BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang fundamental menuju ke sistem pemerintahan yang demokratis
dan transparan serta meletakkan supremasi hukum.Dalam hal ini pemerintah harus
mampu memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat yang
tengah mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi.
Perubahan-perubahan diatas menuntut terbentuknya kepemerintahan yang
bersih dan transparan dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.
Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas tuntutan masyarakat yang
berbeda namun berkaitan erat, yaitu :
a. Masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan
terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif.
b. Masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka didengar dengan demikian
pemerintah harus memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam
perumusan kebijakan Negara.1
Permasalahan utama dalam pelayanan publik yang terjadi selama ini
adalah rendahnya respon dari pemerintah dalam mengantisipasi
perkembangan-perkembangan atau dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Inisiatif dan
1
kreatifitas pemerintahan sebagai stakeholder sangat lemah dalam menjawab
tuntutan masyarakat akan pelayanan publik. Selain itu, rendahnya pengawasan
mengakibatkan buruknya sistem pelayanan publik dengan munculnya “penyakit
birokrasi” yang berujung pada munculnya praktek KKN.2
Salah satu bidang pelayanan publik yang merupakan lahan subur
munculnya praktek KKN adalah pelayanan pemerintah dalam bidang penyediaan
jasa. Hal ini ditandai dengan prosedur yang tidak efisien atau bertele-tele, wabah Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang
diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.Perbaikan pelayanan publik di era reformasi merupakan harapan
seluruh masyarakat, namun ternyata tidak mengalami perubahan yang
signifikan.Berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa
berbagai jenis pelayanan publik mengalami kemunduran yang utamanya ditandai
dengan banyaknya penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan
prosedur pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya manusia yang lamban
dalam memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan diskriminatif serta berbudaya
bukan melayani melainkan dilayani juga merupakan aspek layanan publik yang
banyak disoroti. Rendahnya kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
sebagian aparatur pemerintahan atau administrasi negara dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.Kondisi ini karena di dalam kerangka hukum administrasi
positif Indonesia saat ini telah diatur tentang standar minimum kualitas pelayanan,
namun kepatuhan terhadap standar minimum pelayanan publik tersebut masih
belum termanifestasikan dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintah.
2
pungutan liar, dan tidak adanya transparansi dalam hal biaya dan waktu
penyelesaian. Hal ini mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat dan
kalangan usaha ekonomi terhadap pemerintah dan kalangan investor akan ragu
dalam melakukan investasi.3
Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah atas
penyelenggaran pelayanan publik. Peraturan mengenai pelayanan publik yang
diterbitkan oleh pemerintah belum mampu diimplementasikan oleh baik oleh
implementor sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan atau maladministrasi.
Implementor dalam hal ini adalah pimpinan pemerintah daerah beserta aparatur
pemerintahan sebagai ujung tombak dalam segala bentuk kebijakan pelayanan
publik, termasuk di dalamnya yang berhubungan dengan pelayanan publik.
Untuk menjawab tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang
berkualitas sesuai dengan era reformasi pada saat ini, pemerintah harus dapat
membuat kebijakan program penyediaan pelayanan yang berkualitas berupa suatu
sistem yang mengedepankan efisiensi dan transparansi. Untuk itu pemerintah
telah berinisiatif untuk membuat kebijakan pemanfaatan teknologi untuk
membangun electrolal government for a good governance yang terintegrasi mulai
dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah daerah.4
Untuk itu, pemerintah telah berinisiatif untuk membuat suatu kebijakan
pelayanan khususnya yang terintegrasi yang mengedepankan efisiensi dan
transapransi. Hal tersebut tertuang dalam dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
3
Fahmi Wibawa, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu. Jakarta : Grasindo. h.
11
4
Pintu yang kemudian disempurnakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No 25 Tahun 2009 mengenai pelayanan publik. Sistem Pelayanan Terpadu Satu
Pintu merupakan penyederhanaan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik
yang meliputi :
1. pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan
2. percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar
waktu yanglah ditetapkan dalam peraturan daerah
3. kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah;
4. kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan
proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan
prosedurnya
5. mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk
dua atau lebih permohonan perizinan
6. pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku
7. pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.5
Dalam rangka untuk memberikan pelayanan yang lebih berkualitas,
pemerintah daerah dapat menerapkan dan membentuk sistem pelayanan terpadu.
