• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bilqis - Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bilqis - Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI

PENGAWETAN MAKANAN DENGAN IRADIASI

PENGAWETAN MAKANAN DENGAN IRADIASI

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

 Nama

 Nama : Bilqis Latifah: Bilqis Latifah  NIM

 NIM : 011400373: 011400373 Kelompok

Kelompok : : 55 Teman

Teman Kerja Kerja : : Ahmad Ahmad MarzukiMarzuki Elsa Fitrianti Elsa Fitrianti Gunawan Gunawan

Ya’ puja Primadhana Ya’ puja Primadhana Jurusan

Jurusan : : Teknokimia Teknokimia NuklirNuklir Pembimbing

Pembimbing : : Puji Puji Astuti, Astuti, S. S. STST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2016 2016

(2)

PENGAWETAN MAKANAN DENGAN IRADIASI

I. TUJUAN

1. Mengetahui proses pengawetan makanan dengan teknik iradiasi

2. Melakukan pengawetan makanan dengan fasilitas Iradiator IRPASENA dan mesin  berkas elektron

3. Melakukan uji organoleptik terhadapa bahan makanan yang diiradiasi.

II. DASAR TEORI

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang memadai, dan harga terjangkau untuk dapat menjamin kelangsungan hidup. Bahan pangan umumnya mudah rusak baik disebabkan oleh pengaruh cuaca, serangan serangga maupun mikroba terutama yang dapat memproduksi toksin mematikan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan teknologi tepat guna yang dapat mencegah kerusakan berlanjut. Teknologi pengawetan konvensional dengan cara pengeringan, penggaraman, pemanasan,  pembekuan dan pengasapan serta fumigasi, sampai saat ini masih diterapkan untuk

mempertahankan mutu sekaligus memperpanjang masa simpan bahan pangan. Penambahan  bahan pengawet sintetis masih seringkali digunakan meskipun memberikan dampak negatif  bagi kesehatan. Pengembangan teknik nuklir dalam bidang pangan sudah terbukti dapat menciptakan hal baru sebagai teknologi alternatif guna membantu memecahkan berbagai masalah sanitasi yang dihadapi. Beberapa contoh aplikasi teknik nuklir untuk tujuan tersebut dan telah dikembangkan antara lain untuk peningkatan daya awet, keamanan pangan, dan sterilisasi bahan pangan tertentu. aplikasi teknik nuklir dalam pengawetan bahan pangan.

Teknologi radiasi memiliki beberapa keunggulan dibanding teknologi konvensional, yaitu hemat energi dan bahan, mudah dikontrol, dapat diproses dalam kemasan yang tidak tahan panas, tidak meninggalkan residu, dan ramah lingkungan. Namun, sebagian masyararakat masih memiliki pemahaman yang keliru tentang iradiasi pada bahan pangan. Oleh karena itu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat teknologi tersebut harus terus ditingkatkan. Aplikasi Teknologi Iradiasi Pada Bahan Pangan Aspek Keamanan Makanan Iradiasi Iradiasi merupakan suatu proses fisika yang dapat digunakan untuk mengawetkan dan meningkatkan keamanan bahan pangan. Jenis radiasi yang digunakan

(3)

adalah radiasi berenergi tinggi yang disebut radiasi pengion, karena menimbulkan ionisasi  pada materi yang dilaluinya. Energi yang dihasilkan oleh sumber radiasi dapat dimanfaatkan untuk tujuan menghambat pertunasan dan pematangan serta membasmi serangga (dosis rendah) dan membunuh mikroba patogen (dosis sedang), serta membunuh seluruh jenis  bakteri yang ada (dosis tinggi), sehingga mutu bahan pangan dapat tetap dipertahankan di

dalam kemasan yang baik selama penyimpanan.

Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan terdiri dari 4 macam, yaitu: Co-60, Cs-137, masing-masing menghasilkan sinar gamma, mesin  berkas elektron dan mesin generator sinar-X. Dengan menggunakan pembatas dosis iradiasi dan batas maksimum energi dari keempat sumber tersebut, maka bahan pangan yang diawetkan dengan iradiasi tidak menjadi radioaktif. Uji keamanan makanan iradiasi untuk konsumsi manusia dikenal dengan istilah wholesomeness test, mencakup uji toksikologi, makro dan mikro nutrisi serta uji mikrobiologi dan sensorik. Dalam teknologi iradiasi, terjadinya interaksi antara radiasi dengan materi/sel hidup dapat menimbulkan berbagai  proses fisika dan kimia di dalam materi tersebut, yang diantaranya dapat menghambat sintesa

DNA dalam sel hidup, misalnya mikroba.

