i
MENGGUNAKAN
VARIABLE SPEED DRIVE
Diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
Disusun Oleh:
RIA PRASETYO
10/300560/NT/14060
PROGRAM DIPLOMA TEKNIK ELEKTRO
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
iii
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Juni 2013
iv
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan program magang kerja dan menyusun laporan proyek akhir ini
dengan baik dan benar. Laporan proyek akhir dengan judul “Analisis Penghematan
Energi Pada Pompa Fasum Menggunakan Variable Speed Drive” ini disusun
berdasarkan hasil magang kerja penulis yang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari –
30 Juni 2013.
Adapun magang kerja dan penyusunan laporan proyek akhir ini merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan proses perkuliahan dalam meraih gelar Ahli
Madya pada Program Diploma Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Selama pengerjaan magang kerja hingga penyusunan laporan ini, banyak
pihak yang membantu dan memberi motivasi, saran, dan kritik kepada penulis. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih serta memberikan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Bapak Ir. Lukman Subekti S.T.,M.T. selaku Ketua Program Diploma
Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing magang kerja penulis yang selalu
v
3. Bapak Manajer Perusahaan yang berkenan mengizinkan penulis melaksanakan
kerja prakek di perusahaan tersebut.
4. Bapak Sarwidi, selaku Kepala Sub Departemen Power Utility Transportation
(PUTS) yang telah menempatkan penulis bertugas di Area Power Utility
Transportation A Plant 1 (PUTA1).
5. Bapak Yanuar Zulkarnaen, selaku Kepala Seksi PUTA1 yang sekaligus menjadi
pembimbing lapangan penulis yang telah senantiasa membimbing dan memberi
masukan penulis dalam pengerjaan di lapangan maupun dalam pembuatan
laporan.
6. Bapak Deni, Dalrohmi, Depi, Herman, Wahyu dan seluruh staff PUTA1 yang
selalu membantu dan memberikan arahan kepada penulis.
7. Bapak/Ibu HRD yang telah membantu segala proses administrasi demi kelancaran
penulis.
8. Seluruh staff karyawan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam dunia kelistrikan.
9. Seluruh teman – teman di PDTE SV UGM angkatan 2010 khususnya kelas A dan
TLA yang tiada hentinya mendukung penulis dalam penyelesaian laporan yang
vi
11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan kerja paktek ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu disini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun agar menjadi evaluasi
bagi penulis untuk lebih baik pada masa mendatang. Akhir kata penulis berharap agar
laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memeberi ilmu pengetahuan. Amin.
Yogyakarta, Juni 2013
vii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
PRAKATA ... iv
BAB II. MOTOR LISTRIK DAN SISTEM PEMOMPAAN... 6
A. Pengertian Motor Listrik ... 6
viii
I. Peluang Efisiensi Energi ... 24
BAB III PENGATURAN KECEPATAN PUTAR DAN PENGUJIAN MOTOR INDUKSI ... 29
A. Pengaturan Kecepatan Putar ... 29
1. Pengubahan jumlah kutub ... 29
2. Pengubahan tegangan sumber ... 29
3. Pengaturan tahanan luar ... 30
4. Pengubahan frekuensi sumber... 30
5. Menggunakan Variable Speed Drive ... 31
B. Pengujian Motor Induksi ... 34
1. Pengujian tanpa beban... 35
2. Pengujian rotor tertahan ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Spesifikasi Motor Pompa ... 42
B. Data Beban Mekanis Pompa ... 42
C. Pemilihan Pompa ... 43
D. Sistem Operasional Pompa ... 44
1. Sistem kendali existing ... 44
2. Sistem kendali menggunakan VSD ... 49
E. Analisa Perhitungan ... 49
F. Analisis Pengaturan Variable Speed Drive ... 57
3. Pemilihan Variable Speed Drive ... 57
4. Instalasi dan Pengaturan Variable Speed Drive ... 58
ix
DAFTAR PUSTAKA ... 63
x
Gambar 2.3 Rotor motor induksi ... 9
Gambar 2.4 Arah putaran motor induksi... 10
Gambar 2.5 Grafik torque-speed motor induksi AC 3-Fasa ... 11
Gambar 2.6 Sistem pemompaan industri ... 12
Gambar 2.7 Head statik... 13
Gambar 2.8 Head gesekan (friksi) versus aliran ... 14
Gambar 2.9 Sistem dengan head statik rendah ... 14
Gambar 2.10 Kurva kinerja pompa ... 14
Gambar 2.11Titik operasi pompa (US DOE, 2001) ... 15
Gambar 2.12 Lintasan aliran cairan pompa sentrifugal ... 18
Gambar 2.13 Komponen utama pompa sentrifugal ... 19
Gambar 2.14 Pompa sentrifugal aliran radial ... 20
Gambar 2.15 Pompa sentrifugal aliran campur... 20
Gambar 2.16 Pompa aliran aksial ... 20
Gambar 2.17 Impeller jenis tertutup dan terbuka... 21
Gambar 2.18 (a) Poros vertikal, (b) Poros horizontal ... 22
Gambar 2.19 Potongan sebuah pompa dengan wadah volute ... 23
Gambar 2.20 Kurva kinerja pompa sentrifugal diberikan oleh pemasok... 25
Gambar 2.21 Kurva kinerja pompa yang dipasang parallel ... 26
Gambar 3.1 Karakteristik pengaturan tegangan ... 29
Gambar 3.2 Blok diagram VSD ... 30
Gambar 3.3 Pengaruh dari VSD (US DOE, 2004)... 33
Gambar 3.4 Kurva kecepaan terhadap torsi ... 33
Gambar 3.5 Rangkaian ekivalen motor induksi ... 34
xi
Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen tanpa slip ... 37
Gambar 3.10 Rangkaian pengujian blocked-rotor ... 38
Gambar 4.1 Nameplate motor ... 41
Gambar 4.2 Nameplate pompa ... 41
Gambar 4.3 Kode tipe pompa ... 42
Gambar 4.4 Kurva pemilihan pompa 50 Hz (3000 rpm) ... 43
Gambar 4.5 (a) Rangkaian kendali Y-∆, (b) Rangkaian daya Y-∆ ... 44
Gambar 4.6 Hubungan star dan delta ... 44
Gambar 4.7 Rangkaian ekivalen sederhana motor induksi ... 52
Gambar 4.8 Diagram rangkaian Altiar 61 ... 58
Gambar 4.9 Proses instalasi dan input parameter pada VSD ... 59
xii
Tabel 4.1 Perbandingan arus motor hubungan star – delta ... 45
Tabel 4.2 Data pengukuran timing motor ... 45
Tabel 4.3 Standar timingmotor “baker” referensi NEMA ... 46
Tabel 4.4 Data pengukuran konsumsi energi ... 47
Tabel 4.5 Pengaruh perubahan frekuensi terhadap pressure ... 51
Tabel 4.6 Pengaruh perubahan frekuensi terhadap nilai impedans motor ... 56
xiii
bisa menjadi contoh aplikasi motor listrik yang tidak efisien. Penggunaan motor induksi ini membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Jika tanpa upaya
penghematan, penggunaan motor – motor ini akan menyebabkan pemborosan energi.
Selain itu pemasangan motor – motor listrik saat ini masih menggunakan cara
konvensional. Penggunaan kontaktor dapat menimbulkan lonjakan arus asutan (starting) motor saat pertama kali dihidupkan. Lonjakan arus starting yang cukup besar ini juga mempengaruhi pemborosan konsumsi energi listrik.
Dalam situasi dimana kebutuhan energi listrik terus meningkat, persediaan sumber dayanya semakin menipis, dan biaya penggunaan energi yang terus naik. Salah satu upaya penghematan konsumsi energi listrik adalah dengan memodifikasi
teknik pengendaliannya. Variable Speed Drive (VSD) dapat mengendalikan arus
starting dengan prinsip pengendalian kecepatan putar motor melalui perubahan frekuensi inputnya sehingga dapat dilakukan upaya penghematan energi yang cukup besar.