Sistem pelayanan terpadu bertujuan untuk pelayanan yang lebih mudah, lebih
sederhana, lebih cepat, dan murah dari sisi biaya dan dapat memberikan tertib
administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan. Adapun sistem pelayanan terpadu
5
dilaksanakan dengan prinsip ekonomis, adanya jaminan kualitas pelayanan,
aksesibilitas, koordinasi dan kesederhanaan pelayanan. Sistem pelayanan terpadu
juga dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi penyelenggara
pelayanan terpadu dan masyarakat.6
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera
Utara yang beru dimekarkan melalui UU RI Nomor 36 Tahun 2003. Dengan
status kabupaten baru, pemerintah dituntut untuk dapat terlebih dahulu
mengembangkan perekonomian dengan mempermudah layanan publik dalam hal
perizinan dan investasi. Selain itu, pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam
rangka memudahkan kerjasama dengan masyarakat harus dapat memberikan
informasi dan akses terhadap pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini sejalan
dengan visi Kabupaten Serdang Bedagai yakni ; “Menjadikan Kabupaten Serdang
Bedagai sebagai salah satu kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakat
yang Pancasilais, religius, modern dan kompetitif”.7
Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten Serdang Bedagai berdiri Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan Permendagri No.24
Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
mengeluarkan Pemerintah Daerah No. 03 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu (KPT). Pembentukan Kantor Pelayanan
Terpadu merupakan suatu inisiatif pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam
menyederhanakan sistem pelayanan khususnya di bidang perizinan dari
pemerintah kepada masyarakat dan memudahkan dalam pengurusan perizinan.
6
Republik Indonesia, Undang-undang No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, Pasal 9.
7
pada tahun 2006 yang sebelumnya bernama Kantor Unit Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (UPSSP) yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati No. 10
Tahun 2006 tentang pelaksanaan unit pelayanan terpadu. Tugas utama Kantor
Pelayanan Terpadu adalah memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
khususnya di bidang perizinan dan penanaman modal. Yang dimaksud dengan
pelayanan prima di bidang perizinan adalah pelayanan yang mencerminkan suatu
bentuk pelayanan yang memenuhi prinsip pelayanan yang jelas, sederhana, aman,
pasti, efesien, ekonomis, adil dan merata, serta tepat waktu.
Pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu memberikan suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi kepada masyarakat dengan mengedepankan
keterbukaan informasi dan efisiensi waktu. Sistem pelayanan yang terintegrasi
merupakan suatu sistem pelayanan yang mengedepankan komunikasi yang efektif
dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (information and
communication technology) sesuai dengan konsep pemerintahan elektronik yang
selanjutnya disebut dengan E-government. E-government adalah penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan
bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
pemerintahan.
E-governent merupakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mewujudkan praktek pemerintahan yang lebih efisien dan efektif,
pelayanan yang lebih terjangkau dan memperluas akses publik untuk memperoleh
informasi sehingga terjadi peningkatan transparansi. E-government pada
hubungan antara pemerintah dengan pihak lain atau dengan masyarakat.8
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
dalam bidang perizinan, maka pemerintah dengan menganut konsep
E-government dapat membuat suatu sistem pelayanan yang terintegrasi yang
melibatkan antar lembaga dalam struktur pemerintahan. Hal tersebut terwujud
dalam suatu sistem pelayanan yang terpadu yang dapat memudahkan akses dan
arus informasi antara pemerintah dan masyarakat. Konsep sistem pelayanan
terpadu pada dasarnya merupakan penyederhanaan layanan kepada masyarakat.9
Konsep kebijakan sistem pelayanan terpadu disusun
berdasarkanpendekatan fungsional layanan dari sistem kepemerintahan yang harus
diberikanoleh suatu Pemerintah Daerah kepada masyarakatnya, dan urusan
administrasiserta fungsi lain yang berhubungan dengan kelembagaan Pemerintah
Daerah,yang diperlukan guna terselenggaranya sistem kepemerintahan
daerah.Fungsi-fungsi pelayanan, administrasi dan kelembagaan kemudian
dikelompokan dalam grup-grup blok fungsi. Dengan pendekatan ini, fungsi
kepemerintahan kemudian dikelompokkanmenjadi blok-blok fungsi dasar umum
(pelayanan, administrasi, manajemen, pembangunan, keuangan, kepegawaian) dan
fungsi lainnya, khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan dan
kelembagaan.Adapun fungsi pelayanan terbagi menjadi beberapa modul
diantaranya adalah modul pendaftaran dan perizinan.10
8
Eko Richardius, Electronic Government (Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik), Andi, Yogyakarta,2002. h.4
9
