• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA 1.do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA 1.do"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA

Disusun oleh:

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

MANAJEMEN PASTURA

PENGENALAN TRAKTOR

Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang mempunyai daya penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros roda yang dirancang untuk menarik serta menggerakkan alat/ mesin pertanian. Atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu traktor besar, traktor mni, dan traktor tangan (Rizaldi, 2006)

Traktor dimaksudkan untuk menyediakan fungsi transportasi bagi pergerakan material dan kemampuan lapangan kerja untuk daya dan mendorong mesin pertanian.dalam modus transportasi, traktor diperlukan untuk beroperasi dengan konsep relatif rendah di atas berbagai kecepatan operasi. Untuk kerja lapangan, traktor ini sering digunakan untuk tugas yang membutuhkan kekuatan tarik yang tinggi pada kecepatan 4-12 km per jam. Jadi traktor harus antar muka dengan menerapkan dalam meberikan parameter operasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan kinerja untuk kedua fungsi transportasi dan lapangan kerja (Alcock, 2000).

Pada praktikum acara pengenalan traktor, traktor yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu oleh asisten. Sebelum mencoba menjalankan traktor, asisten menerangkan terlebih dahulu jenis-jenis traktor dan bagian-bagiannya. Traktor yang telah tersedia kemudian dijalankan oleh praktikan dengan bimbingan asisten agar lebih memahami cara kerja traktor.

(3)

atau R). Untuk menarik implemen, jangan menggunakan gigi tinggi, agar operator tidak perlu lari

Pada penggunaan traktor mobil cara menghidupkanya mesin terutama bahan bakar, pelumas dan air radiator diperiksa, sehingga yakin dalam kondisi siap dioperasikan, kemudian naik dari sebelah kiri traktor. Kondisikan duduk pada jok untuk menjaga keselamatan, dan kondisikan tuas perseneling dalam posisi netral, rangkaikan pedal rem kiri dan kanan menjadi satu. Pemijar panas beberapa saat ditekan, baru mesin dihidupkan dengan menggunakan starter.Gas diperbesar untuk jalanya traktor sesuai keinginan.Pada saat mengganti gigi dengan langah traktor dihentikan kemudian posisi gigi dipindah sesuian keinginan, dan traktor dijalankan kembali.Pada saat traktor dibelokan gas dikecilkan, biarkan setengah badan traktor melewati tikungan dan traktor mulai dijalankan kembali.

Praktikan saat melakukan praktikum diberikan pengarahan oleh asisten pengetahuan mengenai komponen-komponen yang ada pada traktor beserta fungsi setiap komponen tersebut. Pengetahuan mengenai traktor dapat membantu dalam memutuskan penggunaan jenis traktor pada suatu lahan agar dapat mengefisiensikan pengeluaran dan tenaga.Pada skala industri penggunaan traktor sangat berpengaruh terhadap hasil produk dari perusahaan, karena cara kerja traktor sudah meliputi penggemburan tanah, penyebaran benih, dan pemanenan. Semakin lama jenis dan teknologi traktor akan semakin maju dan berkembang, oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang definisi, jenis, dan cara kerja traktor.

UJI TETRAZOLIUM

(4)

Pada praktikum ini praktikan dikenalkan cara menguji viabilitas biji (daya tumbuh). Biji yang diuji daya perkecambahannya yaitu biji kacang panjang (Vigna sinensis), kacang tanah (Arachis hypogea), kacang hijau (Phaseolus radiatus), dan kacang kedelai (Glycine max). Biji yang akan diuji daya perkecambahannya, dipilih biji yang baik, tidak rusak kemudian diletakkan dalam kain kasa, dibungkus dan diikat dengan tali rafia. Terdapat dua perlakuan yang dilakukan saat praktikum, yaitu biji direndam dengan air panas dan tanpa direndam dengan air panas. Biji yang telah direndam dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah dilapisi dengan alumunium foil lalu direndam dalam larutan tetrazolium selama 15 menit. Biji diangkat dari rendaman kemudian dibelah dengan pinset untuk dilakukan pengamatan.

Biji yang direndam dalam larutan tetrazolium pada prinsipnya akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah apanila sel biji kondisi hidup, sedangkan sel biji yang mati akan berwarna putih. Kriteria pewarnaan dalam uji tetrazolium antara lain adalah merah cerah menunjukkan bahwa jaringan hidup atau benih viable. Merah muda menunjukkan bahwa jaringan atau viabilitas sudah lemah. Merah tua menunjukkan jaringan rusak dan tidak berwarna menunjukkan jaringan sudah mati.

