• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Ternak Babi 6 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Ternak Babi 6 (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si

Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI,

DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI

LOU AYY ALZAMAKHSYARI

D14154001

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rahasia sukses beternak yaitu dengan membangun segitiga peternakan sama sisi yang sempurna. Sisi alas segitiga tersebut merupakan faktor pertama pilar peternakan yaitu: Bibit, Bibit harus dipilih dari bibit yang baik, bibit yang jelas mutunya, bibit yang tinggi produktivitasnya. Setelah memperoleh bibit yang baik maka bibit tersebut harus dipelihara dengan baik. Sehingga, sisi kaki kanan segitiga tersebut adalah faktor kedua pilar peternakan yaitu: Manajemen, Peternakan harus dikelola dengan baik, disediakan kandang yang baik, lantai yang kering, tempat pakan dan air minum yang memadai, terhindar dari hujan, binatang liar, suara bising, dan terhindar dari tiupan angin langsung. Sisi kiri segitiga tersebut adalah pilar ketiga peternakan yaitu: Pakan. Ternak harus diberi pakan sesuai kebutuhan, mengandung gizi sesuai rekomendasi, pakan tidak tengik, tidak berjamur, bebas dari benda asing seperti plastik, besi, kaca atau sejenisnya yang tidak berguna bagi ternak (Ketaren 2010).

Ternak babi adalah salah satu sumber daging dan merupakan sumber pemenuhan gizi yang sangat efisien sehingga arti ekonomi sebagai ternak potong cukup tinggi. Secara ekonomis ternak babi sangat menguntungkan bila dilihat dari sistem reproduksinya karena babi merupakan hewan prolific (mampu beranak banyak) dan dalam setahun dapat beranak dua kali. Hal ini dapat dicapai dengan reproduksi, manajemen pakan, ketepatan perkawinan, calving interfal, presentase konsepsi, dan perbaikan mutu genetik (Ginting dan Aritonang 1988).

Manajemen memiliki banyak ragamnya pada setiap ternak. Ternak babi memiliki manajemen khusus dalam penanganan induk beranak dan anak yang baru lahir. Dalam meningkatkan produktivitas ternak babi, perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan umurnya. Terlebih untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari, anak babi sangat sensitif dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka kematiannya cukup tinggi, terutama jika pemeliharaannya kurang baik.

1.2Tujuan

Tujuan dari praktikum ini agar mampu menjelaskan tatacara penanganan pada ternak babi khususnya anak babi yang baru lahir yaitu, penanganan pemotongan ekor, identifikasi, kastrasi, dan pemberian zat besi (Fe).

2 METODE

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

(3)

2.2 Metode Kerja

Metode kerja dilakukan dengan mereview hasil materi yang telah diberikan pada saat praktikum. Metode pencarian referensi dan pustaka melalui buku, jurnal, dan internet.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemotongan Ekor Anak Babi (Pigtaildocking)

Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua peternakan babi, maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi yang baru lahir. Panjang ekor yang dipotong dapat dilakukan dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup dengan memotong dua pertiga hingga tiga perempat dari pangkal ekor. Pendarahan akan semakin sedikit terjadi apabila alat yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan dan kebersihan selama melakukan pemotongan ekor di usaha peternakan. Pemotongan ekor juga mempengaruhi efektifitas dalam pertumbuhan ternak babi. Apabila tidak dilakukan pemotongan maka ekor ternak yang digigit oleh ternak lainnya akan terjadi luka, hal tersebut akan mengakibatkan mikroorganisme menyerang pada bagian ternak yang luka sehingga menimbulkan bibit penyakit. Pemotongan ekor dapat dilakukan dengan pisau atau alat modern seperti pigtail electric docking. Proses pemotongan ekor dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 1 Proses pemotongan ekor (pigtaildocking) 3.2 Identifikasi Anak Babi

(4)

3.2.1 Tanda telinga (ear tagging)

Tanda telinga dapat berbentuk seperti anting-anting. Tanda telinga tersebut dapat terbuat dari logam dan plastik. Tanda telinga merupakan bentuk identifikasi yang paling umum digunakan. Anting-anting dilekatkan di telinga dengan tang khusus. Di negara-negara maju, peternak dapat memperoleh anting-anting yang sudah dilengkapi dengan nomor atau kode, namun peternak juga dapat merancangnya sendiri menggunakan tinta khusus. Kelemahan cara ini adalah nomor atau kode agak susah dibaca kecuali ternaknya sangat jinak sehingga mudah didekati.

3.2.2 Sistem kerat (ear notching)

Pemberian tanda dengan sistem kerat ini dilakukan dengan melubangi daun telinga pada bagian tepinya. Hal ini dilakukan pada saat anak babi berumur 5 hari atau bersamaan dengan pemotongan gigi. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat yg di desain khusus untuk sistem kerat. Kelemahan pada sistem kerat adalah telinga anak babi jadi terlihat tidak rapi. Beberapa contoh penomoran dengan ear notching dapat dilihat pada gambar berikut.