Proses ini yang selanjutnya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, yaitu menunda  pertunasan, membunuh serangga dan mikroba. Komoditi yang akan diiradiasi wajib memenuhi kriteria higienis dan dengan kontaminasi awal serendah mungkin. Sumber radiasi  pengion yang menghasilkan sinar gamma dan sinar -X untuk pengawetan bahan pangan telah ditetapkan batasan maksimalnya masing-masing sebesar 5 MeV dan Sosialisasi dan edukasi  publik di Surabaya (Pameran Bahari 2010)10 MeV untuk mesin berkas elektron. Batasan ini dibuat berdasarkan pembentukan imbas radioaktif. Radioaktivitas imbas baru akan timbul  pada atom-atom bahan yang diiradiasi bila energi yang digunakan di atas 5 MeV untuk radiasi gamma. Batas energi untuk sumber elektron lebih tinggi karena radioaktivitas imbas yang timbul pada energi kurang dari 16 MeV sangat sedikit jumlahnya dan relatif berumur  pendek. Pembentukan residu zat radioaktif yang berasal dari sumber radiasi pada bahan  pangan sama sekali tidak ada, karena radionuklida sumber radiasi tersimpan rapat dalam kapsul logam yang berlapis. Selama proses berlangsung, bahan pangan sama sekali tidak menempel pada sumber. Iradiasi secara umum dapat digambarkan sebagai seberkas sinar yang menembus dengan kekuatan yang berbeda bergantung pada panjang gelombang dan  berbanding terbalik dengan frekuensinya. Oleh karena itu, proses radiasi tidak meninggalkan

(4)

tersebut benar-benar aman, bersih dan ramah lingkungan. Proses penyinaran dengan menggunakan radiasi pengion merupakan proses “dingin” karena tidak menimbulkan kenaikan suhu pada bahan yang dilaluinya.

Energi yang diserap bahan pangan dengan teknik tersebut jauh lebih rendah dari energi makanan yang dipanaskan. Akibatnya perubahan unsur kimia yang terjadi akibat radiasi secara kuantitatif juga lebih sedikit. Senyawa kimia yang terbentuk akibat radiasi  bergantung pada komposisi bahan dan jumlahnya akan meningkat sesuai dengan  bertambahnya dosis radiasi. Perubahan kimia dapat ditekan dengan mengatur suhu dan kadar air bahan, serta menghilangkan oksigen udara di sekeliling bahan yang diiradiasi. Sebagaimana diutarakan sebelumnya bahwa iradiasi dapat menimbulkan perubahan kimia  pada bahan pangan, maka timbul kekhawatiran bahwa iradiasi dapat mempengaruhi nilai gizi

dari bahan tersebut.

Dari hasil penelitian terbukti bahwa hilangnya zat gizi pada makanan yang diiradiasi sampai dosis 1 kGy tidak nyata. Iradiasi bahan pangan pada dosis sedang (1-10 kGy) dapat menurunkan beberapa unsur mikro nutrisinya apabila udara dan suhu serta kondisi selama  proses tidak diatur dengan baik. Perlakuan kombinasi antara pengaturan kondisi iradiasi (dosis, suhu, oksigen) dan teknik pengemasan dapat mempertahankan mutu dan nutrisi pada  bahan pangan olahan siap saji. Beberapa jenis vitamin seperti riboflavin, niacin dan vitamin D cukup tahan terhadap radiasi, tetapi vitamin A, B, C dan E sangat peka. Pada umumnya,  penurunan kadar vitamin dalam bahan pangan akibat iradiasi hampir sama saja dengan  penurunan akibat pemanasan. Pada sterilisasi panas, kadar thiamin, niacin dan pridoksin masing-masing mengalami penurunan 80, 35 dan 16%, sedangkan pada sterilisasi radiasi dengan dosis 45 kGy yang dilakukan pada suhu -79 C (CO padat) masing-masing hanya mengalami 2 penurunan sebesar 15%, 22%, dan 2%.

