1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian urgensial dalam sebuah perusahaan. Upaya pemantauan, pengukuran, pengendalian risiko hingga tindakan pencegahan terhadap hal yang paling tidak diinginkan perusahaan yakni kecelakaan. Menurut Frank Bird, an accident is undesired event that result in physical harm to a person or demage to property. It is usually the result of a contact with a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc).
Jelaslah bahwa sebuah kecelakaan akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Dewasa ini, para pengusaha sudah menyadari betapa pentingnya Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegritas. Kesadaran ini termanifestasi dalam berbagai upaya pengendalian dan program K3. Namun sayangnya, kesadaran akan pentingnya K3 belum sampai pada tingkatan yang optimal. Perusahaan menyadari K3, namun pekerja belum sepenuhnya mengerti dengan K3 sehingga upaya program K3 pun bagai berdiri dengan kaki sebelah, belum ada keseimbangan dalam implementasiprogram K3. Hal ini dapat terlihat dari tingkat pengetahuan pekerja terhadap K3 dan masih tingginya angka kecelakaan pekerja di Indonesia.
Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011 adalah 108.699 jiwa dengan total kerugian (yang terlihat) sebesar Rp. 217.435.000.000,-. Ini merupakan kerugian yang tampak, tentunya fenomena gunung es berlaku disini.
2 1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di Proyek Gedung Manhattan, Jakarta.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja di Proyek Gedung Manhattan, Jakarta
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahu kronologis kejadian kecelakaan kerja Proyek Gedung Manhatten, Jakarta
2. Mengetahui penyebab langsung dari kecelakaan kerja Proyek Gedung Manhatten, Jakarta
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kecelakaan
Menurut Frank Bird, “an accident is undesired event that result in physical harm to a person or damage to property. It is usually the result of a contact with a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc)” (Soehatman, 2010)
Menurut Heinrich, Petersen dan Roos, 1980 “Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya”. (Mayendra, 2009).
Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan, atau kerugian lainnya. (Standar AS/NZS 4801:2001). Sementara itu, menurut OHSAS 18001:2007 Kecelakaan Kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk kejadian yang dapat menyebabkan merusak lingkungan (Sumber : OHSAS 18001:2007).
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang adapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
4 2.2 Investigasi Kecelakaan
Investigasi kecelakaan adalah suatu cara untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan kecelakaan. Penyebab-penyebabnya dan mengembangkan langkah-langkah untuk mengatasi serta upaya untuk mengendalikan resikonya. Investigasi atau menyelidiki kecelakaan dilakukan guna mencari sebab-sebab dasar dari suatu kecelakaan sehingga kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Investigasi biasanya dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap korban, saksi-saksi serta rekonstruksi atau pengulangan kejadian guna mendapatkan data-data proses terjadinya kecelakaan, dimana data-data tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisa dalam mencari sebab dasar dari suatu
kecelakaan. (Permatasari, 2009)
Accident investigation adalah suatu rangkaian kegiatan yng dilakukan untuk mencari penyebab utama terjadinya suatu kecelakaan dan menentukan dengan tepat tindakan perbaikan yang dilakukan setelah ditemukan fakta sebenarnya dari kecelakaan yang terjadi dan penyebab kecelakaan tersebut. Berdasarkan definisi kecelakaan yang ada accident investigators harus melihat secara cermat rangkaian peristiwa yang terjadi dan faktor apa saja yang terlibat saat terjadinya kecelakaan (Covan dalam Permatasari, 2009)
OHSAS 18001 mensyaratkan diadakannya penyelidikan setiap insiden yang terjadi dalam organisasi. Insiden adalah semua kejadian yang menimbulkan atau dapat menimbulkan kerugian baik materi, kerusakan atau cedera pada manusia. Insiden meliputi kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja, kerusakan dan hampir celaka (nearmiss).
2.3 Metode SCAT
SCAT adalah suatu tool yang digunakan untuk mengevaluasi dan
menginvestigasi incident dengan menggunakan SCAT chart. SCAT dikembangkan dari ILCI (International Loss Control Institute) Loss caution
Model
5
International Loss Control Institute (ILCI), which can be used to determine the
root causes of an incident once a description of the sequence of events has been
determined. A paper describing SCAT by Bird and Germain (1985) is reproduced in a manual by ILCI (1989).” (Health Safety Executive, United Kingdom, 2001 )
Ada 5 block dalam SCAT chart, dan model setiap block hampir sama dengan ILCI Loss Caution Model. Berikut ILCI „Loss Causation Mode dan Framework SCAT Method.
