• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah dala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah dala"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Alam Bagi Siswa Miskin dan Putus Sekolah

Herdayati

Mahasiswa Program Manajemen Pendidikan PPs Univ. PGRI Palembang Email: herdayati8776h@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu mendeskripsikan kepemimpinan efektif kepala sekolah dalam mengelola sekolah alam bagi siswa miskin dan putus sekolah karena di Indonesia, faktor dominannya masyarakat masih hidup dibawah garis kemiskinan. Sekolah Alam salah satu model alternatiif inovasi pendidikan yang berupaya untuk melakukan pengembangan pendidikan secara alami (alam bebas) dalam rangka education for all dengan pembelajaran menggunakan tematik (spider web), dengan tujuan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa miskin dan putus sekolah bersekolah yang sesuai dengan tujuan dasar digagasnya sekolah alam diperuntukkan untuk kaum dhuafa. Konsep belajar melalui pengalaman yang didapat langsung sambil bermain dan berinteraksi di alam terbuka yaitu 1) menggunakan alam untuk tempat belajar; 2) menggunakan alam untuk bahan dan media ajar; dan 3) menggunakan alam untuk objek pembelajaran, sehingga dengan ruang belajar terbuka ini jelas membuat anak tidak mudah bosan saat belajar dan menghasilkan belajar yang menyenangkan dengan kualitas pendidikan yang lebih baik.

Kata kunci: sekolah alam, kepemimpinan kepala sekolah, education for all 1. Pendahuluan

(2)

tahun 2010 pada urutan ke-65, dan tahun 2011, indeks pembangunan pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan Brunai Darussalam yang menempati urutan ke-34 dan Malaysia yang menempati posisi ke-65. Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi terpuruknya pendidikan di Indonesia yakni rendahnya sarana fisik, kualitas guru, pemerataan kesempatan pendidikan bagi siswa miskin dan putus sekolah, serta rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan. Selain itu, tingginya biaya pendidikan serta rendahnya kepemimpinan visi dan moralitas pendidik (kepala sekolah dan tenaga kependidikan) juga turut menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan Indonesia (Vanani, 2016).

Berita online Kompas (2012), indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium. Tiap tahun UNESCO mengkaji program education for all tahun 2015, terlihat Indonesia mampu meningkatkan akses pendidikan dasar yang tinggi dengan nilai 0,991. Namun, Indonesia masih memiliki tantangan untuk mengatasi angka putus sekolah di jenjang pendidikan dasar SD-SMP.

Mantan Kementerian Pendidikan, Mohammad Nuh, berbicara mengenai: Akses pendidikan dasar di Indonesia dinyatakan tuntas karena

angka partisipasi kasar tingkat SD-SMP sudah di atas 95 persen, Namun yang menjadi persoalan adalah angka putus sekolah memang masih menjadi tantangan, terutama dikalangan siswa tidak mampu. Jumlah siswa putus sekolah di SD tahun lalu sekitar 465.000 siswa, sedangkan yang tidak melanjutkan SMP sekitar 229.000 siswa. Persoalan pendidikan di SD pun kompleks, mulai dari sarana dan prasarana yang minim hingga kualitas guru SD yang terendah dibandingkan dengan guru TK, SMP, dan SMA/SMK (Fitri, 2016).

Deskripsi dari persoalan tersebut, yang menjadi permasalahannya adalah alternatif lain yang diberikan bagi siswa miskin dan putus sekolah adalah sekolah alam sebagai salah satu inovasi pendidikan dan kepemimpinan efektif kepala sekolah dalam meneglola sekolah alam tersebut.

(3)

miskin dan putus sekolah dalam rangka education for all. Hal ini sejalan maksud tersebut, pasal 28 ayat 1 UUD 1945 mengamanatkan bahwa:

Setiap orang berhak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi menigkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia.

Amanat tersebut dipertegas dalam pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Amanat UUD 1945 tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan bukan saja pilar terpenting dalam mencerdaskan bangsa, tetapi merupakan syarat mutlak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat (Nandika, 2007:3-5).