Penelitian ini melakukan analisis terhadap pengunaan konsumsi energi listrik pada pompa fasum di industri meliputi rekomendasi terkait penghematan energi, perhitungan pemilihannya, dan analisis penghematan energi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penghematan energi yang dapat dicapai.
xiv
considerable electrical energy. If no saving measures, the use of the motor - this motor will cause energy waste.
In addition to the installation of motors - an electric motor is still using conventional means. The use of contactors can cause motor starting inrush current when first turned on. Starting surge large enough also affects the unnecessary consumption of electrical energy.
In situations where the electrical energy needs continue to rise, depleting its resources inventory, and the cost of energy continues to rise. One effort saving electrical energy consumption is by modifying the control techniques. Variable Speed Drive (VSD) to control the starting current by controlling the rotation speed by changing the frequency of the input so that an attempt can be made considerable energy savings.
This study conducted an analysis of the use of electric energy consumption on public facilities in industrial pumps include recommendations related to energy savings, electoral calculation, and analysis of energy savings. This is done to determine how much energy savings can be achieved.
1
Saat ini banyak gedung maupun pabrik menggunakan motor listrik sebagai
penggerak utamanya. Penggunaan motor – motor listrik ini membutuhkan energi
listrik yang cukup besar. Jika tanpa upaya penghematan, penggunaan motor –
motor listrik ini akan menyebabkan pemborosan energi listrik yang cukup besar.
Dari beberapa audit energi listrik, besar tagihan yang terkait motor listrik bisa
mencapai 50% bahkan lebih dari total tagihan listrik. Untuk itu perlu dilakukan
upaya penghematan.
Penggunaan motor untuk pompa dan kipas bisa menjadi contoh aplikasi
motor listrik yang tidak efisien. Hampir di setiap gedung dan pabrik
menggunakannya. Biasanya pompa ini dijalankan dengan putaran maksimum dan
umumnya penggunaan pompa ini dilakukan terus – menerus sehingga dapat
menyebabkan pemborosan energi.
Selain itu pemasangan motor – motor listrik saat ini masih menggunakan
cara konvensional, yaitu dengan menggunakan kontaktor. Penggunaan kontaktor
ini dapat menimbulkan lonjakan arus asutan (starting) motor saat pertama kali
dihidupkan. Lonjakan arus starting yang cukup besar ini juga mempengaruhi
pemborosan konsumsi energi listrik. Beruntung lonjakan ini bisa diminimalisir
dengan mengatur hubungan motor menjadi star – delta.
Dalam situasi dimana kebutuhan energi listrik meningkat dan persediaan
sumbernya semakin menipis. Disamping itu biaya penggunaan energi yang terus
naik, salah satu cara adalah menggunakan energi listrik yang lebih efisien. Salah
satu upaya penghematan konsumsi energi listrik pada motor listrik ini adalah
dengan memodifikasi teknik pengendaliannya.
Dalam perkembangan teknologi, Variable Speed Drive (VSD) atau biasa
dikenal dengan Inverter ini dapat membantu menghemat konsumsi energi listrik
frekuensi inputnya. VSD dapat mengelola lonjakan arus starting sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan sehingga dapat dilakukan upaya penghematan energi
yang cukup besar.
Penelitian ini melakukan pengukuran dan analisa konsumsi energi listrik
yang terkait penggunaan pompa fasum (fasilitas umum) di industri manufaktur
sepeda motor Jakarta Utara. Beberapa rekomendasi terkait penghematan energi,
perhitungan perancangan sistem, pemilihan pompa dan Variable Speed Drive,
serta analisis perhitungan penghematan energi disebutkan dalam laporan ini. Hal
ini dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa besar penghematan energi yang
dapat dicapai.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan magang kerja di industri manufaktur sepeda motor ini
selain untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program Diploma III (D3)
Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, juga bertujuan
sebagai berikut:
1. Memperdalam pengetahuan mahasiswa dan melakukan studi banding dengan
mempelajari dan menganalisis sistem distribusi tenaga listrik yang ada di
perusahaan.
2. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
3. Untuk meningkatkan keahlian dalam pekerjaan serta mengetahui atau
membuat analisis tugas yang dibutuhkan industri.
4. Mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan profesi
melalui penerapan ilmu, latihan kerja, dan pengamatan yang diterapkan
perusahaan.
5. Mengetahui prinsip kerja motor listrik dan sistem pemompaan, serta
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : Industri manufaktur sepeda motor Jakarta
Waktu Pelaksanaan : 11 Februari – 30 Juni 2013
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan proyek akhir ini penulis menggunakan metode /
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Pengamatan di lapangan
Melakukan pengamatan langsung dengan melakukan pengukuran dan
pengambilan data dari observasi di lapangan
2. Wawancara dan diskusi
Melakukan wawancara dan diskusi dengan para pekerja di lapangan dan di
kantor.
3. Pengambilan literatur pendukung
Meminjam dan meminta berbagai literatur pendukung sebagai sumber dan
pendukung dalam pembuatan laporan proyek akhir.
4. Studi pustaka
Pengumpulan data berdasarkan literatur sebagai pembanding dan
pelengkap data yang didapat di lapangan.
E. Perumusan Masalah
Yang menjadi pokok pembahasan dalam program kerja lapangan ini
adalah tentang analisis penghematan energi pada pengggunaan motor listrik pada
pompa fasum (fasilitas umum) dengan menggunakan Variable Speed Drive
(VSD).
F. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah, maka permasalahan yang akan dilakukan pada
1. Pengambilan data dilakukan pada motor listrik dengan beban fasum (fasilitas
umum).
2. Analisis dilakukan pada motor tiga fasa rotor sangkar, merek TECO 11 kW,
380/415 (Δ/Y) Volt, 50 Hz, cosφ 0,86, 2910 rpm dengan pompa sentrifugal
merek EBARA 11 kW type 80x65 FSHA.
3. Analisis dilakukan dengan pendekatan praktik di lapangan dan dibandingkan
dengan teori yang ada.
4. Penulis tidak ikut melakukan pengaturan sistem di lapangan.
5. Penulis hanya melakukan perancangan sistem, perhitungan karakteristik
sistem serta analisis data penghematan energi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara garis besar tentang apa yang akan dikemukakan dalam laporan.
Adapun susunan sistematika laporan ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan
penelitian, metode pengumpulan data, perumusan masalah, pembatasan masalah,
dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan tentang teori – teori dasar motor listrik, jenis – jenis motor
listrik, motor induksi 3 phasa, pengenalan pompa, karakteristik pompa dan sistem
pemompaan di perusahaan.
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang macam pengaturan kecepatan putar motor induksi
3 phasa, peluang – peluang efisiensi energi yang dapat dilakukan pada motor
pompa, pengujian motor insuksi dan gambaran umum tentang penggunaan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisis karakteristik beban, perhitungan –
perhitungan pengaruh perubahan frekuensi, perencanaan sistem, serta analisis
penghematan energi yang dapat dilakukan dengan menggunakan Variable Speed
Drive.
BAB V. PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka beserta lampiran dari
6
Motor listrik adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah
energi listrik menjadi energi gerak (mekanik). Energi mekanik ini digunakan
untuk kebutuhan beban seperti, memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dan lain – lain.
Motor listrik merupakan motor yang paling banyak dijumpai dalam industri. Motor listrik sering disebut sebagai “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan motor listrik ini digunakan hingga 70% beban listrik total di industri.
