• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA

DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

ARI BOWO

NIM. F04111042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)
(3)

AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA

DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK

Ari Bowo, Edy Yusmin, Bistari

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak e-mail : ari_bowo123@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas menulis matematis siswa kelas VIII SMP ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent dan gaya kognitif Field Independent. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes tertulis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif Field dependent pada indikator drawing, secara umum hanya bisa membuat gambar tetapi tidak bisa memberikan keterangan pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum hanya bisa menuliskan rumusnya saja; pada indikator written test secara umum belum bisa menuliskan pendapatnya. Sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada indikator drawing, secara umum bisa membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum sudah bisa membuat model persamaan; pada indikator written test secara umum bisa menuliskan pendapatnya.

Kata kunci : Aktivitas menulis matematis, Gaya kognitif, Komunikasi

Abstract: This research aims to know writing activity mathematics of eighth grade students in terms of field dependent and field independent cognitive styles. This research used descriptive method. The data collection technique is using the written test technique. The data analysis result shows that students with field dependent cognitive style for drawing indicator, generally students only can draw a picture but can`t give information based on the picture; for mathematics expressions indicator, generally students just can writing the formula; for written test indicator, generally students not yet writing their opinions. While students with field independent cognitive style for drawing indicator, generally students can draw a picture and add information based on the picture; for mathematics expressions indicator, generally students can make an equation model; for written test indicator generally students can writing their opinions.

(4)

endidikan adalah pondasi utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas baik akan menciptakan generasi yang berkualitas baik pula sehingga kehidupan bangsa dan negara menjadi lebih baik. Prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diantaranya adalah pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peran penting dalam pendidikan, hal itu dapat dilihat dari matematika sebagai bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Sebagai pelajaran wajib, matematika dapat mengasah kemampuan beberapa aspek yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis, berpikir logis, dan sistematis. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi bahwa tujuan pembelajaran matematika SMP di Indonesia adalah sebagai berikut : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematikan serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Permendiknas, 2006:346).

Dari beberapa tujuan pembelajaran di atas, kemampuan komunikasi siswa merupakan salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai oleh siswa. Ada dua alasan penting mengapa komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Pertama, matematika pada dasarnya merupakan suatu bahasa, sehingga matematika dapat digunakan sebagai alat untuk mengomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan siswa (Izzati, 2012).

(5)

dipelajari secara luas. Selain itu, menurut Trianto (dalam Masrukan, 2008) menulis merupakan salah satu aspek komunikasi yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Menurut Masrukan (2008 :7) menulis merupakan kegiatan mengekspresikan gagasan, pendapat, angan-angan, perasaan, dan sikap melalui tanda grafis. Sejalan dengan ini, Lado (dalam Masrukan, 2008) menyatakan bahwa menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa, sedemikian hingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa.

Terdapat berbagai manfaat dari menulis. Berdasarkan hasil penelitian Possamentier (dalam Mahmudi, 2009:5) mengungkapkan bahwa anak yang menuliskan konsep-konsep yang baru mereka pelajari mempunyai ingatan yang jauh lebih tepat dari pada siswa yang tidak belajar demikian. Selain itu, Miller (dalam Mahmudi, 2009 :5). juga mengungkapkan bahwa hasil penelitian mengindikasikan bahwa kemampuan anak untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara tertulis dapat membantu pemahaman mereka.

Menulis tidak hanya bermanfaat bagi siswa saja, Drake dan Amspaugh mengemukakan beberapa manfaat menulis bagi guru yaitu sebagai berikut. (1) untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dengan melihat pola-pola kesalahannya; (2) memberikan wawasan tentang dari mana pelajaran seharusnya dimulai; (3) memberikan wawasan mengapa seorang siswa tidak mempu menyelesaikan tugas-tugas individual, dan (4) memberikan gagasan tentang bagaimana memperjelas pemahaman siswa (dalam Mahmudi, 2009 :5).

Dalam mengungkapkan gagasan atau ide matematika berupa metode atau langah-langkah untuk menyelesaikan masalah, kadangkala tidak sesuai dengan pemikiran guru. Ketidaksuaian itu karena siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Selain itu, cara siswa dalam menerima informasi dan memprosesnya, berbeda antara siswa satu dan siswa lainnya. Perbedaan pada setiap individu ini merupakan suatu bentuk kemampuannya dalam memproses dan menyusun informasi serta untuk menanggapi terhadap stimulus yang ada dilingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara mengolah informasi dan menyusunnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif. Hal tersebut sesuai dengan James W. Keefe (dalam Uno, 2012 : 185) yang menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan kemampuan belajar.

