• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PENGELOLA KEUANGAN DESA DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI PENGELOLA KEUANGAN DESA DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PENGELOLA KEUANGAN DESA DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH

Oleh

Arifuddin Mas’ud1, Safaruddin2, Falziah3

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

ABSTRACT

This research aims to determine the perception of village financial managers in realizing the financial transparency and accountability village in the district Mawasangka Central Buton regency. The scope of this study is limited to the transparency and accountability of financial management of villages in the district Mawasangka Buton District Central views of the readiness of human resources in the financial management of villages of the village head, village secretary, treasurer villages and other village as the financial manager of the village, as well as the Consultative Body Village. The method used is descriptive statistical methods.

The results of this study indicate that the village as financial manager village has an excellent perception in achieving transparency and financial accountability village in the district Mawasangka Central Buton regency. It is seen from the percentage of the overall tendency of respondents' answers on the questionnaire statements are given as percentages namely for 85.94% of the variable transparency and accountability for the variables of 87.11% each showed excellent interpretation.

Keywords: Perception, Financial operators village, Transparency, Accountability.

I. Pendahuluan

Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Undang-Undang yang baru ditandatangani 15 Januari 2014 tersebut merupakan salah satu komitmen besar untuk mendorong perluasan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensejahterakan rakyat Indonesia diperlukan pembangunan sampai ke desa-desa, diharapkan tidak ada lagi desa yang akan tertinggal.

(2)

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD) sebagaimana dimaksud dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014. Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Pemerintahan yang baik dan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas dilakukan pada level pemerintah desa sebagai konsekuensi otonomi desa. Prinsip transparansi memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Sedangkan prinsip akuntabilitas menuntut dua hal yaitu (1) kemampuan menjawab (answerability), dan (2) konsekuensi (consequences). Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.

Jika dilihat pada tahun anggaran 2015, salah satu desa di Kecamatan Mawasangka mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah Pusat dan daerah yaitu Dana Desa Rp. 287.100.862 dan Alokasi Dana Desa Rp. 82 .000.000. Anggaran ini cukup besar, oleh karena itu Anggaran Desa ini harus dikelola dengan baik oleh Pemerintah Desa sesuai dengan aturan dan prinsip akuntansi keuangan di desa. Hal ini dimaksudkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah karena adanya isu yang sedang hangat diperbincangkan sehubungan dengan pengelolaan keuangan desa, bahwasanya ada salah satu desa di Kecamatan Mawasangka dicurigai mengelola keuangan desa tidak memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sehingga tidak adanya kepercayaan dari masyarakat desa setempat, hal ini dibuktikan dengan usaha masyarakat desa yang melakukan pergerakan ingin menjatuhkan kepala desa tersebut. Dalam hal pengelolaan keuangan desa, kami mengidentifikasi adanya risiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

(3)

II. KajianTeori 1. Persepsi

Persepsi merupakan sekumpulan proses yang menyebabkan individu menjadi sadar akan lingkungannya dan kemudian menginterprestasikannya (Moorhead dan Griffin, 1989 dalam Jones, 1992). Menurut Robbin (1995) persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensori mereka untuk memberi makna atas lingkungannya.

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian perangkat desa mengenai pengelolaan keuangan desa yang dipercayakan kepadanya dalam mempublikasikan, menyediakan informasi serta mempertanggungjawabkan laporan keuangan pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat dan pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban.

2. Keuangan Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa yang tercantum dalam pasal 1 ayat 5 tentang Keuangan Desa menyebutkan bahwa “Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa”.

Keuangan Desa mengatur tentang sumber pendapatan desa, yaitu berdasarkan pendapatan asli desa, kemudian bantuan dari Pemerintah Kabupaten berupa bagian yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten, selain itu bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.

a. Dana Desa

Berdasarkan peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa yang tercantum pada pasal 1 ayat 9 menyebutkan bahwa “Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.” Penyaluran Dana Desa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pertama (April) sebesar 40%, tahap ke dua (Agustus) sebesar 40%,dan tahap ketiga (Oktober) sebesar 20%.

b. Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa yang tercantum pada pasal 1 ayat 10 tentang Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

(4)

Mekanisme pencairan ADD dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD APBDes sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu pada peraturan Bupati/Walikota. Penggunaan ADD adalah sebesar 30 % untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70 % untuk biaya pemberdayaan masyarakat.