Paparan radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel hidup termasuk sel mikroba khususnya yang bersifat patogenss Namun, aplikasi iradiasi dosis sedang (1-10 kGy) tidak dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba yang bersifat lebih patogen atau resisten terhadap radiasi. Sebagian besar bakteri patogen vegetatif, tidak berspora dan gram negatif sangat peka terhadap radiasi, sedangkan bakteri berspora umumnya lebih tahan, kecuali diiradiasi pada dosis tinggi (> 10 kGy). Meskipun dengan cara analisis kimia tidak ditemukan senyawa apapun yang dapat membahayakan kesehatan, namun uji toksikologi terhadap bahan pangan yang diawetkan dengan radiasi masih tetap Aspek Kimia Aspek Gizi

(5)

Aspek Mikrobiologi Aspek Toksikologidilakukan, terutama apabila ada pengembangan jenis  produk yang baru. Uji coba keamanan pangan dilakukan berdasarkan kode etik (ethical clearance) baik pada hewan maupun manusia. Sebagai relawan, responden perlu mengisi inform consent untuk meyakinkan kesediannya.

Uji toksikologi terhadap bahan pangan iradiasi dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih teliti dan paling lengkap bila dibandingkan dengan pengujian terhadap proses konvensional. Hasil pengujian pangan iradiasi yang dilakukan para pakar yang bergabung di dalam International Food Irradiation Project (IFIP) dan berpusat di Karlshruhe membuktikan  bahwa teknik iradiasi yang diterapkan untuk memproses bahan pangan jauh lebih aman dibandingkan teknik pengolahan konvensional lainnya. Persyaratan yang berlaku dalam  pemilihan bahan pengemas yang digunakan sebagai pembungkus makanan atau bahan  pangan yang akan diiradiasi harus tetap diperhatikan.

Bahan dan teknik pengemasan merupakan unsur yang tidak kalah penting, karena mutu dari bahan pangan yang diiradiasi sangat bergantung pada kekuatannya. Bahan  pengemas yang “flexible” dalam bentuk laminasi saat ini lebih banyak disukai daripada wadah yang terbuat dari kaleng, terutama untuk pembungkus makanan siap saji yang diiradiasi. Bahan pengemas tersebut umumnya dibuat secara khusus dan bersifat tahan terhadap radiasi, suhu -79 C, kedap udara serta tidak mudah terkelupas, sehingga mampu mempertahankan mutu makanan di dalamnya untuk jangka panjang pada suhu kamar (28 - 30 C).

Sebelum bahan pangan diiradiasi, dosis yang akan diterapkan sesuai tujuannya harus sudah diketahui. Dosimetri ditujukan untuk menetapkan tingkat keseragaman dosis, sehingga  bahan pangan benar-benar menerima jumlah paparan dosis yang sama sesuai dengan tujuan

iradiasi. Penelitian makanan iradiasi sudah dikembangkan sejak tahun 1968, dan aplikasinya terus mengalami peningkatan yang sangat nyata. Makanan iradiasi lazim pula disebut iradiasi pangan telah dikomersialisasikan meskipun hanya terbatas pada kebutuhan ekspor ke  berbagai negara di Eropa, Amerika dan Timur Tengah. Komersialisasi bahan pangan iradia si dilakukan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 701/MENKES/PER/VIII/2009, Undang-undang Pangan RI No. 7/1996, Label Pangan No. 69/1999 par. 34 dan peraturan perdagangan internasional dari segi komersialisasinya.

Peraturan standar internasional untuk makanan iradiasi Codex General Standard for Irradiated Foods (Codex stan 106-1983 Rev.2003) telah mengalami revisi pertama pada

(6)

tahun 2003. Tambahan peraturan tentang dosis terabsorpsi untuk makanan yang disterilisasi dengan dosis di atas 10 kGy harus mengacu pula pada undang-undang yang berlaku.

 Menunda proses pematangan buah dan menghambat pertunasan pada rimpang dan

umbi- umbian;

 mencegah perkembangbiakan serangga dan hama gudang.

-10 kGy

 Dekontaminasi, eliminasi kapang/khamir dan bakteri patogen tidak berspora.