(6)

seseorang dalam memproses informasi. Sementara Keefe mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan, memcahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi. Ahli lain seperti Ausburn merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Uno, 2005: 186).

Berdasarkan hasil wawancara dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2016 kepada salah seorang guru matematika di SMP Islam Bawari Pontianak,diperoleh informasi yaitu dalam proses pembelajaran guru tidak membedakan gaya kognitif yang dimiliki siswa, hasil belajar matematika untuk siswa SMP Islam Bawari masih tergolong rendah yaitu dibawah KKM, dan banyak siswa yang salah dalam menuliskan simbol-simbol dalam matematika.

Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran, sebab rancangan pembelajaran yang disusun dalam mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.

Witkin (dalam Seifert & Sutton, 2009: 67) merupakan tokoh yang memperkenalkan konsep gaya kognitif. Ia membagi kecenderungan berpikir menjadi dua bentuk gaya kognitif yaitu bebas dari konteks (field independence atau FI) dan terikat dengan konteks (fielddependence atau FD). Kecenderungan berpikir dengan gaya FI ditinjau dari sejauhmana seseorang berpikir karena stimulus internal. Gaya berpikir FD cenderung dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Siswa dengan FD lebih suka belajar dalam kelompok. Sementara itu, siswa FI lebih menyukai belajar sendiri.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka akan dikaji lebih jauh mengenai bagaimana aktivitas menulis matematis siswa. Kajian ini akan ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa di kelas VIII SMP Islam Bawari Pontianak.

METODE

(7)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes tertulis. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes aktivitas menulis matematis dan tes gaya kognitif. Tes aktivitas menulis matematis ditujukan untuk mengetahui aktivitas menulis matematis siswa, sedangkan tes gaya kognitif ditujukan untuk mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa.

Data yang telah diperoleh dari tes aktivitas menulis matematis yang ditinjau dari gaya kognitif kemudian dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) Hasil Tes Gaya Kognitif

Dari hasil tes gaya kognitif, siswa diklasifikasikan ke dalam kelompok gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent.

2) Hasil Tes Aktivitas Menulis Matematis

Dari hasil tes ini, jawaban siswa dideskripsikan yang disesuaikan dengan rubrik penskoran yang ada.

3) Hasil tes gaya kognitif dan hasil tes aktivitas menulis matematis disajikan dalam bentuk tabel.

4) Dari hasil penyajian data, hasil tes aktivitas menulis matematis siswa dianalisis berdasarkan gaya kognitifnya

5) Penarikan kesimpulan

Dari hasil analisis data diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa data diantaranya data hasil tes GEFT, dan data hasil tes aktivitas menulis matematis.

1. Data Hasil Tes GEFT

Berdasarkan interpretasi skor GEFT menurut Jeff Q. Bostic (1998:191), diperoleh hasil tes GEFT di kelas VIII-A SMP Islam Bawari Pontianak pada tahun ajaran 2016/2017 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Tes GEFT Kategori Gaya

Kognitif

Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

Strongly FD 16 10

Slighty FD Tidak ada 3

Slighty FI Tidak ada 1

Strongly FI Tidak ada 1

(8)

memiliki gaya kognitif FD yang terdiri dari enam belas siswa laki-laki dan sepuluh siswa perempuan termasuk ke dalam gaya kognitif strongly FD, tiga siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori slightly FD. Sedangkan yang memiliki gaya kognitif FI berjumlah dua siswa, yag terdiri dari satu orang siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori slightly FI, dan satu orang siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori strongly FI.

Dari data hasil tes gaya kognitif yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas VIII A pada umumnya memiliki gaya kognitif Field Dependent (FD) atau lebih tepatnya gaya kognitif strongly Field Dependent (strongly FD). Strongly FD artinya gaya kognitif terikat yang sangat kuat dan melekat pada diri siswa. Sehingga jika mengacu pada karakteristik gaya kognitif menurut Witkin (Seifert & Sulton, 2009: 50), gaya kognitif FD cenderung dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Hal ini berarti bahwa siswa Field Dependent lebih suka belajar dengan kelompok. Selain itu menurut Nasution (2013: 95 – 96) siswa FD sangat bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika diberi petunjuk dan bimbingan secara ekstra atau lebih banyak serta menerima sesuatu lebih secara global/menyeluruh. Karakteristik ini diyakini sangat melekat kuat pada diri siswa berdasarkan data yang diperoleh. Maka dari itu siswa-siswa tersebut terlalu tergantung pada lingkungannya dan mereka kurang memiliki kemampuan untuk menganalisis informasi kompleks yang tak terstruktur yang diterimanya dan juga belum mampu menyusun informasi untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Namun, selain siswa-siswa yang di dominasi oleh gaya kognitif Field Dependent, terdapat beberapa siswa yang termasuk ke dalam kategori Field Independet (FI) atau lebih tepatnya Slightly Field Independent (Slightly FI). Slightly FI artinya gaya kognitif Field Independent yang lemah, kecenderungan berpikir dengan gaya kognitif Field Independent dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik Field Dependent namun tidak sepenuhnya sama. Menurut Witkin, kecenderungan berpikir dengan gaya kognitif Field Independent ditinjau dari sejauhmana seseorang berpikir karena setimulus internal dan siswa FI biasanya lebih menyukai belajar sendiri. Selain itu menurut Nasution (2013: 95 – 96) siswa FI kurang bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika siswa tersebut di ijinkan bekerja secara bebas, serta menerima sesuatu secara analitis.

