MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
Manajemen Penggemukan Domba di Peternakan Sumber Makmur Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang
N2
Disusun oleh: Kelompok VD
Farid Afrizal 23010112130210
M. Yusuf Eko S. 23010112130185
Tri Budi Yudawan 23010112140212 Meriana Prasetyo 23010112130219
Siti Zamhariroh 23010112130202
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
No KEADAAN EVALUASI SOLUSI REFERENSI 1. Lokasi Peternakan
a. Alamat:
b. Kemudahan dijangkau c. Ketinggian dari
permukaan laut
d. Curah hujan
e. Suhu - Siang - Malam
f. Kelembaban: - Siang
a. Alamat sesuai tata letak geografis yang sesuai untuk ternak domba.
b. Prasarana mudah untuk di jangkau. c. Daerah dengan
ketinggian 400 m dari permukaan laut memiliki kelembaban dan suhu yang sesuai untuk ternak domba
d. Curah hujan ideal bagi ternak domba karena tidak terlalu tinggi.
e. Suhu tersebut sudah
c. Keadaan ketinggian topografi mempengaruhi temperatur, curah hujan, kelembaban lingkungan, dan dapat mempengaruhi ketersediaan air disuatu lokasi dan kemudahan transportasi (Abidin, 2008). d. e. Suhu udara ideal untuk
peternakan berkisar antara 17oC-26oC, dengan curah hujan 245 mm/ tahun (Susilowati, 2007).
g. Jarak dengan
g. Jarak peternakan terlalu dekat dengan pemukiman warga, sehingga dapat mengganggu
kenyamanan warga sekitar.
h. Jarak tempat pembelian bakalan dekat sehingga mempermudah dalam pembelian pakan. i. Tempat dengan jarak
pemasaran tidak jauh dan tidak dekat (mudah dijangkau)
g. Sebaiknya kandang dibuat dengan jarak yang lebih jauh dari pemukiman warga, minimal 10 m.
h. –
i.-g. Letak kandang dibuat agak jauh dari tempat tinggal pribadi dengan jarak minimal 10 m dari rumah (Mulyono dan Sarwono, 2005).
h.-i. Transportasi sangat penting dalam suatu usaha peternakan untuk memudahkan pemasaran dalam jumlah yang besar, penyediaan bakalan dan bibit ternak, serta pakan yang bagus(Chambers and Grandin, 2001).
2. Identitas/Organisasi Peternakan a. Nama Peternakan
b. Nama Pemilik
c. Tahun berdirinya peternakan
: Sumber Makmur
: Bapak Subandi
a. Nama peternakan memiliki arti yang baik bagi kemajuan usaha peternakan domba milik Bapak Subandi. b. Nama Pemilik Bapak
Subandi.
d. Latar belakang
Undaris ingin memanfaatkan
ilmu yang
dimiliki dengan beternak domba. Awalnya warisan yang dimiliki Pak Subandi masih kurang untuk mendirikan usaha, kemudian Bapak Subandi
mengajukan proposal kepada pemerintah untuk pendirian usaha ternak domba ini. :
-berjalan selama 4 tahun.
d. Gelar sarjana peternakan yang dimiliki Bapak Subandi telah dimanfaatkan dengan baik dengan
e. Seharusnya saat mendirikan suatu usaha dilengkapi dengan perijinan resmi sehingga usaha tersebut sudah diakui secara hukum oleh pemerintah.
d. Sebelum beternak domba perlu persiapan beternak dari kandang ,sistem penggemukan hasil panen,pascapanen dan pemasaran dan penanganan penyakit dan pengendalian hama dana analis usaha yang perlu di gunakan (Harianto, 2012).
f. Modal awal
g. Jumlah ternak awal
h. Jumlah ternak sekarang
: Rp
155.000.000,-: 144 ekor (100 ekor digemukkan dan 44 ekor
h. Jumlah menurun karena kurangnya kontinyuitasusaha.
f. –
g. –
h. Sebaiknya dalam menjalankan usaha
ternak domba dikeluarkan dalam jumlah besar pada awal pemeliharaan (Hadi dan Ilham, 2002).
