkan melalui area radiasi pada jalur yang berbentuk lingkaran. Cara ini memaksimalkan proses radiasi dan memastikan perlakuan yang sama pada makanan. Sumber isotop membutuhkan materials-handling system yang lebih kompleks daripada yang dibutuhkan mesin sumber (machine sources).

Alat iradiasi terdiri dari : (1) irradiationchamber, (2) controlroom, (3) infeedconveyor, (4) outlet conveyor, (5) rawfoodstore, (6) irradiatedproductstore, (7) concreteshieldingwall

Machine sources adalah akselerator elektron yang terdiri dari katoda yang dipanaskan untuk menyuplai elektron dan sebuah evacuated tube dimana elektron diakselerasi oleh medan elektrostatik voltase tinggi. Baik elektron yang digunakan langsung pada makanan atau target tertentu, material dibombardir untuk memproduksi sinar-X. Keuntungan utama dari penggunaan machine source adalah:

1. Dapat dimatikan, dan

2. Partikel elektron dapat diarahkan di atas kemasan makanan untuk memastikan distribusi radiasi yang lebih rata.

3. Penggunaan peralatan ini relatif mudah

(9)

B. Spesifikasi Irradiator yang Digunakan dalam Pengawetan Makanan

Berikut ini dapat dilihat spesifikasi fasilitas iradiasi yang dikelola PATIR (Balai Iradiasi). 1. Spesifikasi Iradiator Gamma

Nama Gammacell-220 Irpasena Irka Gamma Chamber-4000 A

Tahun pemasangan 1968 1979 1982 1992

Sumber radiasi gamma Co-60 Co-60 Co-60 Co-60

Tipe penyimpanan sumber radiasi (Co-60)

Shelf shielding/ portable Kering (dry source storage) menggunakan kolom air (wet source strorage)

Self shielding/ portable

Aktivitas maksimum Co-60 (sesuai dengan

sheilding radiasi) + 10.000 Ci

80.000

Ci 400.000 Ci

+ 10.000 Ci

Volume maksimum bahan yang diiradiasi per batch 2 liter

+ 0,5

m3 + 1,2 m3 2 liter

Aktivitas pada saat ini (Maret 2012) 32,8 Ci

22.170,1

Ci 131.247,5 Ci 817,8 Ci

(10)

C. Pandangan Pengawetan Makanan dengan Teknik Iradiasi dalam Berbagai Aspek 1. Aspek Keamanan Makanan Iradiasi

(11)

Pembentukan residu zat radioaktif yang berasal dari sumber radiasi pada bahan pangan sarna sekali tidak ada, karena radionuklida sumber radiasi tersimpan rapat dalam kapsul logam yang berlapis. Selama proses berlangsung, bahan pangan sarna sekali tidak menempel pada sumber.

lradiasi secara umum dapat digambarkan sebagai seberkas sinar yang menembus dengan kekuatan yang berbeda bergantung pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Oleh karena itu, proses radiasi tidak meninggalkan residu apapun, baik pada bahan yang disinari, maupun berada di sekitamya, sehingga proses tersebut benar-benar aman, bersih dan ramah lingkungan.

2. Aspek Kimia

Proses penyinaran dengan menggunakan radiasi pengion merupakan proses "dingin" karena tidak menimbulkan kenaikan suhu pada bahan yang dilaluinya. Energi yang diserap bahan pangan dengan teknik tersebut jauh lebih rendah dari energi makanan yang dipanaskan. Akibatnya perubahan unsur kimia yang terjadi akibat radiasi secara kuantitatif juga lebih sedikit. Senyawa kimia yang terbentuk akibat radiasi bergantung pada komposisi bahan dan jumlahnya akan meningkat sesuai dengan bertambahnya dosis radiasi. Perubahan kimia dapat ditekan dengan mengatur suhu dan kadar air bahan, serta menghilangkan oksigen udara di sekeliling bahan yang diiradiasi ..

3. Aspek Gizi

Sebagaimana diutarakan sebelumnya bahwa iradiasi dapat menimbulkan perubahan kimia pada bahan pangan, maka timbul kekhawatiran bahwa iradiasi dapat mempengaruhi nilai gizi dari bahan tersebut. Dari hasil penelitian terbukti bahwa hilangnya zat gizi pada makanan yang diiradiasi sampai dosis 1kGy tidak nyata. lradiasi bahan pangan pada dosis sedang (1-10 kGy) dapat menurunkan beberapa unsur mikro nutrisinya apabila udara dan suhu serta kondisi selama proses tidak diatur dengan baik. Perlakuan kombinasi antara pengaturan kondisi iradiasi (dosis, suhu, oksigen) dan teknik pengemasan dapat mempertahankan mutu dan nutrisi pada bahan pangan olahan siap saji.

(12)

akibat iradiasi hampir sarna saja dengan penurunan akibat pemanasan. Pada sterilisasi panas, kadar thiamin, niacin dan pridoksin masing-masing mengalami penurunan 80, 35 dan 16%, sedangkan pada sterilisasi radiasi dengan dosis 45 kGy yang dilakukan pada suhu -79°C (C02 padat) masing-masing hanya mengalami penurunan sebesar 15%,22%, dan 2%.

