Parasitologi
Schistosomasis
Disusun Oleh:
Seftya Asiyah Rosifa
0920025052
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu jenis cacing yang menyebabkan penyakit ialah trematoda. Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Hal ini dapat diambil kesimpulan sementara bahwa schistosomasis disebabkan oleh cacing schistosoma.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh cacing, dikarenakan banyak jenis cacing yang menjadi parasit pada tubuh manusia. Penyakit-penyakit yang disebabkan ooleh cacing juga dapat menjadi epidemic yang mempengaruhi derajat kesehatan masyrakat. Faktor yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan epidemic tergantung pada lingkungan, pola perilaku kesehatan masyarakat dan jenis cacing tersebut. Dapat dilihat, bahwa kita harus lebih mengerti lebih mengetahui jenis cacing schistosoma untuk mengetahui langkah penanganan dalam schisitosomasis.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan schistosoma? 2. Apa yang dimaksud dengan schistosomasis? 3. Apakah ada contoh kasus schistosomasis?
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan schistosoma 2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan schistosomasis
3. Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam penanganan dan pecegahan penyakit schistosomasis.
Bab II Isi
Schistosoma atau trematoda darah adalah salah satu genus trematoda darah.
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitif adalah manusia. Berbagai macam binatang dapat berperan sebagai reservoir-nya. Pada manusia, cacing ini menyebabkan schistosomasis atau bilharziasis.
Schistosomiasis (bilharziasis) ini sendiri ialah infeksi yang disebabkan oleh cacing pipih (cacing pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-dingin, dan nyeri otot dan kadangkala menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih dan pendarahan.
Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Lima jenis schistosoma yang paling menyebabkan kasuspada schistosomiasis pada orang :
Schistosoma hematobium menginfeksi saluran kemih (termasuk kantung kemih)
Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, dan Schistosoma intercalatum menginfeksi usus dan hati.
Morfologi
Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5-19,5 mm x 0,9 mm. Badannya berbntuk gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat tonjolan halus sampai kasar, tergantung spesiesnya. Pada bagian ventral terdapat canalis gynaecophorus, tempat cacing betina ada di dalam pelukan cacing betina sehingga seperti dalam pelukan cacing jantan. Cacing dewasa betina lebih halus, 16,0 -26,0mm x 0,3mm. Pada umumnya uterus 50-30 butir telur.
Schistosomiasis diperoleh dari berenang, menyeberangi, atau mandi di air bersih yang terkontaminasi dengan parasit yang bebas berenang. Schistosoma berkembang biak di dalam keong jenis khusus yang menetap di air, dimana mereka dilepaskan untuk berenang bebas di dalam air. Jika mereka mengenai kulit seseorang, mereka masuk ke dalam dan bergerak melalui aliran darah menuju paru-paru, dimana mereka menjadi dewasa menjadi cacing pita dewasa. Cacing pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju tempat terakhir di dalam pembuluh darah kecil di kandung kemih atau usus, dimana mereka tinggal untuk beberapa tahun. Cacing pita dewasa tersebut meletakkan telur-telur dalam jumlah besar pada dinding kandung kemih atau usus. Telur-telur tersebut menyebabkan jaringan setempat rusak dan meradang, yang menyebabkan borok, pendarahan, dan pembentukan jaringan luka parut. Beberapa telur masuk ke dalam kotoran (tinja) atau kemih. Jika kemih atau kotoran pada orang yang terinfeksi memasuki air bersih, telur-telur tersebut menetas, dan parasit memasuki keong untuk mulai siklusnya kembali.
Cacing trematoda ini hidup di pembuluh darah terutama dalam kapiler darah dan vena kecil dekat permukaan selaput lender usus atau kandung kemih. Schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum biasanya menetap di dalam pembuluh darah kecil pada usus. Dan cacing trematoda ini meletakkan telurnya di pembuluh darah,
Beberapa telur mengalir dari sana melalui aliran darah menuju ke hati. Akibatnya peradangan hati bisa menyebabkan luka parut dan meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah yang membawa darah antara saluran usus dan hati (pembuluh darah portal). Tekanan darah tinggi di dalam pembuluh darah portal (hipertensi portal) bisa menyebabkan pembesaran pada limpa dan pendarahaan dari pembuluh darah di dalam kerongkongan.
Telur-telur pada schistosoma hematobium biasanya menetap di dalam kantung kemih, kadangkala menyebabkan borok, ada darah dalam urin, dan luka parut. Infeksi schistosoma hematobium kronis meningkatkan resiko kanker kantung kemih.
Semua jenis schistosomiasis bisa mempengaruhi organ-organ lain (seperti paru-paru, tulang belakang, dan otak). Telur-telur yang mencapai paru-paru bisa mengakibatkan peradangan dan peningkatan tekanan darah di dalam arteri pada paru-paru (hipertensi pulmonari).
