• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Tensile Bond Strength pada Resin Komposit Nanohybrid Menggunakan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch pada Restorasi Klas I (Penelitian In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Tensile Bond Strength pada Resin Komposit Nanohybrid Menggunakan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch pada Restorasi Klas I (Penelitian In Vitro)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Resin komposit pertama kali diperkenalkan di bidang kedokteran gigi untuk meminimalisasi kekurangan resin akrilik yang digunakan sebagai pengganti semen silikat (satu-satunya bahan estetik yang tersedia) pada tahun 1940. Pada tahun 1955, Buonocore menggunakan orthophosporic acid untuk meningkatkan adhesi antara resin akrilik dengan permukaan enamel.Pada tahun 1962, Bowen mengembangkan monomer Bis-GMA untukmeningkatkan sifat fisis resin akrilik. Resin ini diaktivasi secara kimia dan membutuhkan pasta yang harus dicampur dengan katalis. Pada tahun 1970 resin komposit yang diaktivasi oleh radiasi elektromagnetik dikembangkan.Pada awalnya cahaya yang digunakan berasal dari sinar ultraviolet (365 nm), tetapi polimerisasi yang dihasilkan kurang baik dan dapat menimbulkan efek samping iatrogenik. Hal ini menyebabkan penggunaan sumber cahaya visible light (427-491 nm) masih terus dikembangkan hingga saat ini.16

2.1 Resin Komposit Nanohybrid

(2)

Gambar 1. Bentuk partikel nano17

Single nanomer adalah partikel individu yang pada umumnya berbentuk bulat. Ukuran bahan pengisi berukuran nano ini berkisar antara 5-75 nm dibandingkan dengan ukuran partikel bahan pengisi yang umumnya sebesar 1 µ m. Nanocluster merupakan kumpulan dari single nanomer yang memiliki ukuran berkisar antara 2-20 nm.19

Pengenalan akan partikel berukuran nano ini meningkatkan beban dari bahan pengisi yang pada akhirnya dapat meningkatkan aplikasi klinis yang lebih baik meliputi: meningkatkan kemampuan polis, meningkatkan resistensi terhadap pemakaian, serta meningkatkan resistensi terhadap fraktur. Konsentrasi dari partikel tergantung dari viskositas. Partikel bahan pengisi dapat mencapai 69% volume dan 84% berat, menyebabkan penyusutan selama polimerisasi berkurang. Bahan coupling yang paling banyak digunakan adalah organosilane.19

Farid dkk, pada tahun 2004 menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara immediate bond strength dan delayed bond strength pada resin komposit nanohybrid.20Menurut penelitian Bulem dkk, pada tahun 2006, bahwa nilai compressive strength dan diametral tensile strength resin komposit nanohybrid, resin komposit packable, organically-modified ceramic, lebih besar daripada bahan lainnya (amalgam, dual-cure adhesive core, dan silver-reinforced glass ionomer cement).21

2.1.1 Komposisi Resin Komposit Nanohybrid

(3)

yang homogen di dalam matriks, karena bahan pengisi berukuran nano mampu mengisi jarak antara partikel-partikel yang besar dengan sempurna dan dapat membantu menghasilkan resin komposit dengan muatan bahan pengisi yang dapat dibandingkan dengan komposit hibrid konvensional. Resin komposit nanohybrid memadukan sifat baik dari resin komposit makrofil (seperti sifat fisik dan mekanis yang sangat baik) dengan resin komposit mikrofil (kualitas finishing dan polishing yang memuaskan). Dengan demikian, komposit ini dapat direkomendasikan sebagai bahan restorasi universal untuk gigi anterior dan posterior.Jenis matriks dari komposit ini masih terdiri dari monomer Bis-GMA konvensional yang dikembangkan oleh Bowen, meskipun jenis monomer yang baru telah diperkenalkan belakangan ini, misalnya dimer acid based dimethacrylate monomer dan urethane monomer yang khusus.Struktur inti dari monomer yang berbasis dimer acid ini disusun oleh struktur alifatik linear dan siklik.Dimer acid memiliki arti golongan dari asam karboksilat sikloalifatik yang merupakan dibasic acid dengan berat molekul yang tinggi, berupa cairan, dan dapat dipolimerisasi secara langsung dengan alkohol dan polyol untuk membentuk polyester.22

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit Nanohybrid

Kelebihan dari resin komposit nanohybrid yaitu:

1. Preparasi gigi yang dibutuhkan minimal, mengingat sifat adhesif yang mengijinkan adanya penambahan bahan pada area yang mengalami defek tanpa perlu preparasi tambahan.