(5)

PENANAMAN DAN PEMUPUKAN

Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi. Jarak tanam berpengaruh terhadap populasi tanaman per satuan luas dan koefisien penggunaan cahaya, air dan zat hara, yang akan mempengaruhi hasil maupun produksi tanaman tersebut. Produksi yang tinggi akan dicapai apabila populasi tanaman tinggi di awal pertumbuhannya, tetapi akhir penampilan masing-masing individu tanaman akan berbeda karena terjadi persaingan untuk faktor tumbuh lainnya. Jumlah anakan untuk tiap rumpun akan rendah dengan meningkatnya populasi tanaman. Jarak tanam juga mampengaruhi tanaman per satuan luas (Suyitman, 2003).

Pemupukan adalah suatu tindakan untuk memperbaiki dan mampertahankan kesuburan tanah dan merupakan komponen penting dalam pengadaan pakan hijauan makanan ternak. Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk merubah keadaan fisik, kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman.

(6)

setiaphari. Pertumbuhan dan perkembangan jagung diamati meliputi jumlah daun dan tinggi tanaman.

Pupuk yang digunakan saat praktikum adalah pupuk cair (anorganik) dan pupuk kompos (organik) dengan dosis yang ditentukan untuk tiap petak. Pemupukan dilakukan secara rutin tiap minggu. Menurut Maruapey (2011), pemberian pupuk merupakan hal yang penting dalam peningkatan produksi. Selain dapat meningkatkan hasil panen jagung secara kuantitatif juga dapat meningkatkan kualitas tanaman jagung. Pemberian pupuk kandang dan pengaturan jarak tanam merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil jagung manis, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masing-masing faktor dalam mempengaruhi komponen pertumbuhan, komponen hasil dan kemampuan tanaman bersaing dengan gulma. Dongoran (2009) menyatakan bahan organik sangat berperan pada pembentukan struktur tanah yang baik dan stabil. Pemberian bahan organik juga berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah. Yasyifun (2008) menyatakan penambahan bahan organik akan meningkatkan pH tanah masam dan menurunkan pH tanah alkalis. Jagung mampu tumbuh dengan baik pada kemasaman tanah (pH) 5,6 sampai 7,2. Tingkat kemasaman (pH) tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan akar, mikrobia tanah, memacu pelapukan batu, dan melepaskan beberapa unsur hara seperti K+, Ca2+, Mg2+, dan Mn2+. Pemberian bahan organik yang berupa kompos mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah selain meningkatkan pH tanah karena kompos mengandung sebagian unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Tirtoutomo et al. (1991) menyatakan bahwa pemupukan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

(7)

Side land placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk pada salah satu sisi atau sisi tanaman, masing-masing dengan jarak 5 cm dari tempat benih atau tempat tumbuh tanaman dengan kedalaman sekitar 2,5-5 cm.

In the row placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk pada lubang-lubang atau sepanjang larikan dimana benih-benih akan ditanam.

Top dressed placement. Metode ini dilakukan dengan cara pupuk yang akan digunakan ditempatkan diatas permukaan tanah disekitar tempat tumbuh tanaman. Biasanya dalam penempatan pupuk diatas atau di sisi tanaman sebelumnya tanah dikeruk sedikit agar penempatan pupuk berlangsung baik, kemudian ditutup agar tidak tercuci atau terangkat air hujan. Oleh karena itu pemupukan sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan dan minggu pertama sesudah musim hujan.

PENGUKURAN PRODUKSI VISUAL

(8)

ubinan tersebut selanjutnya pengukuran tersebut dapat dilakukan pada tempat yang berbeda.

Praktikan melalukan pengukuran pengukuran produksi visual Pengukuran produksi secara visual dimulai dengan penafsiran produk rumput padang penggembalaan atau fodder. Cara penafsiran yang dilakukan adalah dengan memperkirakan produksi hijauan per m2 dengan menggunakan kolom sampling (kolom ubinan). Yang sebelumnya telah ditentukan berat satu ikat rumput yang akan ditafsir. Penafsiran yang dilakukan kemudian dibandingkan dengan pengukuran sebenarnya. Metode yang digunakan untuk pengukuran produksi visual yaitu dengan metode ubinan. Ubinan seluas 1 m x 1 m dilempar secara acak pada padang hijauan. Hijauan yang berada dalam ubinan dipotong dengan sabit lalu ditimbang. Kemudian rumput dipisahkan dari legume dan gulma lalu ditimbang. Pengukuran produksi visual sangat ditentukan oleh kemampuan individu dalam menafsirkan berat hijauan yang mendekati berat yang sebenarnya. Hal ini mempengaruhi besarnya persen kesalahan tiap tafsiran praktikan.

