• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI DAN JENIS JENIS GLP.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEFINISI DAN JENIS JENIS GLP.pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DEFINISI DAN JENIS-JENIS GOOD LABORATORY PRACTICE (GLP)

Di Susun Oleh :

NAMA : WINDY YULIA ZAHARA

NIM : AK816071

KELAS : IV A

YAYASAN BORNEO LESTARI

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, ridho dan Inayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dalam rangka memenuhi tugas Mata Manajemen Laboratorium II .

Tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam segala hal sehingga tercapai apa yang kami inginkan dalam penyusunan tugas makalah kami ini, khususnya kepada :

1. Dian Nurmansyah, S.ST. M.Biomed., selaku dosen mata kuliah Manajemen Laboratorium II.

2. Teman-teman yang ikut serta dalam mengerjakan makalah ini

Akhirnya, kami banyak berharap agar makalah tentang “Definisi dan jenis-jenis Good Laboratory Practice” ini dapat membawa manfaat untuk yang membaca dan membantu kami menjadi seorang Analis Kesehatan yang benar-benar Profesional sehingga dapat memajukan Analis Kesehatan di Indonesia. .

Banjarbaru, Maret 2018

(3)

ii DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i Daftar Isi... ii BAB1 PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ... 1 1.2 RumusanMasalah ... 1 1.3 Tujuan ... 1

BAB 2 TINJAUAN MEDIS

2.1 Definisi Good Laboratory Practice ... 2 2.2 Jenis-jenis Definisi Good Laboratory Practice ... 3

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ... 12

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Good Laboratotry Practice adalah suatu cara pengolahan laboratorium secara keseluruhan agar laboratorium sebagai data generator dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya kebenarannya dengan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan. Dengan demikian GLP meliputi banyak hal diantaranya organisasi, fasilitas, tenaga, metode analisa, pelaksanaan analisa, monitoring, pencatatan, pelaporan, kondisi laboratorium dan lain-lain. GLP seharusnya diadopsi dan diaplikasikan pada laboratorium klinik/medik. Laboratorium klinik atau medik adalah laboratorium yang digunakan unuk melakukan proses analisa terhadap suatu spesimen klinik. Dengan demikian, laboratorium pengujian yang menerapkan GLP dapat menghindari kekeliruan atau kesalahan yang mungkin timbul, sehingga menghasilkan data yang tepat, akurat dan tak terbantahkan, yang pada akhirnya dapat dipertahankan secara ilmiah maupun secara hukum.

1.2 Rumusan Masalah. 1. Apa definisi GLP ?

2. Apa saja jenis jenis GLP ?

1.3 Tujuan.

(5)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Good Laobaroory Practice (GLP)

Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang diperlukan untuk m.enunjang upaya peningkatan

kesehatan, penceqahan dan pengobatan penyakit, serta pemullhan

kesehatan.

Pelayanan lab_oratorium kesehatan di Indonesia pada saat ini

diselenqqarakan oleh berbaqai jenis laboratorium pada berbagai

jenjang pelayanan, mencakup antara lain laboratorlurn Puskesmas,

laboratorlum kesehatan Dati II, laboratorium rumah sakit pemerintah can

swasta, Balai Laboratorium Kesehatan dan laboratorium kesehatan

swasta.

Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan .. hasll

pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis,

pemberian penqobatan dan pemantauan hasll pengobatan, serta

penentuan prognosis. Oleh karena itu hasrl pemerlksaan

laboratorium harus selalu terjamin rnutunya, Untuk meningkatkan

mutu has«pemeriksaan laboratorlum, mutlak pertu dilaksanakan kegiatan

pemantapan mutu (quality assurance), yang mencakup berbagai

kornponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah praktek

laboratorlum kesehatan yang benar (Good Laboratory Practice/GLP).

Pedoman Praktek Laboratorium Kesehatan Yang Benar ini dapat

digunakan oleh para petugas laboratorium pada berbagai jenis

laboratorium dalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan kondisi

(6)

3

1.2. Jenis-jenis Good Laobaroory Practice (GLP)

Jenis jenis GLP meliputi :

a. Organisasi

b. Pencatatan dan pelaporan c. Ruangan dan fasilitas penunjang d. Peralatan laboratorium

e. Bahan laboratorium f. Spesimen

g. Metoda pemeriksaan h. Bakuan mutu

i. Pemantapan mutu j. Keamanan laboratorium

1.2.1 ORGANISASI

Kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenis dan jenjang

laboratorium yang bersangkutan

1. Tenaga :

a. Dokter Spesialis Patologi Klinik

b. Dokter umum + pengalaman di bidang laboratorium c. Sarjana bidang kesehatan

d. Analis kesehatan 2. Komunikasi

a. Intern (dalam laboratorium itu sendiri) : horizontal / vertikal b. Ekstern (antar laboratorium lain / unit lainnya yang terkait) c. Penanggung jawab laboratorium harus dapat mengadakan

komunikasi ekspertis / keahlian / konsultatif

untuk memberikan penjelasan kepada pemakai jasa.