2. Bahan restorasi yangdiproses di laboratorium berpotensi menghasilkan restorasi yang tahan lama.

3. Mengingat restorasi resin komposit nanohybrid dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan, pasien hanya membutuhkan satu kali anestesi. Hal ini dapat mempersingkat waktu dan mengurangi ketidaknyamanan bila harus dilakukan sementasi pada hari yang berbeda.

(4)

menyerupai gigi asli dengan akumulasi plak minimal. Kilau dari bahan ini dapat ditingkatkan dengan menyikat gigi, disebut juga “self-polishing effect.”

5. Penyesuaian warna mudah karena tampilan resin komposit nanohybrid yang alami memaksimalkan nilai estetis bahan. Komposit ini dapat menyatu dengan baik pada gigi yang direstorasi.2

Sampai saat ini resin komposit nanohybrid merupakan bahan tambalan yang baik bila dilihat dari segi estetis, sifat fisis, sifat mekanis, maupun ketahanannya. Hanya saja, bila dibandingkan dengan resin komposit nanofilled yang semua partikel bahan pengisinya berukuran sama, sifat fisis resin komposit nanohybrid masih berada di bawah resin komposit nanofilled.1

2.2Polimerisasi Resin Komposit

Sejak diperkenalkan pertama kali pada sekitar tahun 1960, resin komposit terus mengalami perkembangan pada tiap aspek, termasuk estetik, ketahanan pemakaian, dan teknik manipulasi.Namun, pengerutan selama polimerisasi tetap menjadi masalah utama.23Polimerisasi komposit dapat dibagi menjadi fase pre gel dan post gel.Pada fase pre gel, spesimen yang reaktif mampu untuk kompensasi volume pengerutan tanpa menghasilkan stres internal dan stres interfasial dengan jumah yang signifikan.Setelah proses gelation (post gel), pembentukkan jaringan polimer semi rigid menghalangi deformasi plastis.Ketika derajat konversi mencapai 10-20%, sudah cukup untuk membentuk gel. Sebagai konsekuensinya, pengerutan polimerisasi terus berlanjut dihubungkan dengan perkembangan modulus elastisitas, sehingga menghasilkan stres pada bahan restorasi.3

Polimerisasi resin komposit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Resin Komposit Aktivasi Kimia

(5)

2. Resin Komposit Aktivasi Sinar

Resin komposit aktivasi sinar merupakan bahan restorasi yang paling dominan baik untuk gigi anterior maupun posterior. Pada resin komposit ini menggunakan camphorquinone sebagai inisiator.24 Komposit aktivasi sinar ini mengijinkan dokter gigi untuk secara aktif menginisiasi polimerisasi sehingga lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan resin komposit aktivasi kimia. Lebih jauh lagi, teknik inkremental yang dilakukan untuk mengurangi pengerutan selama polimerisasi menjadi dapat dilakukan pada kavitas yang besar.26

Penyusutan selama polimerisasi dapat mempengaruhi kerapatan bagian tepi Hal ini dapat dilihat pada gambar 2, dimana setelah polimerisasi akan terbentuk gap yang dapat menyebabkan kurangnya kerapatan bagian tepi.Besarnya kontraksi yang terjadi bergantung pada ketebalan bahan yang digunakan, ukuran kavitas, serta teknik aplikasinya secara klinis.Sistem inkremental, yang umumnya digunakan pada resin komposit aktivasi kimia, bisa digunakan untuk membatasi kerusakan yang diakibatkan oleh penyusutan. Masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh penyusutan adalah stres pada permukaan gigi.19