Pengukuran produksi visual lahan bertujuan untuk mengestimasi kuantitas pakan yang dihasilkan berkenaan dengan jumlah ternak yang mampu dipenuhi kebutuhannya dari lahan yang diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lahan antara lain faktor pengolahan lahan yang kurang intensif, sehingga kesuburan tanah rendah (Soetrisna, 2002). Menurut Reksohadiprojo (1994), produksi padang penggembalaan dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah dan pengolahan lahan.

PENGUKURAN PRODUKSI LAHAN

(9)

dinyatakan sebagai produksi dari bagian tanaman yang dapat dipanen (Reksohadiprodjo, 1998).

Kegiatan pengukuran produksi lahan yang dilakukan oleh praktikan pemotongan rumput setaria lampungensis seluas 1 m2 di kebun HMTP. Hasil setaria lampungensis dipotong-potong menjadi bentuk yang lebih kecil dengan menggunakan arit. Potongan setaria lampungensis yang sudah kecil tersebut ditimbang sebagai berat sampel kurang lebih 300 gram dan dimasukkan ke dalam kertas koran yang sudah diketahui beratnya. Sampel dan koran dikeringkan dengan menggunakan oven 55°C. Berat udara sampel kemudian ditimbang dan dihitung nilai KA1 dan DW.Sampel yang telah dikeringkan tersebut kemudian digiling dengan menggunakan alat Willey-Mill.Sampel yang telah digiling tersebut, kemudian dilakukan analisis bahan kering.Setelah analisis bahan kering dilakukan dan diketahui, nilai DM rata-rata dimasukkan ke dalam perhitungan carrying capacity untuk diketahui jumlah kapasitas tampung dan produksi lahan yang digunakan.

Saat penimbangan awal, rata-rata kadar air total rumput Setaria lampungensis yang relatif tinggi dapat dipengaruhi oleh spesies tanaman, umur tanaman, bagian dari tanaman, jenis tanah, kesuburan tanah, dan pemupukan. Kadar air lebih tinggi pada tanaman yang muda daripada tanaman yang tua. Faktor yang mempengaruhi angka carrying capacity antara lain jenis ternak yang dipelihara, jenis hijauan yang ditanam pada pastura, nilai nutrisi yang terkandung dalam hijauan dan yang dibutuhkan oleh ternak, dan tipe grazing.

(10)

kemarau kandungan air dalam tanah menurun berakibat turunnya produksi rumput. Curah hujan yang berlebihan akan berdampak negatif (buruk) yang dapat mempengaruhi produksi rumput. Kandungan air yang terlalu banyak dapat menimbukkan kejenuhan akar yang akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan rumput. Drainase tanah harus diperhatikan yaitu dengan cara genangan air segera dialirkan serta pemupukan perlu dilakukan agar produktivitas setaria lampungensis tinggi (Kushartono, 2001).

DEFOLIASI

Defoliasi adalah proses pemotongan tanaman hijauan saat tinggi tanaman 1 sampai 1,5 m. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman setelah defoliasi. Proses pemotongan atau defoliasi dilakukan saat tanaman sudah berada pada akhir pertumbuhan namun belum memasuki masa berbunga. Pemotongan pada fase ini dipilih karena nutrien pada tanaman masih cukup tinggi, belum banyak yang masuk fase generative, memiliki kandungan serat yang belum begitu tinggi dan palatabilitas baik.

Tanaman yang digunakan dalam praktikum adalah rumput yang berada di kebun koleksi Laboratorium Hijau Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Praktikan melakukan defoliasi dengan cara membuat ubinan dengan rafia yang berukuran 1 x 1 m2 kemudian dipotong menggunakan sabit. Bagian tanaman rumput yang dipotong berada tiga ruas dari atas tanah. hasil defoliasi diamati perubahannya berupa pertambahan jumlah tunas dan pertambahan tinggi tunas terpanjang selama 21 hari. Rumput yang telah dipotong selanjutnya digunakan untuk praktikum produksi lahan.