Kombinasi perlakuan antara bahan pengemas, pembekuan dan iradiasi pada dosis sterilisas i

 terhadap bahan pangan/makanan untuk keperluan khusus (masyarakat rentan

terinfeksi penyakit,

 astronot, militer, jamaah haji dan kegiatan di luar rumah/outdoor activities serta

 pemakaian lain

 yang tidak bergantung pada fasilitas pendingin selama penyimpanan). Produk ini

dapat bertahan lebih dari setahun pada suhu kamar. Aplikasi Dosis Iradiasi Sesuai Tujuan Logo dan Produk Makanan Iradiasi

Label harus memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, juga harus memuat: tulisan “PANGAN IRADIASI”; tujuan iradiasi; tulisan “TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG”; Nama dan alamat penyelenggara iradiasi; tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun; nama negara tempat iradiasi dilakukan. Pada label  juga dilengkapi dengan logo radura (radiation durable).No. Jenis Pangan Tujuan Iradiasi

Dosis Serap Maksimum (kGy)

(7)

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat yang dipakai dalam praktikum kali ini adalah:

1. Iradiator IRPASENA BATAN PASAR JUM’AT 2. Mesin Berkas Elektron PSTA BATAN Yogyakarta B. Bahan yang dipakai dalam praktikum kali ini adalah:

1. Kol 2. Jahe

3. Bawang Merah 4. Plastik Wrap

IV. PROSEDUR

1. Bahan bahan yang akan diiradiasi disiapkan.

2. Memotong bahan yang cukup besar menjadi ukuran yang lebih kecil(menyesuaikan) dengan pisau yang telah dicuci dengan alkohol. ( Kol pada iradiator dan bawang pada MBE.

3. Menyiapkan setiap bahan masing-masing menjadi 4 bagian yang sama besar. Sehingga diperoleh sampel:

a. Bahan Tertutup sebagai sampel iradiasi  b. Bahan Tertutup sebagai sampel kontrol c. Bahan Terbuka sebagai sampel iradiasi d. Bahan Terbuka sebagai sampel kontrol

4. Untuk bahan tertutup digunakan plastik wrap dan dimasukkan kedalam plastik klip.

5. Bahan ditempatkan di dalam wadah. Pada iradiator, sampel dimasukkan kedalam kotak. Pada MBE, sampel diletakkan diatas plat kaca.

6. Dilakukan penyinaran radiasi terhadap bahan tersebut dengan dosis (Iradiator= 10 kGy dan MBE=86 kGy).

7. Setelah diiradiasi, ditunggu selama 3 hari lalu dilakukan uji organoleptik terhadap masing-masing bahan.

(8)

V. DATA PENGAMATAN 5.1.MENGGUNAKAN IRADIATOR 5.1.1. KOL  NO KOL Parameter Kode gambar Warna Kondisi Bau pH Kelayakan

Skala (1-5) 1 Terbuka

Iradiasi

Hijau

Pucat Masih segar Kol 5 3

A 2 Terbuka Kontrol Hijau Sayur Ada bagian yang busuk Kol  busuk 5 1 B 3 Tertutup Iradiasi Hijau Pucat Layu, ada  bagian yang  berwarna hitam Kol 5 2 C 4 Tertutup Kontrol Hijau Sayur Layu Kering, Ada bagian yang  berwarna hitam Kol 5 2 D

Kode gambar || Kanan : A || Kiri : B

(9)

5.1.2. JAHE

 NO Jahe

Parameter Kode

gambar Warna Kondisi Bau pH

Kelayakan Skala (1-5) 1 Terbuka Iradiasi Kuning Cerah

Masih segar, bagian yang berubah warna lebih kecil Jahe 6 4 A 2 Terbuka Kontrol Kuning Pucat

agak sedikit kering,  bagian yang berubah

warna lebih besar

Jahe 6 3

B

3 Tertutup Iradiasi

Kuning

Pucat kering, sedikit layu Jahe 5 3

C 4 Tertutup

Kontrol

Kuning

Pucat kering, sedikit layu Jahe 6 3

D

Kode gambar || Kanan : A || Kiri : B

(10)

5.1.3. Bawang

 NO Bawang

Parameter

Warna Kondisi Bau pH

Kelayakan Skala (1-5) 1 Tertutup Iradiasi Merah lebih

gelap Kering Bawang 5 3 2 Tertutup

Kontrol Merah muda Segar Bawang 5 4 3 Terbuka

Iradiasi Merah muda Kering Bawang 5 3 4 Terbuka

Kontrol Merah muda Kering Bawang 5 3

5.2. MENGGUNAKAN MBE 5.2.1. Bawang

 NO Bawang

Parameter Kode

Gambar Warna Kondisi Bau Kelayakan

Skala (1-5) 1 Tertutup

Iradiasi

Merah muda

Sedikit Basah dan

Berlendir Bawang 2 A 2 Tertutup Kontrol Merah muda

Sedikit Basah dan

Berlendir Bawang 2

B 3 Terbuka

Iradiasi

Merah

muda Kering Bawang 3

C 4 Terbuka

Kontrol

Merah

muda Kering Bawang 3

D Kode gambar Kanan bawah : A Kanan atas : B Kiri bawah : C Kiri atas : D

(11)

VI . PEMBAHASAN

Bahan pangan merupakan materi yang mudah rusak (perishable) dengan masa simpan yang tertentu. Tujuan pengawetan pangan adalah untuk menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan pangan, mempertahankan kualitas bahan, menghindarkan terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan serta  penyimpanan.

