• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PROSES (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PROSES (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PROSES

PEMBELAJARAN

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru (PPG)

Dosen Pengampu: Reksiana, MA. Pd

Disusun Oleh: Kelas VB Tarbiyah

Kelompok 7

Andi Rabiatul Adawiah 15311531

Fatimah 15311506

Nadhifa Mizana Al-Azwi 15311548 Keukeu Mutmainnah 15311512

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah tentang “Peran Profesionalitas Guru dalam Proses Pembelajaran”

sebagai pelajaran dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan

juga kami berterima kasih kepada Ibu Reksiana, MA. Pd. selaku Dosen mata

kuliah Pengembangan Profesi Guru (PPG) yang telah memberikan tugas ini

kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu Profesionalisme

Guru, seberapa pentingnya, syarat-syaratnya, indikatornya serta penilaian

seorang guru. Mudah-mudahan dengan makalah ini kami dapat membantu bagi

siapa saja yang membutuhkannya, baik dalam pemahaman teori ataupun

pengamalan langsung. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu

kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang

telah kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi

kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Ciputat, 8 November 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Guru Profesional ... 3

B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan ... 6

C. Syarat-syarat menjadi Guru Profesional ... 9

D. Indikator Kinerja Guru ... 13

E. Penilaian Kinerja Guru ... 19

BAB III PENUTUP A. Simpulan... 21

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai

jabatan profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin

berdasarkan kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah sangat

berperan di dalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang serta

mengarahkan dan membimbing yang maksimal dan berkesinambungan, terhadap

guru sebagai stafnya, maka kinerja guru yang optimal dapat terwujud.

Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan

oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong kinerja

individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Setiap

individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai

yang berlaku pada dirinya.

Orientasi kepala sekolah sebagai pemimpin sangatlah cocok dengan misi

dari pada sekolah sebagai organisasi terbuka dan Agent of Change, yang mana

sekolah dituntut inovatif, aspiratif dan tanggap terhadap perkembangan zaman.

Kesempatan ini lebih didukung dengan adanya otonomi pendidikan dengan

program Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management). Dengan

program tersebut kepala sekolah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

rangka mengelola sekolah, sehingga dituntut memahami secara komprehensif

manajemen sekolah. Kemampuan manajerial yang tinggi menjadikan sekolah

efisien.

Peran kepala sekolah pada hakikatnya adalah kepala sekolah yang

memahami dan menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang

efektif seperti yang diakronimkan bahwa kepala sekolah sebagai EMASLIM

(educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan

motivator).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian profesionalisme guru?

2. Bagaimana pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan?

(5)

4. Bagaimana indikator kinerja guru?

5. Bagaimana Penilaian kinerja guru?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian profesionalisme guru.

2. Untuk mengetahui pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan.

3. Untuk mengetahui syarat-syarat guru professional.

4. Untuk mengetahui indikator kinerja guru.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Guru Profesional

Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain

berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut

memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi

anak didiknya.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,

kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungguhnya guru dan

pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (Bahasa Indonesia)

merupakan padanan dari kata educator (Bahasa Inggris). Di dalam kamus

Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang padanannya

dalam Bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau

ahli pendidikan. Sedangkan kata Guru merupakan padanan dari kata teacher

(Bahasa Inggris). Di dalam kamus Webster, kata teacher bermakna sebagai “The

person whoteach, especially in school” atau guru adalah seseorang yang

mengajar, khususnya di sekolah.1

Guru adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat

yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan. Dalam mendefinisikan kata guru ataupun pendidik, setiap orang

pasti memiliki prespektifnya masing-masing.

Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian

tertentu kepada seorang atau kelompok orang, sedangkan guru sebagai pendidik

adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara. Guru adalah

petugas lapangan dalam pendidikan yang selalu berhubungan dengan murid

sebagai obyek pokok dalam pendidikan.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa

memiliki keahlian sebagai guru. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun

2008 tentang Guru. Sebutan Guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru

kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru

1 Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.

(7)

bimbingan karir, (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan

(3) guru dalam jabatan pengawas.