g. –
h. –
3. Manajemen Perkandangan a. Luas lahan
peternakan
b.Lay out
perkandangan
c. Jenis bangunan yang ada di perkandangan dan jaraknya
: 160 m2 : (lampiran)
: Terbuat dari kayu dan bambu
: Kandang Pangung
a. Lahan untuk kadang sudah cukup untuk jumlah ternak.
b. Ventilasi untuk kandang sangat kurang.
c. Kandang dibuat dari kayu bambu agar lebih ekonomis
a. –
b. Ventilasi kandang perlu ditambah agar tidak sirkulasi udara dalam kandang lebih lancar.
d. Model kandang f. Jumlah kandang
g. Jenis dan luas masing-masing kandang
h. Kapasitas kandang
: kayu
d. Kandang panggung lebih mempermudah dalam membersihkan feses dan menampung urin.
e. Semua bahan yang digunakan sangat tradisional.
f. Kandang yang dimiliki Bapak Subandi ada 1, namun di dalam kandang sudah ada penempatan kandang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak. g. Luas kandang sudah
baik karena dapat memenuhi kebutuhn ternak seperti untuk pemeliharaan.
h. Kapasitas andang mampu menampung sebanyak 160 ekor
d. Kandang panggung memiliki lantai bercelah yang berfungsi memudahkan pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang (Sarwono, 2012).
e. –
f. –
g. –
i. Peralatan kandang
j. Biaya pembuatan
kandang dan
peralatan
a. Cara penempatan ternak dalam yang lepas sapih
ada 144 ekor domba. i. Peralatan yang terdapat
pada kandang sudah memenuhi untuk sanitasi kandang. j. Kandang yang
dibangun untuk ternak domba dari bahan kayudengan biaya
kandang yang
dikeluarkan oleh Bapak Subandi yaitu
sebesar Rp
15.000.000,-.
k. Penempatan ternak sudah baik karena sudah digolongkan menurut kebutuhan fisiologis dan biologis.
i. –
j. –
i. –
j. Jika dalam suatu unit kandang dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda, maka harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa ruang kandang (Rismayanti, 2010). k. –
4 Manajemen Pemeliharaan a. Sistem
a. Pemeliharaan intensif cocok untuk usaha peternakan yang lahannya terbatas.
b. Lama pemeliharaan terngantung situasi pasar dan keuangan peternak, apabila harganya bagus atau
a. Perlu manajemen pemeliharaan yang terpadu, supaya perawatan khusus pada tiap fase
a. Perawatan domba yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas yang optimal (Rismayanti, 2010).
c. Jenis-jenis perawatan yang dilakukan terhadap ternak sesuai dengan status
fisiologisnya : ada
peternak sedang butuh uang, maka ternak baru dijual.
c. Perawatan fisiologis pada domba induk bunting dipisahkan dari pejantan agar tidak terganggu, untuk induk partus danpasca partus di pisahkan ke tempat terpisah agar mudah dalam melahirkan dan menyusui anaknya, sedangkan anak lepas sapih dipisahkan dari induknya ke flock yang lain.
fisiologis ternak dengan
memperhatikan efisien tidaknya perawatan yang akan dilakukan.
c. Untuk hasil lebih optimal, perlu perawatan khusus pada tiap fase fisiologis ternak dengan
memperhatikan efisien tidaknya perawatan yang akan dilakukan.
c. Setelah memastikan bahwa induk telah bunting, maka pejantan disarankan dikeluarkan dari kandang induk. Pejantan yang terus bercampur dengan induk dapat mengalami penurunan libido atau agresivitas terhadap betina estrus (Ginting, 2009).
5 Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan a. Kriteria Pemilihan
ternak
b. Bangsa ternak
: sehat, lincah, mata bersinar, kulit halus
: domba ekor gemuk
a. Bapak Subandi memilih bakalan
domba untuk
digemukkan sudah baik dengan syarat domba yang sehat, lincah, kulit bersih dan halus, dan mata bersinar.
b. Pemilihan bangsa
a. Pemilihan bakalan
domba untuk
penggemukan harus melihat beberapa kriteria seperti gen yang dimiliki, kesehatan ternak, pertumbuhan berat badan ternak.
b. –
a. Pemilihan bakalan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan dan produksinya, selain itu dapat dilihat dari mutu genetik yang dimiliki domba (Sodiq dan Abidin, 2008).