2. Sekolah Alam (SA)

SA merupakan salah satu model pendidikan yang berupaya/berfokus untuk melakukan pengembangan pendidikan secara alami seperti belajar dari segala makhluk di alam semesta ini. Disamping itu, SA juga merupakan suatu bentuk alternatif pendidikan yang menggunakan alam untuk media utamanya dalam pembelajaran. Berbeda dengan sekolah biasa yang mana kebanyakan menggunakan model/metode pembelajaran di dalam kelas tanpa membiarkan para siswanya belajar lebih banyak di alam bebas, sementara pada SA, metode belajarnya lebih banyak dengan melakukan action learning, serta belajar melalui pengalaman. Adapun konsep pendidikan yang diterapkan pada sekolah alam adalah: 1) menggunakan alam untuk tempat bejar; 2) menggunakan alam untuk bahan dan media ajar; dan 3) menggunakan alam untuk objek pembelajaran (Informasi Pendidikan, 2014).

(4)

Paradigma umum dalam dunia pendidikan adalah sekolah berkualitas selalu mahal, yang menjadikannya mahal karena infrastrukturnya. Sedangkan yang membuat sekolah itu berkualitas bukan infrastruktur. Kontribusi infrastruktur terhadap kualitas pendidikan tidak lebih dari 10%. Sedangkan 90% kontribusi kualitas pendidikan berasal dari kualitas guru, metode belajar yang tepat, dan buku sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Ketiga variabel yang menjadi kualitas pendidikan ini sebetulnya sangat murah, asalkan ada kepemimpinan efektif kepala sekolah dan guru guru yang mempunyai idealisme tinggi. Dari situlah Lendo mencoba mengembangkan konsep SA (Wikipedia, 2016).

Beliau yang terinspirasi dari gagasan sang Ayahanda (Zuardin Azzaino) tentang integrasi ilmiah Ilahiah, yang berpendapat bahwa integrasi ilmiah Ilahiah atau integrasi antara iman dan ilmu pengetahuan (teknologi) adalah cara untuk mengembalikan kebangkitan Islam. Selama ini, umat Islam terlena dan membahas fikih saja. Selain itu umat Islam juga perlu untuk kembali memegang teguh akhlak mulia. Menurut Lendo, tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak khalifatullah fil ardh, sehingga kurikulum sekolah alam juga bertujuan untuk mencetak pribadi yang siap mengemban amanah Allah dalam mengelola bumi ini.

Pengertian kata alam pada sekolah alam mempunyai dua makna: alam dalam arti pengalaman; dan alam; semesta alam, makhluk, dan segala sesuatu yang diciptakan Allah. SA percaya bahwa alam dan pengalaman adalah guru terbaik.

Sistem pendekatan yang dominan digunakan dalam konsep SA adalah siswa diajak melalui serangkaian kegiatan (pengalaman) yang terstruktur. Hal ini berbeda dengan pendidikan umum, dimana siswa mempelajari buku dulu baru kemudian diamalkan. Maka pendidikan yang totalitas dalam SA akan mampu membawa siswa tahap berikut: 1) Tambah pengalaman, tambah pengetahuan (ranah IQ); 2) Tambah pengalaman, tambah tangkas (ranah PQ: physical/power quotient); 3) Tambah pengalaman, tambah bijak (ranah EI: emotional intellgence); dan 4) Tambah pengalaman, tambah iman (ranah SI: spiritual intelligence) (Al-Alauddin, 2012).

(5)

khusus akan dapat saling belajar. Siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan spectrum normal, sementara siswa biasa akan lebih tumbuh rasa empatinya terhadap sesama (Wikipedia, 2016).