Gambar 2.1 Motor listrik asinkron (automated buildings)
B. Mekanisme Kerja Motor Listrik
Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama, arus listrik
dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa arus
dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran (loop), maka kedua sisi loop, yaitu pada
sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
Pasangan gaya tersebut menghasilkan tenaga putar (torque) untuk memutar
C. Jenis – Jenis Motor Listrik
1. Motor arus searah
Motor arus searah atau biasa disebut motor DC adalah sebuah motor listrik
yang memerlukan suplai tegangan arus searah (Direct Current) pada kumparan
medan untuk diubah menjadi energi gerak (mekanik). Kumparan medan pada
motor DC disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar
disebut rotor (bagian yang berputar).
Gambar 2.2 Motor arus searah (DC)
2. Motor arus bolak - balik
Motor arus bolak – balik (Alternating Current) memerlukan suplai
tegangan arus bolak – balik pada kumparan statornya untuk diubah menjadi energi
gerak (mekanik). Motor listrik memiliki dua buah bagian dasar yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan komponen listrik yang diam (statis). Sedangkan rotor
merupakan komponen listrik yang berputar.
Keuntungan utama motor DC terhadap motor AC adalah bahwa kecepatan
motor AC lebih sulit dikendalikan. Untuk mengatasi kerugian ini, motor AC dapat
dilengkapi dengan Variable Speed Drive untuk meningkatkan kendali kecepatan
sekaligus menurunkan dayanya. Motor AC merupakan motor yang paling populer
di industri karena konstruksinya yang sederhana dan mudah perawatannya. Harga
motor AC ini relatif lebih murah tetapi memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Berdasarkan prinsip kerjanya motor listrik AC dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Motor sinkron
Motor sinkron adalah sebuah motor AC yang bekerja pada kecepatan tetap
untuk pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, oleh karena itu
motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah, seperti
kompresor udara, perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron
mampu untuk memperbaiki faktor daya sistem, sehingga sering digunakan pada
sistem yang menggunakan banyak listrik. Komponen utama motor sinkron adalah:
1. Stator
Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan frekuensi
yang dipasok.
2. Rotor
Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi adalah bahwa
rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama dengan perputaran
medan magnet. Hal ini memungkinkan sebab medan magnet rotor tidak lagi
terinduksi. Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-excited, yang
dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila dihadapkan dengan medan
magnet lainnya.
b. Motor asinkron
Motor asinkron atau biasa disebut motor induksi merupakan motor yang
paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena
rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat langsung
disambungkan ke sumber daya AC. Motor induksi memiliki dua komponen listrik
utama yaitu :
1. Stator
Stator merupakan bagian dari mesin yang tidak berputar. Stator dibuat dari
sejumlah kumparan dengan slots sebagai tempat gulungan tiga fasa. Gulungan
– gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.
2. Rotor
Bagian rotor merupakan bagian yang berputar. Ada 2 jenis rotor motor induksi
a. Rotor sangkar terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam
kedua ujungnya dengan menggunakan ring. Sebagian besar rotor motor
induksi yang digunakan adalah jenis rotor sangkar tupai (squirrel cage).
b. Rotor belitan (wound rotor) memiliki gulungan tiga fasa, lapisan ganda
dan terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator.
Gambar 2.3 Rotor motor induksi
Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu motor
induksi satu fasa dan tiga fasa. Motor induksi satu fasa hanya memiliki satu
gulungan stator, beroperasi dengan sumber daya satu fasa. Sejauh ini motor
induksi satu fasa merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam
peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian,
dan untuk penggunaan dari 3 sampai 4 Hp.
Sedangkan motor induksi tiga fasa memiliki medan magnet yang berputar
yang dihasilkan oleh sumber daya tiga fasa yang seimbang. Motor ini memiliki
kemampuan daya yang tinggi dan dapat melakukan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis motor ini,
sebagai contoh penggunaan motor induksi tiga fasa ini biasanya digunakan untuk
memutar pompa, kompresor, belt conveyor, chain hoist, dan grinder. Motor
induksi tiga fasa ini tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan HP.
D. Prinsip Kerja Motor Induksi
Belitan stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar. Medan magnet ini bergerak dengan
yang berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor
berputar. Rotor akan berputar searah dengan medan putar yang dihasilkan stator.
Berikut adalah gambar gelombang sinusoidal tiga fasa dan arah putarnya pada
stator yang berasal dari pembangkit listrik.
Gambar 2.4 Arah putaran motor induksi
Medan putar pada stator akan memotong konduktor – konduktor pada
rotor, sehingga terinduksi arus pada rotor. Rotor tidak memperoleh sumber arus
tertentu, tetapi merupakan arus terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara medan putar yang dihasilkan arus stator.
Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron namun pada “kecepatan dasar” yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya “slip atau geseran”.
Slip akan meningkat dengan meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor
induksi. Untuk menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser (slip ring), dan motor tersebut dinamakan “motor cincin geser (slip ring motor)”. Persamaan
berikut dapat digunakan untuk menghitung persentase slip (Parekh, 2003):
... (2.1)
Dimana:
Ns = Kecepatan medan stator dalam RPM
Pada saat kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan medan putar
stator, tegangan induksi tidak ada dan arus rotor tidak timbul, sehingga torsi tidak
dihasilkan. Gambar dibawah menunjukan grafik torque-speed motor induksi AC
tiga fasa. Pada saat motor mulai menyala terdapat arus nyala awal (starting) yang
tinggi dan torque yang rendah (pull-up torque). Saat mencapai 80% kecepatan
penuh, torque berada pada tingkat tertinggi (pull-out torque) dan arus mulai turun.
Dan pada kecepatan penuh atau kecepatan sinkron, arus stator dan torque turun ke
nol.
Gambar 2.5 Grafik torque-speed motor induksi AC 3-fasa
E. Pengertian Sistem Pemompaan
Sistem pemompaan bertanggung jawab terhadap hampir 20% kebutuhan
energi listrik dunia dan penggunaan energi dalam operasi pabrik industri tertentu
berkisar 25 – 50% (US DOE, 2004). Pompa memiliki dua kegunaan utama :
1. Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari
sumber bawah tanah ke tangki penyimpan air)
2. Mensirkulasikan cairan sekitar sistem (misalnya air pendingin atau
pelumas yang melewati mesin-mesin dan peralatan)
Komponen utama sistem pemompaan adalah :
a. Pompa
c. Pemipaan, digunakan untuk membawa fluida
d. Valve, digunakan untuk mengendalikan aliran dalam sistem
e. Sambungan, pengendalian dan instrumentasi lainnya
f. Peralatan pengguna akhir, yang memiliki berbagai persyaratan (misalnya
tekanan, aliran) yang menentukan komponen dan susunan sistem
pemompaan. Contohnya adalah alat penukar panas, tangki dan mesin
hidrolik.
Gambar 2.6 Sistem pemompaan industri
F. Karakteristik Sistem Pemompaan
1. Tahanan sistem : Head
Tekanan diperlukan untuk memompa cairan melewati sistem pada laju
tertentu. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sistem, yang juga disebut “head”. Head total merupakan jumlah dari head statik dan head
gesekan (friksi).
2. Head statik
Head statik merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari
cairan yang dipompakan. Head statik merupakan aliran yang independen dan
Head Static = Head Discharge (Hd) – Head Suction (Hs) ... (2.2)
Head statik terdiri dari:
a. Head hisapan statis (Hsuction) : dihasilkan dari pengangkatan cairan
relatif terhadap garis pusat pompa. Hs nilainya positif jika ketinggian
cairan diatas garis pusat pompa, dan negatif jika ketinggian cairan berada dibawah garis pusat pompa (juga disebut “pengangkat hisapan”)
b. Head pembuangan statis (Hdischarge) : jarak vertikal antara garis pusat
pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan.