(7)

4

1.2.2. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kesalahan dalam pencatatan & pelaporan akan mempengaruhi aktivitas

laboratorium.

Pencatatan : - kegiatan pelayanan

- keuangan

- logistik

- kepegawaian

Pelaporan : - kegiatan rutin : harian, triwulan, tahunan

- khusus : kasus-kasus KLB, HIV

- hasil pemeriksaan

Penyimpanan

dokumen

: - surat permintaan pemeriksaan

laboratorium

- hasil pemeriksaan laboratorium

- surat permintaan dan hasil rujukan

Pemusnahan dokumen - setelah 5 tahun

1.2.3. RUANGAN DAN FASILITAS PENUNJANG 1. ruang penerimaan

a. ruang pemeriksaan b. ruang administrasi 2. Fasilitas Penunjang :

a. Kamar mandi / WC pasien dan petugas laboratorium b. Penampungan / pengolahan limbah laboratorium c. Fasilitas keamanan kerja

(8)

5 1.2.4. PERALATAN LABORATORIUM

Sebelum menentukan jenis alat yang akan dibeli, perlu

dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu :

1. Sesuai dengan kebutuhan jenis pemeriksaan, vol spesimen, jumlah pemeriksaan

2. Sesuai dengan fasilitas yang tersedia, misal : luas ruangan, listrik dan lain-lain

3. Tersedianya tenaga yang ada untuk mengoperasikan alat tersebut.

4. Tersedianya reagensia dan kontinuitas pengadaannya 5. Sistem alat

6. Pemasok / vendor :

a. mempunyai reputasi yang baik, memiliki fasilitas uji fungsi.

b. menyediakan petunjuk operasional alat.

c. menyediakan pelatihan dan pelayanan purna-jual 7. Terdaftar di DepKes (BPOM)

8. Nilai ekonomis 9. Pemilihan pemasok

10. Evaluasi peralatan baru, baik sebelum / sesudah pembelian alat yang mencakup :

a. kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur

b. kesesuaian alat dengan lingkungan dan lain-lain. 11.Penggunaan dan pemeliharaan alat (maintenance) 12.Pemecahan masalah kerusakan alat (trouble shooting) 13.Kalibrasi peralatan

(9)

6

Dasar pemilihan : - kualitas bahan

- produksi pabrik yang telah dikenal

- deskripsi lengkap dari bahan / produk

- masa kadaluarsa yang panjang

- volume / isi kemasan

- mudah diperoleh di pasaran

- biaya tiap satuan (nilai ekonomis)

- pemasok / vendor

- kelancaran & kesinambungan pengadaan

- terdaftar di DepKes (BPOM)

Pengadaan harus

diperhitungkan

: - tingkat persediaan

- perkiraan jumlah kebutuhan

- waktu yang dibutuhkan untuk mensuplai

bahan tersebut.

1. Tingkat persediaan harus sama dengan jumlah persediaan yaitu : persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.

2. Persediaan minimum adalah jumlah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan operasional normal sampai

pengadaan berikut.

3. Jumlah safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahan-bahan yang sangat dibutuhkan di luar kebutuhan rutin

atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.

(10)

7

6 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemakaian / pembelian

bahan dalam periode 612 bulan yad.

5. Penyimpanan harus diperhatikan :

a. perputaran pemakaian : FIFO ( First In First Out) b. suhu / kelembaban.

c. lama penyimpanan ( lihat kadaluarsa & incompabilitynya)

1.2.6. SPESIMEN

Macam : - darah (serum / plasma)

- urin

- faeces

- dan lain-lain

Persiapan : - pasien (puasa, diet, obat-obatan, alkohol,

merokok, umur, ras, kehamilan, aktivitas fisik,

demam, trauma, variasi harian)

Pengambilan,

syarat-syarat

: - peralatan

- wadah

- pengawet / tidak

- waktu pengambilan yang paling baik

- lokasi pengambilan yang tepat

- volume spesimen yang dibutuhkan

Pemberian

- no register laboratorium

(11)

8

Pengolahan : - spesimen yang telah diambil harus segera

diolah dan diperiksa, karena stabilitas spesimen

dapat berubah oleh faktor-faktor misalnya:

terjadinya penguapan, pengaruh suhu, terkena

paparan sinar matahari terkontaminasi oleh

kuman.

Penyimpanan

dan

pengiriman

spesimen

: - bila spesimen tidak dapat langsung diperiksa,

maka spesimen tersebut harus disimpan dengan

memperhatikan persyaratan penyimpanan untuk

tiap-tiap spesimen

Perhatikan

juga

: - apakah perlu antikoagulan / tidak

- wadah yang dipakai

- stabilitas spesimen tersebut.