Hal ini dikarenakan pembangunan pendidikan nasional saat ini menghadapi banyak masalah dan tantangan. Pertama, tingkat pendidikan penduduk relatif masih rendah, meskipun berbagai inovasi pendidikan dalam rangka upaya wajib belajar pendidikan sembilan tahun, yang dicanangkan tahun 1994 lalu yang masih dilaksanakan sekarang dalam rangka meningkatkan taraf hidup pendidikan penduduk Indonesia, namun demikian sampai saat ini tingkat pendidikan penduduk relatif rendah (Nandika, 2013:5-9).

Kedua, masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antara kelompok (masyarakat) –penduduk kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, penduduk perkotaan dan pedesaan, dan antar provinsi/daerah-. Masyarakat miskin menilai bahwa pendidikan masih terlalu mahal dan belum memberikan manfaat yang signifikan atau sebanding dengan sumber daya yang dikeluarkan. Beban masyarakat miskin untuk menyekolahkan anaknya menjadi lebih berat, jika anak mereka tidak turut bekerja membantu orangtua. Begitu pula keadaan masyarakat di pedesaan, yang mana akses masyarakat desa akan pendidikan masih sulit untuk dijangkau, fasilitas sekolah yang kurang memadai, kurang lengkapnya sarana dan prasarana, dan terkadang dukungan dari masyarakat desa pun masih kurang. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pemerataan pendidikan ialah tingginya angka drop out pada peserta didik yang disebabkan oleh tidak naik kelas atau oleh pernikahan dini (Assegaf, 2011:308).

(6)

Albarobis, 2012:100). Kemiskinan dan putus sekolah adalah dua hal yang menjadi tantangan dalam pemerataan pendidikan.

3. Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Alam

Secara umum, kata kepemimpinan merupakan imbuhan kata dari prefiks (ke-) dan bisa juga (me-, pe-) dan sufiks (-an). Kata dasarnya adalah pimpin. Bila disebut memimpin berarti : 1) memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dan sebagainya); membimbing; 2) mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dan sebagainya); 3) memandu; 4) memenangkan paling banyak; dan 5) melatih (mendidik, mengajar, dan sebagainya) supaya dapat mengerjakan sendiri. Bila disebut dengan pemimpin, berarti : 1) orang yang memimpin; 2) petunjuk; buku petunjuk (pedoman). Dan bila disebutkan pimpinan, berarti hasil memimpin; bimbingan; dan tuntunan. Jadi kata kepemimpinan berarti perihal (tentang) memimpin (Depdikbud, 1990:684). Sama halnya dalam Kamus Indonesia – Inggris (Echols & Shadily, 2007:428–429), memimpin (lead, guide), pimpinan (a. leadership, guidance; b. management, administration), pemimpin (a. leader, guide; b. manager; c. manual of instructions), dan kepemimpinan (leadership qualities).

Secara khusus, kata kepemimpinan dalam prakteknya, misalnya di institusi pendidikan (sekolah) dari yang terkecil disebut dengan kepala sekolah, sampai dengan perguruan tinggi disebut dengan ketua, rektor, dan direktur. Dalam bidang keagamaan, kepemimpinan keagamaan disebut juga Imam, Pendeta, Bikshu. Sementara di masyarakat, biasa disebut dengan ketua RT (unit terkecil) dan presiden (pemimpin Negara), serta raja (sistem pemerintahan kerajaan). Dalam perusahaan, sering disebut dengan manajer yang berarti : 1) orang yang mengatur pekerjaan atau kerjasama yang baik dengan menggunakan orang untuk mencapai sasaran; 2) orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu (Depdikbud, 1990:553).

(7)

Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.

Begitu juga buku Ketahanmalangan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ahmad (2013:21–22), meringkas pengertian kepemimpinan dari luar, sebagai berikut :

(8)

Berikutnya, buku Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Anwar (2013:91–92) meringkas pengertian kepemimpinan dari argumen dalam negeri, sebagai berikut :

Argumen Miftah Thoha, secara sederhana kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Sondang P. Siagian mengatakan kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk memengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut Burhanuddin, kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan untuk memengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompokorang-orang tertentu, biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi. Kartini Kartono memperkuat pernyataan pendapat tersebut dengan menyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik sehingga akan mampu membawa para pengikutnya kepada tujuan yang telah direncanakan.

