• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN KONTRAK lumpsum dan ROHN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN KONTRAK lumpsum dan ROHN (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN KONTRAK SYARI’AH AKAD RAHN

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Kontrak Syari’ah

Dosen : Tutik Nurul Jannah M.H

Disusun oleh :

Nurul Faizah (13.21.00691)

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH

(2)

BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Istilah “akad” dalam hukum Islam, disebut “perjanjian” dalam bahasa Indonesia, dan disebut contract dalam bahasa Inggris. Kata akad terambil dari kata

al-‘aqd berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan, jamaknya adalah al-‘uqúd. Secara bahasa al-‘aqd bermakna al-rabth (ikatan), al-syadd (pengencangan), al-taqwiyah

(penguatan). Jika dikatakan ‘aqada al-habl (mengikat tali), maksudnya adalah mengikat tali satu dengan yang lain, mengencangkan dan menguatkan ikatannya.

Al-‘aqd juga bisa bermakna al-‘ahd (janji) atau al -mitsáq (perjanjian).1 Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa “akad” adalah perjanjian dari kedua belah pihak atau lebih yang saling mengikat.

Tujuan akad adalah mewujudkan akibat hukum yang pokok dari akad. Tujuan ini merupakan akibat hukum yang timbul dari sebuah perjanjian. Ia merupakan akibat hukum pokok yang menjadi maksud dan tujuan yang hendak direalisasikan oleh pihak melalui akad.

Implementasi akad muamalah di bank syariah disederhanakan dengan perumusan persesuaian karakteristik yang dibangun dengan memetakan penyebaran akad-akad muamalah dalam produk-produk sudah berlaku pada lembaga keuangan konvensional. Mudahnya, agar produk tersebut dinyatakan halal dan sesuai syariah.2

Bank syariah diberikeluasan dan ruang gerak oleh undang-undang perbankan syariah untuk menciptakan inovasi dalam produk dan layanan jasa perbankan syariah. Salah satu kegiatan usaha syariah yang cukup berkembang pesat di masyarakat adalah layanan gadai emas syariah. Gadai emas syariah adalah sistem pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dengan dasar hukum fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, baik sistem gadainya maupun emas sebagai barang gadainya.3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaiman Pendapat para ulama’ & Fatwa MUI tentang akad rahn ? 2. Studi Kasus Rahn !

1 Ali Amin Isfandiar, ANALISIS FIQH MUAMALAH TENTANG HYBRID CONTRACT MODEL DAN PENERAPANNYA PADA LEMBAGAKEUANGAN SYARIAH, Jurnal Penelitian , Vol. 10, No. 2, November 2013. Hlm. 209

2 Ibid Hlm. 210

3 Rakhmasari Rosalifa Jihad”,IMPLEMENTASI GADAI EMAS SECARA SYARIAH DI BANK SYARIAH DALAM PERSPEKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH”

(3)

BAB II

(4)

1. Pendapat para ulama’ & fatwa MUI tentang akad Rahn A. Pendapat para ulma’ tentang akad

,

جاتحامأ نيميلاو قلطو ءاربلو فقولك ةدرفنم ةد اراب ردص عاوس هلعف ىلع عرملا ام لك اوهف

نهرلاو ليكوتو راجيلاو عيبلاك هئاشنا يف نيتدارا يلا .4 Akada dalah segala sesuatu yang diniatkan oleh seorang untuk di kerjakan,baik timbul karena satu kehendak, seperti wakaf, pembebasan, talak dan sumpah, maupun yang memerlukan kepada dua kehendak di dalam menimbulkannya, seperti jual beli, sewa-menyewa, pemberian kuasa dan gadai

Definisi diatas merupakan pengertian akad yang dikemukakan oleh fuqoha’ malikiyah, syafi’iyah dan juga hanabilah.

Fuqoha’ hanafiyah mengartikan akad secara khusus yaitu sebagai berikut :

: .

ملك قلعت ىرخأ ةرابعب وأ هلحم يف هرثأ تبثي عورشم هجو ىلع لوبقب باجيا طابترلاوه دقعلا

لحملا ىف هرثأ رهظي هجو ىلع اعرش رخلب نيدقاعلا دحأ.5 Akad adalah pertalian antara ijab dengan qobul menurut ketentuan syara’ yang menimbulkan akibat hukum pada objeknya atau dengan redaksi yang lain : keterikatan antara pembicaraan salah seorang yang melakukan akad dengan yang lainnya menurut syara’ pada segi yang tampak pengaruhnya pada objek.