Gambar 2.7 Head statik
3. Head gesekan atau friksi (Hf)
Head gesekan merupakan kehilangan yang diperlukan untuk mengatasi
tahanan untuk mengalir dalam pipa dan sambungan – sambungan. Head ini
tergantung pada ukuran, kondisi dan jenis pipa, jumlah dan jenis sambungan,
debit aliran, dan sifat dari cairan. Head gesekan (friksi) ini sebanding dengan
kuadrat debit aliran seperti diperlihatkan dalam gambar 2.8. Loop tertutup sistem
Gambar 2.8 Head gesekan (friksi) versus aliran
Dalam hampir kebanyakan kasus, head total sistem merupakan gabungan
antara head statik dan head gesekan seperti diperlihatkan dalam gambar berikut.
Gambar 2.9 Sistem dengan head statik rendah
4. Kurva kinerja pompa
Head dan debit aliran menentukan kinerja sebuah pompa sebagai kurva
kinerja atau kurva karakteristik pompa. Pada pompa sentrifugal, head secara
perlahan turun dengan meningkatnya aliran. Dengan meningkatnya tahanan
sistem, head juga akan naik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan debit
aliran berkurang dan akhirnya mencapai nol. Debit aliran nol hanya dapat diterima
untuk jangka pendek tanpa menyebabkan pompa terbakar.
5. Titik operasi pompa
Debit aliran pada head tertentu disebut titik tugas. Kurva kinerja pompa
terbuat dari banyak titik-titik tugas. Titik operasi pompa ditentukan oleh
perpotongan kurva sistem dengan kurva pompa sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar berikut.
Gambar 2.11 Titik operasi pompa (US DOE, 2001)
6. Kinerja hisapan pompa
Kavitasi adalah pembentukan gelembung dibagian dalam pompa. Hal ini
dapat terjadi karena tekanan statik fluida setempat turun menjadi lebih rendah dari
tekanan uap cairan (pada suhu sebenarnya). Kemungkinan penyebabnya adalah
jika fluida semakin cepat dalam kran pengendali atau disekitar impeller pompa.
Penguapan itu sendiri tidak menyebabkan kerusakan. Walau demikian,
bila kecepatan berkurang dan tekanan bertambah, uap akan menguap dan jatuh.
Hal ini memiliki tiga pengaruh yang tidak dikehendaki:
a. Erosi permukaan impeller, terutama jika memompa cairan berbasis air.
b. Meningkatnya kebisingan dan getaran, mengakibatkan umur seal dan
bearing menjadi lebih pendek.
c. Menyumbat sebagian lintasan impeller, yang menurunkan kinerja pompa
Head Hisapan Positif Netto Tersedia atau Net Positive Suction Head
Available (NPSHA) menandakan jumlah hisapan pompa yang melebihi tekanan
uap cairan, dan merupakan karakteristik rancangan sistem. NPSH yang diperlukan
(NPSHR) adalah hisapan pompa yang diperlukan untuk menghindari kavitasi, dan
merupakan karakteristik rancangan pompa.
7. Kapasitas pompa
Kapasitas pada sebuah pompa adalah kemampuan pompa untuk
mengalirkan atau memindahkan sejumlah cairan ataupun fluida dalam satuan
kapasitas.
G. Jenis – Jenis Pompa
Pompa hadir dalam berbagai ukuran untuk penggunaan yang luas. Pada
prinsipnya, cairan apapun dapat ditangani oleh berbagai rancangan pompa. Jika
berbagai rancangan pompa digunakan, pompa sentrifugal biasanya yang paling
ekonomis diikuti oleh pompa rotary dan reciprocating. Walaupun, pompa
perpindahan positif biasanya lebih efisien daripada pompa sentrifugal, namun
keuntungan efisiensi yang lebih tinggi cenderung diimbangi dengan meningkatnya
biaya perawatan.
Pompa-pompa dapat digolongkan menurut prinsip operasi dasarnya seperti
pompa dinamik atau pompa pemindahan positif.
1. Pompa perpindahan positif
Pompa perpindahan positif dikenal dengan caranya beroperasi, cairan
diambil dari salah satu ujung dan pada ujung lainnya dialirkan secara positif untuk
setiap putarannya. Pompa perpindahan positif digunakan secara luas untuk
pemompaan fluida selain air, biasanya fluida kental.
Pompa perpindahan positif selanjutnya digolongkan berdasarkan cara
a. Pompa Reciprocating jika perpindahan dilakukan oleh maju mundurnya
jarum piston. Pompa reciprocating hanya digunakan untuk pemompaan
cairan kental dan sumur minyak.
b. Pompa Rotary jika perpindahan dilakukan oleh gaya putaran sebuah gear,
cam atau impeller dalam sebuah ruangan bersekat pada casing yang tetap.
Pompa rotary selanjutnya digolongkan sebagai gear dalam, gear luar,
lobe, impeller dorong dan lain-lain. Pompa – pompa tersebut digunakan
untuk layanan khusus dengan kondisi khusus yang ada di lokasi industri.
Pada seluruh pompa jenis perpindahan positif, sejumlah cairan yang sudah
ditetapkan dipompa setelah setiap putarannya. Sehingga jika pipa pengantarnya
tersumbat, tekanan akan naik ke nilai yang sangat tinggi dimana hal ini dapat
merusak pompa.
2. Pompa dinamik
Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh cara pompa tersebut
beroperasi, impeller yang berputar mengubah energi kinetik menjadi tekanan atau
kecepatan yang diperlukan untuk memompa fluida. Terdapat dua jenis pompa
dinamik:
a. Pompa sentrifugal merupakan pompa yang sangat umum digunakan untuk
pemompaan air dalam berbagai penggunaan industri. Biasanya lebih dari 70%
pompa yang dipasang di sebuah industri adalah pompa sentrifugal. Untuk
alasan ini, pompa ini dijelaskan dibawah lebih lanjut.
b. Pompa dengan efek khususterutama digunakan untuk kondisi khusus di lokasi
industri.
a. Kerja pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan salah satu peralatan yang paling sederhana
dalam berbagai proses pabrik. Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor
diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller yang dipasangkan pada
– sudu. Bilah – bilah impeller meneruskan energi kinetik ke cairan, sehingga menyebabkan cairan berputar. Karena timbulnya gaya sentrifugal, maka zat cair
mengalir dari tengah impeller keluar melalui saluran diantara sudu dan
meninggalkan impeller dengan kecepatan yang tinggi.
Zat cair yang keluar dari impeller dengan kecepatan tinggi ini kemudian
mengalir melalui saluran yang penampangnya makin membesar (volute/diffuser),
sehingga terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Maka zat
cair yang keluar dari flens keluar pompa head totalnya bertambah besar.
Penghisapan terjadi karena setelah zat cair dilemparkan oleh impeller, ruang
diantara sudu – sudu menjadi vakum sehingga zat cair akan terhisap masuk.
Impeller dikelilingi oleh volute casing atau dalam hal pompa turbin digunakan
cincin diffuser stasioner. Volute atau cincin diffuser stasioner mengubah energi
kinetik menjadi energi tekanan.
Selisih energi per satuan berat atau head total dari zat cair pada flens
keluar (tekan) dan flens masuk (hisap) disebut head total pompa. Gambar berikut
memperlihatkan bagaimana pompa jenis ini beroperasi.
Gambar 2.12 Lintasan aliran cairan pompa sentrifugal
b. Komponen dari pompa sentrifugal
Komponen utama dari pompa sentrifugal terlihat pada gambar berikut dan
1. Komponen berputar: impeller yang disambungkan ke sebuah poros
2. Komponen statis: casing, penutup casing, dan bearings
Gambar 2.13 Komponen utama pompa sentrifugal
a. Impeller
Impeller merupakan cakram bulat dari logam dengan lintasan untuk aliran
fluida yang sudah terpasang. Impeller biasanya terbuat dari perunggu,
polikarbonat, besi tuang atau stainless steel, namun bahan – bahan lain juga
digunakan. Sebagaimana kinerja pompa tergantung pada jenis impellernya, maka
penting untuk memilih rancangan yang cocok dan mendapatkan impeller dalam
kondisi yang baik.