Salah satu bagian dari aplikasi teknologi nuklir adalah pengawetan makanan. Di mana suatu makanan diiradiasi dengan dosis tertentu sehingga makanan tersebut  bisa disimpan untuk beberapa hari. Irradiasi pada bahan pangan dengan irradiator gamma bertujuan untuk menekan proses pembusukan akibat kontaminasi mikroba, meningkatkan keamanan pangan dan mempertahankan kualitas serta mencegah kerusakan berlanjut selama penyimpanan. Namun keselematannya juga harus diperhatikan dengan menggunakan dosis sesuai dengan batas dosis yang diizinkan.

Jenis iradiasi yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan makanan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga mampu menembus bahan dan menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi  pada materi yang dilaluinya. Namun tidak semua tipe radiasi pengion misalnya  partikel alpha dapat dimanfaatkan untuk mengiradiasi bahan pangan karena tidak mampu menembus bahan tersebut atau sebaliknya, radiasi pengion dapat menyebabkan bahan yang disinari menjadi radioaktif apabila penggunaan energinya  baik pada elektron dan sinar-X tidak dibatasi. Apabila suatu zat dilalui radiasi  pengion, energi yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion. Energi yang diserap oleh tumbukan radiasi dengan partikel bahan pangan akan menyebabkan eksitasi dan ionisasi beribu-ribu atom dalam lintasannya yang akan terjadi dalam waktu kurang 0,001 detik. Karena waktu yang sangat singkat tersebut, maka tidak terjadi kenaikan suhu dan tidak menimbulkan residu. Produk ionisasi dapat berupa electronically charged (ion) maupun netral (radikal bebas). Produk ini kemudian bereaksi dan menyebabkan penghancuran mikroorganisme, serangga, dan  parasit selama proses iradiasi makanan.

Pada dasarnya pengawetan suatu bahan dengan radiasi adalah menggunakan sisi positif efek radiasi terhadap sistem biologi. Dalam aplikasi menggunakan sinar-X dan sinar gamma, efek hamburan Compton adalah parameter utama yang digunakan untuk menimbulkan elektron primer yang kemudian menghasilkan elektron sekunder.

(12)

Dalam aplikasi menggunakan berkas elektron yang diutamakan adalah proses timbulnya elektron sekunder. Kaskade elektron sekunder ini (sekitar 4000 untuk 6000 ionisasi per awal elektron sekunder) kehilangan energi pada saat berinteraksi dengan molekul bahan makanan molekul. Pada proses radiolisis ini terjadi dengan produksi radikal bebas yang dapat membunuh bakteri atau mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Codex Alimentarius Commission  bersama the Food and Agricultural Organization (FAO) dan the World Health Organization (WHO) telah menetapkan yang mengatakan  bahwa iradiasi terhadap bahan makanan sampai dengan 10 kGy tidak akan memberikan efek

keracunan dan bahaya nutrisi dalam makanan.

Sampel yang diiradiasi kali ini menggunakan iradiator gamma adalah kol, jahe, dan bawang; sedangkan sampel yang diiradiasi dengan MBE hanya bawang saja. Uji  pengawetan makanan kali ini dilakukan variasi, yakni makanan diiradiasi dalam kondisi

terbungkus/dikemas dan dibiarkan terbuka.

Pengemasan ini dilakukan untuk membatasi kontak makanan dengan udara, karena jika bahan yang telah diiradiasi kembali kontak dengan udara akan ada mikroba dari udara yang beraktifitas dalam bahan. Pengemasan sampel cukup sederhana yaitu dikemas cukup dengan menggunakan plastik “wrap” (plastik yang biasa digunakan untuk mengemas makanan di supermarket). Plastik tersebut tidak bereaksi dengan bahan ketika terkena radiasi. Hal ini merupakan salah satu persyaratan bahan pengemas yaitu bahan  pengemas ketika terkena radiasi tetap aman dan tidak bereaksi dengan bahan.