Gambar 2.A. Gigi yang baru direstorasi, sebelum polimerisasi,

B. Pembentukkan marginal gap setelah restorasi.19

Akibat adanya kontraksi polimerisasi, perbedaan koefisien termal, dan perlekatan yang inadekuat antara bahan restorasi dan permukaan gigi, dapat terjadi

(6)

celah mikro antara resin komposit dan permukaan gigi yg pada akhirnya menyebabkan kebocoran mikro.Kebocoran mikro adalah penetrasi mikroorganisme dan cairan rongga mulut ke dalam pulpa. Manifestasi klinis dari kebocoran mikro adalah diskolorisasi marginal, nyeri, berkembangnya karies sekunder, dan rusaknya kompleks dentin-pulpa.27

2.3Sistem Adhesif

2.3.1 Klasifikasi Sistem Adhesif 1. Sistem Adhesif Total-Etch

Sistem adhesif yang berkembang sekarang ini umumnya terdiri dari monomer fungsional, monomer berbasis resin, inisiator, pelarut, inhibitor, dan bahan pengisi anorganik. Monomer resin adalah penting karena polimerisasinya menghasilkan cross-linked matrix yang menghasilkan kekuatan mekanis pada adhesif. Pertimbangan pemilihan monomer resin mempengaruhi sifat dan daya tahan lapisan adhesif di dalam rongga mulut.10

Monomer hidrofilik 2-hydroxy-ethyl methacrylate (HEMA) paling umum digunakan dalam adhesif.Adhesif yang mengandung HEMA dapat meningkatkan kekuatan perlekatan pada dentin yang mengalami demineralisasi.HEMA berfungsi sebagai agen yang dapat membasahi dan sebagai pelarut.Sifat ini dapat meningkatkan stabilitas bahan adhesif yang mengandung komponen hidrofilik dan hidrofobik dan mempertahankan bahan-bahan di dalam larutan tanpa harus mengalami fase separasi. Sifat hidrofilik HEMA menyebabkan penyerapan air dan pada akhirnya akan menyebabkan degradasi bahan adhesif di waktu yang akan datang. Ketika konsentrasi HEMA menurun di bawah level kritis, akan terjadi fase separasi/pemisahan antara air dan monomer adhesif, dan dibutuhkan udara yang cukup kuat untuk menghilangkan droplet yang mengandung air di dalam bahan adhesif. Konsentrasi HEMA yang optimal untuk mendapat perlekatan yang kuat di dalam bahan primer/adhesif adalah antara 30-40%, meskipun kegunaan HEMA masih kontroversial.10

(7)

kolagen dari dentin yang mengalami demineralisasi.Air, etanol, dan aseton adalah pelarut yang umum digunakan dan harus terevaporasi dari bahan adhesif; jika tetap berada dalam bahan adhesif, permeabilitas lapisan adhesif mungkin dapat meningkat. Jumlah pelarut yang terevaporasi dalam campuran resin adhesif sudah diteliti, dan hasilnya mengindikasikan bahwa waktu yang ditetapkan pabrik terlalu singkat untuk menghilangkan setengah dari pelarut. Setelah polimerisasi dari adhesif, sisa -sisa pelarut digantikan oleh air. Untuk mengoptimalkan eliminasi pelarut organik dan air, dibutuhkan pengeringan yang lebih lama dan sebaiknya waktu pengaplikasian juga lebih lama.10

Air adalah pelarut senyawa organik yang buruk, sehingga pelarut sekunder seperti etanol atau aseton sebaiknya ditambahkan pada bahan adhesif. Karena tekanan uap air dari adhesif berbasis air lebih rendah, aplikasi sebaiknya dilakukan dengan cara digosok untuk membantu difusi monomer dan mendapatkan hasil yang baik secara klinis. Bahan yang berbasis aseton dapat bekerja dengan baik pada dentin yang lembab tapi dapat menjadi buruk apabila dilakukan pengeringan yang berlebihan pada permukaan dentin.Sebaliknya, bahan yang berbasis air tidak terlalu sensitif pada suasana lembab dari dentin tetapi membutuhkan waktu evaporasi pelarut yang lebih lama karena air memiliki tekanan uap air yang rendah.Aseton memadukan komponen hidrofobik dan hidrofilik untuk mencegah fase separasi. Bagaimanapun, penguapan yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya usia penyimpanan adhesif berbasis aseton akibat evaporasi aseton selama pemakaian ulang di dalam botol. Namum beberapa penelitian (meskipun masih sedikit) telah mempelajari alternatif pelarut sepertitert-butanol (2-methyl-2-propanol).10