Dalam ajaran agama Islam guru adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya,

baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru yang

berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada

anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat

kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai

hamba Allah. Selain itu guru mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk

individu yang mandiri. 2

Untuk menjadi guru yang professional diperlukan syarat-syarat khusus,

dan harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan

berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui

masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Jadi guru professional

mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang

menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam

mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Guru professional adalah

guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional

dengan muridnya. Guru yang demikian adalah guru yang secara internal

memenuhi kriteria adminisratif, akademis, dan kepribadian.3

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No.

20 Tahun 2003: Guru/Pendidik professional merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Guru professional

merupakan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki

pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru yang profesional akan tercermin

dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik

2

Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 13

3 Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.

(8)

dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung

jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. 4

Guru/pendidik yang profesional tidak berpikir hanya mengajar saja

melainkan ia akan berbuat yang lebih terbaik untuk siswanya, masyarakat, dan

dirinya sendiri sebagai bekal kehidupannya di masa depan. Ia tidak akan

mengabaikan tugas pokok dan akan melaksanakan tugas yang diembankan

kepadanya. Guru yang professional juga bertindak sebagai motivator dan

fasilitator dalam membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan, serta

terbentuknya moral siswa yang dialami, sehingga terjalin keseimbangan,

kebahagiaan dunia dan akhirat. Guru tersebut mobilitasnya tinggi, akftifitas di

bidang pendidikannya banyak sehingga secara tidak langsung wawasan, pola

pikir, ilmu pengetahuan dan keterampilan guru akan bertambah.5

Guru profesional dalam pendidikan agama Islam mempunyai sebutan dan

fungsi serta tugas-tugas yang berbeda-beda yaitu:

1.Ustadz adalah orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang

melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses

dan hasil kerja serta sikap kontinous, improvement.

2.Mu’allim adalah orang yang mempunyai ilmu dan mampu

mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,

menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus melakukan

transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi serta amaliah (implementasi).

3.Murabby adalah orang yang mendidik dan mempersiapkan peserta

didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara

hasil kreasinya untuk menimbulkan pengaruh yang positif bagi dirinya,

masyarakat dan alam sekitarnya.

4.Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral

identifikasi diri, menjadi pusat panutan, teladan dan konsultan bagi

anak didiknya.

4

Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 15

5 Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.

(9)

5.Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan

informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara

berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,

memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuannya.

6.Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dalam membangun peradaban berkualitas di masa

depan.6

Berdasarkan dari beberapa definisi guru/pendidik dan keterangan di atas

dapat diambil sebuah kesimpulan guru yang professional adalah guru yang

mempunyai banyak ilmu dan pengalaman yang mampu merancang, mengelola

pembelajaran, dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan

Di dalam dunia pendidikan guru adalah seorang pendidik, pembimbing,

pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan

suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik,

memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif,

dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengolaborasikan kemampuannya.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang

berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional mereka harus mampu

menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan

kaidah-kaidah guru yang profesional. Keadaan mengenai rendahnya kualitas

pendidikan saat ini, merupakan indikasi perlunya keberadaan guru profesional.

Untuk itu guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya. Tetapi

guru harus memiliki interest yang kuat untuk melaksaksanakan tugasnya sesuai

dengan kaidah-kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan.7

6 Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005), hlm. 50-51

7 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,

(10)

Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini bukan

hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi

manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu

menciptakan kondisi belajar yang menantang kreatifitas dan aktifitas siswa,

memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode, dan multisumber

agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan

Sanusi mengutarakan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam

pendidikan, yaitu:

1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan,

pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai

dengan potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai

kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan,

maka pendidikan menjadi normative yang diikat oleh-oleh norma dan

nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang

merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola

pendidikan.

3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam

menjawab permasalahan pendidikan.

4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni

manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab

itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi

unggul tersebut.

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi

dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan

peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik agar

selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.

6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu

(11)

dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk

perubahan atau mencapai sesuatu.8

Kalo kita lihat sejenak kondisi real pendidikan yang ada di daerah, kita

masih banyak menemukan guru berada di dalam situasi yang kurang

menguntungkan untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya.