6 Metode SCAT, meliputi:
1. Pada blok pertama diisi tentang diskripsi dari incident
2. Blok yang kedua diisi tentang berbagai hal yang dapat memicu timbulnya kecelakaan
3. Blok ketuga berisikan tentang immediate cause. 4. Blok yang kempat berisikan basic cause
5. Blok yang kelima berisikan tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk mensukseskan loss control program.
2.4 Studi Kasus Kecelakaan Kerja
Polisi Simpulkan Insiden Manhattan Square Murni Kecelakaan (Vivanews.com) Polisi meyakini pimpinan proyek telah menerapkan SOP.
VIVAnews - Polisi menyimpulkan insiden maut di Gedung The Manhattan Square, Jalan TB Simatupang Kavling 1S, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, murni kecelakaan. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hermawan, mengatakan itu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pimpinan proyek Manhattan Square. Polisi meyakini pimpro telah menerapkan standar operasional prosedur (SOP).
"Jadi sebelum melaksanakan tindakan mereka dikumpulkan dulu, diarahkan sesuai SOP seperti menyediakan blower, pengamanan dua di atas, dua di bawah," kata Hermawan, Senin 18 Februari 2013.
7
Saat ini hasil labaratorium belum keluar. "Kami belum bisa memastikan kadar terkandung apa saja. Yang jelas dari labfor sudah ambil sampel udara, air, genangan air, darah korban dan bagian tubuh seperti paru-paru," kata Hermawan. Hingga saat ini polisi sudah memeriksa tujuh saksi, yaitu tiga orang dari Waskita, satu pimpinan pekerja, dan tiga orang pekerja. "Kalau pemilik kan tidak terkait pekerjaan itu," ucapnya. (adi)
Identitas 5 Korban Tewas di Kecelakaan Kerja Proyek Gedung Manhattan (Detik.com)
8
Korban kritis dilarikan ke RS Mintoharjo. Sementara korban tewas di RS Marinir Cilandak, lalu nanti akan dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo untuk diautopsi. "Kemungkinan penyebab terjadinya laka masih dalam proses penyelidikan," kata Kapolres Jaksel Kombes Pol Wahyu Hadiningrat, di lokasi kejadian, Jl TB Simatupang kavling 1, Jaksel. Pukul 15.30 WIB, polisi sudah meninggalkan lokasi. Aktivitas proyek masih berjalan seperti biasa.
Begini Kronologi Kecelakaan Kerja di Manhattan Square (Tribunnews.com) Tribunnews.com - Rabu, 13 Februari 2013 15:42 WIB
Lima pekerja meninggal dunia saat bekerja di dalam bakal septic tank, di basemene II proyek pembangunan Gedung The Manhattan Square, Jalan TB Simatupang, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Selasa (12/2/2013) sekitar pukul 11.00 WIB.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kronologi kecelakaan kerja di Gedung
Manhattan Square, Jalan TB Simatupang, Kav 1S, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
Selasa (12/2/2013), sempat simpang siur. Kecelakaan itu menewaskan lima orang,
dan dua lagi kritis. Menurut Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP
Hermawan, kecelakaan berawal dari pekerjaan membuat lubang untuk
9
"Ada pengerjaan empat lubang, tiga lubang sudah selesai, tinggal finishing. Saat
lubang keempat hendak di-finishing. yakni mencopot kerangka besi dan papan
bekas cor untuk dicat, sesuai SOP ada dua pekerja di dalam, dan dua pekerja di
atas," jelas Hermawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (13/2/2013). Tiba-tiba,
lanjutnya, dari dalam lubang, kedua pekerja meminta tolong, sehingga dua pekerja
di atas turun ke lubang untuk menolong dua rekannya. Lantas, dua pekerja yang
menolong juga berteriak minta tolong lagi, karena tidak bisa bernapas, dan
kembali dibantu oleh pekerja finishing di lubang lain.
"Jadi, total sudah ada enam yang masuk ke lubang. Lalu, yang di dalam minta
tolong lagi, dan dibantu oleh satu orang K3 yang ikut bantu. Jadi, ada tujuh orang
pingsan," tutur Hermawan. Setelah itu, baru lah petugas dari PT Waskita turut
membantu menolong menggunakan masker oksigen serta blower, dan berhasil
mengevakuasi tiga orang.
Petugas dari PT Waskita yang menolong mengaku lemas. Ia digantikan petugas
lain dan mengevakuasi empat pekerja lainnya. Hermawan mengungkapkan, yang
berhasil dievakuasi ada tujuh orang. Lima orang meninggal dunia, dan dua orang
pekerja lainnya kritis. Saat ini, dua pekerja yang kritis sudah siuman dan sadar.
"Kami sudah lakukan olah TKP, ambil sampel air, darah, dan udara dari korban
dan sampel dibawa oleh Labfor Mabes. Dari hasil otopsi sementara, korban
meninggal karena lemas kelebihan C02 beracun dari lubang sedalam enam, lebar
tiga meter, dan panjang lima meter," papar Hermawan. (*)
10
Ini Dia Kronologi Kecelakaan Kerja di Manhattan Square Versi Polisi
(Indonesiaraya.com)
Wednesday, February 13, 2013 - 16:28
@IRNewscom | Jakarta: KAPOLRES Jakarta Selatan Kombes Pol Wahyu
Hadiningrat membeberkan kronologi tewasnya lima pekerja di proyek
pembangunan The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang Kavling I.S
Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Selasa (12/02) kemarin.