Menurut wahbahzuhaili akada itu adalah :

,

هئاهنإ وأ هليدعتوأ هلقنوا مازتلا ءاشنا نم ىنوناق رثا ثادحا يلع نيتدارا قفاوت وهو.6 Akad adalah kesepakatan dua kehendak untuk menimbulkan akibat-akibat hukum, baik berupa menimbulkan kewajiban, memindahkannya, mengalihkannya, maupun menghentikannya.

Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam akad mencakup tasarruf ,perjanjian, ijab dan qobul serta akibat-akibat hukum.

Akad merupakan tindakan hukum yang berupa perjanjian antara ijab dan qobul yang saling mengikat serta menimbulkan akibat hukum.baik dari satu kehendak untuk menimbulkannya atau dua kehendak, contoh akad karena dua kehendak

menimbulkannya yaitu jual beli, sewa menyewa ataupun gadai. B. Pendapat ulama’ tentang akad Rahn

, ,

هضعب ذخأ وأ نيدلا كلاذ ذخأ نكمي ثيحب نيدب ةقيثو عرشلا رظن يف ةيلام ةميق اهل نيع لعج هناب نيعلا كلت نم.7 Sesungguhnya rahn (gadai) adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan untuk utang. Dengan ketentuan dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau mengambil sebagiannya dari benda(jaminan)tersebut.

4 Ahmada Wardi Muslich, FIQH MUAMALAH, Amzah,Jakarta, 2010.hlm 111 5 Ibid

6 Ibid hal 112

(5)

Pendapat diatas merupakan istilah gadai secara syara’ yang dikutip dari pendpat hanfiyah.

Sedangkan pengertian gadai secara syara’ yang dikutip oleh wahbah zuhaili dara pendapat syafi’iyah yaitu :

هئافورذعت دنع اهنم يفوتسي نيدب ةقيثو نيع لعج8 Gadai adalah menjadikan suatu benda untuk utang, dimana utang tersebut bisa dilunasi (dibayar)dari benda (jaminan) tersebut ketika pelunasannya mengalami kesulitan.

Berikut ini adalah pengertian Rahn dari ulama’ hanfiyah

هيلع وه نمم هؤافيتسا رذعتنا هنمث نم يفوتسيل نيدلاب ةقيثو لعجي يذلا لاملا هنأب .9 Gadai adalah harta yang dijadikan sebagai jaminan untuk utang yang bisa dilunasi dari harganya, apabila terjadi kesulitan dalam pengambilannya dari orang yang berhutang

Malikiyah memberikan definisi gadai sebagai berikut :

, , ,

مزللا ىلا راص وأ مزل نيد يف هباقثوت هكلام نم ذخعي لومتمئش هنأب.

Rahn adalah sesuatu yang bernilai harta yang diambil dari pemiliknya sebagai jaminan untuk utang yang tetap (mengikat) atau menjadi tetap.

Syafi’i Antonio berpedapat bahwa rahn(gadai) adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya10

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa rahn (gadai) merupakan suatu benda yang bernilai atau mempunyai nilai ekonomis dijadikan sebagai jaminan untuk hutang yang mengikat.serta barang tersebut dapat melunasi hutang peminjam apabila sipeminjam tidak dapat membayar hutangnya.

C. Landasan Syariah

(6)

Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dipegangan (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan atau objek pegadaian.11

b. Al-Hadits

لجأ ىلا ىدوهي نم اماعط ىرتشا ملسو اهيلع هللا ىلص يبنلا نأ اهنع هللا يضر ةشئاع نع

ديدح نم اعرد هنهرو .

Aisyah r.a berkata bahwa Rasullallah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkannya kepadanya baju besi.(HR. Bukhori no.1926, kitab al-Buyu, dan muslim)

D. Rukun dan syarat

a. Rukun akad rahn terdiri dari :

1. Rahin (orang yang memberikan gadai) 2. Murtahin (penerima barang/gadai)

3. Marhun/rahn (barang/harta yang digadaikan) 4. Marhun bih (hutang)

5. Ijab dan qobul12

Rukun akad rahn di atas merupakan rukun menurut jumhur ulama’, adapun menurut hanafiyah rukun akad rahn hanyalah ijab dan qobul adapun rukun yang lainnya adalah turunana dari ijab qobul.