c. Asal ternak
d. Umur
e. BB awal
f. Harga ternak hidup
: Sumowono
: 7 bulan
: 15 kg
: Rp
700.000,-ternak untuk
penggemukan domba yaitu ekor gemuk. c. Asal ternak tersebut
dari Sumowono karena di Sumowono terdapat dengan bobot badan 15 kg dan harga bakalan berumur kurang dari 1 tahun, karena pada umur dibawah 1 tahun ternak dapat tumbuh
6 Manajemen Pakan
a. Jenis pakan : rumput lapang a. Manajemen pakan
b. Harga pakan
c. Asal pakan
d. Kandungan nutrisi pakan:
- PK - SK - Mineral - TDN
e. Ketersediaan pakan :
-: lahan sendiri
: 2,35% :3,6% :0,3% :56%
: selalu ada
Bapak Subandi hanya menggunakan hijauan sebagai pakan domba.
b. Bapak Subandi tidak memiliki pengeluaran untuk pakan.
c. Pakan dari lahan sendiri.
d. Kandungan pakan yang diberikan masih kgBS dan 0,3066 kgBS. e. Ketersediaan pakan sudah bagus karena selalu ada walaupun pada musim kemarau pakan agak sulit untuk dicari.
campuran dengan ransum agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi domba.
b. –
c. –
d. Penggunaan ransum dibutuhkan untuk menutupi kekuragan PK.
e. Agar tidak
kekurangan pakan pada saat musim kemarau dapat melakukan
pengolahan hijauan seperti dikeringkan (hay) dan silase.
berpangkal pada pemberian pakan yang memadai seperti pemberian ransum (Sudarmono dan Sugeng, 2011).
b. –
c. –
d. –
f. Jumlah pemberian pakan
g. Cara pemberian
h. Frekuensi pemberian i. Sisa pakan
j. Jumlah pemberian air minum
k. Sisa air minum
:3 kg/hari : pagi dan sore
: 2 kali :
-: adlibitum
:
-f. Pemberian pakan terlalu sedikit
g. Pakan diberikan pada waktu pagi dan sore. h. Pakan diberikan
sebanyak 2 kali sehari.
i. Tidak terdapat sisa pakan.
j. Pemberian air secara
addlibitum sudah baik karena dengan pemberian addlibitum ternak tidak akan kekurangan air.
k. Tidak air yang tersisa
dari jumlah dilakuakan dengan membuat hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi), dan awetan hijauan (silase) digemukkan (Budiman, 2006).
k. –
7 Manajemen Pencegahan dan Pengobatan Penyakit:
a. Jenis Penyakit : kembung a. Ternak domba sering terjadi kembung karena pakan hijauan yang
a. Peternak harusnya memberikan hijauan yang berumur tidak
b. Gejala Penyakit
c. Penanganan
: perut ternak menjadi besar
: diberi pakan rumput yang tidak terlalu muda
setelah panen langsung diberikan.
b. Gejala kembung ini
ditandai oleh
membesarnya perut ternak, dan apabila
ditepuk akan
menghasilkan suara “bung-bung”.
c. Cara penanganan ternak yaitu peternak hanya memberikan pakan yang berupa hijauan.
terlalu muda, karena
hijauan muda
mengandung kadar air yang masih tinggi b. Peternak harus
mengenali gejala-gejala penyakit seperti dalam hal ini contohnya kembung, agar segera dapat diatasi
c.
b. Gejala yang muncul pada domba yang kembung yaitu membesarnya lambung sebelah kiri dan bil ditepak-tepak akan mengeluarkan bunyi seperti drum (Purbowati, 2009).
c. Kembung pada domba diatasi dengan antibiotik seperti penicillin, atau jika sudah kritis diobati dengan menusukkan jarum ke bagian perut yang kembung (Iarianto, 2012). 8 Manajemen Pengolahan Limbah
a. Jenis limbah
b. Penanganan
: padat dan cair a. Ternak menghasilkan produk akhir atau yang disebut limbah.
