• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1 Pendekatan Penanganan

Dalam penanganan pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I ada beberapa pendekatan yang akan digunakakonsultan.

Secara garis besar PEMANTAUAN adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk memastikan suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemantauan adalah proses yang dilakukan selama siklus program, dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan. Hasil kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan. Sedangkan EVALUASI adalah serangkaian kegiatan penilaian yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai tujuan program. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan mengunakan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Beberapa prinsip dalam kegiatan pelaksanaan PEMANTAUAN dan EVALUASI ini adalah sebagai berikut:

Partisipatif. Semua pelaku program terutama masyarakat, fasilitator, dan konsultan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemantauan ,evaluasi, dan pelaporan.

(2)

Akurat. Informasi yang disampaikan harus menggunakan data yang benar, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan ini, diantaranya sebagai berikut:

1) Pendekatan Normatif

Dalam pendekatan ini bertumpu pada prosedur/skema tertentu, dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan terwujudnya kegiatan pemantauan dan evaluasi yang akan dilakukan. Pendekatan Normatif ini memiliki ciri-ciri :

 bersifat jangka panjang;  bersifat komprehensif;

 Pengembangan kebijaksanaan didasari oleh norma-norma, standar-standar, kebijaksanaan dari pemegang keputusan dari orang-orang yang berkompeten;  Memberikan langkah-langkah penyelesaian secara tuntas (final); dan

 Tidak menekankan pada faktor-faktor eksternal.

Pendekatan normatif ini terutama digunakan dalam hal penyiapan materi untuk pemantauan dan evaluasi yang akan dilakukan. Beberapa acuan normatif yang digunakan berupa peraturan perundangan yang berkaitan dengan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan. antara lain:

 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.  Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

 Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa.

(3)

Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Pembinaan Teknis penataan ruang sesuai dengan apa yang diamanatkan UU No 26 Tahun 2007.

Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Point (10) dinyatakan sebagai berikut:

“Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”

Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, beberapa hal terkait kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah dalam pembinaan teknis penataan ruang sebagai berikut:

a. Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang ada pada Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

b. Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah adalah melakukan pembinaan teknis kepada aparat internal pemerintah sendiri, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan masyarakat.

c. Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah Provinsi adalah melakukan pembinaan teknis internal kepada aparat internal Pemerintah Provinsi, serta kepada Pemerintah Kabupaten/kota dan masyarakat.

d. Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah Kabupaten/Kota adalah melakukan pembinaan teknis internal kepada aparat di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota sendiri dan masyarakat di lingkungan Kabupaten/Kota.

e. Kewenangan Pemerintah dalam pembinaan teknis mencakup penyusunan pedoman dan standar bidang penataan ruang (menurut pasal 8 ayat 5 UU Nomor 26 tahun 2007), dimana pedoman yang dimaksud mencakup norma, standar, dan manual (NSPM) bidang penataan ruang.

(4)

karakteristik daerah (menurut Pasal 10 ayat 5 UU Nomor26 tahun 2007 dan penjelasannya).

Untuk menghasilkan manfaat tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini dilakukan harus tepat sasaran baik waktu, materi serta stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ini sehingga dapat terjadi transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Dengan demikian garis besar pendekatan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan manfaat yang diharapkan, antara lain :

a. Melakukan kajian-kajian terhadap literatur, kebijakan peraturan perundang-undangan, pedoman dan/atau NSPK yang berkaitan dengan program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan. Kajian tersebut dimaksudkan untuk memperkaya wawasan konsultan sehingga dapat menyiapkan materi yang akan disampaikan dan didiskusikan dengan baik dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

b. Melakukan diskusi intensif dengan pihak pemberi kerja atau pihak lainnya yang terkait dengan program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutandi pusat dan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan guna lebih mengoptimalkan wawasan konsultan sehingga dalam kegiatan pemantauan dan evaluasidilaksanakan secara optimal dan akomodatif sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah.

c. Mempelajari laporan kegiatan program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutanyang sudah dilakukan (tahap 1 dan tahap 2) dan diharapkan dengan memperhatikan hasil hasil evaluasi kegiatan serupa yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan pola dan mekanisme serta penajaman materi pemantauan dan evaluasi.

d. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan Pemerintah Daerah terkait dengan kegiatan penataan ruang kawasan perdesaan.