Jumlah impeller menentukan jumlah tahapan pompa. Pompa satu tahap
memiliki satu impeller dan sangat cocok untuk layanan head (tekanan) rendah.
Pompa dua tahap memiliki dua impeller yang terpasang secara seri untuk layanan
head sedang. Pompa multi – tahap memiliki tiga impeller atau lebih terpasang seri
untuk layanan head yang tinggi. Impeller dapat digolongkan atas dasar:
1. Arah utama aliran dari sumbu putaran : aliran radial, aliran aksial, aliran
campuran.
a. Pompa aliran radial
Pompa ini mempunyai konstruksi sedemikian sehingga aliran zat cair yang
Gambar 2.14 Pompa sentrifugal aliran radial
b. Pompa aliran campur
Aliran zat cair didalam pompa waktu meninggalkan impeller akan
bergerak sepanjang permukaan kerucut (miring) sehingga komponen
kecepatannya berarah radial dan aksial.
Gambar 2.15 Pompa sentrifugal aliran campur
c. Pompa aliran aksial
Aliran zat cair yang meninggalkan impeller akan bergerak sepanjang
permukaan silinder (arah aksial).
2. Jenis hisapan : hisapan tunggal dan hisapan ganda
3. Bentuk atau konstruksi mekanis :
a. Impeller yang tertutup memiliki bilah – bilah yang ditutupi oleh mantel
(penutup) pada kedua sisinya. Biasanya digunakan untuk pompa air,
dimana bilah – bilah seluruhnya mengurung air. Hal ini mencegah
perpindahan air dari sisi pengiriman ke sisi penghisapan, yang akan
mengurangi efisiensi pompa. Dalam rangka untuk memisahkan ruang
pembuangan dari ruang penghisapan, diperlukan sebuah sambungan yang
bergerak diantara impeller dan wadah pompa. Penyambungan ini
dilakukan oleh cincin yang dipasang diatas bagian penutup impeller atau
dibagian dalam permukaan silinder wadah pompa. Kerugian dari impeller
tertutup ini adalah resiko yang tinggi terhadap rintangan.
b. Impeller terbuka dan semi terbuka kemungkinan tersumbatnya kecil. Akan
tetapi untuk menghindari terjadinya penyumbatan melalui resirkulasi
internal, volute atau back-plate pompa harus diatur secara manual untuk
mendapatkan setelan impeller yang benar.
c. Impeller pompa berpusar (vortex) cocok untuk bahan – bahan padat dan “berserabut” akan tetapi pompa ini 50% kurang efisien dari rancangan yang konvensional.
b. Batang torak
Batang torak memindahkan torque dari motor ke impeller selama startup
dan operasi pompa. Menurut letak porosnya, pompa dapat dibedakan menjadi
poros horisontal dan poros vertikal seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 2.18 (a) Poros vertikal, (b) Poros horisontal
c. Wadah
Fungsi utama wadah adalah menutup impeller pada penghisapan dan
pengiriman pada ujung dan sehingga berbentuk tangki tekanan. Tekanan pada
ujung penghisapan dapat sekecil sepersepuluh tekanan atmosfir dan pada ujung
pengiriman dapat dua puluh kali tekanan atmosfir pada pompa satu tahap. Untuk
pompa multi-tahap perbedaan tekanannya jauh lebih tinggi. Wadah dirancang
untuk tahan paling sedikit dua kali tekanan ini untuk menjamin batas keamanan
yang cukup.
Fungsi wadah yang kedua adalah memberikan media pendukung dan
bantalan poros untuk batang torak dan impeller. Oleh karena itu wadah pompa
harus dirancang untuk :
1. Memberikan kemudahan mengakses ke seluruh bagian pompa untuk
pemeriksaan, perawatan dan perbaikan.
2. Membuat wadah anti bocor dengan memberikan kotak penjejal.
3. Menghubungkan pipa – pipa hisapan dan pengiriman ke flens secara
4. Mudah dipasang dengan mudah ke mesin penggerak (motor listrik) tanpa
kehilangan daya.
Gambar 2.19 Potongan sebuah pompa dengan wadah volute
Terdapat dua jenis wadah
1. Wadah volute memiliki impeller yang dipasang dibagian dalam wadah.
Salah satu tujuan utamanya adalah membantu kesetimbangan tekanan
hidrolik pada batang torak pompa. Walau begitu, mengoperasikan pompa
dengan wadah volute pada kapasitas yang lebih rendah dari yang
direkomendasikan pabrik pembuatnya dapat mengakibatkan tekanan
lateral pada batang torak pompa. Hal ini dapat meningkatkan pemakaian
sil, bantalan poros, dan batang torak itu sendiri. Wadah volute ganda
digunakan bilamana gaya radial menjadi cukup berarti pada kapasitas yang
berkurang.
2. Wadah bulat memiliki baling-baling penyebaran stasioner disekeliling
impeller yang mengubah kecepatan menjadi energi tekanan. Wadah
tersebut banyak digunakan untuk pompa multi – tahap. Wadah dapat
dirancang sebagai :
- Wadah padat : seluruh wadah dan nosel dimuat dalam satu cetakan
atau potongan yang sudah dibuat pabrik pembuatnya.
- Wadah terbelah : dua bagian atau lebih disambungkan bersama.
Bilamana bagian wadah dibagi oleh bidang horizontal, wadahnya
disebut terbelah secara horizontal atau wadah yang terbelah secara
c. Kinerja Pompa
Kerja yang ditampilkan oleh sebuah pompa merupakan fungsi dari head
total dan berat cairan yang dipompa dalam jangka waktu yang diberikan. Daya
batang torak pompa adalah daya yang dikirimkan ke batang torak pompa, dan
dapat dihitung sebagai berikut :
... (2.3)
Keluaran pompa, daya air atau daya hidrolik adalah daya cairan yang
dikirimkan oleh pompa, dan dapat dihitung sebagai berikut:
... (2.4)
Bagian ini menjelaskan peluang – peluang perbaikan yang dapat dilakukan
pada pompa dan sistem pemompaan. Peluang – peluang untuk penghematan
energi pada motor pompa meliputi:
1. Pemilihan pompa yang benar
2. Pompa dalam susunan paralel untuk memenuhi permintaan yang beragam
3. Kendali start/stop pompa
4. Mengendalikan debit aliran dengan variasi kecepatan
1. Pemilihan pompa yang benar
Dalam memilih pompa, para pemasok berusaha untuk mencocokan kurva
kebutuhan tersebut sedekat mungkin. Titik operasi pompa adalah titik dimana
kurva pompa dan kurva tahanan sistem berpotongan Walau begitu, tidak
memungkinkan bagi satu titik operasi memenuhi seluruh kondisi operasi yang
dikehendaki.
Sebagai contoh, bila valve pembuangan tersumbat, kurva tahanan sistem
bergeser ke sebelah kiri dan begitu juga dengan titik operasinya. Gambar 2.20
dibawah memperlihatkan kurva kinerja pompa yang dipasok penjual untuk pompa
sentrifugal dimana cairan yang akan dipompa adalah air bersih.
Gambar 2.20 Kurva kinerja pompa sentrifugal diberikan oleh pemasok
2. Pompa Yang Dipasang Paralel
Mengoperasikan dua pompa secara paralel dan mematikan salah satu jika
kebutuhan menjadi lebih rendah, dapat menghasilkan penghematan energi yang
signifikan. Dapat digunakan pompa yang memberikan debit aliran yang
Pompa yang dipasang secara paralel merupakan sebuah opsi jika head
statik lebih dari lima puluh persen head total. Gambar 2.21 memperlihatkan kurva
pompa untuk pompa tunggal, dua pompa yang beroperasi secara paralel. Gambar
ini juga memperlihatkan bahwa kurva sistem pada umumnya tidak berubah
dengan jalannya pompa secara paralel. Debit aliran lebih rendah dari penjumlahan
debit aliran berbagai pompa.