Dari beberapa buku tersebut, Syarifudin (2004:460 – 463), menulis Teori Kepemimpinan, merangkul semua definisi kepemimpinan, sebagai berikut :

(9)

dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.

Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada bermacam-macam faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi penting yaitu : (1) Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2) Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan itu melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi formal. Dengan demikian seorang pemimpin dapat muncul dari dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal.

(10)

bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka.

Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, member imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya.

Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk memepengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi dan hubungan.

Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kekuasaan. Kekuasaan tak lain adalah kemampuan untuk mendapatkan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya.

Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam arahan tertentu. Kepemimpinan menunjuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.

(11)

Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa dipisahkan lagi. Perkataan khalifah sesudah nabi, tetapi adalah penciptaan nabi Adam yang disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi yang meliputi tugas menyeru orang lain berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar.

Selain kata khalifah disebutkan juga kata ulil amri yang satu akar dengan kata amir. Kata ulil amri berarti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Dalam hadis, istilah pemimpin dijumpai dalam kalimat ra’in atau amir, seperti yang disebutkan dalam hadit riwayat Bukhari Muslim : “Setiap orang diantara kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas kepemimpinannya”

Dalam hadits tersebut bahwa seorang pemimpin (kepala sekolah) bertanggungjawab atas kepemimpinannya (efektif dalam meneglola SA), terlebih kepala sekolah dengan kebijakannya tersebut, harus mampu memperioritaskan SA bagi siswa miskin dan putus sekolah sesuai tujuan awal pendirian SA adalah untuk kaum dhuafa.

Dalam rangka education for all atau pendidikan untuk semua merupakan sebuah solusi atau alternatif dalam mengatasi masalah pendidikan tersebut, yang merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai pendidikan untuk masyarakat (siswa miskin dan putus sekolah). Sebuah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelengara negara dalam kehidupan negeri ini. Maka, pemerataan kesempatan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran tidak hanya terbatas pada kelompok yang mampu saja, namun harus menyeluruh untuk setiap lapisan masyarakat (Saroni, 2013:22).

(12)

melihat, telinga untuk mendengar, untuk tangan (anak laki-laki tersebut terdiam dan kemudian terbata-bata menjelaskan tangan untuk memulung membantu ayah)-, begitu nyata kondisi yang terjadi di mana keadaan sekolah dan siswa miskin yang sepenuh belum mendapat perhatian pemerintah Indonesia.

Solusi yang diberikan adalah dengan bersekolah di SA, keunggulannya dalam mengintegrasikan tiga pilar pendidikan dan diyakini menjadi faktor keunggulan umat manusia, yaitu pilar iman, ilmu pengetahuan, dan kepemimpinan. Karena itu kurikulum sekolah alam, bukan hanya menekankan pada tercapainya tujuan akademik (kurikulum diknas), melainkan juga mengembangkan kurikulum non-akademik (lokal). SA mengimplementasikan model pembelajaran terintegrasi berbasis alam dan potensi lokal, yang memiliki tiga fungsi : pertama, alam sebagai ruang belajar, kedua, alam sebagai media dan bahan mengajar, dan ketiga, alam sebagai objek pembelajaran (Parenting, 2016).

Pembelajarannya banyak dilaksanakan diruang/kelas terbuka (tanpa dinding dan jendela), dengan memanfaatkan potensi yang ada. Karena awalnya untuk mengurangi biaya pembangunan inftastruktur, sehingga biaya pendidikan lebih terjangkau. Namun kemudian, pembangunan kelas terbuka ini ditujukan agar anak lebih banyak mendapatkan asupan udara segar.