3) Pendekatan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi

(5)

Sebagaimana halnya dengan supervisi, pemantauan dapat menggunakan pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi program yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam pendekatan ini adalah wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil dan pengaruh program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila pihak yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan menelaah laporan berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program, atau dengan mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para penyelenggaranya atau pelaksana program.

 Pendekatan Pemantauan Bermedia

Tujuan aktivitas Pemantauan seperti ini adalah untuk menemukenali (to dettect) dan mengantisipasi/mencegah (to detter). Pemantauan dilakukan secara terus menerus dan merekam/mencatatnya secara terstruktur. Motif sebuah kegiatan Pemantauan didasari oleh keinginan untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian baik menyangkut siapa, mengapa bisa terjadi, sumberdaya publik yang berkaitan, kebijakan dan dampak apa yang terjadi atau harus diantisipasi serta hal-hal lain yang berkaitan.

Pada akhirnya, cara dan motif itu harus dibuktikan dengan catatan tertulis tentang apa yang dimonitor, kapan sesuatu yang dimonitor itu terjadi (dilihat, atau disaksikan, atau dikumpulkan bukti-buktinya, atau ditemukan faktanya) dan bagaimana kejadiannya atau deskripsinya (kronologi dan/atau sebab-musababnya), serta siapa saja yang terlibat atau diduga terlibat. Sekurangnya hasil pemantauan terdiri atas catatan-catatan yang diverifikasi tentang 5W+1H.

(6)

praktis dalam memonitor media. Dalam tradisi content analisis paling tidak terdapat 8 teknik. Salah satu teknik yang paling terkenal adalah clip counting atau klipping, media foto. Pemanfaatan foto sebagai alat dokumentasi sudah lumrah. Namun, masyarakat kini memanfaatkan foto lebih dari sekadar alat dokumentasi. Mereka menggunakan media foto untuk Pemantauan dan evaluasi kegiatan. Foto tidak sekadar untuk dokumentasi dan refleksi, tapi sekaligus pesan berantai untuk masyarakat lainnya.

Dalam Pemantauan menggunakan media atau berkomunikasi, terdapat tiga cara yang dapat diterapkan dalam pemilihan metode yang nantinya proses pemantauan juga dapat dilakukan menggunakan cara/metode dibawah ini , yaitu :

 Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (percakapan, tatap muka atau radio komunikasi antar penduduk), maupun secara tidak langsung (lewat radio, kaset, dll).

 Media cetak, baik berupa gambar dan atau tulisan (foto, majalah pedesaan, selebaran, poster, dll) yang dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang di tempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh sasarannya (di jalan pasar).

 Media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide, pertunjukkan film. Kegiatan penyuluhan melalui media merupakan metode penyuluhan yang paling dimengerti karena ada unsur hiburannya. Biasanya Kementerian Kehutanan mengirimkan mobil unit kegiatan penyuluhan yang dilengkapi dengan perangkap audio visual yang cukup modern dan diperlengkapi dengan beberapa judul film hiburan selain dari film mengenai penyuluhan yang akan ditayangkan.

 Pendekatan Pemantauan partisifatif

(7)

sebagai bagian desain Pemantauan dan Evaluasi. Tujuan Pemantauan bukanlah membuat penilain akhir atas keberhasilan atau kegagalan tetapi mendorong perubahan dan penyesuaian selama masa aktifitas, yang diperuntukkan bagi tahapan aktifitas kedepan atau aktifitas baru.

Untuk pendekatan evaluasi, pertama biasanya dikenal dengan pendekatan konvensional dan kedua adalah pendekatan partisipatif. Kedua pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk saling meniadakan tapi saling melengkapi. Kedua pendekatan ini berbeda secara signifikan, meskipun kadangkala menggunakan metode dan teknik yang sama dalam operasinya. Alat-alat evaluasi tidak bersifat partisipatif atau nonpartisipatif secara inheren (serta-merta). Tergantung pada bagaimana metode digunakan. Juga perencanaan, analisa dan penggunaan data. Jadi definisi evaluasi partisipatif adalah adanya keterlibatan konstituen (target group/klien). Jika konstituen hanya berperan memberi informasi maka tidak bersifat partisipatif.

Metode partisipatori memberikan keterlibatan secara aktif dalam pengambilan keputusan bagi yang berkepentingan terhadap program atau proyek atau strategi dan membangkitkan rasa memiliki terhadap hasil dan rekomendasi kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan dapat meliputi : analisis stakeholder, benefisiaries assessment, dll.