Gambar 2.21 Kurva kinerja pompa yang dipasang paralel
3. Kendali start – stop pompa
Suatu cara yang sederhana dan masuk akal berkenaan dengan energi yang
efisien adalah menurunkan debit aliran dengan menjalankan dan menghentikan
pompa, sepanjang hal ini tidak sering dilakukan.
Sebuah contoh dimana opsi ini dapat digunakan adalah bila sebuah pompa
digunakan untuk mengisi tangki penyimpan dimana fluida mengalir ke proses
pada debit yang tetap.
Dalam sistem ini, pengendali dipasang pada tingkatan minimum dan
maksimum didalam tangki untuk menjalankan dan menghentikan pompa.
Beberapa perusahaan menggunakan metoda ini juga dalam rangka menghindarkan
kebutuhan maksimum yang lebih rendah (yaitu dengan pemompaan pada bukan
4. Mengendalikan Debit Aliran Dengan Variasi Kecepatan
Perputaran impeller pompa sentrifugal menghasilkan head. Kecepatan
keliling impeller berhubungan langsung dengan kecepatan putaran batang torak.
Oleh karena itu variasi kecepatan putaran berpengaruh langsung pada kinerja
pompa.
Parameter kinerja pompa (debit aliran, head, daya) akan berubah dengan
bervariasinya kecepatan putaran. Oleh karena itu, untuk mengendalikan kecepatan
putaran pada kecepatan yang berbeda – beda maka perlu mengerti hubungan
antara keduanya.
Persamaan yang menjelaskan hubungan tersebut dikenal dengan “Hukum
Afinitas”:
a. Debit aliran (Q) berbanding lurus dengan kecepatan putaran (n)
b. Head (H) berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan putaran (n2)
c. Daya (P) berbanding lurus dengan kubik kecepatan putaran (n3)
Sebagaimana dapat dilihat dari hukum diatas, kuadrat kecepatan putaran
pompa sentrifugal akan meningkatkan pemakaian daya 8 kalinya. Sebaliknya
penurunan kecepatan putaran yang kecil akan menurunkan pemakaian daya yang
sangat besar. Hal ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penghematan energi
pada pompa sentrifugal dengan kebutuhan aliran yang bervariasi.
Hal yang relevan untuk diketahui bahwa pengendalian aliran dengan
pengaturan kecepatan selalu lebih efisien daripada kran pengendali. Hal ini
disebabkan kran menurunkan aliran namun tidak menurunkan pemakaian energi
pompa. Sebagai tambahan terhadap penghematan energi, manfaat lain dari
penurunan kecepatan menjadi lebih rendah adalah sebagai berikut:
a. Umur bearing meningkat
Hal ini disebabkan bearing membawa gaya hidrolik pada impeller yang
dihasilkan oleh tekanan pada bagian dalam wadah pompa), yang
berkurang kira – kira sebesar kuadrat kecepatan. Untuk sebuah pompa,
b. Getaran dan kebisingan berkurang dan umur seal meningkat selama titik
29 1. Pengubahan jumlah kutub
Kecepatan putar motor induksi ditentukan oleh frekuensi tegangan
masukan dan jumlah kutub motor seperti yang dijelaskan dengan rumus :
... (3.1)
Dimana :
ns = Kecepatan medan putar motor (rpm)
f = Frekuensi (Hz)
p = Jumlah kutub
Pengaturan jumlah kutub mudah dilakukan tetapi pengaturannya terbatas.
Hal ini dikarenakan jumlah kutub pada motor induksi tiga phasa merupakan
kelipatan 2, sehingga pengaturannya kasar.
2. Pengubahan Tegangan Sumber
Persamaan torsi motor induksi tiga phasa sebanding dengan kuadrat
tegangan yang diberikan. Pengubahan tegangan untuk pengendalian kecepatan
akan diikuti dengan pengubahan torsi motor. Pengaturan putaran motor induksi
tiga phasa dengan cara mengatur tegangan sumber mempunyai daerah kerja yang
lebih luas.
3. Pengaturan tahanan luar
Kecepatan putar motor induksi tiga phasa dapat dirubah dengan
menambahkan tahanan luar. Dengan mengatur tahanan luar akan terjadi
perubahan kecepatan. Pengaturan tahanan luar hanya dapat dilakukan untuk motor
induksi jenis rotor lilit.
4. Pengubahan frekuensi sumber
Kecepatan putar motor induksi tiga phasa dapat diatur dengan mengubah
frekuensi sumber, karena medan putar stator merupakan fungsi dari frekuensi
sumber. Pengaturan frekuensi sumber merupakan metode pengaturan yang
memungkinkan yang lebih luas. Frekuensi sumber AC yang konstan (50 Hz)
harus diubah sesuai kebutuhan yang diinginkan. Proses pengubahan frekuensi ini
memerlukan converter dari AC ke DC (Rectifier), dan dari DC dijadikan ke AC
kembali (Inverter) dengan frekuensi yang berbeda.
Dengan demikian jika frekuensi motor ditingkatkan maka akan
meningkatkan kecepatan motor, sebaliknya dengan memperkecil frekuensi akan
memperlambat kecepatan motor. Pengendalian frekuensi motor menggunakan
rangkaian inverter dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.2 Blok diagram VSD
Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :
1. Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board penyearah DC
2. Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC
kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang
komponen utamanya adalah Semikonduktor aktif seperti IGBT (Insulated
Gate Bipolar Transistor). Dengan menggunakan frekuensi carrier (bisa
sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sehingga keluar
tegangan dan frekuensi yang diinginkan.
Secara tradisional, motor DC akan digunakan bila memiliki kemampuan
untuk menggunakan pengendali kecepatan. Namun karena keterbatasan motor
DC, motor AC terus menjadi fokus bagi penggunaan variasi kecepatan. Baik
motor sinkron maupun motor induksi keduanya cocok untuk penggunaan kontrol
variasi kecepatan. Karena motor induksi adalah motor asinkron, perubahan suplai
frekuensi dapat memvariasikan kecepatan. Strategi pengendalian motor induksi
secara khusus akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk biaya investasi,
ketahanan beban dan beberapa persyaratan pengendalian khusus. Hal ini
memerlukan suatu tinjauan rinci mengenai karakteristik beban, data historis pada
aliran proses, ciri-ciri sistim pengendalian kecepatan yang diperlukan, biaya listrik
dan biaya investasi.
Potensi terbesar untuk penghematan listrik adalah dengan menggunakan
penggerak kecepatan variabel (Variable Speed Drive) contohnya adalah pompa
sentrifugal dan fan, dimana kebutuhan dayanya berubah sebesar kubik kecepatan.
Beban torque yang konstan juga cocok untuk penggunaan VSD.
5. Menggunakan Variable Speed Drive (VSD)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengendalian kecepatan
putaran pompa merupakan cara yang paling efisien dalam mengendalikan aliran,
sebab jika kecepatan pompa berkurang maka pemakaian daya juga berkurang.
Metoda yang biasanya banyak digunakan untuk menurunkan kecepatan pompa
adalah dengan menggunakan penggerak kecepatan yang bervariasi atau biasa
Secara sederhana untuk drive AC, Variable Speed Drive akan mengubah
AC ke DC yang kemudian diatur dengan suatu teknik penyaklaran “switching”
mengubah DC menjadi tegangan dan frekuensi keluaran AC yang bervariasi.
Frekuensi keluaran yang dihasilkan VSD ini yang akan diatur untuk mengubah
kecepatan putar motornya.