Limbah yang
dihasilkan ternak yaitu limbah cair yang berupa urin dan limbah padat yang berupa
seharusnya diolah sehingga tidak menimbulkan polusi. Pengolahan limbah padat dapat dijadikan pupuk sedangkan limbah cair dapat diolah dengan fermentasi.
b. –
a. –
limbah
c. Cara pengolahan
d. Waktu pengolahan
: pengolahan limbah padat dan cair
: Limbah cair berupa urin diolah dengan cara fermentasi
: 1 bulan
b. Penangan limbah pada peternakan domba milik Bapak Subandi sudah baik.
c. Pengolahan limbah padat digunakan dengan cara fermentasi yang diperam selama 1 bulan.
c. –
d. –
pengolahan kotoran hewan feses dan urin menjadi biogas, pupuk cair, dan pupuk kandang (Abdullah et al, 2012). Limbah feses juga dapat digunakan untuk memupuk tanah (Ali et al, 2012).
c. –
d. –
9 Manajemen Tenaga Kerja a. Kriteria
a. Kriteria untuk penerimaan tenaga kerja kurang spesifik.
b. Pemilihan tenaga kerja yang dipilih sudah baik yaitu berjenis kelamin laki-laki dengan umur yang relatif masih
a. Kriteria untuk tenaga kerja sebaiknya ditambah dengan pengetahuan orang tersebut tentang usaha peternakan. b.–
a. Demi mendapatkan tenaga kerja yang baik haruslah memiliki syarat-syarat seperti mengetahui kejujuran, memiliki keahlian, dan pekerja keras (Wibowo, 2008).
c. Jumlah tenaga kerja
d. Tugas dan
wewenang tenaga kerja
e. Jadwal kerja
: 2 orang
: mencari rumput
: pukul 08.00-16.00 (waktu istrahat pukul 11.00-13.00),
muda agar dapat melakukan pekerjaan seperti mencari rumput lapang.
c. Jumlah tenaga kerja 2 orang untuk 70 ekor sapi kurang efisien.
d. Selain pencari rumput, sebaiknya peternak menambah pekerja lagi untuk membantu tugas yang lain agar tidak terlalu berat.
e. Penggunaan waktu jam kerja sudah baik karena tenaga kerja
c. Jumlah tenaga kerja sebaiknya ditambah.
d.Selain pencari rumput, peternak bisa mencari pekerja lagi
misal untuk
membantu sanitasi atau pembuatan pupuk.
e. –
jenis kelamin (Abidin, 2008).
c. Untuk menentukan jumlah tenaga kerja dibutuhkan data mengenai sasaran pekerjaan yang perlu dicapai secara total dan kemampuan karyawan emncapai sasaran (Istijanto, 2005). Menurut Rohani et al.
(2011) Penggunaan tenaga kerja perlu memperhatikan jumlah, sumber dan upah tenaga kerja yang digunakan. Jumlah tenaga kerja sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha karena akan berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan.
d. Jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan jenis kegiatan yang ada dalam usaha
f. Gaji pekerja
6 jam waktu kerja.
: Rp 30.000/hari
hanya memiliki tugas untuk mencari rumput. f. Menurut referensi
diperoleh pendapatan dalam sebesar Rp diberikan pada pekerja kurang dari upah minimum.
f. Sebaiknya gaji pekerja ditambah Rp
1.843,- agar
pendapatan yang diterima setara dengan UMR.
f. UMR kabupaten Semarang Rp 1.423.500,-/bulan untuk 8 jam kerja per hari dan 26 hari kerja.
10 Manajemen Pemasaran a. Bentuk produk
yang dipasarkan
b. Tempat pemasaran
: ternak hidup
: pasar hewan atau
langsung di
peternakan
a. Penjualan ternak dalam produk ternak hidup sudak baik karena peternakan ini menjual ternaknya untuk acara-acara tertentu seperti idul adha.
c. Cara pemasaran
d. Kesulitan pemasaran
e. Alat pemasaran
: melalui belantik
:
-: pick up
c. Tempat pemasaran sudah baik karena tergolong dekat dengan kandang sehingga dapat mengurangi faktor penyusutan bobot badan selama perjalanan karena mengalami cekaman (stress).