(8)

Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatoris

informasi, bahkan sering tidak diterlibatkan

Bagaimana sukses diukur Ditentukan dari luar, terutama indikator kuantitatif

Indikator ditentukan secara internal, termasuk penilaian yang lebih kualitatif

Pendekatan Ditentukan sebelumnya Adaptif Fokus Akuntabilitas Pembelajaran Metode Metode formal Metode partipatif Pemilikan Pendana Partisipan evaluasi Outsiders Evaluator Fasilitator

2.2 Metodologi

(9)

asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.

Dalam kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I, perlu disusun langkah-langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Metodologi yang digunakan dalam proses kegiatan ini tentunya disesuaikan dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja dengan beberapa inovasi dan modifikasi untuk penyempurnaan hasil pekerjaan yang diharapkan.

Secara umum, metodologi dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Kerangka Pikir Penyelesaian Pekerjaan; 2) Metode Pengumpulan Data;

3) Metode Pelaksanaan Pemantauan; 4) Metode Pelaksanaan Evaluasi;

5) Metode dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.

Rincian dari bagian metodologi dapat disampaikan sebagai berikut.

2.2.1 Kerangka Pikir Penyelesaian Pekerjaan

Kerangka pikir penyelesaian pekerjaan merupakan rangkaian dari pemikiran untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan maksud dan tujuan dari pekerjaan. Kerangka pikir penyelesaian pekerjaan merupakan dasar dalam pembuatan metodologi pengelolaan pekerjaan. Kerangka pikir ini dapat menunjukkan gambaran metodologi penyelesaian pekerjaan secara garis besar yang juga menunjukkan keterkaitan antara materi/proses satu dengan lainnya. Sedangkan detail metodologi pada tiap tahapan diterangkan pada Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan (sesuai dengan kerangka pikir tersebut), dan metoda serta teknik yang digunakan.

(10)

1) Tahap Persiapan;

2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study);

3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi, dengan sub kegiatan: a. Penyusunan instrumen dan kriteria pemantauan dan evaluasi

b. Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan Daerah c. Penyelenggaraan workshop di Jakarta

d. Koordinasi lintas sektoral terkait

e. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah f. Penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah I

4) Tahap Pelaporan dan Finalisasi Produk Akhir.

(11)

Gambar 2.1

(12)

2.2.2 Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi terdiri dari beberapa metode, sebagai berikut:

1) Survei

Pada umumnya metode ini menggunakan alat survei berupa kuesioner yang selanjutnya akan disebar kepada partisipan atau responden sebagai sampel, yang memuat beberapa kebutuhan informasi,misalnya:

• informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi partisipan

• informasi mengenai bagaimana partisipan berpartisipasi dalam program • opini partisipan mengenai program yang sedang berlangsung

• perubahan yang terjadi diakibatkan oleh program yang sudah dilakukan

2) Observasi / Pemantauan Langsung

Observasi / Pengamatan Langsung merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung pada kejadian atau proses di lapangan.

3) Wawancara (interview)

Proses untuk memperleh data dalam suatu penelitian dengan mengadakan tanya-jawab antara peneliti dengan responden dengan bertatapmuka langsung.

4) Dokumentasi

Dalam suatu penelitian, kadang-kadang peneliti tidak perlu melaksanakan pengumpulan data secara langsung dari responden, melainkan menggnakan data sekunder, yaitu data yang telah ada, atau data yang telah dikumpulkan oleh peneliti lain ataupun hal-hal yang telah dilakukan oleh orang lain.

5) Facus Group Discussion(FGD)

(13)

Untuk proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II dilakukan dengan metode survei sekunder/instansional, dokumentasi, dan browsing lewat internet.

2.2.3 Metode Pelaksanaan Pemantauan

Berdasarkan pendekatan pemantauan yang telah diuraikan pada subbab 4.1 dan karakteristik kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap program P2KPB yang sudah selesai dilakukan tahun 2013 dan tahun 2014, maka metode pelaksanaan pemantauan yang akan dilakukan adalah metode pemantauan tidak langsung.

Metode pemantauan tidak langsung ini dilakukan melalui koordinasi dan diskusi termasuk pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dan Workshop dengan para penyelenggara Program P2KPB di pusat dan di daerah terkait dengan pelaksanaan program tersebut.