VSD memperbolehkan pengaturan kecepatan putar moto - pompa berada
diatas kisaran yang kontinyu, menghindarkan kebutuhan untuk melompat dari satu
kecepatan ke kecepatan lainnya sebagaimana yang terjadi pada pompa yang
memiliki kecepatan berlipat. Pengaturan kecepatan pompa dengan menggunakan
pengendali VSD menggunakan dua jenis sistem:
1. VSD mekanis meliputi sarang hidrolik, kopling fluida, dan belts dan pully
yang dapat diatur – atur.
2. VSD listrik meliputi sarang arus eddy, pengendali motor dengan rotor
yang melingkar, pengendali frekuensi yang bervariasi atau biasa disebut
dengan Variable Frequency Drives (VFDs).
VSD adalah pengendali yang paling populer dalam pengaturan frekuensi
listrik dari sumber daya yang dipasok ke motor untuk pengubahan kecepatan
putaran motor. Untuk beberapa sistem, VSD menawarkan sesuatu yang berharga
untuk memperbaiki efisiensi pompa pada kondisi operasi yang berbeda-beda.
Pengaruh pelambatan kecepatan pompa pada operasi pompa digambarkan dalam
Gambar 3.3.
Ketika VSD menurunkan RPM pompa, kurva head – aliran dan daya
bergerak turun ke arah kiri, dan kurva efisiensi juga bergeser ke sebelah kiri.
Keuntungan utama penggunaan VSD disamping penghematan energi adalah (US
DOE, 2004):
1. Memperbaiki kehandalan sistem sebab pemakaian pompa, bantalan dan sil
jadi berkurang.
2. Penurunan modal dan biaya perawatan dikarenakan kran pengendali, jalur
by-pass, dan starter konvensional tidak diperlukan lagi. Kemampuan soft
starter, VSD membolehkan motor memiliki arus starting yang lebih
Gambar 3.3 Pengaruh dari VSD (US DOE, 2004)
Pada kondisi beban penuh motor berputar pada kecepatan Nn. Pada saat
beban mekanik meningkat, kecepatan motor menurun sampai torsi maksimum
sama dengan torsi beban. Bila torsi beban melebihi Tm, maka motor akan
berhenti. Gambar berikut menggambarkan hubungan antara kecepatan dengan
torsi.
Gambar 3.4 Kurva kecepatan terhadap torsi
Bila motor digunakan seperti pada kurva karakteritik, maka pemasangan
Variable Speed Drive (VSD) akan menghasilkan penurunan daya yang sebanding
Sistem pengendalian kecepatan putar dengan VSD pada aplikasi motor –
pompa didesain untuk pengaturan pengasutan. Dengan kondisi pengasutan tetap
menggunakan metode star – delta, diupayakan pengendalian untuk menurunkan
arus starting guna tercapainya penghematan daya.
Variable Speed Drive (VSD) dirancang untuk mengoperasikan motor
induksi standar dan oleh karena itu dapat dengan mudah dipasang pada sistim
yang ada. VSD kadang dijual secara terpisah sebab motor sudah beroperasi
ditempat, tetapi dapat juga dibeli bersamaan dengan motornya. Bila beban
bervariasi, VSD atau motor dengan dua kecepatan kadangkala dapat menurunkan
pemakaian energi listrik pada pompa sentrifugal dan fan sebesar 50% atau lebih.
VSD dapat mengontrol arus starting seperti layaknya softstarter yang
dapat mengendalikan lonjakan arus yang terjadi pada saat pengasutan dengan
memperlembut arus startingnya. Disamping itu, VSD juga memungkinkan
arus starting yang lebih kecil daripada menggunakan metode DOL, star – delta
dan lain – lain. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi motor dan melakukan
penghematan energi.
B. Pengujian Motor Induksi
Salah satu rangkaian ekivalen motor induksi adalah sebagaimana terlihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 3.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Dalam praktek di lapangan, sering kali diperlukan untuk menentukan
Parameter – parameter tersebut bisa didapatkan melalui pengujian terhadap motor
induksi. Pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengujian tanpa beban (No-load Test), pengujian ini dilakukan dengan
cara menjalankan motor dan sama sekali tidak diberikan beban mekanis.
2. Pengujian rotor tertahan (Block Rotor Test), pengujian ini dilakukan
dengan memberikan tegangan sumber ke motor, dan kondisi rotor
ditahan sehingga tidak berputar sama sekali.
3. Pengujian tahanan dc lilitan stator, pengujian ini lebih tepat jika
dinamakan pengukuran langsung tahanan stator dari motor induksi.
Untuk pengujian tanpa beban dan pengujian rotor tertahan harus dilakukan
dengan selalu memperhatikan persyaratan tegangan dan frekuensi sumber
sehingga tidak sampai merusak motor yang diuji.
1. Pengujian tanpa beban (no-load)
Pada saat pengujian tanpa beban, arus rotor kecil, sehingga rugi-rugi
tembaga pada rotor bisa diabaikan, sedangkan rugi-rugi tembaga pada stator
cukup besar sehingga tetap diperhitungkan.
Sehingga pada saat motor dioperasikan tanpa beban, maka daya masukan
merupakan rugi – rugi :
Pnl = PR + PCU stator ... (3.2)
Dimana :
PR = Rugi perputaran rotor
Pnl = Daya masukan saat tanpa beban
Pada keadaan tanpa beban, slip yang terjadi sangat kecil sehingga nilai
Sehingga rangkaian ekivalen menjadi :
Gambar 3.6 Rangkaian ekivalen no-load
Atau :
Gambar 3.7 Rangkaian sederhana no-load
Reaktansi total saat tanpa beban (Xnl) :
X X
Xnl 1 ... (3.4)
a. Rangkaian pengujian yang dilakukan adalah seperti gambar berikut ini:
b. Data yang didapatkan :
- Pnl = Daya nyata yang terbaca pada wattmeter
= merupakan rugi – rugi tembaga magnetisasi (pada Rc)
- V1 = Tegangan yang terbaca pada voltmeter
- Inl = Arus tanpa beban yang terbaca pada amperemeter
c. Perhitungan parameter : 2. Pengujian Rotor Tertahan (Blocked Rotor Test)
Pada saat pengujian dengan rotor tertahan, arus rotor menjadi jauh lebih
besar dibandingkan dengan arus magnetisasi, sehingga arus magnetisasi bisa
diabaikan.
Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen blocked-rotor
Karena rotor tertahan (tidak berputar) maka nilai slip yang terjadi adalah
'
Rangkaian ekivalen bisa disederhanakan menjadi :
Gambar 3.10 Rangkaian ekivalen blocker-rotor tanpa slip
a. Arus stator hanya dibatasi oleh tahanan kumparan (r1 + r2’) yang
dikombinasikan dengan X1 + X2’.
b. Daya keluaran hanya berupa rugi-rugi tembaga I2. R saja.
c. Terdapat hubungan seri antara r1 dan r2’ juga antara X1 dan X2’
d. Rangkaian ekivalennya bisa diringkas menjadi :
Rangkaian pengujian adalah sebagai berikut :
Gambar 3.11 Rangkaian pengujian blocked-rotor
Dimana :
Req = r1 + r2’
Xeq = X1 + X2’
a. Data yang didapatkan :
- Pbl = Daya nyata yang terbaca pada wattmeter
(merupakan rugi – rugi tembaga magnetisasi pada Req)
- Vbl = Tegangan yang terbaca pada voltmeter
(keadaan rotor di blok)
b. Perhitungan parameter :
- Nilai Req tersebut merupakan gabungan antara r1 dan r2’ :
Req = r1 + r2’
- Nilai r1 bisa didapatkan dengan pengukuran langsung terhadap stator
karena r1 adalah tahanan dc pada kumparan stator.