Sistem adhesif total-etch dapat diklasifikasikan menjadi:  Three-step total-etch adhesive

(8)

lapisan hibrid yang tebal terjadi akibat keterlibatan mikromekanis monomer resin dengan dentin yang sudah dietsa.28

Two-step total-etch adhesive

Ciri dari sistem ini adalah kombinasi bahan primer dan bonding dalam satu botol. Untuk menghasilkan perlekatan yang optimal, etsa pada permukaan enamel dan dentin sangat diperlukan.28

Pada dentin, air dibutuhkan untuk mencegah runtuhnya serabut kolagen untuk pembentukkan lapisan hibrid yang sesuai. Terdapat dua teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh hibridisasi yang adekuat; teknikdry-bonding dan wet-bonding, dimana yang membedakan kedua teknik ini adalah pelarut yang digunakan pada bahan primer/adhesif. Dengan sistem total-etch, monomer primer hidrofilik dilarutkan pada suatu pelarut yang mudah menguap, seperti aseton dan etanol, kemudian pelarut primer dievaporasi dengan gentle air-drying, menyisakan monomer primer yang aktif.28

Saat mengaplikasikan teknik dry-bonding, substrat dikeringkan dengan udara.Jaringan kolagen pada dentin yang terdemineralisasi runtuh bersamaan dengan hilangnya jarak interfibrillar antara serabut kolagen yang terpapar. Sistem adhesif yang mengandung primer berbasis air terhidrasi kembali dan, oleh karena itu, menambah jaringan kolagen dentin yang runtuh.28

(9)

Gambar 3.Two-step total-etch adhesive. A. Etsa asam untuk membuang smearlayer/smearplug, B. Aplikasi

bahanadhesif28

2. Sistem Adhesif Self-Etch

(10)

Sistem adhesif self-etch telah terbukti tidak membutuhkan teknik yang rumit dan menghasilkan aplikasi klinis yang baik. Keuntungan lain yang penting adalah rendahnya insidensi pasien mengalami sensitivitas pasca perawatan.10

Sistem adhesif self-etch dapat diklasifikasikan menurut pH nya, yaitu, strong (pH <1), intermediate (pH=1.5), dan mild (pH>2). Gambaran morfologi zona interaksi antara dentin dengan resin yang dihasilkan oleh sistem adhesif self-etch, tergantung pada kemampuan monomer fungsional asam untuk mendemineralisasi dentin. Strong self-etch adhesive (pH<1) melarutkan smear layer dengan sempurna dan membentuk lapisan transisi yang tebal. Gambaran morfologi interfasial yang dihasilkan sistem adhesif ini menyerupai yang dihasilkan oleh sistem adhesif total-etch.Mild self-etch adhesive (pH sekitar 2) mendemineralisasi dentin di permukaan sampai kedalaman <1 µ m dan menghasilkan lapisan transisi yang lebih tipis. Mild self-etch adhesive hanya mendemineralisasi sebagian dentin, meninggalkan kristal hidroksiapatit di sekitar serat-serat kolagen.10

Sistem adhesif self-etch dapat diklasifikasikan menjadi:  Two-step self-etch adhesive

Sistem ini membutuhkan aplikasi bahan primer sistem adhesif self-etch pada enamel dan dentin, diikuti dengan aplikasi bahan bonding yang hidrofobik. Efek dari sistem adhesif self-etch berasal dari monomer dimana asam karboksilat atau asam fosfat ditambahkan.28

One-step self-etch adhesive

(11)

Gambar 4.Sistem adhesif self-etching primer. A. Smear layer sebagai substrat. B. Aplikasi bahan primer (biru) akan berpenetrasi ke dalam smear layer dan smear plug. C. Aplikasi bahan adhesif dan penyinaran.29