Untuk kebutuhan kegiatan pemantauan ini terlebih dahulu disiapkan instrumen dan metode pemantauan seperti dijelaskan dalam tabel berikut:

NO Yang Inklusif (Inclusive community)

inklusif yang dapat bekerja sama dalam upaya

(14)

NO

aktif baik antar komunitas maupun dengan kelembagaan perdesaan

3. Perencanaan dan Perancangan Yang Responsif dan Adaptif (Responsive spatial rural planning and design)

• Tersusunnya rencana aksi pengembangan kawasan perdesaan

•Dokumentasi •FGD

• Tersusunnya rencana rinci tata ruang kabupaten untuk satu atau lebih kawasan perdesaan • Tersusunnya Detail Desain

Engineering kawasan perdesaan

• Adanya sinkronisasi program pembangunan perdesaan antar unggulan pada kawasan non perkotaan;

•FGD

•Dokumentasi •Observasi

• Tersedianya sarana dan prasarana dasar yang melayani penduduk di kawasan perdesaan;

• Tersedianya prasarana yang menjamin kelancaran

aksesibilitas kota – perdesaan;

5. Ekonomi Perdesaan Yang Berdaya Saing • Adanya kemudahan akses

terhadap informasi pasar dan lembaga keuangan;.

• Berkembangnya kegiatan ekonomi pada rantai pasok dan rantai nilai komoditas unggulan;

(15)

NO

dan warisan budaya lokal •Observasi •Wawancara • Terlestarikannya kawasan –

kawasan cagar budaya di kawasan non perkotaan lingkungan hidup di kawasan perdesaan

Sumber : dikembangkan berdasarkan Buku Putih P2KPB.

2.2.4 Metode Pelaksanaan Evaluasi

Dalam suatu proses pelaksanaan program komponen yang turut menentukan keberhasilan suatu proses adalah kegiatan evaluasi. Melalui evaluasi diketahui sejauh mana pelaksanaan program, tujuan, dan suatu hasil program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Suharsimi Arikunto (2009: 2), menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Selain itu Rogers (2005: 2) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis informasi untuk membentuk suatu penilaian berdasarkan bukti yang kuat. Penilaian tersebut berkaitan tentang sejauhmana suatu target tercapai dan penilaian tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

(16)

program yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pelaksanaan suatu program berjalan dan sampai sejauh mana tujuan program tersebut dapat tercapai.

Selain itu evaluasi berguna untuk membantu menunjukkan kinerja apa saja yang perlu ditingkatkan, diperbaiki, ataupun dipertahankan dalam suatu program berdasarkan bukti yang diperoleh serta berguna untuk mengetahui berapa besar nilai dari kinerja penyelenggara program.

Dalam kaitannya dengan kegiatan P2KPB ini, bagaimana pelaksanaan program ini berjalan dan sampai sejauh mana tujuan dan sasaran kegiatan P2KPB ini dapat tercapai.

Metode pelaksanaan evaluasi yang akan dilakukan lebih difokuskan pada evaluasi proses, keluaran dan manfaat dari 7 komponen (atribut) program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sistem Pemantauan dan Evaluasi

Sumber : World Bank, 2003

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi pelaksanaan P2KPB, diantaranya adalah sebagai berikut:

DAMPAK (Impact)

HASIL (Outcomes)

KELUARAN (Output)

MASUKAN (Output)

Dampak pada standar kehidupan

Siapakah penerima manfaat ? (akses, pemanfaatan dan tingkat kepuasan)

Produk (barang & Jasa) yangdihasilkan oleh suatu program

Sumber daya yang

(17)

 Apakah prosespelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan grand design yang sudah disusun

 Apakah keluaran (output) pelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan grand design yang sudah disusun

 Apakah manfaat(outcomes) pelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan yang diharapkan

Indikator pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P2KPB ini mencakup 7 atribut P2KPB, yaitu:

1) Kelembagaan dan pranata (Institutionalization);

2) Komunitas perdesaan yang inklusif (Inclusive community);

3) Perencanaan dan perancangan yang responsif dan adaptif (Responsive spatial rural planning and design);

4) Infrastruktur (Urban - rural infrastructure)

5) Ekonomi perdesaan yang berdaya saing (Competitive local economic development);

6) Pendayagunaan sosial budaya (socio-cultural development); dan 7) Perlindungan lingkungan (environmental preservation).