178 1569 2745

3.2.3 Cap panas/bakar (hot brands)

Cap panas termasuk metode pemberian tanda (marking) permanen dan mudah dibaca. Namun demikian banyak peternak kurang menyukainya karena cara ini dapat mengubah penampakan ternak, antara lain merusak kulit. Selain itu, cara ini memerlukan peralatan khusus untuk memegang ternak saat pemberian cap panas. Selanjutnya, di beberapa negara cara ini tidak direkomendasikan karena dianggap menyakiti ternak.

3.3 Kastrasi Anak Babi

Kastrasi adalah suatu pengambilan bagian kelamin utama dari pejantan yang dilakukan pada waktu anak babi berumur dua minggu. Pada umur ini, anak babi dengan mudah ditangani. Cekaman dan gangguan pertumbuhan sangat minim, kesempatan luka terkena infeksi sangat kurang karena tempat atau kandang menyusu lebih bersih daripada kandang ternak babi sapihan. Kastrasi anak babi dilakukan terutama untuk mencegah individu tersebut mengawini babi betina lainnya.

(5)

baik. Apabila seekor babi akan dikastrasi, kita tidak hanya harus mempertimbangkan umurnya, tetapi juga kesehatan dan kemampuan dari ternak terhadap kondisi cekaman (stress). Melakukan kastrasi adalah suatu operasi yang sederhana tetapi hal ini dapat menimbulkan bahaya apabila peternak tidak mempertimbangkan kondisi ternak dan lingkungannya.

3.4 Pemberian Zat Besi (Fe)

Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama diketahui secara baik oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi dimana plasenta dan ambing tidak efisien memindahkan mineral tersebut. Penambahan zat besi dapat diberikan baik melalui mulut (oral/cekok) maupun injeksi.

Air susu induk memiliki kandungan zat besi yang rendah dan anak babi yang lahir menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi kebutuhan untuk satu minggu setelah lahir. Ketika lahir, dalam tubuh anak babi mengandung kira-kira 40 – 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak babi mulai menggunakannya segera setelah lahir. Secara rata-rata anak babi membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada minggu pertama setelah lahir, sedangkan air susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg per hari kepada tiap ekor anaknya. Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat besi dan anemia akan timbul setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan anemia dan resiko kematian akibat mencret, radang paru-paru dan penyakit menular lainnya akan meningkat.

Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar kandang atau dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami kaya akan sumber zat besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara selamanya dalam kandang dapat mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi tambahan sebelum cadangan atau simpanan zat besi habis dipergunakan. Penyuntikan zat besi (dan ikatan lain) biasanya dianjurkan diberikan ketika babi berumur tiga hari, tetapi hasil yang memuaskan dapat diperoleh jika anak babi diinjeksi sewaktu-waktu pada minggu pertama setelah lahir. Penyuntikan cairan zat besi dapat mempertahankan hemoglobin pada taraf yang tinggi, tetapi dapat menyebabkan luka pada tempat penyuntikan.

SIMPULAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ginting N dan Aritonang D. 1988. Teknik beternak babi di Indonesia. Jakarta (ID): Rekan AndaSetiawan.

Ketaren P P. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Saputro T. 2015. Metode metode identifikasi pada ternak. [internet] [diunduh

2015 Oktober 19]. Tersedia pada:

http://www.ilmuternak.com/2015/02/metode-metode-identifikasi-pada-ternak.html

Zuhriyah A, 2009. Manajemen kelahiran anak babi yang baru lahir. [internet]

[diunduh 2015 Oktober 11]. Tersedia pada:

Gambar

Gambar 4.

Referensi

Dokumen terkait

Didalam praktikum ini, praktikan melakukan percobaan yang bertujuan untuk menentukan besar nilai koefisien viskositas suatu zat dan pada praktikum ini fluida yang digunakan ada

Pada praktikum yang telah dilakukan didapat kandungan zat aktif dalam simplisia daun ketela pohon berdasarkan metode yang telah dilakukan adalah

Perbedaan hasil praktikum dengan literatur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mana Yuwanta (2004) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi respirasi pada

Prinsip yang berpengaruh pada praktikum ini adalah penetrasi zat warna, yaitu jika sitoplasma terwarnai, maka sel- sel bakteri akan menahan zat warna tersebut dan

Kendala yang dijumpai pada peternakan domba milik Bapak Subandi yaitu pada saat musim kemarau hijauan agak sulit untuk dicari sehingga perlu usaha yang lebih..

Alternatif skala usaha lainnya yang diusulkan pada model pengembangan usaha peternakan domba ini adalah pemeliharaan dengan 12 ekor induk dengan satu ekor pejantan (D JAJANEGARA

Percobaan dimulai dengan kalibrasi alat yang bertujuan agar pembacaan refraktometer berada pada 0% total padatan terlarut, yang selajutnya dilakukan dengan pemotongan

25 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada beberapa percobaan pada Praktikum Hidrolika oleh Kelompok X, diperoleh hasil sebagai berikut :