4. Aspek Mikrobiologi

Paparan radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel hidup termasuk sel mikroba khususnya yang bersifat patogenss Namun, aplikasi iradiasi dosis sedang (1-10 kGy) tidak dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba yang bersifat lebih patogen atau resisten terhadap radiasi. Sebagian besar bakteri patogen vegetatif, tidak berspora dan gram negatif sangat peka terhadap radiasi, sedangkan bakteri berspora umumnya lebih tahan, kecuali diiradiasi pada dosis tinggi (> 10kGy).

5. Aspek Toksikologi

Meskipun dengan cara analisis kimia tidak ditemukan senyawa apapun yang dapat membahayakan kesehatan, namun uji toksikologi terhadap bahan pangan yang diawetkan dengan radiasi masih tetap dilakukan, terntama apabila ada pengembangan jenis produk yang barn. Uji coba keamanan pangan dilakukan berdasarkan kode etik (ethical clearance) baik pada hewan maupun manusia. Sebagai relawan, responden perlu mengisi inform consent untuk meyakinkan kesediannya. Uji toksikologi terhadap bahan pangan iradiasi dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih teliti dan paling lengkap bila dibandingkan dengan pengujian terhadap proses konvensional.

(13)

6. Aspek Pengemasan

Persyaratan yang berlaku dalam pemilihan bahan pengemas yang digunakan sebagai pembungkus makanan atau bahan pangan yang akan diiradiasi harns tetap diperhatikan. Bahan dan teknik pengemasan mernpakan unsur yang tidak kalah penting, karena mutu dari bahan pangan yang diiradiasi sangat bergantung pada kekuatannya. Bahan pengemas yang "flexible" dalam bentuk laminasi saat ini lebih banyak disukai daripada wadah yang terbuat dari kaleng, terntama untuk pembungkus makanan siap saji yang diiradiasi. Bahan pengemas tersebut umumnya dibuat secara khusus dan bersifat tahan terhadap radiasi, suhu -79°C, kedap udara serta tidak mudah terkelupas, sehingga mampu mempertahankan mutu makanan di dalamnya untukjangka panjang pada suhu kamar (28 -30°C).

7. Aspek Dosimetri

Sebelum bahan pangan diiradiasi, dosis yang akan diterapkan sesuai tujuannya harns sudah diketahui. Dosimetri ditujukan untuk menetapkan tingkat keseragaman dosis, sehingga bahan pangan benar-benar menerimajumlah paparan dosis yang sarna sesuai dengan tujuan iradiasi.

D. Dosis Iradiasi Sesuai Tujuan

Dosis rendah: < 1kGy

Menunda proses pematangan buah dan menghambat pertunasan pada rimpang dan umbi- umbian; mencegah perkembangbiakan serangga dan hama gudang.

Dosis sedang: 1-10 kGy

Dekontaminasi, eliminasi kapang/khamir dan bakteri patogen tidak berspora.

Dosis tinggi: > 10kGy

(14)

bergantung pada fasilitas pendingin selama penyimpanan). Produk ini dapat bertahan lebih dari setahun pada suhu kamar.

Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.

Tabel 5. Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan

Tujuan Dosis (kGy) Produk

Dosis rendah (s/d 1 KGy) Pencegahan pertunasan

Pembasmian serangga dan parasit

Perlambatan proses fisiologis

0,05 – 0,15 0,15 – 0,50 0,50 – 1,00

Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe, Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering

Buah dan sayur segar Dosis sedang (1- 10 kGy)

Perpanjangan masa simpan Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen

Perbaikan sifat teknologi pangan

1,00 – 3,00 1,00 – 7,00 2,00 – 7,00

Ikan, arbei segar

Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)

Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy) Pensterilan industri

Pensterilan bahan tambahan

makanan tertentu dan

komponennya

10 – 50 Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril

1 Hanya digunakan untuk tujuan khusus. Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum

menyetujui penggunaan dosis ini.

(15)

Status makanan iradiasi di Indonesia, dasar hukum untuk legalitas dan komersialisasi makanan iradiasi di Indonesia antara lain diatur di dalam :

1. Peraturan DEPKES-RI : 826/MENKES/PER/XII/1987 dan 152/MENKES/SK/II/1995 yang intinya mengacu kepada : CODEX Alimentarius Commission untuk makanan iradiasi dan dokumen IAEA/JECFI/ICGFI (http:/www.iaea.org/icgfi)

2. UU PANGAN RI nomer 7/1996 dan PP nomer 28/2004 3. PELABELAN MAKANAN nomer 69/1999 bab 34 4. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

5. Peraturan Internasional tentang Perdagangan Makanan Iradiasi

6. Buku pedoman dan cara iradiasi yang baik untuk berbagai komoditi bahan pangan yang diterbitkan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI ( terdiri dari 10 seri - BPOM 2004).

Beberapa Kegiatan penelitian, pengembangan dan aplikasi iradiasi bahan pangan:

Tabel 1. Jenis komoditas bahan pangan yang telah diijinkan untuk diproses dengan iradiasi *) No

.