2.2.5 Metodologi Pelaksanaan dan Tahapan Kegiatan

Sesuai kerangka pikir di atas, tahapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I, terdiri atas:

1) Tahap Persiapan;

2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study);

3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi, dengan sub kegiatan:

a. Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan Daerah

b. Penyelenggaraan workshop di Jakarta c. Koordinasi lintas sektoral terkait

d. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah e. Melakukan Evaluasi pelaksanaan P2KPB

(18)

Berikut ini akan diuraikan secara rinci masing-msing tahapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I.

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I merupakan tahap awal dari suatu perencanaan dan memuat kegiatan-kegiatan pokok berupa persiapan dan mobilisasi, konsolidasi internal tim, pengumpulan data awal, kajian awal data sekunder, serta penyiapan instrumen pemantauan dan evaluasi.

Tahap persiapan dan mobilisasi dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I merupakan tahap awal dari suatu perencanaan dan memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Penyelesaian administrasi pekerjaan b. Persiapan peralatan dan personil

Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk kepentingan survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan studio/ kantor. Sedangkan kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik untuk penyusunan laporan maupun untuk koordinasi para tenaga ahli yang dibantu oleh staf kantor baik dalam persiapan survei maupun dalam penyusunan program kerja.

c. Mobilisasi tim

(19)

d. Pemahaman dan Pendalaman KAK

Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah II harus dipahami dengan baik oleh pihak konsultan sehingga seluruh proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

e. Penyusunan dan penajaman pendekatan metodologi studi

Penyusunan pendekatan dan metodologi dijabarkan dalam bentuk naratif serta bagan alir yang mencakup seluruh tahapan kegiatan yang akan dilakukan.

f. Penyusunan detail rencana kerja

Penyusunan rencana kerja dilakukan agar rangkaian tahapan proses pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih terarah sesuai dengan maksud, tujuan, dan sasaran pekerjaan.

g. Inventarisasi dan persiapan perangkat survey

Persiapan peralatan meliputi peralatan untuk kepentingan survei lapangan.

h. Inventarisasi dan Identifikasi Kebutuhan Data Awal

Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data sekunder yang datanya ada di lembaga pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang maupun non pemerintah ataupun data yang dapat diperoleh melalui browsing internet, serta data lainnya yang konsultan sudah miliki. Beberapa kegiatan pokok dalam inventarisasi dan identifikasi data awal yang dikumpulkan pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:

Inventarisasi 15 RTRW Kabupaten lokasi P2KPB di Wilayah I

Inventarisasi dokumen RDTR dan atau Rencana Rinci Kawasan Perdesaan di Wilayah I

(20)

2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study)

Identifikasi dan kajian awal kebutuhan merupakan kegiatan tindak lanjut dari hasil inventarisir pada tahap awal.

Beberapa kegiatan pokok dari tahap ini diantaranya: a. Inventarisasidata awal hasil P2KPB di wilayah I

b. Inventarisasi dokumen masterplan dan atau Rencana Rinci KSK di Wilayah I

c. Inventarisasi dokumen RPI2JM dan DED

d. Penyusunan Outline Buku Profil Desa di Wilayah I

e. Penyusunan Instrumen,serta Kriteria Pemantauan dan Evaluasi

Pada tahap ini, dirumuskan konsep/rancangan instrumen serta kriteria pemantauan dan evaluasi yang akan digunakan dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi P2KPB. Perumusan instrumen dan kriteria ini mengacu kepada konsep komponen program yang dikenal dengan 7 atribut program KPB.

3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan P2KPB Dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi P2KPB ini, ada beberapa sub tahapan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:

a. Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan Daerah

Pada tahap ini akan dilakukan konsolidasi dengan tim pelaksana P2KPB, baik di pusat maupun di daerah.

(21)

Sedangkan untuk konsolidasi dengan tim pelaksana P2KPB di daerah dilakukan dengan melakukan kunjungan ke daerah kabupaten lokasi P2KPB. Dalam kunjungan ke daerah ini dilakukan koordinasi dengan tim pelaksana P2KPB di daerah antara lain Bappeda, Dinas Tata Ruang, Dinas PU, Dinas Pertanian dan SKPD lain yang terkait dengan program P2KPB.