b. Syarat Rahn 1. Syarat Aqid

Dalam hal ini yang termasuk aqid adalah rahin dan murtahin. Syarat menjadi rahin dan murtahin yaitu ahliyah. Sebuah karakteristik ahliyah dalam jual beli yaitu harus berakal dan sudah tamyiz.13

2. Syarat Marhun

Marhun adalah barang jaminan yang atas utang yang ada. Marhun harus bisa ditransaksikan dalam artian ada kitika akad sedang berlangsung dan bisa diserahterimakan. Selain itu barang tersebut harus berupa mal al muqawwim artinya diperbolehkan untuk dimanfaatkan secara syara’ selain itu kdarnya (nilai) diketahui secara jelas tidak boleh menggadaikan barang yang nilai ekonomisnya tidak jelas. Marhun merupakan milik mutlak rahin. 14

3. Syarat marhun bih

Syafi’iyah dan hanabilah menetapkan tiga syarat utama yaitu : 1. Harus berupa hutang yang tetap dan wajib untuk ditunaikan 2. Uang itu harus bersufat mengikat.

11 ibid

12 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamala.Pustaka Pelajar,Cet I,2008.Hlm.263 13 ibid

(7)

3. Nominal utang itu diketahui secara pasti15

4. Syarat Sighat

Menurut Hanafiyah , sighat gadai (rahn) tidak boleh digantungkan dengan syarat, dan tidak disarandarkan kepada masa yang akan datang. Hal ini karena akad gadaia menyerupai akad jual beli, dilihat dari aspek pelunasan utang. Apabila akad gadai digantungkan kepada syarat atau disandarkan kepada masa yang akan datang, maka akad menjadi fasid seperti halnya jual beli.16

Syafi’iyah berpendapat bahwa syarat gadai sama dengan syarat jual beli, karena gadai merupakan akad maliyah. Adapun syarat-syarat yang dikaitkan dengan akad gadai hukumnya dapat dirinci menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Ketika syarat akad sesuai dengan maksud akad seperti memprioritaskan pelunasan utang kepada murtahin, ketika pemberi utang lebih dari satu orang , maka gadai dan syarathukumnya sah: 2. Apabila syarat tersebut tidak sejalan dengan akad, seperti syarat

yang tidak ada kemaslahatan atau tidak ada tujuannya, maka akad gadai hukumnya sah, tetapi syaratnya tidak berlaku (batal)

3. Apabila syarat tersebut merugikan murtahin dan menguntungkan rahin, seperti syarat harta jaminan tidak boleh dijual etika utang jatuh tempo, maka syarat dan gadai hukumnya batal.

4. Apabila syarat tersebut menguntungkan murtahin dan merugikan rahin, seperti syarat harta jaminan boleh diambil manfaatnya oleh murtahin, maka hukumnya diperselisihkan oleh para ulama’. Menurut pendapat yang lebih zhahir , syarat akad hukumnya batal karena syarat bertentangan dengan tujuan akad. Menurut pendapat yang kedua , syaratnya batal tetapi akad gadainya tetap sah, karena gadai merupakan akad tabarru’, sehingga tidak terpengaruh oleh syarat yang fasid. 17

Malikiyah berpendapat bahwa syarat yang tidak bertentangan dengan tujuan akad hukumnya sah. Adapun syarat yang ertentangan dengan tujuan akad maka syarat tersebut fasid dan dapat membatalkan akad gadai. 18

15 ibid

16 ibid

17 ibid

(8)

E. Fatwa MUI tentang Rahn ( 92/DSN-MUI/IV/2014)

FATWA TENTANG PEMBIAYAAN YANG DISERTAI RAHN (TAMWIL AL-MAUTSUQ BI AL-RAHN)

a. Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Akad Rahn adalah sebagaimana dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn; fatwa DSN-MUI Nomor: 26/DSN-25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas; dan fatwa DSN-MUI Nomor: 68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Tasjily; 2. Akad Jual-beli (al-bai') adalah sebagaimana dalam fatwa DSN-MUI Nomor:

04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah; fatwa DSN-MUI Nomor: 05/DSN-04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual-Beli Salam; dan fatwa DSN-MUI Nomor: 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual-Beli Istishna';

7. Ta'widh adalah sebagaimana dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (Ta'widh);

8. Akad amanah adalah akad-akad yang tidak melahirkan kewajiban untuk bertanggungjawab terhadap harta pihak lain ketika harta tersebut rusak, hilang, atau berkurang (kualitas dan kuantitasnya);

b. Ketentuan Hukum

Semua bentuk pembiayaan/penyaluran dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dijamin dengan agunan (Rahn) sesuai ketentuan dalam fatwa ini.