2. Data Hasil Tes Aktivitas Matematis

(9)

Tabel 2. Hasil Tes Aktivitas Menulis Matematis

No Kategori Gaya

Kognitif

Skor rata-rata Aktivitas Menulis

Matematis

Kategori Aktivitas Menulis

1 Slightly FD 11 Baik

2 Strongly FD 6.5 Cukup

3 Strongly FI 19 Sangat baik

4 Slightly FI 5 Cukup

Dari tabel di atas, diperoleh informasi mengenai aktivitas menulis matematis siswa. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif slightly FD berjumlah tiga orang siswa dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 11. Pencapaian ini termasuk dalam kategori baik karena sebagian besar siswa dapat membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai serta bisa menuliskan rumus dengan benar. Untuk siswa yang bergaya kognitif strongly FD berjumlah dua puluh enam orang siswa dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 6.5. Pencapaian ini termasuk dalam kategori cukup karena sebagian besar siswa hanya bisa membuat gambar saja tanpa disertai keterangan yang sesuai. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif strongly FI berjumlah satu orang siswa dengan perolehan skor sebesar 19. Pencapaian ini termasuk dalam kategori sangat baik, karena siswa mampu membuat gambar disertai keterangan yang sesuai, menuliskan rumus dengan benar serta menuliskan pendapatnya dalam menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang memiliki gaya kognitif slightly FI berjumlah satu orang siswa dengan perolehan skor sebesar 5. Pencapaian ini termasuk dalam kategori cukup, karena sebagian besar siswa hanya bisa membuat gambar saja tanpa disertai keterangan yang tepat.

Pembahasan

(10)

dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin.

Menurut Nasution(2013: 95 – 96) siswa FD sangat bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika diberi petunjuk dan bimbingan secara ekstra atau lebih banyak serta menerima sesuatu lebih secara global/menyeluruh. Karakteristik ini diyakini sangat melekat kuat pada diri subjek berdasarkan data yang diperoleh. Sedangkan siswa yang bergaya kognitif FI,

siswa ini kurang bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika siswa tersebut di ijinkan bekerja secara bebas, serta menerima sesuatu secara analitis. Terdapat beberapa kasus pada penelitian ini yang kurang sejalan dengan teori tersebut. Kasus tersebut peneliti temukan terjadi pada siswa yang bergaya kognitif

slightly FI yaitu SF.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor aktivitas menulis matematis siswa yang bergaya kognitif slightly FI lebih rendah dari siswa yang bergaya kognitif FD.

Tentu saja ada faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya peneliti mengindikasikan bahwa ketika mengerjakan tes GEFT subjek SF tidak menjawab dengan jujur. Hal ini sangat mungkin terjadi karena jumlah siswa yang cukup banyak sehingga kondisinya menjadi kurang kondusif, selain itu dalam mengerjakan test GEFT banyak siswa yang bertanya tentang cara mengerjakan meskipun sebelumnya sudah dijelaskan. Selain itu, peneliti menyadari akan kekurangan dalam penelitian ini yaitu tidak adanya wawancara sehingga tidak bisa memastikan hasil jawaban dari subjek.

Data yang peneliti temukan terhadap subjek yang bergaya kognitif FI juga terbilang sangat sedikit, bahkan hanya didapat dua siswa saja, dengan satu siswa bergaya kognitif strongly FI dan satunya lagi bergaya kognitif slightly FI, sehingga tidak ada pembanding lain bagi siswa tersebut dalam mendeskripsikan aktivitas menulis matematisnya. Akan tetapi, secara keseluruhan dari 31 subjek penelitian, terindikasi bahwa terdapat hubungan antara aktivitas menulis matematis siswa dan gaya kognitif siswa.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ausburn yang merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Uno, 2012: 186). Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa di dalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan ada pula yang lambat (Uno, 2012: 186 – 187).