Selain itu, dalam kunjungan ke daerah ini juga dilakukan pengumpulan data dan informasi awal yang terkait dengan hasil pelaksanaan P2KPB yang sudah dilakukan, termasuk melakukan pemantauan hasil pelaksanaan P2KPB di lokasi KPB tersebut.

b. Penyelenggaraan workshop di Jakarta

Beberapa kegiatan dalam penyelenggaarn workshop diantaranya meliputi:

a) Persiapan bahan, tempat dan narasumber

Pada tahap persiapan workshop ini akan diinventarisir kebutuhan bahan untuk pelaksanaan workshop termasuk para peserta yang akan diundang dalam kegiatan workshop P2KPB di Jakarta ini. Pada tahap ini juga ditetapkan jadwal, tempat dan narasumber yang akan diundang pada kegiatan workshop.

b) Penyusunan materi workshop P2KPB

Penyusunan materi workshop ini merupakan hasil konsolidasi dengan tim pelaksana P2KPB di Pusat maupun di daerah. Beberapa materi yang akan disampaikan dalam workshop ini mencakup: • Kebijakan pengembangan kawasan perdesaan

• Konsep Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan

• Kondisi terkini (up to date) hasil pelaksanaan P2KPB di 13 kabupaten

(22)

• Rekomendasi tindak lanjut pelaksanaan program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan

c) Penyelenggaraan workshop P2KPB di Jakarta

c. Koordinasi Lintas Sektor di Pusat

Koordinasi lintas sektor ini dilakukan dengan para stakeholders terkait pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Perdesaan di pusat. Pelaksanaan koordinasi lintas sektoral ini secara teknis pelaksanaannya bisa dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan workshop di atas.

d. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah

Pelaksanaan FGD ini merupakan salah satu media untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P2KPB di daerah. Beberapa agenda yang akan dibahas dalam materi FGD ini, antara lain:

a) Inventarisir kondisi terkini (up to date) mengenai hasil pelaksanaan P2KPB di daerah;

b) Identifikasi kendala dan permasalahan pelaksanaan P2KPB di daerah c) Identifikasi temuan pelaksanaan program yang tidak sesuai dengan

konsep P2KPB

d) Identifikasi masukan dan aspirasi pemerintah daerah dan masyarakat terkait pelaksanaan program pengembangan kawasan perdesaan di masa mendatang.

e. Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan P2KPB di Daerah

(23)

f. Penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II

Dalam proses penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II ini akan dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang diperoleh melalui survei sekunder, dokumentasi, dan browsing lewat internet. Tahapan dalam penyusunan Buku Profil Desa ini yaitu : inventarisasi data/informasi desa di wilayah II, pengolahan dan kompilasi data desa, serta penyusunan buku profil desa di wilayah II.

4) Tahap Penyempurnaan dan Finalisasi Produk Akhir Kegiatan

Pada tahap akhir ini merupakan tahap penyempurnaan dan penyelesaian seluruh output/keluaran produk akhir sebagaimana yang dipersyaratkan dalam KAK.

Kegiatan pokok pada tahap ini diantaranya:

a. Penyelesaian Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi P2KPB  Finalisasi hasil pemantauan dan evaluasi P2KPB

 Penyelesaian & inventarisasi laporan seluruh proses & hasil kegiatan pemantauan dan evaluasi

b. Finalisasi Produk Laporan Akhir:

 Materi Laporan Akhir Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi P2KPB;  Materi Prosiding Workshop;

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Pikir Pendekatan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sistem Pemantauan dan Evaluasi

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pengaruh biodiesel pada sistem injeksi bertingkat standar (75%-25%) dengan injeksi bertingkat (75%-25%) dengan variasi start of injection dan durasi

Pengetahuan tentang kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan air bersih Dapat menuliskan semua kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan air

Ulin Nuha MTs/SMP MTSS NURUL

Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis

Selanjutnya, dari resep-resep yang diduga untuk digunakan dalam terapi hiperlipidemia dipilih 3 resep karena resep yang lain memiliki isi yang sama hanya nama

Kewajiban asasi merupakan kewajiban dasar setiap orang. Dengan kata lain, kewajiban asasi terlepas dari status kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada masyarakat yang menjadi konsumen PDAM di Kelurahan Pulau Atas tersebut mengatak

Cacing pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju tempat terakhir di dalam pembuluh darah kecil di kandung kemih atau usus, dimana mereka tinggal untuk