Menurut Wahyu, berdasarkan hasil pemeriksaan empat orang saksi, Agus, Irfan, Rian dan H. Marmo, sebelum terjadinya insiden, ada dua orang pekerja sedang membongkar kayu penyanggah septictank.
"Mekanismenya dua orang berjaga di atas, sedangkan yang di bawah septictank itu Joko dan Ahmad Syamsudin. Karena lemas, mereka berteriak minta tolong dan dibantu M. Saiku. Kemudian M. Saiku Juga minta tolong lalu dibantu Jimjim,"
kata Wahyu, Rabu (13/02) di Mapolres Metro Jakarta Selatan. Wahyu menjelaskan, di basement lantai 2 Tempat Kejadian Perkara (TKP) memang
11
lain yang sedang dalam tahap finishing, pekerja bernama Cecep Cahyana mendengar teriakan lalu berupaya membantu keempat rekannya itu. Dibantu pekerja lainnya Agus dan petugas K3 bernama Sunaryo. "Agus menunggu di atas, sementara Sunaryo bersama pekerja lainnya bernama Masudi. Setelah itu, datang lagi dua orang petugas K3 yang turun dengan tabung oksigen dan menolong korban secara bertahap," papar Wahyu.
Berdasarkan keterangan laboratorium forensik, kata Wahyu, secara detail belum
bisa disampaikan penyebab dari kematian korban. Namun dari uji sampel genangan air, udara dan gas yang diambil di TKP, penyebab kematian korban karena gas beracun di dalam septictank. Jenis dari gas tersebut sendiri masih belum bisa disampaikan karena sedang dalam proses.
"Kelima korban yang tewas dalam insiden itu masing-masing bernama Cecep Cahyana, Joko, Jimjim, M. Saiku, dan Ahmad Samsudin. Jasad mereka saat ini sedang diotopsi dan diambil sampel darah di RSCM. Sedangkan dua korban selamat yang bernama Masudi dan Sutaryo sudah siuman dari pingsan dan masih dirawat intensif di RS Mintohardjo," terangnya.
Perlu diketahui sebelumnya, Selasa (12/02) sekitar 10.00 WIB, lima orang pekerja tewas dalam kecelakaan kerja di dalam lubang septictank lantai 2 basement proyek pembangunan The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang Kav I.S Cilandak Timur, Jakarta Selatan.
Kelima korban tewas akibat terpelosok ke dalam lubang septicktank sedalam enam meter dengan luas 5X3 meter. Dua rekan korban yang berusaha membantu
12 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kronologis Kecelakaan
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber berita, pada Selasa, 12 Februari 2013 sekitar pukul 10.00 WIB beberapa pekerja bertugas membuat empat lubang untuk pembuangan limbah pada Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Dalam satu lubang terdapat empat petugas yang mengerjakan tugas tersebut yaitu dua orang petugas utama (berada dibawah) dan petugas madya (berada diatas). Beberapa saat, pembuatan lubang tersebut hampir selesai, tinggal finishing yaitu mencopot kerangka besi dan papan bekas cor untuk dicat.
Pada lubang keempat sesuai Standar Operasional Prosedur terdapat dua pekerja yang berada di atas dan dua pekerja yang berada dibawah. Namun beberapa saar kemudian, dari lubang tersebut terdengar dua pekerja (pekerja 1 dan 2) yang berada di dalam lubang meminta tolong. Sehingga dua pekerja yang ada di atas (pekerja 3 dan 4) turun ke lubang untuk menolong kedua pekerja yang ada di dalam lubang.
Kemudian dua pekerja yang menolong pun ikut meminta tolong karena kesulitan bernafas. Seorang pekerja (pekerja 5) pada lubang lain mendengar teriakan tersebut,lalu berusaha membantu keempat rekannya tersebut. Pekerja tersebut dibantu oleh seorang pekerja lainnya (pekerja 6) dan satu petugas K3.