(11)

Tugas-tugas menulis matematis tersebut antara lain dapat dicontohkan seperti Tugas-tugas-Tugas-tugas menulis yang membangkitkan kembali hafalan dan ingatan, misalnya mengingatkan kembali tentang fakta, konsep, definisi, simbol, istilah, dalil prosedur secara tertulis. Misalnya menuliskan kembali tentang simbol atau konsep dengan bahasa sendiri (Masrukan, 2008:11). Guru dapat memberikan tugas menulis ini baik diawal, selama proses belajar maupun diakhir pembelajaran dengan harapan seorang guru bisa mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Manfaat dari memberikan tugas menulis ini juga dikemukakan oleh Mahmudi yang menyatakan bahwa selama proses pembelajaran, tugas menulis akan membantu guru untuk mengklarifikasi gagasan dan pemahaman siswa. Sedangkan pada akhir pembelajaran, tugas menulis memungkinkan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman yang telah dicapai siswa (Mahmudi, 2009:3).

Peneliti juga mengharapkan kepada pendidik utamanya guru untuk senantiasa memperhatikan aktivitas menulis siswanya dalam pembelajaran di kelas. Selain itu pengetahuan tentang gaya kognitif siswa juga perlu diketahui guru, sehingga dengan mengetahui gaya kognitif siswa seorang guru dapat mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas menulis matematis siswa yang ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent aktivitas menulis matematisnya lebih baik dari siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent. Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Siswa yang memiliki gaya kognitif Field dependent pada indikator drawing, secara umum siswa hanya bisa membuat gambar tetapi tidak bisa memberikan keterangan pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum siswa hanya bisa menuliskan rumusnya saja; pada indikator written test secara umum siswa belum bisa menuliskan pendapatnya. (2) Siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada indikator drawing, secara umum siswa bisa membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic ekspressions, secara umum siswa sudah bisa membuat model persamaan; pada indikator written test secara umum siswa bisa menuliskan pendapatnya.

Saran

(12)

pembelajaran dikelas bisa menyesuaikan dengan gaya kognitif siswa. (3) perlunya bimbingan belajar yang lebih bagi siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent, karena gaya kognitif ini adalah gaya kognitif yang terikat dengan lingkungan dan sulit bekerja sendiri. (4) Bagi peneliti lainnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian lanjutan berupa penelititan eksperimental dengan menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk meningkatkan aktivitas menulis matematis siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Izzati, Nur (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi .Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Dipublikasikan

Junaedi, Iwan. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Writing In Performance Task (WIPT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis. Bandung : UPI.

Mahmudi, Ali. (2009). Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : UNY.

Masrukan. (2008). Menumbunhkembangkan Kemampuan Menulis Matematis Bagi Siswa dan Guru. Semarang : UNNES.

Nasution. (2013). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006. Jakarta: Mendiknas.

Seifert, K & Sutton, R. (2009) Educational Psychology Second Edition. Switzerland : The Global Text.

Gambar

Tabel 1. Hasil Tes GEFT
Tabel 2. Hasil Tes Aktivitas Menulis Matematis

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan yang dilakukan yaitu Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik, menjelasan tentang masalah nyeri pinggang yang

Karena keterbatasan lingkup peneilitian ini yang hanya mengukur persepsi konsumen pada elemen bauran pemasaran dan korelasinya dengan loyalitas, maka untuk mendukung

Keterangan : abc ) Huruf yang berbeda pada tabel menunjukkan rata-rata pada perlakuan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 2, rata-rata nilai konversi kemurnian DNA White Spot Syndrom

Gambar 46 : Skema Hubungan Sirkulasi Mikro Gedung Produksi

Berdasarkan hasil performa elektrokimia secara keseluruhan, sampel dengan variasi temperatur hidrotermal selama 200 o C merupakan material yang paling baik, karena

Kasus Dokter Fiera Lovita merupakan salah satu kasus yang terjadi akibat efek new media , kasus ini menjadi viral setelah dirinya mendapat intimidasi dari FPI (Front Pembela

Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung dialog publik tersebut memberikan manfaat yang signifikan baik kepada masyarakat maupun pejabat publik yaitu

Yunus, dkk (2008 dalam Riwu Kaho, 2012) yang mengkaji tentang neraca air ( water budget atau yang secara sederhana dapat diartikan sebagai pada saat kapan air hujan akan berada