Cacing trematoda ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu keong air, teidak terdapat hospes perantara kedua.
Gejala
Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang gatal bisa terjadi (gatal perenang). Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa mulai meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah, rasa tidak nyaman yang samar (malaise), mual, dan nyeri perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa membesar untuk sementara waktu, kemudian kembali normal. kelompok gejala-gejala terakhir ini disebut demam katayama. Gejala-gejala lain bergantung pada organ-organ yang terkena ::
Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis : perut tidak nyaman, nyeri, dan pendarahan (terlihat pada kotoran), yang bisa mengakibatkan anemia.
Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah adalah tinggi : pembesaran hati dan limpa atau muntah darah dalam jumlah banyak.
Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat nyeri, sering berkemih, kemih berdarah, dan meningkatnya resiko kanker kandung kemih.
Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan dan akhirnya luka parut yang bisa menyumbat saluran kencing.
Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis (jarang terjadi) : Kejang atau kelemahan otot.
Diagnosa
Wisatawan dan imigran dari daerah-daerah dimana schistosomiasis adalah sering terjadi harus ditanyakan apakah mereka telah berenang atau menyeberangi air alam. Dokter bisa memastikan diagnosa dengan meneliti contoh kotoran atau urin untuk telur-telur. Biasanya, beberapa contoh diperlukan, tes darah bisa dilakukan untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi dengan schistosoma mansoni atau spesies lain, tetapi tes tersebut tidak dapat mengindikasikan seberapa berat infeksi atau seberapa lama orang tersebut telah memilikinya. Kadangkala, seorang dokter
mengambil contoh pada usus atau jaringan kantung kemih untuk diteliti di bawah mikroskop pada telur-telur. Untrasonografi bisa digunakan untuk mengukur seberapa berat schistosomiasis pada saluran kemih atau hati.
Pengobatan
Untuk pengobatan, 2 sampai 3 dosis praziquantel digunakan melalui mulut lebih selama 1 hari.
Pencegahan
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari berenang, mandi, atau menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung schistosomes.
Contoh kasus
Salah satu contoh kasus yang ada di Indonesia pada Sulawesi Tengah. menurut profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006, terdapat angka morbiditas akibat schistosomasi atau bilharziasis. Berikut ialah contoh kasus yang telah ditanggulangi oleh Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
Penyakit Schistosomasis merupakan penyakit yang ada hanya ada di Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini ditularkan melalui vector keog Oncomalania Hupensis Linduensis yang merupakan hospes perantara cacing trematoda yang menyebabkan penyakit schistosoma yaitu S.
japanicum. Kegiatan pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang
pada awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni tindakan kuratif terhadap penduduk secara missal yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk, pemeriksaan keong penularan dan tikus secara berkala dan rutin.
Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1 %.
Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I 0,68% dan siklus II 0,44% sedangkan di Napu prevalensi siklus I 0,72 dan pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan secara lintas program dan lintas sector untuk pegembangan wilayah endemis Schistosomasis.
Pada tahun 2006 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi Schistosomasis di daerah Lindu cyclus I adalah 0,52 dan cyclus II adalah 0,23 sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,55 dan cyclus II 1,21 dan Sulawesi Tengah cyclus I adalah 1,19 dan cyclus II 0,76.
Gambaran prevalensi Schistosommasis dalam kurun waktu 4 tahun terakhit secara jelas dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel
Prevalensi Schisitosomasis di Sulawesi Tengah Tahun 2003-2006
No Lokasi 2003 2004 2005 2006 Cycl.I Cycl.II Cycl.I Cycl.II Cycl.I Cycl.II Cycl.I Cycl.II 1 Lindu 0,57 0,54 0,17 0,17 0,66 0,40 0,52 0,23 2 Napu 0,69 0,63 0,52 1,28 1,02 0,64 1,55 1,21 3 Sulteng 0,66 0,61 0,40 1,01 0,93 0,57 1,19 0,76
Sumber: Sudin P2-PL Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah
Bab III Penutup Kesimpulan
Schistosoma atau trematoda darah adalah salah satu genus trematoda darah. Ditemukan 3 species penting yang menjadi parasit pada manusia; Schistosoma japnicum, Schistosoma mansoni, dan schistosoma haematobium.
Schistosomiasis (bilharziasis) ini sendiri ialah infeksi yang disebabkan oleh cacing pipih (cacing pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-dingin, dan nyeri otot dan kadangkala menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih dan pendarahan.
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari berenang, mandi, atau menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung schistosomes.
Pencegahan adalah tindakan yang paling tepat untuk menangani schistosomasis
Penanggulangan penyakit ini sampai sekarang masih ditekankan pada tindakan kuratif masal yag diberikan 6 bulan sekali.
Petugas kesehatan harus lebih mengadakan perlindungan kesehatan terutama pada daerah beresiko seperti daerah sekitar danau besar, ataupun daerah yang masih terpencil dataran rendah.