(13)

4. Simpulan dan Saran

SA adalah model inovasi pendidikan, dimana alam sebagai ruang belajar, media dan bahan mengajar, dan alam sebagai objek pembelajaran. Dasar pendiriannya adalah untuk kaum dhuafa (siswa miskin dan putus sekolah) dalam rangka education for all. Dalam pengelolaannya dituntut kepemimpinan efektif kepala sekolah, supaya SA berkembang dan menghasilkan lulusan yang berkualitas di kancah global.

Penelitian ini diharapkan sebagai menambah khasanah ilmu pengetahuan, dan dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya bagi civitas akademika Univ. PGRI Palembang pada umumnya dan khususnya para cendikiawan dan peneliti dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

5. Daftar Pustaka

Ahmad, Syarwani, (2013), Ketahanmalangan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Salah Satu Faktor Penentu Keberhasilan Kepala Sekolah), Yogyakarta: Pustaka Felicha

Al-Alauddin, (2012), Manajemen Lingkungan Pembelajaran, http://al-

alauddin.blogspot.co.id/2012/05/manajemen-lingkungan-pembelajaran.html, diakses 9 November 2016

Anwar, Moch. Idochi, (2013), Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada

Assegaf, Abd. Rachman (2011), Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: Rajawali Press

Depdikbud, (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Echols, John M. & Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Jakarta: Gramedia

Fitri, (2012), Kualitas Pendidikan: Indeks Pendidikan untuk Semua Masih Stagnan,

http://cetak.kompas.com/read/2012/10/20/04385981/indeks-pendidikan-untuk-semua-masih-stagnan, diakses 9 November 2016

(14)

Maryati, (2007), Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan dan Menyenangkan, e-journal Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Yogyakarta 2007.pdf, diakses 9 November 2016

Nandika, Dodi, (2007), Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan, Jakarta: Pustaka Pelajar

Parenting, (2016), Usia Sekolah: Keuntungan Anak Belajar di Sekolah Alam,

http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/keuntungan+anak+belajar+di+sekolah+alam, diakses tanggal 9 November 2016

Pena Kuasa Berkarya, (2010), Sekolah Alam,

http://penakuasaberkarya.blogspot.co.id/2010/11/sekolah-alam.html, diakses 9 November 2016

Saroni, Muhammad, (2013), Pendidikan untuk Orang Miskin: Membuka Keran Keadilan dan Kesetaraan dalam Kesempatan Berpendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sutrisno, dan Muhyidin Albaroris, (2012), Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Syarifidin, Encep, (2004), Teori Kepemimpinan, P3M STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten: Jurnal AL QALAM, Vol. 21 No. 102

Vanani, (2016), Pemerataan Pendidikan di Indonesia,

http://vanani.student.umm.ac.id/pemerataan-pendidikan-di-indonesia/vanani, diakses 9 November 2016

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun aktiviti pelancongan mula disedari bermula dengan kegiatan pengembaraan manusia dari satu tempat ke satu tempat yang lain dengan pelbagai kaedah dan

Meminimalisir perceived risk dapat dilakukan dengan cara menghindari beberapa hal yang mungkin terjadi seperti banyaknya waktu yang terbuang oleh customer dalam mencari produk

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing I: Dr. Zumrotul Mukaffa, M.Ag Pembimbing II: Machfud Bachtiar, M.Pd.I Kata Kunci : Pemahaman, Hukum bacaan,

hydroterapi pada terapi bobath terhadap ke kemampuan crawling pada anak cerebral palsy spastic diplegia , sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Hal

• wahyu umum yang dikhususkan — elemen-elemen yang luar biasa; hal-hal yang kerap kita asosiasikan lebih dekat dengan wahyu khusus.. Kita mengganggap Alkitab sebagai otoritas

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 4.21 dikemukakan bahwa X2 htam = 7,904 < x2 <***' =24,996, maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan sikap yang

Pada skematika tersebut busana yang dikenakan oleh sultan Hamengku Buwono IX diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: busana keraton dan busana non-keraton. Busana keraton diuraikan

Melalui peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak, partisipatory culture terjadi. Secara terbuka, QHWL]HQ yang bertindak sebagai pengguna media baru mengeluarkan