• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Ternak Babi 1 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Ternak Babi 1 (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI TERNAK BABI

DI INDONESIA

LOU AYY ALZAMAKHSYARI

D14154001

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak babi dikenal sebagai salah satu spesies yang dapat berkembang biak dengan cepat, mampu memanfaatkan hampir segala jenis sumber pakan serta memiliki nilai produksi yang relatif tinggi di pasaran dalam negeri maupun luar negeri. Ditinjau dari sudut teknik dan ekonomik bahwa usaha ternak babi tidak memiliki kendala yang berarti. Namun demikian, perlu pertimbangan faktor dukungan sosial bahwa sebagian besar penduduk di Indonesia mayoritas beragama Islam. Perlu diperhatikannya pengembangan usaha ternak babi dilakukan pada daerah non muslim.

Jumlah warga negara Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah 237 641 326 orang dan 29 568 464 orang diantaranya adalah non-Muslim atau sebesar 12.44% dari total penduduk Indonesia (BPS 2014). Data jumlah penduduk Indonesia terutama non-Muslim menunjukkan tingkat kemungkinan untuk konsumsi daging babi cukup besar. Produksi ternak babi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap beberapa faktor yaitu, faktor sosial, budaya, dan agama. Faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor agama. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim sehingga menimbulkan beberapa kontradiksi dalam pengembangan peternakan babi di Indonesia. Demi menjawab hal tersebut perlu dilakukannya analisis jumlah populasi ternak babi, data konsumsi serta analisis dalam hal sosial, budaya, dan agama di Indonesia tentang ternak babi untuk memberikan solusi.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan laporan responsi ini adalah untuk mengetahui perkembangan jumlah populasi ternak babi yang ada di Indonesia dan dunia, jumlah pemotongan ternak babi, jumlah konsumsi daging babi. Tujuan lain dalam pembuatan laporan ini adalah untuk menganalisis data tersebut dan dituangkan ke dalam simpulan.

2 METODE

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Responsi produksi ternak babi dan kuda dilakukan pada hari Rabu, 2 September 2015. Pelaksanaan responsi dilakukan di RK C11 dan C12D, gedung fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Metode Pelaksanaan

(3)

budaya dan sosial. Metode yang dilakukan berikutnya adalah menganalisis data tersebut dan diberikan simpulan.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ternak babi merupakan salah satu komoditi yang memiliki kesempatan untuk berkembang di Indonesia. Memperhatikan hal tersebut perlunya menganalisis jumlah populasi ternak babi yang ada di Indonesia dan dunia, jumlah pemotongan ternak babi di Indonesia, jumlah pemotongan populasi ternak babi di Indonesia

3.1 Jumlah Populasi Ternak Babi di Indonesia

Menurut Badan Pusat Statistik (2014), jumlah ternak babi terbanyak di beberapa provinsi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah populasi ternak babi di beberapa provinsi di Indonesia

Provinsi Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Nusa Tenggara

Timur 1 724 591 1 669 705 1 697 252 1 751 805 1 755 058 Sumatra Utara 660 662 749 354 866 207 978 717 989 120

Bali 922 947 922 739 890 598 852 319 862 750

Bengkulu 4 511 4 775 5 208 5 543 6 184

DKI Jakarta - - - -

-Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Data tersebut menjelaskan beberapa provinsi di Indonesia memiliki jumlah populasi ternak babi yang cukup banyak. Provinsi dengan jumlah populasi ternak babi cukup stabil adalah Nusa tenggara Timur. Data tersebut juga menunjukkan jumlah populasi di Provinsi DKI Jakarta tidak terdapat populasi ternak babi. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa keadaan di Provinsi DKI Jakarta diantaranya adalah keadaan sosial, budaya, dan agama. Data pemotongan ternak babi yang dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah pemotongan ternak babi di RPH menurut provinsi

No Provinsi 2010 2011Tahun2012 2013

1 Nusa Tenggara Timur 21 511 24 349 35 059 14 259

2 Sumatra Utara 149 116 144 119 66 488 70 419

3 Bali 224 903 281 183 259 717 106 355

4 Bengkulu - - 68 0

5 DKI Jakarta 198 892 163 059 154 392 157 265

(4)

Tabel 2 menjelaskan bahwa data tersebut berbanding terbalik dengan Tabel 1. Provinsi DKI Jakarta seyogyanya tidak memiliki peternakan babi di wilayahnya, hal tersebut digambarkan dengan kosongnya angka pada Tabel 1 untuk baris Provinsi DKI Jakarta. Pada Tabel 2 Provinsi DKI Jakarta sendiri memiliki angka yang cukup tinggi dalam hal pemotongan ternak babi di RPH. Memahami hal tersebut DKI Jakarta memiliki kebutuhan konsumsi terhadap daging babi dengan melakukan pengiriman dari wilayah lain Indonesia.