2.3.2 Perlekatan terhadap Enamel

Perlekatan resin komposit terhadap enamel tergantung retensi mekanis resin tag pada enamel yang termineralisasi. Tag ini akan menutup pori-pori yang berada di dalam dan di sekitar prisma enamel dengan mekanisme etsa asam, umumnya menggunakan asam fosfor. Viskositas yang rendah, resin tanpa bahan pengisi secara efektif akan masuk ke dalam pori-pori tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan etsa asam ini bervariasi, antara 15-30 detik, tergantung dari kondisi giginya. Misalnya, gigi dengan enamel yang mengalami fluorosis akan membutuhkan waktu lama dalam pengetsaannya. Hal penting lainnya adalah ketika membersihkan asam fosfor setelah pengetsaan, umumnya memerlukan waktu 10-20 detik.30

Karena komposit berbasis resin lebih kental dibandingkan resin akrilik tanpa bahan pengisi, bahan bonding enamel dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi enamel yang teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk meningkatkan kemampuan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada enamel.31

(12)

Gambar 5.Permukaan enameldilihat dengan scanning electron microscop(SEM) setelah pengetsaan dengan asam fosfor 37%, proses pencucian, dan pengeringan(200x pembesaran)19

2.3.3Perlekatan terhadap Dentin

Perlekatan terhadap dentin lebih sulit dibandingkan perlekatan terhadap enamel. Hal ini dikarenakan dentin merupakan jaringan yang hidup, memiliki kandungan air yang tinggi, dan berisi jaringan termineralisasi yang lebih sedikit dibandingkan enamel.31,20Dentin bersifat heterogen dan terdiri atas bahan anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen tipe I) 30% volume, dan cairan 20% volume. Tubulus dengan saluran-saluran cabangnya juga dapat digunakan untuk meningkatkan retensi mekanis. Tantangan lain terhadap perlekatan termasuk adanya lapisan pada permukaan dentin yang terpotong serta kemungkinan efek samping biologi yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia terhadap pulpa.Untuk alasan-alasan tersebut perkembangan bahan bonding dentin menjadi terhambat dibandingkan dengan perkembangan bahan bonding enamel.30

2.3.4Smear Layer

(13)

plug, dimana smear plug ini dapat masuk ke tubulus dentin hingga kedalaman 1-10 µm.32

Komposisi smear layer hingga saat ini belum dapat diuraikan dengan baik. Namun, komposisismear layer diperkirakan sama dengan komposisi dentin yang berada dibawahnya. Smear layer dipercaya terdiri dari hidroksiapatit yang telah rusak/hancur serta kolagen yang sudah mengalami fragmentasi dan denaturasi.Smear layer dapat mengakibatkan perlekatan yang lemah terhadap dentin.32

Terdapat dua cara untuk mengatasi perlekatan yang kurang baik yang disebabkan oleh smear layer.Pertama, dengan membuang smear layer terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan bahan bonding. Kedua, dengan menggunakan bahan bonding yang dapat berpenetrasi menembus smear layer.32

2.3.5Hybrid Layer

Untuk memperoleh perlekatan yang baik, diperlukan infiltrasi bahan primer dan/atau resin ke dalam dentin yang sudah didemineralisasi dengan asam sebelumnya.Selanjutnya diaktivasi baik secara kimiawi ataupun dengan cahaya, supaya dapat berpolimerisasi.Lapisan tipis ini, yang merupakan resin-infiltrated dentin, pertama kali diperkenalkan oleh Nakabayashi et al, pada tahun 1982, yang disebut hybrid layer. Lapisan ini merupakan gabungan dari dentin dan resin.11

(14)

Hybrid layer yang terbentuk pada sistem adhesif total-etch lebih tebal dibandingkan pada sistem adhesif self-etch.6 Hal ini disebabkan karena pengetsaan dengan asam fosfor pada sistem adhesif total-etch menyebabkan demineralisasi yang lebih besar, sehingga penetrasi bahan adhesif ke tubulus dentin semakin baik. Selanjutnya, bahan primer dan/atau resin akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin dan membentuk suatu hybrid layer(gambar 7).