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, berarti pula pengaturan atau pengurusan (Arikunto, 1993). Menurut Stoner (dalam Kaho 1997) manajemen dapat dilihat sebagai proses, yakni: proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Sedangkan, menurut Sahdan, dkk. (2006) pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dalam penelitian ini pengelolaan diartikan sebagai proses yang dijalankan oleh suatu organisasi (Pemerintah Desa maupun masyarakat) dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengelolaan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

Permendagri No. 113 Tahun 2014, Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Mekanisme pengelolaan keuangan desa merupakan suatu kinerja manajemen dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang disusun secara berantai.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes oleh karena itu dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Keuangan Desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 20 bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan satu kesatuan pengelolaan keuangan desa. Sejalan dengan hal tersebut pengelolaan ADD di desa yang ada di Kecamatan Mawasangka diselenggarakan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan tata cara mencapai tujuan tersebut, Sutarno (2004). Dari pernyataan tersebut perencanaan dapat diartikan sebagai pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemusatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.

b. Tahap Pelaksanaan

(5)

pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

Tahap pelaksanaan program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan (Suharto, 2010).

c. Tahap Pengawasan

Pengawasan meliputi kegiatan pemantauan dan evaluasi, dapat dilakukan perbaikan selama kegiatan berlangsung atau untuk memperbaiki program kegiatan berikutnya sehingga tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan baik. Sejalan dengan Suharto (2010) monitoring atau pengawasan adalah pemantauan secara terus menerus proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian monitoring atau pengawasan adalah mekanisme yang digunakan untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin timbul dalam suatu kegiatan dengan membandingkan antara apa yang diharapkan dan apa yang dilakukan.

d. Tahap Pertanggungjawaban

Arnos Kwaty dalam Hansen (2005) mengatakan: “pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para pimpinan untuk mengoperasikan pusat-pusat pertanggungjawaban mereka”.

Dari konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur perencanaan dengan anggaran dan kegiatan dalam berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban yang harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan pengendalian periodik.

4. Transparansi

Transparansi dalam penelitian ini adalah terbukanya akses bagi masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD). Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:

Mardiasmo (2004) transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

(6)

yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik ( Bapenas & Depdagri, 2002).

Transparansi pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability

antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsife terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

5. Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas dalam penelitian ini yaitu pertanggungjawaban tim pelaksana pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada masyarakat, dimana kepala desa sebagai penanggungjawab utama. Konsep ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli antara lain:

Syahrudin Rasul (2002) akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi.

Mardiasmo (2004) mengartikan akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa sesuai dengan “amanah” dan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Bertanggungjawab berarti mengelola keuangan dengan baik, jujur, tidak melakukan penyelewengan dengan semangat “tidak makan uang rakyat”.

6. Penelitian terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) dengan judul Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (Studi pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2013 di Desa Sidogedungbatu Kecamatan Sangkapuran Kabupaten Gresik). Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui seberapa jauh penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas kepala desa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa melalui kegiatan yang meliputi perencanaan ADD, pelaksanaan ADD, pelaporan ADD, dan pertanggungjawaban ADD.

(7)

pertanggungjawaban secara fisik sudah menunjukkan pelaksanaan yang transparan dan akuntabel, namun dari sisi administrasi masih diperlukan adanya perbaikkan sehingga perlu pembinan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai ketentuan yang ada.

7. Kerangka Pikir

Pemerintah desa menilai bahwa transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh obyek stimulus yang diterima meliputi : perencanaan, pelakasaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban, karena dengan pengelolaan dana yang transparan, masyarakat dapat mengetahui untuk apa saja dana desa yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.

Persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa berbeda-beda, tergantung stimulus yang diterima. Hal inilah yang perlu diuji dalam penelitian ini sebagaimana yang digambarkan dalam skema berikut ini:

Skema 1 Kerangka Pikir

III. Metode Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan desa di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa selaku pengelola keuangan desa dan pengawas keuangan desa di 17 Desa Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa selaku pengelola keuangan desa. Menurut Soemantri (2011) tim pelaksana tingkat desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang yang terdiri dari: Kepala Desa dari tiap-tiap desa, Sekretaris

Persepsi Perangkat Desa (Pengelola Keuangan Desa)

Pengelolaan Keuangan Desa

Transparansi: Akuntabilitas:

1. Pelaksanaan Publikasi 1. Integritas Keuangan APBDes

2. Penyediaan Informasi 2. Pengungkapan yang Jalas

3. Pelaksanaan Sosialisasi 3. Ketaatan Terhadap APBDes Peraturan

(8)

Desa dari tiap-tiap desa, Bendahara Desa dari tiap-tiap desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dari tiap-tiap desa dan satu orang Lembaga Pemberdaya Masyarakat (LPM) yang diambil dari tiap-tiap desa di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Deskriptif kuantitatif memberikan gambaran keadaan sebenarnya secara sistematik, factual dan akurat mengenai variabel penelitian. Skala yang digunakan untuk menilai pertanyaan adalah Skala Likert, dengan 5 alternatif jawaban yang diberikan yang terdiri dari jawaban sangat setuju ,setuju, cukup setuju, kurang setuju, sangat tidak setuju.

Adapun definisi operasional variabel yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi adalah interpretasi seseorang terhadap fakta yang diungkap oleh inderanya, berdasarkan apa yang diketahui dan dirasakannya, yang dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya.

2. Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan keuangan desa yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peratuaran perundang-undangan.

3. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban.

4. Persepsi pengelola keuangan desa adalah tanggapan atau penilaian pengelola keuangan desa dalam mempublikasikan, dan penyediaan informasi serta mempertanggungjawabakan laporan keuangan dalam pengelolaan keuangan desa

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Data persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan transparansi yang diambil dari kuesioner yang berisi 10 butir soal terbagi dalam 3 indikator yaitu publikasi pelaksanaan APBDes sebanyak 3 butir soal, penyampaian informasi yang jelas sebanyak 3 butir soal dan sosialisasi pelaksanaan APBDes sebanyak 4 butir soal, dengan 5 alternatif jawaban pada rating skala 1 s/d 5, dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal ( 85 x10 x5 = 4250 ) dan total skor diperoleh sebesar 3653. Dari hasil jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa atas variabel transparansi didapatkan persentase kecenderungan jawaban responden sebesar 85,95 %.

(9)

Gambar 1

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam Mewujudkan Transparansi

a. Pelaksanaan Publikasi APBDes

Pelaksanaan Publikasi APBDes terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 3x 5= 1275) dan total skor yang diperoleh 1108. Dari hasil jawaban responden didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desa pada indikator publikasi pelaksanaanAPBDes adalah 86,90%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa pada indikator publikasi pelaksanaan APBDes masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:

Gambar 2

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Pelaksanaan Publikasi APBDes

b. Penyediaan Informasi yang Jelas

Penyediaan informasi yang jelas terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 3x 5= 1275) dan total skor yang diperoleh 1080. Dari hasil jawaban responden didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa pada indikator penyediaan informasi yang jelas adalah 84,71%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden

%=85,95%

Posisi

persepsi

(10)

mengenai persepsi perangkat desa pada indikator penyediaan informasi yang jelas masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 3

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Penyediaan Informasi yang Jelas

c. Pelaksanaan Sosialisasi APBDes

Pelaksanaan Sosialisasi APBDes terdiri dari 4 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 4x 5= 1700) dan total skor yang diperoleh 1465. Dari hasil jawaban responden maka didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa atas indikator sosialisasi pelaksanaan APBDes adalah 86,17%.

Apabila data dibagi 5 kategori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator sosialisasi pelaksanaan APBDes masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 4

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Pelaksanaan Sosialisasi APBDes

Data persepsi pengelola keuangan desa dalam mewujudkan akuntabilitas yang diambil dari kuesioner yang berisi 10 butir soal terbagi dalam 3 indikator yaitu integritas keuangan sebanyak 3 butir soal, pengungkapan sebanyak 4 butir soal dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak 3 butir soal, dengan 5 alternatif jawaban pada rating skala 1 s/d 5, dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal ( 85 x10 x5 = 4250 ) dan total