Banyak guru yang di tempatkan di dalam ruang yang penuh sesak dengan anak

didik dengan perlengkapan yang kurang memadai, dengan dukungan manajerial

yang kurang mutakhir. Di tempat yang demikian itulah, guru-guru itu

diharapkan mampu melaksanakan tugas yang maha mulia untuk mendidik

generasi penerus anak bangsa. Hal ini akan bertambah lebih berat dan kompleks,

bilamana dihadapkan lagi dengan luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, tetapi dengan dukungan fasilitas dan sarana yang minim serta dengan

iklim kerja yang menyenangkan. Selain itu, beban guru ditambah lagi dengan

berbagai tugas luar kegiatan akademik yang banyak menyita waktu dan tenaga

para guru.

Luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu pihak,

serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi

nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di lain pihak, membawa

konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana

dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.

Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyrakat

modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang. Mengharuskan adanya

pendidikan yang professional. Hal ini bahwa di masyarakat diperlukan

pemimpin yang baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik dan di sekolah

dibutuhkan guru yang profesional.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa dalam

mencari jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang profesional memerlukan

suatu tinjauan yang luas serta melingkupi berbagai segi. Sesudah itu barulah

disimpulkan profil guru yang bagaimana yang dikehendaki.9

8 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,

2014), hlm. 20

9Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,

(12)

Jawabannya adalah guru profesional memiliki kemampuan professional,

personal dan sosial. Hal ini jelas bahwa “Sebuah profesi, dalam artinya yang

umum, adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu. Yang karena hakikat

dan sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis, dan sikap

kepribadian tertentu”. Dalam bentuknya yang modern, profesi itu ditandai pula

oleh adanya pedoman-pedoman tingkah laku yang khusus mempersatukan

mereka-mereka yang tergolong di dalamnya sebagai satu korps, di tinjau dari

penggunaan etik jabatan. Pelembagaan profesi, serupa itu tidak saja dapat

memperkuat pengaruh teknis, tetapi juga pengaruh-pengaruh sosial dan politik,

ke dalam maupun ke luar. Umumnya dengan mudah orang menyetujui bahwa

tugas seorang guru sebaiknya dipandang sebagai tugas profesional. Tetapi tidak

semua menyadari bahwa profesionalisasi tenaga pelaksana itu bukan hanya

terletak dalam masa-masa persiapan (pendidikan pendahuluan), tetapi juga di

dalam pembinaan dan cara-cara pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan perkataan

lain, profesionalisasi guru ini baru mencakup aspeknya yang formal. Kualifikasi

yang formal ini masih perlu dijiwai dengan kualifikasi real dan ini hanya

mungkin diwujudkan dalam praktik.10

C. Syarat-syarat menjadi Guru Professional 1. Syarat-syarat umum seorang Guru

Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam

adalah:

a. Sehat jasmani dan rohani

Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan melamar

menjadi guru. Jika guru mengidap penyakit menular umpamanya, maka akan

membahayakan kesehatan anak didiknya. Di samping itu, tentu saja guru yang

berpenyakitan tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian,

kesehatan badan setidaknya akan sangat mempengaruhi semangat dalam bekerja

(mengajar).

Di samping kesehatan jasmani, seorang guru harus sehat rohaninya.

Orang yang rohaninya tidak sehat, peluang untuk menderita stress akan terbuka

10 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,

(13)

lebar. Apalagi pada zaman sekarang ini yang serba materalistis, semuanya dapat

diukur dengan kekayaan atau materi. Oleh karena itu, Islam memberikan solusi

tepat, antara lain dengan berdzikir dan melakukan puasa. Dengan berpuasa,

orang akan sehat secara fisik dan mental (jasmani dan rohani). Orang yang

melakukan puasa dengan ikhlas akan mampu menekan emosi yang bersifat

duniawi, selalu berdzikir kepada Allah, dan tumbuh rasa kemanusiaan yang

tinggi.