- Jika r1 telah didapatkan, maka nilai r2’ dapat ditentukan :
- Dari gambar ekivalen, didapatkan impedansi saat rotor di tahan :
Zeq = Req + jXeq Zeq Req2 Xeq2 ... (3.11)
Tabel 3.1 Pembagian Secara empiris reaktansi bocor dalam motor induksi
ditentukan dari persamaan (1) :
Xnl = X1 + Xᵠ Xᵠ = Xnl - X1 ...(3.13)
- Besarnya tahanan total saat rotor tertahan (Rbl) adalah :
bl
- Dari rangkaian ekivalen saat s=1, maka R merupakan bagian real dari
- Karena R22 jauh lebih kecil dari (Xᵠ +X2)2 maka bagian R22 bisa
diabaikan, dan persamaan R menjadi :
R =
- Dari persamaan tersebut dapat ditentukan R2 :
42
Kapasitas : 600 ltr/mnt
Diameter Impeller : 199 mm
Gambar 4.2 Nameplate Pompa
B. Data Beban Mekanis Pompa
Data beban mekanis digunakan sebagai acuan untuk pemilihan pompa
agar didapat pompa sentrifugal yang dapat memenuhi kebutuhan beban. Adapun
data kebutuhan beban pada pompa fasum antara lain:
a. Kapasitas
Kapasitas sebuah pompa dinyatakan dalam satuan isi per waktu. Misalnya:
Berdasarkan data perhitungan sistem seperti pada lampiran diketahui total
debit (kapasitas) beban yaitu 1,2 m3/min.
b. Total Head
Total Head dinyatakan dalam satuan jarak. Total Head beban didapat dari
penjumlahan head statik dan head gesekan seperti perhitungan – perhitungan
terlampir, sehingga didapat total head sistem sebesar 42,3 m.
c. Pressure
Kebutuhan tekanan air (pressure) berkisar 3 – 6 bar.
C. Pemilihan Pompa
Pemilihan pompa sentrifugal dilakukan dengan menggunakan kurva
karakteristik yang diberikan oleh pemasok. Kurva karakteristik ini digunakan
untuk dicocokan dengan kondisi sistem yang memenuhi kebutuhan beban sedekat
mungkin.
Titik operasi pompa adalah titik dimana kurva pompa dan kurva tahanan
sistem berpotongan. Berdasarkan data perhitungan diketahui kebutuhan kapasitas
beban sebesar 1,2 m3/min dengan total head 42 m. Titik pertemuan antara total
head dan kapasitas sistem menunjukkan pompa sentrifugal yang standar untuk
digunakan. Berdasarkan kurva pemilihan pompa di atas didapt kode type pompa
dengan keterangan sebagai berikut:
Gambar 4.3 Kode tipe pompa
Kurva berikut menunjukkan titik operasi pompa dan kode tipe yang
Gambar 4.4 Pemilihan pompa 50 Hz (3000 rpm)
Berdasarkan data kurva karakteristik diatas, diperoleh titik pertemuan
sistem dan kode tipe pompa. Kode tipe pompa diatas menunjukkan pompa
sentrifugal yang harus digunakan di dalam sistem untuk memenuhi kebutuhan
beban mekanis pompa. Pompa dalam sistem harusnya dilakukan penggantian
sesuai kurva karakteristik diatas. Namun dalam hal penghematan energi, pompa
sentrifugal yang sudah ada (existing) tidak dapat diganti sesuai kebutuhan
bebannya dikarenakan penggunaan energinya akan semakin meningkat seiring
peningkatan dayanya. Sehingga dibutuhkan suatu teknik pengendalian khusus
untuk mengatur motor – pompa agar tetap dapat bekerja dengan kondisi beban
yang sudah melebihi kapasitasnya.
D. Sistem Operasional Pompa
1. Sistem kendali existing
Operasional pompa yang sudah ada (existing) menggunakan metode
pengasutan star – delta (Y-∆). Gambar 4.5 berikut memperlihatkan rangkaian
Gambar 4.5 (a) Rangkaian kendali Y-∆, (b) Rangkaian daya Y-∆
Pada pengasutan ini, selama periode starting lilitan motor akan berada
dalam hubungan bintang (Y) dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke
hubungan lilitan delta dengan memanfaatkan kinerja timer otomatis. Dengan cara
ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja dibandingkan bila
motor langsung terhubung delta. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Gambar 4.6 Hubungan star dan delta
Bila stator dihubung star, maka :
a. Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar Vline/√3
b. Arus yang mengalir ditiap belitan (IY) akan sama dengan arus fasa
Bila stator dihubungkan delta, maka :
a. Tiap belitan mendapatkan tegangan sebesar Vline
Tabel berikut merupakan perbandingan arus motor dalam hubungan star dan delta,
Tabel 4.1 Perbandingan arus motor hubungan star – delta
Rangkaian Star (Y) Rangkaian Delta (Δ)
Vphase =
switch sebagai kendali otomatis. Dimana saat pressure dibawah nilai minimal
(3bar) maka saklar akan aktif (on) dan akan menjalankan motor. Motor akan
berputar hingga mencapai pressure maksimal (6bar), kemudian saklar akan non
aktif dan mematikan motor.
Proses ini dilakukan berulang – ulang, sehingga motor akan sering start –
stop pada waktu tertentu. Berdasarkan data di lapangan, kondisi timing start –
stop motor terukur masih sangat tinggi. Berikut tabel hasil data yang telah
dirangkum perharinya seperti tertuang pada lampiran:
Tabel 4.2 Data pengukuran timing motor
Berdasarkan data diatas, jumlah waktu istirahat (jedah) dan jumlah
running motor dalam satu jam tidak memenuhi standar National Electical
Manufacturers Association (NEMA) MG 10 seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Standar timing motor “baker” referensi NEMA
Keterangan :
A = Maksimum jumlah start / jam
B = Minimum waktu istirahat (jedah) dalam detik
Jika dibandingkan dengan standar “baker” dari referensi NEMA seperti
tabel diatas, kondisi timing start – stop motor yang sudah ada (existing) masih
jauh dari kondisi standar. Hal ini dapat menimbulkan panas dan menyebabkan
lifetime motor berkurang.
Disisi lain, seringnya proses starting motor juga akan mempengaruhi biaya
energi yang digunakan. Arus starting yang cukup besar akan menghasilkan daya
yang cukup besar pula.
Tabel berikut menunjukkan data penggunaan energi dengan sistem
operasional pompa yang sudah ada. Pengambilan data rutin dilakukan secara
manual dengan melakukan pengamatan dan pembacaan langsung pada power
Pengambilan data dilakukan dengan kondisi motor pompa dijalankan
secara normal. Kondisi pompa dijalankan menggunakan sistem star – delta starter,
dimana valve output motor pompa dibuka 100% dengan kecepatan putar motor
maksimal. Dengan cos Ө 0,9 didapat hasil data pengamatan seperti tabel berikut :
Tabel 4.4 Data Pengukuran Konsumsi Energi
Hari Kwh Meter Konsumsi Energi (kWh)
Rabu 15.528 -
Kamis 211.208 195.68
Jumat 407.247 196.039
Sabtu 613.936 206.689
Minggu 820.626 206.69
Senin 1030.244 209.618
Selasa 1225.479 195.235
Rabu 1430.643 205.164
Total 1415.115
Rata – rata perhari 202.159
Berdasarkan data pengamatan diatas diketahui bahwa terdapat variasi
nilai kWh yang terbaca pada setiap bulannya. Hal ini dikarenakan karakteristik
dari motor induksi memiliki kecepatan putar yang berubah – ubah dibawah
kecepatan sinkronnya. Dari data tersebut dapat dihitung biaya pemakaiannya.
= Pemakaian energi dalm 1 bulan x Biaya per-KWH
= (202,159 x 30hari) x Rp. 704
= Rp. 4.536.447,96
Walaupun arus starting telah dibatasi dan dikurangi menggunakan metode
pengasutan star – delta. Namun dengan kondisi pengasutan sistem start – stop
seperti ini, arus starting akan terakumulasi dan menyebabkan penggunaan daya
yang besar. Sehingga akan cepat merusak motor dan terjadi pemborosan energi