%=84,71

%

Posisi

persepsi

(11)

skor diperoleh sebesar 3702. Dari hasil jawaban responden didapatkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desa atas variabel akuntabilitas sebesar 87,11%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa pada variabel akuntabilitas masuk dalam kategori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 5

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam Mewujudkan Akuntabilitas

a. Integritas Keuangan

Integritas keuangan terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 3x 5= 1275) dan jumlah skor sebesar 1082. Dari hasil jawaban responden persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desa pada indikator Integritas Keuangan adalah 84,86%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi perangkat desa pada indikator integritas keuangan masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 6

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Integritas Keuangan

%=87,

11%

Posisi

persepsi

(12)

b. Pengungkapan

Pengungkapan terdiri dari 4 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 4x 5= 1700) dan jumlah skor sebesar 1475. Dari hasil jawaban responden didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desa pada indikator pengungkapan adalah 86,76%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator pengungkapan masuk dalam ketegori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut :

Gambar 7

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Pengungkapan

c. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan terdiri dari 3 butir soal dengan jumlah responden sebanyak 85 responden sehingga didapatkan skor ideal maksimal (85x 3x 5= 1275) dan total skor yang sebesar 1145. Dari hasil jawaban responden didapatkan nilai persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelola keuangan desa atas indikator ketaatan terhadap peraturan adalah 89,80%.

Apabila data dibagi 5 ketegori yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik maka berdasarkan persentase kecenderungan jawaban responden mengenai persepsi pengelolaan keuangan desa pada indikator ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan masuk dalam kategori sangat baik yaitu pada skala interval 81% sampai dengan 100%. Dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:

(13)

Gambar 8

Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan

2. Pembahasan

a. Pelaksanaan Publikasi APBDes

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada perangkat desa di Kecamatan Mawasangka secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan desa Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang publikasi pelaksanaan APBDes sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan transparansi keuangan desa di Kecamatan Mawasangka sangat perlu mempublikasikan keuangannya dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 86,90% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

b. Penyediaan informasi yang jelas

Persepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator kedua yakni penyediaan informasi yang jelas secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan desa Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang penyediaan informasi yang jelas sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan transparansi keuangan desa di Kecamatan Mawasangka harus meyampaikan informasi pelaksanaan pengelolaan keuangannya kepada masyarakat dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 84,71% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

c. Pelaksanaan Sosialisasi APBDes

Persepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator ketiga yakni pelaksanaan sosialisasi APBDes secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang pelaksanaan sosialisasi APBDes sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan transparansi keuangan desa di Kecamatan Mawasangka harus mensosialisasikan pelaksanaannya kepada masyarakat dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 86,17% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

d. Integritas Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada perangkat desa di Kecamatan Mawasangka secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan

(14)

desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang integritas keuangan dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 84,86% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

e. Pengungkapan

Persepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator kedua yakni pengungkapan Secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang pengungkapan dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 86,76% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

f. Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangn

Persepsi perangkat desa Kecamatan Mawasangka untuk indikator ketiga yakni ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan, secara umum, perangkat desa selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka memiliki persepsi yang sangat baik tentang ketaatan terhadap peraturan dengan persentase kecenderungan jawaban responden yaitu sebesar 89,80% (lampiran 7) dengan kriteria sangat baik.

V. Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perangkat desa selaku pengelola keuangan desa di Kecamatan Mawasangka yang terdiri dari 17 desa memiliki persepsi yang sangat baik tentang transparansi dan akuntabilitas dari pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Hal ini terlihat dari persentase kecenderungan jawaban responden secara keseluruhan atas pernyataan kuisioner yang ditunjukkan dalam bentuk persentase yakni untuk variabel transparansi sebesar 85,95% (kriteria interpretasi sangat baik) yang terdiri dari tiga indikator yaitu: pelaksanaan publikasi APBDes, penyampaian informasi yang jelas, dan pelaksanaan sosialisasi APBDes. Persentase kecenderungan jawaban responden secara keseluruhan atas pernyataan kuisioner yang ditunjukkan dalam bentuk persentase yakni untuk variabel akuntabilitas sebesar 87,11% (kriteria interpretasi sangat baik) yang terdiri dari tiga indikator yaitu: integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut dengan kelompok responden yang lebih banyak dengan menambah masyarakat desa dalam menilai transparansi pengelolaan keuangan desa dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.