Sampel tersebut diiradiasi menggunakan Irradator gamma di PAIR. Dosis yang digunakan untuk mengiradiasi makanan tersebut yaitu 10 kGy. Setelah diiradiasi, makanan-makanan tersebut didiamkan beberapa hari pada suhu ruang dan dilakukan pengamatan. Iradiasi makanan dengan MBE pada CTA yang disertakan terukur 87 kGy selama 3 menit.

Pengamatan yang dilakukan adalah warna, bau, kondisi, dan pH. Pada  pengamatan kol; kol yang diiradiasi dalam keadaan terbuka masih tampak segar dan setelah iradiasi tertutup kol tampak layu. Kol dalam keadaan tertutup membusuk. Setelah diiradiasi warna kol berubah menjadi pucat. Tidak ada perubahan pH setelah dan sebelum iradiasi.

Pada sampel jahe; warna jahe setelah diiradiasi dengan kondisi terbuka warna  jahe tampak lebih cerah, sedangkan makanan setalah iradiasi dengan kondisi di wrap tidak mengalami perubahan warna. Pada dasarnya jahe merupakan makanan dengan

(13)

masa simpan yang lama meski tidak diawetkan. Jahe yang disimpan lama biasanya akan tumbuh tunas. Jahe tidak mengalami perubahan bau baik sebelum atau sesudak iradiasi. pH jahe sebelum dan sesudah radiasi juga tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Pengamatan sampel bawang dari iradiasi iradiator gamma tidak menunjukan adanya perbahan bau dan warna yang berarti. Bawang dalam kondisi terbuka dan diiradiasi dalam kondisi tertutup menjadi lebih kering dari bawang yang tidak diiradiasi dalam kondisi tertutup. pH bawang tidak berubah sebelum dan setelah iradiasi.

Pada sampel bawang dengan iradiasi MBE, bawang di potong 2 mm terlebih dahulu menyesuaikan daya tembus MBE. Warna dan bau bawang tidak mengalami  perubahan setelah dan sebelum iradiasi. Bawang dengan kondisi terbuka lebih kering dari bawang yang ditutup. pH bawang tidak dilakukan pengecekan karena jumlah sampel yang sangat sedikit.

VII. KESIMPULAN

Pengawetan makanan ditujukan untuk memperpanjang masa simpan. Pengawetan makanan dengan teknologi iradiasi menimbulkan interaksi antara radiasi sebesar dosis tertentu dengan materi atau sel hidup, sehingga dapat menghambat sintesa DNA dalam sel hidup, misalnya mikroba. Proses ini yang selanjutnya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan lain yaitu menunda pertunasan, membunuh serangga dan patogen.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, sampel tidak mengalami  perubahan bau, warna, dan pH yang berarti. Perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk

(14)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Basser, J etc, 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Christina P, Maria dan Megasari Kartini. 2009. Dasar-dasar Kimia Radiasi,  Percobaan-percobaan dan Contoh Aplikasinya. STTN-BATAN: Yogyakarta http://www.batan.go.id/kip/documents/Pengawetan_Makanan.pdf ,  diakses pada

Desember.

Yogyakarta, 2 Januari 2017

Dosen Pembimbing Praktikan

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa adanya pengolahan lebih lanjut, bahan pangan tersebut lama kelamaan akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologi, mekanik, kimiawi, mikrobiologi yang dapat menyebabkan

Berdasarkan Gambar 4b, nilai tegangan maksimum biokomposit murni seiring dengan peningkatan dosis iradiasi terletak pada kisaran 22.69 sampai 18.68 MPa, sedangkan hasil

Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno?dan gelombang elektromagnetik ?,?Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan

Iradiasi pangan merupakan cara pengolahan pangan yang dianggap mutahir yaitu pengolahan dengan menyinari pangan dengan radiasi pengion (energi yang sama seperti yang digunakan untuk

Berdasarkan Gambar 4b, nilai tegangan maksimum biokomposit murni seiring dengan peningkatan dosis iradiasi terletak pada kisaran 22.69 sampai 18.68 MPa, sedangkan hasil

(2) Bahan kontak pangan yang diizinkan untuk digunakan pada proses iradiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

Hasil yang diperoleh adalah tegangan putus naik dengan naiknya dosis iradiasi baik iradiasi dalam lingkungan udara maupun lingkungan nitrogen yaitu dari 139 kg/cmz menjadi

Kutipan SK Direktur Jenderal POM Nomor 03726/B/SK/VIII/89 mengenai batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan yang dikutip oleh P OERNOMO (1995) pada bahan makanan mentah