d. Tidak ditemui kesulitan saat
e. Pemasaran produk dengan menggunakan mobil pick up sudah baik karena lebih
efisien dalam
pengangkutan hewan. d. –
e. Mobil pick up yang digunakan harus dalam kondisi baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama dalam perjalanan.
c. –
d. –
f. Waktu pemasaran
g. Harga jual
: apabila diperlukan dana maka ternak akan dijual
: Rp 1.500.000 pada
hari biasa bobot 21 kg.
f. Alat transportasi yang adha dari harga di hari biasa. Hal ini sudah baik karena peternak dapat mendapatkan untung yang berkali lipat saat idul adha.
f. –
g. –
selama perjalanan karena mengalami cekaman (stress) (Purbowati, 2009). Transportasi sangat penting dalam suatu usaha peternakan
untuk memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang besar, penyediaan bakalan dan bibit ternak, serta pakan yang bagus (Chambers and Grandin, 2001).
f. –
g. –
11 Analisis Usaha a. Laba
b. B/C
: Rp 91.320.000 per periode/12 bulan
b. Agar pengembalian
a. Laba merupakan hasil pengurangan antara biaya produksi dan penerimaan (Pakage, 2008).
c. BEP unit dan harga - Unit
- Harga
d. ROI
: 51
: Rp
93.680.000,-: 53,8 %
diperoleh sebesar 0,97 menunjukkan usaha yang dijalani sudah efisien karena untuk setiap Rp 100,- yang dikeluarkan dalam awal kegiatan usaha peternakan domba akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.
0,97,-c. Nilai BEP unit sebesar 51 dan BEP harga sebesar Rp 93.680.000 mengindikasikan bahwa usaha tersebut sudah menguntungkan. d. Nilai ROI yaitu 53,8 %
menunjukkan usaha penggemukkan domba yangdijalankanmengha silkan pendapatan yang setara bunga bank 39% selama 12 bulan.
lebih besar sebaiknya domba dipasarkan lebih jauh lagi sehingga
pengembalian biaya akan jadi lebih besar.
c. –
d. –
maka usaha yang dijalani semakin efisien(Soekartawi, 2003).
c. BEP diatas nilai nol menunjukkan usaha tersebut menguntungkan (Misniwati, 2004).
d. Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang operasi perusahaan agar menghasilkan keuntungan (Sonia et al, 2014).
12 Evaluasi Usaha a. Frekuensi
pemantauan usaha
: setiap hari
a. Usaha ternak domba milik Bapak Subandi yaitu usaha peternakan masih dilakukan
a. Pengelolaan ternak domba milik Bapak Subandi seharusnya memberi pakan
b. Kendala
c. Tindakan yang dilakukan bila rugi
: kesulitan mencari hijauan ketika musim kemarau tiba.
: ternak akan dijual untuk menutup kerugian
dengan cara tradisional seperti pemberian pakan, pengelolaannya, dan cara penanganan penyakitnya.
b. Kendala yang dijumpai pada peternakan perlu usaha yang lebih
keras untuk
mendapatkan hijauan, karena domba hanya diberi pakan hijauan tanpa diberi ransum. c. Bapak Subandi dalam
menjalankan
peternakan domba ini yaitu hanya dipasarkan apabila membutuhkan uang dan ada pembeli yang datang langsung ke peternak. sehingga peternakan domba ini bukanlah untuk penghasilan utama melainkan untuk
dengan campuran
ransum agar
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
domba dapat
terpenuhi dan dapat memberi pakan seefisien mungkin. b. Bapak Subandi
seharusnya memiliki manajemen pakan seperti pengolahan hijauan kering (hay) sehingga pada saat musim kemarau tidak kekurangan pakan.
c. Bapak Subandi harusnya memiliki tempat pemasaran yang tetap sehingga
domba dapat
dipasarkan pada konsumen dengan lebih mudah.
b. Jalan alternatif untuk mencegah kekurangan pakan saat musim kemarau dapat dilakukan dengan membuat hijauan kering (hay), penambahan urea (amoniasi), dan awetan hijauan (silase) (Hanafi, 2008).
Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi potong yang terintegrasi dengan padi.
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta
Ali, U., Sumartono, N. Humaidah. 2012. Pembinaan masyarakat tani peternak kambing dan domba di desa Aumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Jurnal Dedikasi, Vol. 9 Hal: 60-66.
Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. . Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.
Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertaanian. Hal.1-5.
Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.
Dhalika, T., E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai ransum lengkap mngandung berbagai taraf hay pucuk tebu (Sccharum offcinarum) pada domba jantan yang digemukkan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 10 (2) Hal: 79-84.
Ginting. 2009. Cara Menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9. Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Harianto, B. 2012. Bisnis Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara. Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat. Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.
Setiawan, B. S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta. Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tabel 1. BK Pakan Rumput Lapangan
Bahan Pakan Berat Loyang (g) Sampel Sebelum dioven (g) Loyang dan Sampel setelah oven (g)
Pakan Rumput Lapangan 1 18,645 10,056 21,621
Pakan Rumput Lapangan 2 40,735 10,038 43,677
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014 BK =sampelberat setelah oven-berat loyangx 100%
Bk pakan rumput lapangan 1 = 21,621-18,64510,056 x 100% = 29,59 %
BK pakan rumput lapangan 2 = 43,677-40,73510,038 x 100% = 29,31 %
BK rata-rata pakan =2¿29,59 %+ 29,31 %
Tabel 2. Kebutuhan BK, TDN dan PK
Bobot Badan (kg) Pertambahan Bobot Badan (gr) Kebutuhan BK (kg) Kebutuhan TDN (kg) Kebutuhan PK (kg)
20 25 0,61 0,30 0,052
33 X Y Z
50 0,66 0,36 0,059
21 33 A B C
25 25 0,72 0,36 0,061
33 D E F
50 0,78 0,42 0,07
Sumber: Kearl, 1982 Kebutuhan BK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
X = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasX-BK atas
D = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasD-BK atas
50-25
33-25 = 0,78-0,72D -0,72 25
8 = 0,06D -0,72
0,48 = 25D-18 25D = 18,48 D = 0,7392
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr A = BB bawah-BB atasBB rata-rata - BB atas=BK bawah-BK atasA-BK atas
25-20
22,5-20 = 0,7392-0,626A -0,626 5
2,5 = 0,1132A -0,626
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
Y = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasX-BK atas
50-2533-25 = 0,36-0,30Y-0,30 258 = 0,06X -0,30 0,48 = 25X-7,5 25X = 7,98 X = 0,3192
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr E = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasE-BK atas
50-25
33-25 = 0,42-0,36E -0,36 25
8 = 0,06E -0,36
B = BB bawah-BB atasBB rata-rata - BB atas=BK bawah-BK atasB-BK atas
25-20
22,5-20 = 0,3792-0,3192B -0,3192 5
2,5 = 0,06B -0,3192
0,15 = 5B-1,596 5B = 1,746 B = 0,3492 Kebutuhan PK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
Z = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasZ-BK atas
F = PBBH bawah-PBBH atasPBBH ternak-PBBH atas =BK bawah-BK atasF-BK atas
50-25
33-25 = 0, 0 7-0,061F -0,061 25
8 = 0,009F -0,061
0,072 = 25F-1,525 25F = 1,597 F = 0,064
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr C = BB bawah-BB atasBB rata-rata - BB atas=BK bawah-BK atasC-BK atas
25-20
22,5-20 = 0,064-0,054C -0,054 5
2,5 = 0,01C -0,054
Tabel 3. Standar Kandungan BK, TDN dan PK Bahan Pakan
BahanPakan Kandungan BK (%) Dalam 100% BK
Kandungan TDN (%) Kandungan PK (%)
Rumput Lapangan 30,1 56 2,35
Sumber : Kartadisastra, 1997 Tabel 4. Konsumsi Pakan
Pakan BK
(%)
Konsumsi BS (kg)
Konsumsi BK (kg) Konsumsi TDN (kg) Konsumsi PK (kg)