b. Taqwa terhadap Allah SWT

Seorang guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa

kepada-Nya. Takwa adalah iman kepada Allah yang menumbuhkan karakter

rendah hati dan optimistik. Bertakwa adalah cinta kepada Allah, sedangkan cinta

akan menumbuhkan motivasi positif dan berkreativitas tinggi. Sebab guru adalah

teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah Saw. Menjadi teladan bagi

umatnya. Sejauh mana seseorang guru mampu memberi teladan yang baik

kepada semua anak didiknya. Sejauh ini pulalah ia diperkirakan akan berhasil

mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. 11

c. Berilmu pengetahuan yang luas

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang

diperlukannya untuk suatu jabatan. Ijazah sarjana bukan semata-mata selembar

kertas, akan tetapi merupakan bukti bahwa dirinya telah menyelesaikannya

pendidikan tingkat tinggi. Itu dapat diperoleh dengan belajar (menuntut ilmu),

karena syarat seorang guru secara administrative harus dibuktikan dengan ijazah

sarjana. Sangatlah penting arti ilmu bagi manusia, namun yang paling penting

adalah sosok guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan yang disampaikan

kepada anak didiknya. Karena itu Allah sangat senang kepada orang yang suka

mencari ilmu. Oleh karena itu, seseorang guru harus menambah perbendaharaan

ilmunya.

11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

(14)

d. Berlaku adil

Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang

salah menuju posisi yang diinginkan. Adil juga berarti seimbang (balance).

Sedangkan adil dalam Islam memiliki suatu basis hilaiah, berakal dalam

moralitas, sehingga prinsip pertama adil adalah persamaan manusia di hadapan

Tuhan serta dalam kehidupan sosial. Adil adalah meletakan sesuatu pada

tempatnya. Maksudnya adalah tidak memihak antara yang satu dengan yang

lainnya. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti

kehendak hawa nafsunya.

e. Berwibawa

Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita

patuh dan ditaati. Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan

penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga

dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan

perlindungan. Betapa nikmat menjadi orang yang berwibawa. Dia tidak akan

takut dicerca orang, dan orang akan selalu tunduk dan malu untuk

melecehkannya dan akan selalu menghormatinya. Implikasinya juga terhadap

anak didik, sehingga mereka akan selalu bahagia dan selalu merasa diarahkan

oleh seorang guru yang mempunyai kewibawaan. 12

f. Ikhlas

Ikhlas artinya bersih, murni dan tidak bercampur dengan yang lain.

Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan

suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah. Seorang guru yang ikhlas

bukan berarti tidak menerima upah atau amplop setelah berdakwah. Dalam

Al-Qu’an, orang yang menyebarkan agama Islam “fi sabiillah” dan berhak mendapatkan bagian dari zakat. Ketika mubaligh atau guru menerima upah, ia

tidak akan kehilangan ikhlasnya. Ikhlas tidak ada hubungannya dengan

menerima atau menolak upah.13

12

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 35

13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

(15)

g. Mempunyai tujuan yang Rabbani

Hendaknya guru mempunyai tujuan yang Rabbani, di mana segala

sesuatu bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya,

mengikuti syariat-Nya dan mengenal sifat-sifat-Nya.

Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah

SWT. Jika guru telah mempunyai sifat Rabbani, maka dalam segala kegiatan

pendidikan anak didiknya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang yang hatinya

selalu bergetar ketika disebut nama Allah SWT, dan merasakan keagungan-Nya

pada rentetan peristiwa sejarah kehidupan melintas dihadapannya. 14

h. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan

Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,

imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian, seorang guru

harus mampu merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang

dapat membuat perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang

melaksanakan rencana tersebut.

Sedangkan evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan

nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Evaluasi

adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan dan

perkembangan anak didik untuk tujuan pendidikan. Karena program evaluasi ini

diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam

menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang

dilakukan, baik yang berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, maupun dengan

berbagai hal lainnya. Karena, kalau pelajaran tidak dievaluasikan, hasilnya tidak

akan kelihatan dan juga terencana.15

i. Menguasai bidang yang ditekuni

Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru

hidup dengan ilmunya, guru tanpa ilmu yang dikuasainya bukanlah guru lagi.

Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmunya

lagi. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang

14 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 37

15 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008),

(16)

guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan

seorang guru mampu mengajar anak didiknya sampai dua mata pelajaran, yang

penting dia professional dan menguasai, yang tidak termasuk professional adalah

seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu hanya karena pelajaran

lainnya sudah penuh oleh guru yang lain, sehingga dia terpaksa memegang

pelajaran tersebut.