Resin komposit

Gambar 7. A. Hybrid layer pada total-etch system, B.Hybrid layer pada self-etch system6

Banyak yang berasumsi bahwa semakin tebal hybrid layer, semakin baik. Faktanya, hybrid layer yang dihasilkan oleh sistem adhesif total-etch, hanya memiliki sedikit keuntungan bila dihubungkan dengan kekuatan perlekatan. Pembentukkan hybrid layer yang baik dilihat dari infiltrasi resin pada zona demineralisasi yang dihasilkan oleh pengetsaan. Dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa proses hibridisasi yang efektif dinilai dari penetrasi hybrid layer secara sempurna ke dalam dentin yang telah terdemineralisasi, berapapun ketebalannya.11

Resin komposit

Bahan adhesif

Hybrid layer

(15)

2.4Kekuatan Perlekatan pada Kavitas Klas I

Faktor-faktor yang mempengaruhi perlekatan bahan restorasi secara umum adalah tingkat kebasahan substrat, contact-angle yang rendah, dan kondisi substrat yang bersih.Tegangan permukaan bahan bonding harus lebih rendah dari permukaan enamel maupun dentin. Adanya kontaminasi dengan saliva maupun substansi lainnya dapat mempengaruhi energi permukaan substrat dan mengganggu proses pembasahan oleh bahan adhesif.30

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa tingginya nilai faktor C berhubungan dengan rendahnya kekuatan perlekatan. Pada restorasi klas I memiliki faktor C tertinggi yaitu 5:1 (gambar 8). Ketika merestorasi kavitas dengan faktor C yang tinggi maka strespolimerisasi yang dihasilkan juga tinggi.Hal ini menyebabkan kekuatan perlekatan terhadap kavitas semakin lemah. Stres polimerisasi dipengaruhi oleh karakteristik resin komposit (misalnya jenis kandungan matriks), kandungan bahan pengisi, kecepatan polimerisasi, derajat konversi, serta modulus elastisitas.7

Gambar 8. Faktor C pada berbagai preparasi klas restorasigigi3

(16)

2.5Tensile Bond Strength

Pemilihan sistem adhesif didasarkan pada kekuatan perlekatan yang dimilikinya, ketika dilakukan uji di laboratorium. Meskipun validitas suatu uji kekuatan perlekatan untuk menggambarkan keberhasilan klinis dari sistem adhesif masih dipertanyakan, bukti yang sudah ada menunjukkan bahwa keberhasilan klinis dapat diprediksi melalui uji laboratorium yang tepat.12 Uji kekuatan perlekatan dilakukan sebagai alat skrining yang membantu untuk memperkirakan bagaimana keberhasilan suatu sistem adhesif bila digunakan secara klinis.34

(17)

2.6Kerangka Teori

Efek penyusutan selama polimerisasi tinggi

Mengganggu perlekatan

Sistem adhesif yang stabil

Total-etch adhesive system Self-etch adhesive system

Tensile bond strength Upaya penanganan?

Resin komposit nanohybrid Restorasi klas I

Stres polimerisasi Faktor C tertinggi

Gambar

Gambar 1. Bentuk partikel nano17
Gambar 2.A. Gigi yang baru direstorasi, sebelum polimerisasi,  B. Pembentukkan marginal gap setelah restorasi.19
Gambar 3.Two-step total-etch adhesive. A. Etsa asam untuk  membuang smearlayer/smearplug, B
Gambar 4.Sistem adhesif self-etching primer. A. Smear layer sebagai substrat. B. Aplikasi bahan primer (biru) akan berpenetrasi ke dalam smear layer dan smear plug
+5

Referensi

Dokumen terkait

Once the soil burn severity map is in the online database it can be combined with land cover and soil datasets on demand in order to generate the spatial model

We use laser data, spectrometer data and RGB image data for different independent sub-tasks: From spectrometer data the asphalt ageing and deterioration is

[r]

sebelumnya diujicobakan dan diuji validitas serta diuji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, uji F, uji t,

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran

Apakah penggunaan Emoticon dalam Instant Messaging dapat mengulangi makna pesan teks yang anda sampaikan?.

Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kerja, kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Media Proyeksi adalah media visual yang hanya dapat digunakan denganf. bantuan