Kadar BK x Konsumsi BS Kadar TDN x Konsumsi BK Kadar PK x Konsumsi BK
Rumput Lapangan 29,45 3 0,8835 0,49476 0,02076
Sumber : Data Primer PraktikumManajemenTernakPotongdanKerja, 2014
Tabel 5. Evaluasi Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan Sampel
Domba
BK (kg) TDN (kg) PK (kg)
Kebutuhan Konsumsi Evaluasi Kebutuhan Konsumsi Evaluasi Kebutuhan Konsumsi Evaluasi
21 kg 0,6826 0,8835 +0,2009 0,3492 0,49476 +0,14556 0,059 0,02076 -0,03824
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014 Keterangan :
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
PBBH = 0,033 kg/hari
Konsumsi BK total = 0,8835 kg
Konversi pakan =PBBH konsumsi BK total =0,8835 0, 0 33
= 26,77
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 26,77 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg. Efisiensi Pakan
PBBH = 0,033 kg/hari
Konsumsi BK total = 0,8835 kg
Efisensi pakan = PBBH Konsumsi BK Total × 100 % = 0, 0 330,8835 × 100 %
= 3,7 %
Feed Cost Per Gain
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan = 3 kg Biaya Pakan/ekor/hari= Rp. 0
PBBH = 0,033 kg
Feed Cost Per Gain = (tidak terdapat biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan hijauan) = 0 rupiah/ kg
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pembuatan kandang 15.000.000
2 Bakalan 70.000.000
3 Peralatan 5.000.000
4 Mobil (Pick up) 60.000.000
Tota l
150.000.000
Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pakan (tidak mengeluarkan biaya) 0
2 Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari kerja/bulan x 12 bulan
14.400.000
3 Listrik Rp 40.000 x 12 480.000
4 Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun 50.000
5 Transportasi 100.000 x 4 x 12 4.800.000
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Bakalan 100 ekor 70.000.000
2 Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan nilai akhir Rp 0
3.750.000
3 Penyusutan peralatan 200.000
Total 73.950.000
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi Jumlah (Rp)
Biaya tetap 73.950.000
Biaya Variabel 19.730.000
Total Biaya 93.630.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 93.680.000 = Rp 91.320.000 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Penerimaan Jumlah Total (Rp)
Penjualaan domba (hari biasa)
30 ekor x Rp 1.500.000,- 45.000.000
Penjualan domba (hari raya Idul Adha)
70 ekor x Rp 2.000.000 140.000.000
Break Event Point (BEP)
BEP Unit BEP Harga
BEPq=Total Biaya Produksiharga d omba/ekor BEPq=Total Biaya ProduksiJumlah Domba (ekor)
BEPq=93.680.0001 . 850. 000 = 51 Ekor BEPq=93.680.000100 = Rp 936.800.-
B/C
B/C = Total BenefitTotal Cost
= 91.320.00093.680.000 = 0,97
ROI (Return on Investment)
ROI = Biaya Investasi + VariabelTotal Keuntungan per Tahunx 100%
= 87.005.700167.730.000 X 100%
= 53,8
21 0,033 0,6826 0,3492 0,059
Standar Kandungan BK, TDN, dan Pk Bahan Pakan
Pakan BK PK TDN
Rumput Lapangan Kulit Buah Kakao
30,1 88,9
2,34 14,6
56 47
Bobot Badan 21 kg
Kebutuhan PK dalam BK Kebutuhan TDN dalam BK
=
Kebutuhan PK
Kebutuhan BK x 100 %
=Kebutuhan TDN
Kebutuhan BK x 100 %
=
0,059
0,6826 x 100 %
=0,3492
0,6826 x 100 %
Kebutuhan PK dalam BK Metode Person Square
Rumput Lapangan 2,34 5,96
Kulit Buah Kakao 14,6 6,3 + 12,26
Rumput Lapangan = 5,9612,26 x 100% Kulit Buah Kakao = 6,312,26 x 100%
= 48,61% = 51,38%
Pakan Komposisi (%) BK PK TDN
Rumput Lapangan 53,91 0,3318 0,0078 0,185
Kulit Buah Kakao 46,09 0,3507 0,3507 0,164
Total 100 0,6826 0,059 0,3506
Kebutuhan 0,6826 0,059 0,3492
Koreksi 0 0 (+0,0014)
Kandungan BK Pakan kebutuhan PK pakan kebutuhan TDN pakan
Rumput Lapangan =