Bila spesimen yang diterima oleh laboratorium tidak memenuhi

persyaratan yang ditentukan, maka laboratorium tersebut harus

menolaknya

1.2.7. METODA PEMERIKSAAN

Pemilihan metoda pemeriksaan perlu dipertimbangkan :

1. Tujuan pemeriksaan

2. Tiap pemeriksaan sensitifitas & spesifisitas yang berbeda-beda. 3. Pemeriksaan dengan sensitifitas yang tinggi terutama

dipersyaratkan untuk tujuan pemeriksaan penyaring. Metoda yang

baik adalah yang mempunyai sensitifitis & spesifisitis setinggi

mungkin.

4. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan, misalnya : pada keadaan gawat darurat.

(12)

9 1.2.8. BAKUAN MUTU

Bakuan mutu dapat dibagi beberapa jenis berdasarkan jenjang hierarki

dalam suatu organisasi. Pada umumnya jenjang dokumen bakuan mutu

terbagi atas 3 jenjang :

1. Normatif (Pedoman Mutu / Kebijakan Mutu)

Yang memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang berlaku

dalam laboratorium yang bersangkutan. Dari pedoman ini harus

tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai &

segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat

benar-benar tercapai.

2. Tingkat menengah : Prosedur Tetap ( Standard Operating Prosedure / SOP)

Yang memuat langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu

aktifitas.

Contoh :

a. SOP Pendaftaran & Penerimaan Pasien / Spesimen b. SOP Pengadaan Reagensia

c. SOP Pemeriksaan dan sebagainya 3. Teknis : Petunjuk Teknis / Instruksi Kerja

Yang mengatur bagaimana segala langkah teknis harus dilakukan.

Contoh : SOP yang disebut diatas, secara umum dirinci

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisa sampel.Sebagai

petunjuk teknis untuk mendukung Protap tersebut perlu

dibuatkan pedoman bagi masing-masing analit (parameter

pemeriksaan) sehingga akan tersedia, misalnya :

a. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Glukosa

(13)

10 1.2.9. PEMANTAPAN MUTU

1. Pemantapan Mutu Internal

PMI adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang

dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium sendiri secara rutin,

teratur dan terus menerus terhadap setiap tahap pemeriksaan mulai

dari tahap praanalitik, analitik sampai pasca analitik, agar dapat

memperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.

Berbagai kegiatan dalam PMI ini antara lain :

1. Kalibrasi peralatan

2. Uji kualitas air

3. Uji kualitas reagens

4. Uji kualitas antigenik-antisera

5. Uji ketelitian ketepatan

2. Pemantapan Mutu Eksternal

PME adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh

pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk menilai

penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.

Setiap laboratorium harus mengikuti PME tersebut. Kegiatan ini

merupakan pengecekan terakhir dari kegiatan pemantapan mutu.

Dalam mengikuti kegiatan PME ini, pelaksanaan pemeriksaan

haruslah tidak dilakukan secara khusus, tapi dilakukan sama seperti

yang dilakukan pada pemeriksaan sehari-hari.

3. Audit

Adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis

berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan didalam laboratorium.

Audit dapat dilakukan oleh petugas yang sudah senior di

laboratorium yang bersangkutan (internal audit) atau oleh pihak lain

(14)

11 4. Validasi Hasil

Merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil

pemeriksaan melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan,

termasuk disini adalah cross-check.

5. Akreditasi

Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh badan yang berwenang

untuk menentukan apakah suatu laboratorium layak dan kompeten

untuk melakukan suatu pelayanan laboratorium.

6. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan & pelatihan harus direncanakan secara berkelanjutan

dan berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau

pelaksanaannya.

1.2.10. KEAMANAN LABORATORIUM

Setiap petugas laboratorium harus memahami dan menguasai :

1. Hal-hal umum yang berkaitan dengan pencegahan infeksi

2. Pengaturan dan tata ruang laboratorium

3. Penggunaan peralatan laboratorium

4. Sterilisasi, desinfeksi dan dekontaminasi

5. Pengelolaan spesimen

6. Pengelolahan limbah

7. Pengamanan terhadap :

a. Bahan kimia b. Bahan radioaktif

c. Infeksi mikroorganisme d. Fasilitas hewan percobaan e. Keadaan darurat

Agar semua tindakan keamanan laboratorium dapat dilaksanakan

(15)

12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice). Direktorat Laboratorium Kesehatan. Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Depkes RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice). Cetakan 3. Direktorat Laboratorium Kesehatan. Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Gandasoebrata R.Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.

Referensi

Dokumen terkait