Petugas K3, pekerja 5 dan dibantu satu pekerja lain (pekerja 7) turun ke bawah, sedangkan petugas 6 tetap berjaga di atas. Kemudian mereka meminta tolong lagi dan pingsan. Sehingga barulah dua orang petugas dari PT. Waskita turut membantu menolong menggunakan masker oksigen dan blower. Mereka berhasil mengevakuasi tiga orang. Petugas dari PT Waskita yang menolong
mengaku lemas. Kemudian mereka digantikan petugas lain dan mengevakuasi
empat pekerja lainnya. Korban yang berhasil dievakuasi ada tujuh orang. Lima
13
Tabel Gambaran Peristiwa
Waktu Kejadian Selasa, 12 Februari 2013, Pukul 10.00 WIB
Lokasi Kejadian Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Peralatan yang
digunakan -
Kondisi Lingkungan Confined Space
Data Korban
Cecep Cahyana (29), Joko, Jimjim, M. Saiku, Ahmad Samsudin (Korban Jiwa)
Masudi, Sunaryo (Korban Kritis)
Saksi Agus, Irfan,Rian dan H. Marno
Akibat Kejadian Korban meninggal sebanyak 5 orang dan korban kritis 2 orang.
3.2 Analisis Penyebab Kecelakaan (Metode SCAT)
Berdasarkan data yang didapat maka dapat dilakukan analisis penyebab
kecelakaan dengan menggunakan Metode SCAT. Berikut skema kejadian dengan
14
Skema diatas merupakan gambaran mengenai analisis kasus kecelakaan yang terjadi di Proyek Manhatten Square. Diprediksi bahwa kasus kecelakaan kerja ini merupakan jenis kasus keracunan gas. Beberapa gejala menunjukkan adanya indikasi terjadinya keracunan gas yaitu pekerja mengalami lemas pada badan, susah bernafas hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Selain itu dugaan ini diperkuat dengan karaakteristik dari kondisi lingkungan kerja yaitu berupa Confined Space. Salah satu risiko terbesar dalam tempat kerja Confined Space adalah keracunan gas.
Pada kotak kedua terdapat Blok yang berisi tentang berbagai hal yang dapat memicu timbulnya kecelakaan.Pada kasus ini kontak dengan gas beracun merupakan hal yang pasti terjadi. Dari kondisi ini dapat dijabarkan beberapa fakta. Diantaranya terjadinya release gas yang berbahaya sehingga mengakibatkan kesulitas pekerja dalam bernafas, pekerja tidak dilengkapi dengan Gas Detektor dan kemampuan menggunakannya, identifikasi yang dilakukan tidak sesuai, dan lainnya.
Pada kotak ketiga terdapat immediate cause (penyebab langsung) dari kecelakaan. Terdapat dua kategori penilaian yaitu Substandard Act dan Substandar Condition. Pada Substandad Act kasus ini,setidaknya terdapat dua poin utama dari poin diagram SCAT yang kita tuliskan yaitu Kegagalan dalam mengamankan kondisi kerja dan pekerja itu sendiri serta Kegagalan pekerja dalam menggunakan APD. Failure to secure dalam hal ini korban tidak terlindungi dari risiko keterpaparan gas berbahaya. Failure to use PPE Properly artinya korban tidak menggunakan APD dengan benar. Dalam berita tidak disebutkan apakah pekerja menggunakan APD berupa alat bantu pernapasan atau tidak, hanya disebutkan bahwa pihak proyek telah menyedian satu blower untuk setiap lubang.
15
HSE belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugas di kondisi kerja Confined Space. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.Kep/113/DJPPK/IX/2006 sudah diatur mengenai siapa saja yang dibolehkan untuk bekerja di ruang terbatas (Confined Space) bahkan ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi untuk bekerja di Confined space. Selain itu dalam berita tersebut disebutkan bahwa ada nsatu Petugas K3 yang menjadi korban. Ini menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia khususnya Petugas K3 tidak mengetahui standar pertolongan pertama dalam sebuah kecelakan. Terkadang petugas K3 di Perusahaan tidak berlatar belakang kompetensi yang sesuai sehingga kompetensi yang didapat hanya saat pelatihan K3 Umum atau K3 spesialisasi yang kurang lebih kurang dari seminggu. Korban yang harusnya bisa ditekan jumlahnya menjadi semakin banyak.
Job factor meliputi Lack of supervisory dan Lack of risk Identification. Jelas bahwa ada kelalaian dalam menegakkan budaya K3 di lingkungan kerja. Selain itu petugas K3 yang salah satu fungsinya adalah melakukan identifikasi bahaya melakukan kelalaian dengan tidak mendeteksi keberadaan gas berbahaya sehingga upaya pengendalian yang dilakukan tidak tepat.
16 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kecelakaan kerja terjadi pada Selasa, 12 Februari 2013 sekitar pukul 10.00 WIB beberapa pekerja bertugas membuat empat lubang untuk pembuangan limbah pada Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Kecelakaan kerja berupa keracunan gas dimana terdapat 7 koran, 5 pekerja meninggal dan 2 pekerja kritis. Basic cause nya adalah lack of suvervisory, lack of risk identification, lack of coaching dan poor of knowledge. Immediate cause nya adalah Failure to secure, Failure to use PPE Properly, Hazardous Envvironmental Condition, dan Unproperly PPE.
4.2 Saran