PERAN ISTANA
Berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja seolah menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat. Setelah terbentuknya berbagai ulama hasil didikan dari istana-istana, maka murid-muridnya melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih luas, dengan dilangsungkannya pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum, khususnya sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttâb (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa Rasulullah) di wilayah Arab. Sebagaimana kuttâb yang biasa mengambil tempat di rumah-rumah ulama,di Nusantara pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru. Pelajaran yang diberikan terutama membaca al-Qur’an, menghafal ayat-ayat pendek, dan belajar bacaan salat lima waktu.
Peran Istana antara lain : a) Pusat kekuasaan
Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid kesultanan sangat ditentukan oleh dukungan penguasa. Hubungan antar kerajaan Islam, misalnya Samudera Pasai, Malaka, dan Aceh Darussalam, sangat bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan. Karya-karya susastra dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal itu menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.
b) Pusat pendidikan
Proses pendidikan dan pengakaran sebagian berlangsung di kerajaan. Perpustakaan sudah tersedia di istana dan difungsikan sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya dari bahasa Arab ke bahasa Melayu. Karena perhatian kerajaan yang tinggi terhadap pendidikan Islam, banyak ulama dari mancanegara yang datang ke Malaka, seperti dari Afghanistan, Malabar, Hindustan, dan terutama dari Arab.
Peran Sultan :
a) Mendanai kegiatan masjid.
b) Mendatangkan para ulama, baik dari mancanegara, terutama Timur Tengah, maupun dari kalangan ulama pribumi sendiri.
mengajadi masyarakat tentang ilmu agama Islam, karena para sultan dan pejabat tinggi juga turut serta menimba ilmu agama Islam.
Kegiatan atau peristiwa di kerajaaan-kerajaan Islam : Samudera Pasai
Merupakan pusat pengajaran Islam di Nusantara. Merupakan kerjaan yang tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia. Untuk mengintensifkan proses Islamisasi, para ulama telah mengarang, pengajaran Islam. Di Kerajaan Malaka juga sudah memiliki perpustakaan yang digunakan sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya dari bahasa Arab ke bahasa Melayu. Banyak ulama dari mancanegara yang datang ke Malaka, seperti : Afghanistan, Malabar, Hindustan, Arab. Kedatangan para ulama dari mancanegara membuat ulama dari Asia Tenggara sendiri tertarik untuk menimba ilmu di Malaka. Misalnya dari Jawa, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Giri. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Malaka, Sunan Bonang dan Sunan Giri kembali ke jawa dan mendirikan lembaga pendidikan Islam di daerahnya masing-masing.
Aceh
Sultan yang terkenal adalah Sultan Iskandar Muda, ialah raja yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Ia juga pelopor pendirian Masjid Baiturrahman, dan memanggil penasihat Hamzah Al Fanzuri dan Syamsuddin As Sumatrani.Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Gowa di Sulawesi Selatan pernsh menuntut ilmu di Aceh Darussalam sebelum melanjutkan ke Mekkah. Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili, muncul ulama Minangkabau Syekh Burhanudin Ulakan (Minangkabau), Syekh Abdul Muhyi al Garuti (Jawa Barat).
Banten
kalinya pada 1596 dan menyaksikan bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang berasal dari Mekkah”. Kerajaan Banten adalah salah satu dari tiga kerajaan yang sudah terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia.
Palembang
Di Palembang, istana (keraton) juga difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama. Banyak Sultan Palembang yang mendorong perkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan Ahmad Najamuddin I (1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin (1774-1804). Pada masa pemerintahan mereka, telah muncul banyak ilmuwan asal Palembang yang produktif melahirkan karyakarya ilmiah keagamaan: ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan al-Qur’an. Perhatian sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam tercermin pada keberadaan perpustakaan keraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan rapi.
PERKEMBANGAN ILMU
Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam telah berhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat luas. Dua hal yang mempercepat berkembangnya hal tersebut ialah penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai lingua franca.
Pada zaman dahulu biasanya masyarakat yang ingin belajar ilmu agama datang ke rumah kediaman para ulama. Khususnya sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttab di
http://shirunomi.blogspot.co.id/2015/05/terbentuknya-jaringan-keilmuan-di_2.html
http://belajar-sejarahku.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-terbentuknya-jaringan-keilmuan.html