Daftar Pustaka

Atkinson, R. C., dan E.R. Hilgard. 1991. Pengantar Psikologi, diterjemahkan oleh Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana. Erlangga. Jakarta.

Arikonto 1993.Managemen Penelitian.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bapenas dan Depdagri tahun 2002. Toleran dan Kebijakan Dibuat Berdasarkan pada Preferensi Publik

(15)

Chulsum, Umi dan Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Kashito, 2006

Cooper, Schindler. 2000, Business Research Methods, Chicago: Richard D. Irwin Inc Depdikbud 2005. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Semarang : Aneka Ilmu.

E.St Harahap, dkk.Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka. 2006 Faridah 2015, Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Surabaya.

Fattah 2004.Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.

Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Gibson. 1986. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh Djoerban Wahid. Erlangga Jakarta.

Jalaludin. 1998.Psikologi Kumunikasi. Bandung PT: Rosdakarya.

Jones. 1992. The Development Of Conceptual Frameworks of Accounting for The Public Sector.Journal Financial Accounting and Management.8(4):249-264. Kaho 1997, Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, PT. Gravindo

Persada, Jakarta.

LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Modul 1 dari 5 Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Penerbit LAN, Jakarta.

Moleong 2005 ,Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Nordiawan 2006.Akuntasi Sektor Publik.Jakarta : Salemba Empat. Nunnaly, 1997 ,Psycometric Theory. MeGaw-Hill, New York.

P, Krina Lalolo Loina 2003. Prinsip-prinsip transparansi.

Peraturan Bupati Temanggung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Temanggung Tahun 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengololaan Keuangan Daerah.

Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 21 Juli 2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168.Jakarta

No.1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2015 Tetang Penyaluran Dana Desa

Riduwan, 2009. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabeta

Robbin (1995) Organizational Behavior Concepts Controversies, and Applications, New Jersy: Prentice Hall International, Inc.

(16)

Sahdan, dkk. 2006. ADD Untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogyakarta: Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD).

Saladien, 2006 Rancangan Penelitian Kualitatif Modul Metodologi Penelitian Kualitatif, Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Kualitatif Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, 6-7 Desember.

Soemantri 2011.Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,.Bandung : Fokus Media, 2011.

Solekhan. 2012.Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.Malang : Setara Press. Subroto, Agus, 2009, Tesis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Universitas

Diponegoro, Semarang.Sugiono, 2007. Statistika Untuk penelitian. Bandung: CV Alfabet.

Sulistiyani 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media, Yogyakarta.

Suharto (2010) Perpustakaan Sekolah : Defenisi, Tujuan dan Fungsi. Sutarno 2004 Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syahruddin Rasul 2002. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran. Jakarta : Detail Rekord.

Sutedjo 2009. Persepsi Stakehol ders terhadap Transparansi dan Akuntabiltas Pengelolan Keuangan Sekolah, Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro Undang-U ndang No. 6 tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Tengah.

Gambar

Gambar 1Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam
Gambar 3Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa Indikator Penyediaan
Gambar 5Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa dalam Mewujudkan
Gambar 7Posisi Rata-rata Persepsi Perangkat Desa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator

Sebagaimana diamatkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Dalam kasus ini prakteknya apabila pihak kedua yang ingin menjual tanah dan bangunannnya kepada pihak ketiga, mereka melaksanakan transaksi dengan menggunak- an PPJB

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh transparansi, akuntabilitas dan partisipasi terhadap pengelolaan keuangan desa pada Pemerintah Desa Kecamatan Cianjur tahun 2019

Dengan bantuan analisis statistik, data-data yang didapat dan dianalisis diketahui bahwa perlakuan kombinasi takaran dan sumber pupuk limbah kulit yang difermentasi

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi, Tenaga Kerja, dan tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di provinsi Jawa

Artikel ini membahas tentang beberapa hasil penelitian terhadap campuran beton/semen yang sebagian semennya disubstitusi dengan material pozolan yang menunjukkan berbagai

Makna unsur-unsur kelisanan yang terdapat pada tradisi kangkilo terbagi atas tiga yaitu: (1) makna material yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu makna