48,61
100 x 0,6826
rumput lapangan =2,34
100 x 0,3318
rumput lapangan =56
100 x 0,3318
= 0,3318 = 0,0078 = 0,1858
Kulit Buah Kakao =
51,38
100 x 0,6826
Kulit Buah Kakao =14,6
100 x 0,3507
Kulit Buah Kakao =47
100 x 0,3507
= 0,3507 = 0,0512 = 0,1648
Kebutuhan Pakan (Segar) Harga Pakan
Rumput Lapangan = 0,3318 x
100
30,1
= 1,102 kg 1,102 x 0 = RP0.-Kulit Buah Kakao = 0,3507 x
100
118,2.-PBBH = 0,033 kg/hari Konsumsi BK total = 0,6826 kg
Konversi pakan =PBBH konsumsi BK total =0,8835 0,033
= 20,68
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 20,68 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg. Efisiensi Pakan
PBBH = 0,033 kg/hari
Konsumsi BK total = 0,6826 kg
Efisensi pakan = PBBH Konsumsi BK Total x 100% = 0,68260,033 x 100%
= 4,83 %
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan = 1,102 kg Konsumsi kulit buah kakao = 0,3943 Biaya rumput lapangan = Rp 0,-Biaya kulit buah kakao = Rp 300,-/kg
PBBH = 0,033 kg
Feed Cost Per Gain = (harga R. lapangan x konsumsi R. Lapangan) + (harga kulit buah kakao x harga kulit buah kakao)PBBH
= 0,033(0 x 1,102) + (300 x 0,394)
= 0 + 118,20,033 = 3581,81/kg
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pembuatan kandang 15.000.000
2 Bakalan 70.000.000
3 Peralatan 5.000.000
4 Mobil (Pick up) 60.000.000
Tota
l 150.000.000
Biaya Variabel
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Pakan Rp 118,2 x 100 365 4.314.300
2 Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan 14.400.000
3 Listrik Rp 40.000 x 12 480.000
4 Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun 50.000
5 Transportasi 100.000 x 4 x 12 4.800.000
Tota
l 24.044.300
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp)
1 Bakalan 100 ekor 70.000.000
2 Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan nilai akhir Rp 0
3.750.000
3 Penyusutan peralatan 200.000
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi Jumlah (Rp)
Biaya tetap 73.950.000
Biaya Variabel 24.044.300
Total Biaya 97.994.300
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 97.994.300 = Rp 87.005.700 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Penerimaan Jumlah Total (Rp)
Penjualaan domba (hari biasa)
30 ekor x Rp 1.500.000,- 45.000.000 Penjualan domba
(hari raya Idul Adha)
70 ekor x Rp 2.000.000 140.000.000
Break Event Point (BEP)
BEP Unit BEP Harga
BEPq=Total Biaya Produksiharga domba/ekor BEPq=Total Biaya ProduksiJumlah Domba (ekor)
BEPq=97.994.3001.850.000 = 53 Ekor BEPq=97.994.300100 = Rp
979.943.-B/C
B/C = Total BenefitTotal Cost
= 87.005.70097.994.300 = 0,89
ROI (Return on Investment)
ROI = Biaya Investasi + VariabelTotal Keuntungan per Tahunx 100%
= 87.005.700194.004.300 X 100%
= 50 %
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter Tugas evaluasi Tugas koreksi
Kebutuhan BK (kg) 0,6826 0,6826
Kebutuhan PK (kg) 0,059 0,059
Biaya produksi Rp 93.630.000 Rp 97.994.300
Total pendapatan Rp 91.320.000 Rp 87.005.700
BEP harga produksi Rp 936.800 Rp 979.943
BEP Volume produksi 51 ekor 53 ekor
B/C 0,97 0,89
ROI 53,8 % 50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga menambah biaya pakan dan produksi.
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter Tugas evaluasi Tugas koreksi
Kebutuhan BK (kg) 0,8835 0,6826
Kebutuhan PK (kg) 0,02076 0,059
Keutuhan TDN (kg) 0,49476 0,3492
Biaya variabel Rp 19.730.000 Rp 24.044.300
Biaya produksi Rp 93.630.000 Rp 97.994.300
Total pendapatan Rp 91.320.000 Rp 87.005.700
BEP harga produksi Rp 936.800 Rp 979.943
BEP Volume produksi 51 ekor 53 ekor
B/C 0,97 0,89