c. Ketentuan terkait Barang Jaminan (Marhun)

(9)

2. Dalam hal barang jaminan (marhun) merupakan musya' (bagian dari kepemilikan bersama/part of undivided ownership), maka musya' yang digadaikan harus sesuai dengan porsi kepemilikannya;

3. Barang jaminan(marhun) boleh diasuransikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau kesepakatan

d. Ketentuan terkait Utang (Marhun bih/Dain)

1. Utang boleh dalam bentuk uang dan/atau barang;

2. Utang harus bersifat mengikat (lazim), yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan (fatwa DSN-MUI Nomor: 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah (Ketentuan Kedua, 4.c) 3. Utang harus jelas jumlah (kuantitas) dan/atau kualitasnya serta

jangka waktunya;

4. Utang tidak boleh bertambah karena perpanjangan jangka waktu pembayaran;

5. Apabila jangka waktu pembayaran utang/pengembalian modal diperpanjang, Lembaga Keuangan Syariah boleh:

a. mengenakan ta'widh dan ta'zir dalam hal Rahin melanggar perjanjian atau terlambat menunaikan kewajibannya;

b. mengenakan pembebanan biaya riildalam hal jangka waktu pembayaran utang diperpanjang.

e. Ketentuan terkait Akad

1. Pada prinsipnya, akad rahn dibolehkan hanya atas utang-piutang ( al-dain) yang antara lain timbul karena akad qardh, jual-beli (al-bai') yang tidak tunai, atau akad sewa-menyewa (ijarah) yang pembayaran ujrahnya tidak tunai;

(10)

a. Barang jaminan (marhun) dalam akad amanah hanya dapat dieksekusi apabila pemegang amanah (al-Amin, antara lain syarik, mudharib, danmusta`jir) melakukan perbuatan b. Taqshir (tafrith), yaitu tidak melakukan sesuatu yang

boleh/semestinya dilakukan; atau c. moral hazard, yaitu:

3. Ta`addi (Ifrath), yaitu melakukan sesuatu yang tidak boleh/tidak semestinya dilakukan; Mukhalafat al-syuruth, yaitu melanggar ketentuan-ketentuan (yang tidak bertentangan dengan syariah) yang disepakati pihak-pihak yang berakad;

f. Ketentuan terkait Pendapatan Murtahin

1. Dalam hal rahn (dain/marhun bih) terjadi karena akad jual-beli (al-bai’) yang pembayarannya tidak tunai, maka pendapatan Murtahin hanya berasal dari keuntungan (al-ribh) jual-beli;

2. Dalam hal rahn (dain/marhun bih) terjadi karena akad sewa-menyewa (ijarah) yang pembayaran ujrahnya tidak tunai, maka pendapatanMurtahin hanya berasal dari ujrah;

3. Dalam hal rahn (dain/marhun bih) terjadi karena peminjaman uang (akadqardh), maka pendapatan Murtahin hanya berasal dari mu’nah (jasa pemeliharaan/penjagaan) atas marhun yang besarnya harus ditetapkan pada saat akad sebagaimana ujrah dalam akad ijarah;

4. Dalam hal rahn dilakukan pada akad amanah, maka pendapatan/penghasilan Murtahin (Syarik/Shahibul Mal) hanya berasal dari bagi hasil atas usaha yang dilakukan oleh Pemegang Amanah (Syarik -Pengelola/Mudharib).

g. Ketentuan terkait Penyelesaian Akad Rahn

1.Akad Rahn berakhir apabila Rahin melunasi utangnya atau menyelesaikan kewajibannya dan Murtahin mengembalikan Marhun kepada Rahin;

2. Dalam hal Rahin tidak melunasi utangnya atau tidak menyelesaikan kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka Murtahin wajib mengingatkan/memberitahukan tentang kewajibannya;

(11)

a. Menjual paksa barang jaminan (marhun) sebagaimana diatur dalam substansi fatwa DSN-MUI Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentangRahn (ketentuan ketiga angka 5); atau

b. Meminta Rahin agar menyerahkan marhun untuk melunasi utangnya sesuai kesepakatan dalam akad, di mana penentuan harganya mengacu/berpatokan pada harga pasar yang berlaku pada saat itu. Dalam hal terdapat selisih antara harga (tsaman) jual marhun dengan utang (dain) atau modal (ra’sul mal), berlaku substansi fatwa DSN-MUI Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn (ketentuan ketiga angka 5)

h. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

i. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

2. Studi Kasus Rahn

Kontrak rahn dalam perbankan dipakai dalam 2 hal, yaitu :