Dari beberapa syarat di atas dapatlah disimpulkan bahwa kalau ingin

menjadi seseorang guru terutama guru yang professional maka seorang guru

haruslah sudah dewasa, bertakwa, dan beriman kepada Allah SWT, memiliki

kepribadian yang baik dan terintegrasi, guru harus sehat baik jasmani maupun

rohani, memiliki kualitas akademik, memiliki pengalaman dan pengetahuan

yang luas, harus memiliki bakat dan keahlian sebagai guru dan guru adalah

manusia berjiwa Pancasila. 16

2. Syarat-syarat dan karakteristik khusus Guru Professional

Secara khusus syarat professional guru adalah; (a) memiliki kualifikasi

akademik sarjana atau diploma empat (S1 atau D-IV), (b) memiliki kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, (c) sertifikat pendidikan, (d)

sehat jasmani dan rohani, (e) memiliki kemampuan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. (pasal 8 Undang-undang RI No. 14 tahun 2005).17

Menurut Departemen Agama RI (2005) pekerjaan guru adalah pekerjaan

profesional, maka untuk menjadi seorang pendidik atau guru harus pula

memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru

b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi

d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

16 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 40

17 Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas

(17)

h. Guru adalah seorang warga Negara yang baik.18

D. Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan terhadap penilaian kinerja guru,

Georgian Department Of Education, telah mengembangkan Teacher

Performance Asusment Instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas

menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Penilaian ini menyoroti tiga

aspek kemampuan guru, yaitu : (1) Rencana Pembelajaran atau sekarang disebut

dengan renpen atau RPP, (2) Prosedur pembelajaran, dan hubungan antar

pribadi, (3) penilaian pembelajaran.19

Indikator penilainan terhadap kinerja guru dalam hal ini pun dilakukan

terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas :

1. Perencanaan Guru dalam Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

akan berhubungan dengan kemampuan menguasai bahan ajar. Kemampuan guru

dalam hal ini dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam buku Model-model

Pembelajaran dalam mengembangkan Profesionalisme Guru menyatakan

bahwa : “Umumnya guru –guru hanya dituntut menyusun dua macam program pembelajaran, program pembelajaran untuk jangka waktu yang cukup panjang

seperti program semesteran (untuk SMP dan SMA), atau program catur wulan

(untuk SD), dan program untuk jangka waktu singkat, yaitu untuk setiap satu

pokok bahasan.”

Unsur/komponen yang dimiliki oleh program semesteran adalah terdiri

atas :

a. tujuan/kompetensi sesuai dengan kurikulum

b. pokok materi sesuai dengan materi yang akan diajarkan

c. alternatif metode yang akan digunakan

d. alternatif media dan sumber belajar yang akan digunakan

e. evaluasi pembelajaran

18 Departemen Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan (Jakarta:

2005), hlm. 66

19 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(18)

f. alokasi waktu yang tersedia

g. satuan pendidikan, kelas, semester/cawu/semesteran, topik bahasan.

Sedangakan untuk program pembelajaran jangka waktu singkat yang

sering dikenal dengan istilah program pokok/satuan pembelajaran, merupakan

penjabaran lebih rinci dan spesifik dari program cawu/semesteran, ditandai oleh

adanya unsur-unsur ;

a. tujuan pembelajaran khusus/indikator

b. pokok materi yang akan disajikan

c. kegiatan pembelajaran

d. alternatif penggunaan media dan sumber belajar

e. alat evaluasi yang digunakan.20

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan

yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan

sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Semua tugas

tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam

pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.

a. Pengelolaan Kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna menwujudkan

proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru

dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam menanamkan kerja sama dan

disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan

waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap memulai proses

pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.

Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang

atau setting tempat duduk siswa yang dilakukan bergantian, tujuannya adalah

memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.21

20 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke 5, 2014), hlm. 76

21Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(19)

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

Sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber

belajar disamping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus

berusaha mencari dan membaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang

relavan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan

pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio dan

media audio visual. Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada

penggunaaan objek nyata yang ada disekitar sekolahannya.