Kemendagri, Peraturan Dalam Negeri No.24 Tahun 2004, dalam Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Bab III. pasal 4
10
Pada dasarnya, konsep kebijakan sistem pelayanan terpadu merupakan
suatu konsep yang masih baru dan butuh waktu lama untuk dapat
diimplementasikan secara sempurna sehingga dampaknya benar-benar dirasakan
pada pertumbuhan perekonomian masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
implementasi kebijakan sistem pelayanan terpadu membutuhkan anggaran biaya
yang sangat besar. Selain itu, secara praktis konsep sistem pelayanan terpadu
membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu
menangani teknologi informasi dan komunikasi sehingga membutuhkan biaya
yang sangat besar dan biaya pelatihan.11
Permasalahan utama yang muncul dari sebuah kebijakan publik adalah
ketika memasuki tahapan implementasi kebijakan. Pada tahapan implementasi,
seringkali kebijakan yang telah disusun dengan baik diimplementasikan dengan
buruk oleh implementor. Hal tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam tubuh
birokrasi itu sendiri yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap aparatur
dan struktur birokrasi itu sendiri.12
Dilaporkan terdapat 53 Kabupaten\Kota yang sudah membentuk Kantor
Pelayanan Terpadu (KPT). Diantaranya adalah Kota Yogyakarta (2005),
Kabupaten Kebumen (2006). Namun tidak semua KPT dapat betul-betul
menyediakan pelayanan yang menganut konsep pelayanan terpadu. Beberapa KPT
hanya berfungsi sebagai pendaftaran perizinan atau hanya tahap awal pemrosesan
perizinan sehingga fungsi KPT sebagai penyedia jasa layanan yang terpadu dan
11
Eko Richardius, op. cit. h. 16 12
terintegrasi belum terlaksanan secara maksimal.13
Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah
menginterpretasikan data dan fakta yangdiperlukan dalam suatu penelitian.
William N. Dunn mengemukakan beberapa karakteristik masalah publik yang
sangat membantu dalam perumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakuakn penelitian
tentang implementasi konsep Sistem Pelayanan Terpadu pada Kantor Unit
Pelayanan Terpadu Kabupaten Serdang Bedagai dalam rangka meningkatkan
pelayanan publik khususnya di bidang perizinan.
1.2 Fokus Masalah
Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah yang
selanjutnya disebut dengan fokus yang berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum. Fokus masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan
berkembang di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
bagaimana perkembangan implementasi konsep Sistem Pelayanan Terpadu di
Kantor Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Serdang Bedagai dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang perizinan.
1.3 Rumusan Masalah
14
13
www.jabarprov.go.id\ diakses pada tanggal 4 Desember 2012 pukul 20.00 WIB. 14
Dunn, William N. 1999.Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta. Gajah Mada University Press.h.214-234.
: a) Interdependensi masalah
kebijakan, yaitu masalah pada bidang tertentu berpengaruh terhadap bidang yang
lain, artinya suatu masalh merupakan bagian dari suatu sistem masalah yang
b) Subyektifitas masalah kebijakan, yaitu masalah publik meskipun
bersifat sangat obyektif tetapi dalam proses artikulasinya tetap merupakan hasil
berpikir dan hasil interpretasi dari analisis atau pengambilan kebijakan. c)
Artifisial masalah kebijakan, dimana masalah tidak dapat dipisahkan dengan
individu ataupun kelompok yang mengidentifikasikannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang menjadi
perhatian penulis dalam penelitian ini adalah: “BagaimanakahImplementasi
Kebijakan Sistem Pelayanan Terpadu dalam rangka Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik pada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Serdang
Bedagai?”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menggambarkan proses implementasi kebijakan Sistem Pelayanan
Terpadu pada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Serdang Bedagai
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.
2. Untuk mendeskripsikan hambatan dan tantangan implementasi konsep
Sistem Pelayanan Terpadu pada kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan (Blue Print)
E-Government sebagai pembanding.
1.5 Manfaat Penelitan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Secara subjektif, penelitian diharapkan bermanfaat untuk melatih,
sistematis dan metedologi penulis dalam menyusun suatu wacana baru
dalam memperkaya penerapan ilmu pengetahuan dan wawasan kebijakan
pemerintah khususnya mengenai E-Government.
2. Secara praktis, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi instansi
terkait mengenai pentingnya memperhatikan perumusan kebijakan
Electronic Government (E-Government) yang sesuai dengan amanat
Undang-undang dan kebutuhan publik. Penelitian ini juga diharapkan
dapat dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan yang mengarahkan
pada kemajuan institusi dan pelayanan publik yang lebih berkualitas.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa
bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat menjadi bahan referensi