1. Sebagai prodik pelengkap misalnya akad tambahan terhadap produk lain

(12)

Contoh Studi kasus rahn :

1. Sebagai produk pelengkap

Di lembaga keuangan syariah PT. BPRS IPMAFA ada seorang nasabah bernama Bu ika , bu Ika mengajukan pembiayaan untuk tambahan modal toko kelontongnya dengan pengajuan pembiayaan sebesar Rp.10.000.000 dan ibu tersebut menyodorkan BPKB kendaraan bermotor YAMAH NMAX dengan sistem ABS jika di taksir harganya sekitar Rp27.000.000 pembiayaan tersebut dilakukan dengan akad murabahah adapun BPKB kendaraan bermotor tersebut hanya sebagai jaminan. Dan pembiayaan tersebut disetujui oleh Bank IPMAFA. Dan BPKB tersebut ditahan oleh bank sebagai konsekuensi akad tersebut. Namun kendaraannya tetap dipakai oleh ibu Ika

2.sebagai produk tersendiri dalam Pegadaian Syariah Plafon Marhun Bih (MB)19

19 Dewi Fitrianti, ANALISIS IMPLEMENTASI DAN PENERAPAN AKUNTANSI DALAM SISTEM PEMBIAYAAN AR-RAHN (GADAI SYARIAH) PADA PEGADAIAN SYARIAH

(13)

Golongan Marhun Bih Plafon Dari tabel diatas, maka jika rahin ingin meminjam dana sebesar rp. 10.000.000, maka Rahin tersebut termasuk kedalam golongan Marhun Bih

(MB) yang E dan harus membayar biaya administrasi per SBR Rp. 25.000.

Pada tanggal 6/10/2007 nasabah D2 memiliki kebutuhan mendesak dan membutuhkan dana untuk biaya pendidikan. Ia pun membawa barang jaminannya berupa kalung dan gelang yang dimilikinya untuk digadaikan. Menurut juru taksir, emas yang dibawanya itu memiliki nilai sebesar Rp 4.761.376,-. Menurut perkiraannya ia sudah bisa menebus kembali emasnya tersebut dalam jangka waktu 84 hari yaitu tanggal 27/02/2008.

Perhitungannya: 1. Pegadaian Syariah

- Pinjaman yang diberikan : Taksiran x 90%

= Rp 4.761.376 x 90% - Nasabah tersebut termasuk kedalam golongan D

(14)

- Biaya Administrasi : Rp 16.000,-

Jadi, jumlah uang yang diterima oleh nasabah D2 adalah sebesar : Uang pinjaman – Biaya admibistrasi

=Rp 4.290.000 – Rp16.000 =Rp 4.274.000,-

- Dan uang yang harus dibayar oleh nasabah D2 dalam melakukan pelunasan adalah sebasar :

Uang pinjaman + Biaya ijaroh =Rp 4.290.000 + Rp 342.900 =Rp 4.632.900,- 20

3. sebagai produk tersendiri dalam Bank Syariah

faizah ingin melanjutkan kuliahnya kejenjang S2, dia membutuhkan biaya sebesar 40 Juta dan dia mempunyai kalung emas seberat 60 gram , kemudian dia mengajukan pembiayaan kepada salah satu bank syariah dengan cara menggadiakan kalung emasnya tersebut.Bank syariah menyetujui pembiayaan faizah karena jika ditaksir harga kalung emas tersebut senilai Rp.50.000.000 dan pembiyaan tersebut berlangsung selama 4 bulan.