Dalam kenyataannya di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang

sudah ada, seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat

mendesain media untuk kepentingan pembelajaran seperti membuat media foto,

film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.22

c. Penggunaan Metode Pembelajaran

Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. R. Ibrahim dan Nana S.

Sukmadinata menjelaskan bahwa: “Setiap metode pembelajaran memiliki

kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi

guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.

Karena siswa memiliki interest yang sangat heterogen, idealnya seorang

guru harus menggunakan multimode, yaitu memvariasikan penggunaan metode

pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya

jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan

seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dan

menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.23

22 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 78

23 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(20)

3. Evaluasi dalam Kegiatan

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang dituju untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut

memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,

penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian

hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan

Patokan (PAP).

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah cara penilaian yang tidak selalu

tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk

mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas.

Siswa yang paling besar skor yang di dapat di kelasnya, maka ia adalah siswa

yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. 24

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah cara penilaian, di mana nilai yang

diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam

soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya

berdasarkan jumlah soal test yang dijawab dengan benar. Dalam Penilaian

Acuan Patokan (PAP) adanya passing grade atau batas lulus siswa dapat

dikatakan lulus atau tidaknya berdasarkan batas lulus yang sudah ditetapkan.

Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem

pembelajaran.

Kemampuan lainnya yang harus dikuasai guru pada kegiatan

evaluasi/penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi

yang dapat digunakan adalah test tulis, test lisan, dan test perbuatan. Seorang

guru dapat menentukan alat test tersebut sesuai dengan materi yang

disampaikan. Bentuk test tulis yang banyak dipergunakan oleh guru adalah:

benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi dengan jawaban

singkat.

24 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(21)

Test lisan adalah soal test yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan

dan langsung dijawab oleh siswa. Test ini umumnya ditujukan untuk mengulang

atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah

disampaikan sebelumnya. Sedangkan test perbuatan adalah test yang dilakukan

guru kepada siswa, dimana siswa diminta melakukan atau memperagakan

sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata

pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer dan sebagainya.25

Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat test ini dapat

digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat test secara variatif,

karena alat-alat test yang sudah disusun pada dasarnya akan digunakan sebagai

alat penilaian hasil belajar. Selain itu hal-hal yang diperhatikan guru adalah

pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Pengolahan dan penggunaan hasil

belajar dalam pelaksanaanya merupakan bagian yang berkaitan sangat erat

dimana pengolahan hasil belajar yang baik akan tercermin pada penggunaan

hasil belajar yang diaplikasikan ke dalam kegiatan pengembangan pelajaran.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar: (1)

Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yanng tidak dipahami oleh

sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran,

melainkan cukup memberikan kegiatan remedial bagi siswa-siswa yang

bersangkutan, (2) Jika bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami

sebagian siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran,

khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.

Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan

pengemabangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam

pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :

a. Kegiatan remedial yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan test,

dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa

b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran baik dalam program

semesteran/cawu maupun program satuan pelajaran atau rencana atau

rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan

berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

25 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(22)

Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas,

kemampuannya akan terwujud bila memiliki keterampilan dan motivasi yang

memadai. Untuk itu unsur yang harus dipahami dalam mengkaji kinerja guru

adalah kemampuan dasar mengajar dan kecakapan guru dalam melakukan

kegiatan pembelajaran.26

E. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam pengambilan keputusan.

Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan

yang terdapat pada SK Menpan No. 84/1993, Dilakukan dengan memfokuskan

pada unsur kegiatan berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan

seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi

seorang guru akan terlihat dari upaya yang dilakukan dalam mengembangkan

pendidikannya.27

Mengenai pengembangan pendidikan ini selanjutnya dapat digambarkan

pada hal-hal berikut : (a) pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan atau

ijazah terakhir yang dimiliki guru saat peringkat pertama diangkat, (b)

pendidikan terakhir saat ini, (c) upaya yang pernah dilakukan guru untuk

meneruskan/mengembangkan pendidikannya, (4) pendidikan dan pelatihan

kedinasan yang pernah diikuti.