(11)

mengganggu pertumbuhan kembali dan jika terlalu tinggi maka sisa batang akan mengayu.

Defoliasi dapat bersifat produktif atau destruktif. Terdapat beberapa bagian dimana tanaman dapat tumbuh (akar, daun, kulmus, rhizoma, stolon dan crown) tetapi pertumbuhan kembali daun paling penting bagi pertumbuhan kembali yang efisien setelah defoliasi. Agar pertumbuhan kembali setelah defoliasi optimal maka harus terdapat pembelahan dan ekspansi sel pada sistem-sistem meristem tanaman. Pertumbuhan kembali setelah defoliasi tergantung kepada sistem-sistem meristem yang produktif (Soetrisno et al., 2008).

Pemangkasan (defoliasi) berat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah, menghambat terbentuknya tunas baru, terkurasnya cadangan makanan. Tinggi pemangkasan 20 cm memungkinkan penetrasi cahaya matahari lebih besar dan cepat sehingga laju fotosintesis meningkat dan menghasilkan fotosintat sebagai sumber energi pembentukan vegetatif seperti pertambahan jumlah anakan.

SILASE

Silase adalah bahan pakan hijauan yang telah mengalami proses fermentasi terkontrol yang berkadar air tinggi (65-70%). Tujuan pembuatan silase antara lain agar hijauan makanan ternak yang didapatkan masih bermutu tinggi dan tahan lama serta dapat diberikan pada ternak saat musim kemarau yang panjang. Menampung kelebihan produksi hijauan pakan ternak atau memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik, tetapi belum dipergunakan.

(12)

dalam plastik. Selanjutnya dilakukan pemeraman silase selama 21 hari dan diamati prosesnya. Bahan baku silase yan dimasukkan ke dalam plastik dipadatkan, ditekan dan divakum sampai padat dan tidak ada sisa udara bertujuan agar tidak menimbulkan jamur yang dapat menghasilkan asam butirat sehingga bakan baku dapat membusuk

Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap kualitas silase, dilakukan dengan mengeluarkan hasil silase dan dicek tekstur, warna, bau, dan pH serta ada tidaknya jamur pada hasil silase pada sampel rumput yang berbeda-beda. Secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu tekstur masih jelas seperti alamnya, tidak lembek, tidak menggumpal dan tidak berlendir. Warna silase mendekati warna aslinya, tidak dikehendaki warna silase coklat sampai hitam. Bau silase asam tetapi segar dan enak.Bau asam yang dihasikan oleh silase disebabkan dalam proses pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam organik. Proses ensilase terjadi apabila oksigen telah habis dipakai, pernapasan tanaman akan berhenti dan suasana menjadi anaerob.

Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga. Fase pertumbuhan tanaman pada waktu pembuatan silase

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alcock, R. 2000. Tractor – Implement Systems. AVI Publishing Co., Inc. Connecticut. London

Dongoran, Doddy. 2009. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF dan Pupuk Kandang Ayam. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Elzinga, C L., D. W. Salzer, and J. W.Willoughby. 2004. Measuring and Monitoring Plant Populations. U.S. Department of the Interior Bureau of Land Management.

Maruapey, A. 2011. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Gulma Dan Hasil Jagung Manis. Seminar Nasional Serealia. Sorong.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi Cetakan ke-3. BPFE. Yogyakarta.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan.DEpartemen Teknologi Pertanian. USU Medan. Medan.

Soetrisno, Djoko., Bambang Suhartanto, Nafiatul Umami. Nilo Suseno. 2008. Ilmu Hijauan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soetrisno, R.D. 2002. Potensi Tanaman Pakan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Faklutas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Suyitman, dkk. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas. 2003.

Syarifuddin, N. A. 2009. Karakteristik Dan Persentase Keberhasilan Silase Rumput Gajah Pada Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. http://www. google.com

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat efisiensi penggunaan input produksi (luas lahan,.. jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan dan karakteristik lahan yang berpengaruh terhadap produksi dan kualitas biji kakao pada dua lokasi

Perkembangan positif dari hasil produksi dan penjualan membawa konsekuensi pada meningkatnya kebutuhan modal kerja, namun untuk mengetahui berapa jumlah modal kerja

Material Requirements Planning MRP adalah suatu sistem yang dapat membantu pelaku usaha mengetahui bahan yang dibutuhkan untuk produksi, menghitung jumlah, dan menentukan waktu