Kemudian Oleh Bank Syariah, dibuatkan Akad Qardh untuk memberikan uang tunai kepada Faizah, dan selanjutnya dibuatkan akad Rahn untuk menjamin pembayaran kembali dana yang dierima oleh Faizah. Sebagai uang sewa tempat untuk menyimpan emas tersebut pada tempat penitipan di Bank sekaligus biaya asuransi kehilangan emas dimaksud, Bank berhak untuk meminta Ujrah (uang jasa), yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Bank. Misalnya Rp. 4.000,– per hari. Dengan demikian, jika Faizah baru bisa mengembalikan uang tunai yang diterimanya pada hari ke 30 (1 bulan), maka uang sewa sekaligus asuransi yang harus dibayar oleh Faizah adalah sebesar:

Rp4.000,– X 30 hari = Rp. 120.000,–

Jadi, pada saat pengembalian dana yang diterima olehnya, Faizah harus membayar uang sebesar:

Rp. 40 jt + Rp. 120.000,– = Rp. 10.120.000,–

(15)

Bagaimana kalau ternyata dalam waktu 4 bulan Faizah belum bisa mengembalikan dana tersebut? Jika demikian, maka Faizah dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu gadai tersebut kepada Bank yang berkenaan.

Perpanjangan tersebut dapat dilakukan secara lisan, dengan mengajukan pemberitahuan kepada Bank tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika baru 1 minggu Faizah sudah bisa mengembalikan dana yang diterimanya, maka Faizah tinggal menghubungi Bank dimaksud, dan membayar biaya sewa tempat sekaligus asuransi tersebut selama 1 minggu saja.

Jadi, prinsip pokok dari Rahn adalah:

1. Kepemilikan atas barang yang digadaikan tidak beralih selama masa gadai

2. Kepemilikan baru beralih pada saat terjadinya wanprestasi pengembalian dana yang diterima oleh pemilik barang. Pada saat itu, penerima gadai berhak untuk menjual barang yang digadaikan berdasarkan kuasa yang sebelumnya pernah diberikan oleh pemilik barang. 3. Penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang yang digadaikan, kecuali atas

seijin dari pemilik barang. Dalam hal demikian, maka penerima gadai berkewajiban menanggung biaya penitipan/penyimpanan dan biaya pemeliharaan atas barang yang digadaikan tersebut.

BAB III

KESIMPULAN

Istilah “akad” dalam hukum Islam, disebut “perjanjian” dalam bahasa Indonesia,secara bahsa aqad diambil dari bahsa arab ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan, jamaknya adalah al-‘uqúd. Secara bahasa al-‘aqd bermakna al-rabth (ikatan), al-syadd (pengencangan),

al-taqwiyah (penguatan). Secara istilah yaitu tindakan hukum yang berupa perjanjian antara ijab dan qobul yang saling mengikat serta menimbulkan akibat hukum.baik dari satu kehendak untuk menimbulkannya atau dua kehendak.

(16)

Rukun akad rahn terdiri dari :Rahin (orang yang memberikan gadai),Murtahin (penerima barang/gadai),Marhun/rahn (barang/harta yang digadaikan),Marhun bih (hutang), Ijab dan qobul.

Kontrak rahn dalam perbankan dipakai dalam 2 hal, yaitu :Sebagai prodik pelengkap misalnya akad tambahan terhadap produk lain dan Sebagai produk tersendriri.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Amin Isfandiar, ANALISIS FIQH MUAMALAH TENTANG HYBRID CONTRACT MODEL DAN PENERAPANNYA PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH, Jurnal Penelitian , Vol. 10, No. 2, November 2013

Rakhmasari Rosalifa Jihad”,IMPLEMENTASI GADAI EMAS SECARA SYARIAH DI BANK SYARIAH DALAM PERSPEKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH” Jurnal ilmiah S-1 Fakultas Hukum, Universitas Mataram Mataram 2013

(17)

Muhammad Syaafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.2001

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamala.Pustaka Pelajar,Cet I,2008

Referensi

Dokumen terkait

ギリス国籍法制が国民と外国人という明確な二項対立の図式を同一の制度的地平において捉える

Kertas ini membincangkan tentang inisiatif-inisiatif yang dijalankan oleh Perpustakaan Digital Tan Sri Dr Abdullah Sanusi, Open University Malaysia (OUM) dalam menyedia dan

“Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

Islam tidak menolak usaha menghasilkan laba, oleh karenanya tidak ada alasan bagi lembaga keuangan bank untuk tidak masuk dalam suatu kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

Dari definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil intisari bahwa gadai ( rahn ) adalah menjadikan suatu barang sebagai jaminan atau utang dengan ketentuan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasikan puisi berdasarkan penghayatan, intonasi, eskpresi, dan artikulasi pada siswa kelas VII

trn darr kulit ikan patin sebagai bahan baku dengan melakukan penelitian terhadap penanganan bahan baku, penentuan kondisi yang terbaik untuk proses pengembangan kulit