Komoditas Tujuan Iradiasi Batas Dosis

Maksimal (kGy) 1 Rempah – rempah,

daun-daunan dan bumbu kering

Mencegah / menghambat pertumbuhan serangga mikroba

10

2 Umbi – umbian Menghambat pertunasan 0,15

3 Udang beku dan paha

kodok beku Menghilangkan bakteri Salmonella 7

4 Ikan kering Memperpanjang masa

simpan 5

5 Biji – bijian Menghilangkan serangga dan bakteri patogen

5

Beberapa Kegiatan penelitian, pengembangan dan aplikasi iradiasi bahan pangan:

Tabel 1. Jenis komoditas bahan pangan yang telah diijinkan untuk diproses dengan iradisi

No

. Komoditas Tujuan Iradiasi DosisBatas Maksimal

(kGy)

Keterangan

Makanan siap saji steril a. Pepes

ikan mas Sterilisasi dan menghilangkan bakteri patogen aerob dan anaerob

45 Skala semi pilot - Kemasan laminasi khusus vakum - Iradiasi kombinasi dengan CO2 padat - Penyimpanan suhu kamar (28 – 30˚ C) b

.

Pepes ayam

(16)

-c. Kare

ayam - idem - 45 idem

-d .

Semur ayam

- idem - 45 idem

-e. Rendang daging sapi

- idem - 45 idem

-f. Empal daging sapi

- idem - 45 idem

-g

. Semur daging sapi

- idem - 45 idem

-Makanan olahan/ makanan ringan a. Dodol Dekomtaminasi

dan

memperpanjang masa simpan

3 - 5 Skala semi pilot

b

. Bakpia - idem - 3 - 5 Skala laboratorium Buah dan Sayuran

a. Mangga Memperpanjang masa simpan dan menunda

pematangan

0,75 Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit

b

. Pepaya - idem - 0,75 Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit

c. Tomat apel

- idem - 1 – 2 Skala laboratorium d

.

Pisang ambon

- idem - 0,25 Skala laboratorium

e. Brokolli Memperpanjang masa simpan dan karantina

0,4 Skala laboratorium

f. Asparagu s

Memperpanjang masa simpan dan menunda

pertunasan

1 Skala laboratorium

+ blansir air 55˚ C, 5 menit

Table 2. Jenis komoditas bahan pangan segar dan olahan yang telah dan sedang diteliti di PATIR – BATAN.

(17)

Label memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, juga memuat: tulisan "PANGAN lRADIASI"; tujuan iradiasi; tulisan "TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG"; nama dan alamat penyelenggara iradiasi; tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun; nama negara tempat iradiasi dilakukan. Pada label juga dilengkapi dengan logo RADURA (Radiation Durable) .

Jenis pangan, tujuan iradiasi dan dosis serap maksimum berdasarkan Lampiran I PERMENKES No. 701/MenkeslPerNIII/2009.

(18)

Kelebihan dari teknik iradiasi adalah:

1. Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik makanan,

2. Dapat dilakukan pada makanan kemasan dan makanan beku,

3. Dapat dilakukan pada makanan segar melalui satu kali operasi dan tanpa menggunakan tambahan bahan kimia,

4. Hanya membutuhkan sedikit energi,

5. Perubahan pada aspek nutrisi dapat dibandingkan dengan metoda pengawetan makanan lainnya, dan

6. Proses otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah. 7. Biaya murah, yaitu antara 25 – 55 US$/ton.

Kelemahan :

1. Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual,

2. Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan,

3. Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan,

4. Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi, 5. Belum bisa untuk semua jenis makanan, terutama yang konsentrasi air >15%.

(19)

BAB III KESIMPULAN

Gambar

Gambar A : Contoh makanan yang diiradiasi
Gambar 1 disajikan prinsip pengawetan bahan pangan dengan iradiasi. Pada gambar tersebut
Tabel 5.  Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tabel 1. Jenis komoditas bahan pangan yang telah diijinkan untuk diproses dengan iradiasi *)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan nilai kapasitas dasar dan faktor parameter geometrik MKJI memberikan grafik untuk tiap-tiap parameter, akan tetapi karena parameter geometrik jalinan pada

[r]

Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pengembangan usaha agribisnis pembibitan kakao sambung pucuk di Kecamatan Marioriwawo

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti akan membatasi dengan menjelaskan kondisi social masyarakat Mesir yang mempengaruhi pemikiran Hassan

Apabila Ketentuan hukum dari salah satu Pihak atau kewajiban berdasarkan hukum intemasional yang berlaku sekarang atau dibuat di masa depan antara Para Pihak sebagai

Nếu bạn vận hành dụng cụ này với cần chuyển chế độ hoạt động được đặt ở giữa các biểu tượng , dụng cụ có thể bị hư hỏng.. Dụng cụ này

Sistem pendukung keputusan yang akan dibuat menggunakan model Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) dengan menerapkan metode Weighted Product (WP) dan

Manfaat keterlibatan orang tua dalam pendidikan bagi orangtua meliputi: (1) orangtua akan berusaha meningkatkan interaksi dan diskusi dengan anak-anak mereka, dan