3.2 Jumlah Populasi dan Produksi Ternak Babi

Menurut Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan (2014), jumlah populasi dan produksi ternak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah populasi dan produksi ternak di Indonesia

Jenis

Sapi potong 14 726.88 15 494.17 5.21

Kambing 18 639.53 18 879.60 1.29

Domba 16 091.84 16 509.33 2.59

Babi 7 694.13 8 043.79 4.54

II. Produksi Daging (000

Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) Keterangan: *) Angka sementara

Data pada tabel tersebut menjelaskan jumlah populasi ternak babi memiliki tingkat persentase yang cukup tinggi dari tahun 2015 terhadap tahun 2014 sebanyak 4.54 %, angka tersebut berada di urutan kedua di bawah populasi ternak sapi potong. Hal tersebut dapat diartikan populasi ternak babi juga memiliki kesempatan akan terus bertambah setiap tahunnya. Produksi daging babi juga berada pada persentase 5.57%, angka tersebut berada di urutan pertama mengalahkan produksi daging sapi di dalam negri. Hal tersebut merupakan potensi yang cukup baik dalam mengembangkan usaha peternakan di dalam negri ini, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negri tetapi dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor ke luar negri.

(5)

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Pertanian (2012), jumlah konsumsi daging di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data konsumsi daging babi

Uraian

- Daging babi 0.005 0.004 0.005 0.006 0.005 1.25

Konsumsi setahun (kg/kapita/tahun):

- Daging babi 0.261 0.209 0.210 0.211 0.261 1.25

Sumber: Pusar Data dan Informasi Kementrian Pertanian (2012)

Menurut Tabel 3, data konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging babi masih cukup rendah, hal tersebut dapat di analisis dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menganut agama Islam. Menanggapi konsumsi daging babi di Indonesia yang cukup rendah dapat diberikan beberapa solusi diantaranya adalah melakukan ekspor daging babi ke luar negri untuk menyeimbangkan produksi ternak babi yang ada di dalam negeri, sehingga memberikan pendapatan kepada peternak dan kepada negara.

3.4 Analisis Sosial, Budaya, dan Agama Terhadap Ternak Babi

Faktor sosial, budaya, dan agama merupakan beberapa faktor yang menjadi sedikit kendala dalam pengembangan peternakan babi di Indonesia. Faktor sosial yang dihadapi oleh masyarakat bahwa ternak babi merupakan ternak yang kotor dan jorok, sehingga menciptakan opini masyarakat untuk menolak pembangunan peternakan babi di daerahnya. Faktor budaya dapat digambarkan sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan oleh masyarakat Indonesia. Setiap provinsi di Indonesia memiliki budayanya masing-masing, beberapa daerah yang mendukung berkembangnya peternakan babi diantaranya adalah Nusa Tenggara Timur, Sumatra Utara, Bali, dan Papua. Daerah tersebut memiliki budaya yang menggunakan ternak babi sebagai salah satu syarat dalam upacara adatnya.

Faktor agama merupakan faktor yang penulis nilai sebagai kendala yang cukup rumit dalam pengembangan potensi ternak babi di Indonesia, dengan memperhatikan sikap saling menghormati dan menghargai dalam kehidupan beragama tentunya. Hal tersebut dapat dilihat dalam perbedaan jumlah populasi ternak babi pada setiap provinsi. Provinsi yang rata-rata penduduknya menganut agama Islam lebih sedikit memiliki populasi ternak babi dibandingkan dengan provinsi yang yang memiliki penduduk dengan agama non-Muslim.

(6)

Berdasarkan hasil analisis dari seluruh data yang tersedia, potensi ternak babi yang ada di Indonesia dapat dikembangkan dengan memperhatikan faktor sosial, budaya, dan agama yang ada. Hal tersebut diperlukannya dukungan yang kuat dari pemerintah untuk mendukung peternak terutama dalam mengawasi secara baik dan benar dalam penerapannya.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Populasi Ternak Berdasarkan Provinsi di Indonesia, 2000-2014. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor), 2000-2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Gambar

Tabel 2 Jumlah pemotongan ternak babi di RPH menurut provinsi
Tabel 3 Jumlah populasi dan produksi ternak di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

dibutuhkan di SD Negeri Pengilon, mengingat sebelum adanya program manajemen berbasis sekolah semuanya bersifat sentralistik, apa-apa menganut wewenang dari pusat,

Bandawasa sebagai kota kabupaten daerah tingkat II Banda- wasa, Propimi Jawa Timur terletak di jalur jalan antara Kota Besuki dengan Jernber dan antara Jember dengan

• Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan- serta berkaitan satu sama lainnya

Defect /cacat yang terjadi pada tahapan produksi glasir putih pada periode Januari sampai dengan Desember 2017, terjadi pada proses glazing.. Rincian defect yang

Sementara itu, sektor usaha di dalam negeri yang menghasilkan komoditi yang berkinerja tidak lebih baik dibandingkan dengan kinerja sektor yang sama di negara-negara

Hal ini dianalisis menggunakan beberapa indikator seperti Revealed Comparative Advantage (RCA), Comparative Export Performance (CEP) dan Market Share Index (MSI) untuk

Jika jarak celah ke layar 0,5 m, maka jarak antara terang pusat dengan terang pertama pada layar adalah ..... Mobil polisi bergerak dengan kecepatan 20 m.s –1 sambil

Setelah data berhasil dikumpulkan lalu diuji validitas dan reliabilitasnya, maka selanjutnya dengan hasil analisa skor kualitas jasa, menunjukan rata-rata keseluruhan dimensi