2. Pengembangan Profesi

Seorang guru yang memliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa

akan berusaha meningkatkan atau mengembangkan kebutuhan akan kemampuan

profesionalnya guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang terus berkembang.

Upaya-upaya yang dilakukan guru dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

26 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 80

27 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(23)

diikutinya, seperti kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang pendidikan,

membuat alat-alat peraga sederhana untuk proses pembelajaraan, dan mengikuti

kegiatan pengembangan kurikulum.

Semakin seorang guru membuat karya ilmiah, menemukan teknologi

tepat guna dalam bidang pendidikan, dan membuat media pembelajaran sebagai

hasil karyanya, maka semakin tinggi motivasinya dalam mengembangkan

profesi.

3. Kegiatan Penunjang Proses Pembelajaran dan Bimbingan

Kegiatan penunjang disini adalah kegiatan yang menggambarkan upaya

guru dalam menambah wawasan dan pengalaman sebagai kebutuhan yang akan

menunjang kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat

dilihat pada keikut sertaan atau keaktifan guru dalam mengikuti kegiatan : (a)

Organisasi profesi seperti PAGI, PGRI, HIPKIN, (b) Gugus Sekolah, (c)

Seminar, (d) Lokakarya, (e) Penataran. Semakin seorang guru mengikuti

kegiatan penunjang, semakin tinggi motivasi guru dalam mengembangkan

wawasannya.28

Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk

menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan kompetensi

dan profesionalisme guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan

dalam menciptakan manusia yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing

tinggi. Penilaian kinerja guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk

menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, penilaian kinerja

guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai

dan sebagai sarana untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan individu dalam

rangka memperbaiki kualitas kinerjanya. Penilaian mempunyai banyak manfaat

karena dapat dipergunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan.

28 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(24)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan

tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi

kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil

pembelajaran. Ada empat kompetensi yang harus dimilki seorang guru yakni

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Profesionalisme guru sangat diperlukan dalam

peningkatan mutu pendidikan, karena guru salah satu kompenen yang sangat

penting dalam belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas anak didik.

Peningkatan profesionalisme guru sangat penting demi terwujudnya sumber

daya berkualitas yang dapat diandalkan. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan

melalui kegiatan seminar, pelatihan, adanya sertifikasi pendidik melalui uji

sertifikasi guru.

Aspek yang penting untuk menunjang kemampuan seorang guru yaitu

adanya penilaian kinerja guru yang menjamin ketercapaiannya pembelajaran dan

pendidikan dengan konsep guru profesional, karena penilaian kinerja untuk

mengetahui tingkat kemampuan seorang guru dalam memberikan materi

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Akib, Zainal dan Elham Rohamto. Membangun Profesionalisme Guru dan

Pengawas Sekolah. Bandung: CV Yrama Widya. 2006

Departeman Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan. Jakarta.

2005

Husein, Latifah. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: PT

Pustaka Baru Pre. Cet. 1. 2017

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo. 2005

Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persaja. Cet. 5.

2014

Sudjono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.

2008

Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, jelas bahwa titik berat pendidikan kejuruan adalah membekali peserta didik dengan seperangkat keterampilan dan kemampuan (kompetensi)

Untuk penelitian ini, keragaan kelayakan finansial usaha pendederan benih kerapu sunu dimaksudkan mencakup aspek struktur biaya produksi dan keuntungan usaha pada

atau pengajuan petisi secara langsung kepada pasangan calon, namun Jama’ah An-Nadzir tentunnya memiliki harapan-harapan terhadap perubahan daerahnya menjadi lebih

Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan wawancara didapatkan bahwa pada soal yang digunakan, peserta didik RD belum mampu memahami maksud soal, serta menuliskan

Langkah awal yang akan dilakukan dalam menganalisis data adalah menghitung kapasitas profil untuk mengetahui seberapa besar kemampuan profil menahan beban yang sesuai

Sumber data sekunder yang akan dapat digunakan untuk penguat fakta dalam penelitian adalah dengan media dokumentasi. yang

Subjek diberikan program latihan dengan dua metode lari aerobik yang berbeda. Pada Kelompok Perlakuan I diberikan pelatihan metode Latihan aerobik tanpa Beban, dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menerjemahkan teks bahasa inggris ke dalam