• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK BABI DI KABUPATEN NAGEKEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK BABI DI KABUPATEN NAGEKEO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Nukleus Peternakan (Desember 2017), Volume 4, No. 2:147 – 154 ISSN : 2355-9942

147

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK BABI DI KABUPATEN NAGEKEO

(FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF PIG FARMING IN NAGEKEO REGENCY) Arnoldus Dhae, Ulrikus R. Lole, Sirilus S. Niron

Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Jln Adisucipto Penfui, Kupang 8500 Email: arnolddhae91@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui besarnya pendapatan petani peternak yang diperoleh dari usaha ternak babi yang dijalankan di Kabupaten Nagekeo dan 2) menganalisis kelayakan usaha ternak babi secara finansial di Kabupaten Nagekeo. Metode pengambilan contoh dilakukan melalui tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan pada tingkat kecamatan secara purposive (sengaja) dari 7 kecamatan diperoleh 2 Kecamatan Contoh. Penentuan Desa Contoh dilakukan secara purposive (sengaja) dari 26 desa sehingga diperoleh 4 Desa Contoh. Penentuan responden dilakukan secara acak proposional, sehingga diperoleh 41 responden. Data analisis menggunakan analisis pendapatan, dan analisis finansial dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, R/C, IRR, BEP Harga dan PP. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata besar pendapatan yang diterima dari usaha ternak babi adalah sebesar Rp 18.514.171 per tahun. Analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 21.568.664, nilai R/C ratio sebesar 2,88, nilai B/C sebesar 2,06, nilai IRR sebesar 44%, nilai PBP sebesar 1,5 tahun dan BEP harga sebesar Rp 3.497.721. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo sudah menguntungkan dan layak secara finansial. Oleh karena itu usaha ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

_____________________________________________________________

Kata kunci: peternak, usaha ternak babi, pendaptan dan analisis kelayakan ABSTRACT

The objectives of this study were 1) to determine the rate of farmer’s income which obtained from pig farming, 2) to analyze the financial feasibility of pig farming in Nagekeo Regency. The sampling method consist of three phases. Firstly determining two districts purposively, Secondly determining four villages sample also purposively, thirdly, determining 41 respondents in the basis of proportional random sampling.

The data collected were analyzed using income and financial analysis. The criteria of financial analysis were NPV, Net B/C, R/C, IRR, Price of BEP and PP. The results of this study showed that the average of farmer’s income abtained from pig farming was Rp 18.514.171 per year. The financial analysis shows the NPV of Rp 21.568.664, the value of the Net B/C of 2,06; R/C of 2,88; IRR of 44%; PBP of 1,5 per year; and Price of BEP equal is Rp 3.497.721 million. Based on the results abtained it can be concluded that the pig farming in Nagekeo is already profitable and financially feasible. Therefore, efforts need to be developed and improved.

_________________________________________________

Keywords: farmers, pig farm, income and feasibility analysis PENDAHULUAN Ternak babi dikenal sebagai salah satu

jenis ternak yang dapat berkembang biak dengan cepat, mampu memanfaatkan hampir segala jenis pakan serta memiliki nilai jual yang relatif tinggi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Rodjak (2006) menegaskan bahwa ternak babi juga berperan penting sebagai cara diversifikasi resiko dan

keamanan kehidupan petani kecil maupun rumah tangga miskin. Keuntungan lain dari beternak babi adalah makanan babi mudah didapat karena babi termasuk hewan omnivora (pemakan segala) serta kotoran babi sangat berguna sebagai pupuk (Kueain dkk., 2017).

Jika dilihat dari kelebihan-kelebihannya tersebut maka babi memiliki potensi besar

(2)

148 untuk dikembangkan sebagai penghasil daging.

Ditinjau dari sudut teknik dan ekonomi ternyata berusaha ternak babi tidak memiliki kendala yang berarti. Namun perlu dipertimbangkan dukungan faktor sosial budaya yang berlaku pada suatu daerah.

Seseray dkk, (2012) menyatakan bahwa ternak babi me-rupakan salah satu penghasil daging, pupuk organik dan biogas dan beberapa di antaranya mempunyai fungsi-fungsi budaya.

Dewasa ini, usaha peternakan babi sedang berkembang di Kabupaten Negekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah berorientasi pasar atau bertujuan komersial. Secara umum, ternak babi berperan penting dalam kehidupan masyarakat NTT. Hal ini karena ternak babi tersebar merata di seluruh pelosok NTT, selalu digunakan sebagai hewan kurban dalam upacara adat, mahar/belis, dan sumber daging dalam berbagai acara. Kabupaten Nagekeo merupakan salah satu kabupaten di NTT yang memiliki populasi ternak babi yang terus meningkat dalam periode 2010−2013

Usaha ternak babi umumnya masih ekstensif karena hanya sebagian kecil saja yang semi intensif. Hal ini dicirikan oleh lokasi

kandang yang dekat dengan rumah, skala usahanya kecil, sumber pakan terutama sisa makanan/limbah dapur dan limbah pertanian, produkvitas rendah, periode pemeliharaan relatif panjang, serta modal investasi minim dan manajemen pemeliharaannya masih sederhana. Dengan adanya sistem pemeliharaan yang demikian, maka peternak sepenuhnya belum memperhatikan beberapa aspek ekonomi dan teknis seperti penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitasnya.

Usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo cukup berkembang, namun besarnya pendapatan yang diperoleh petani belum diketahui secara pasti. Demikian pula belum diketahui tingkat kelayakan dari usaha ternak babi yang dijalankan tersebut. Upaya peningkatan keuntungan membutuhkan perhitungan penggunaan biaya faktor produksi dalam usaha ternak babi (Zadrak, 2014).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya pendapatan petani peternak yang diperoleh dari usaha ternak babi yang dijalankan serta menganalisis kelayakan usaha ternak babi secara finansial di Kabupaten Nagekeo.

METODE PENELITIAN

Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada tingkat kecamatan secara purposive dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Nagekeo, diambil 2 kecamatan sebagai Kecamatan Contoh yaitu Kecamatan Boawae dan Kecamatan Mauponggo dengan dasar pertimbangan dua kecamatan tersebut memiliki populasi ternak babi terbanyak. Tahap kedua penentuan Desa Contoh, dilakukan secara purposive dari 26 desa yang ada di 2 kecamatan tersebut, sebanyak 4 desa sebagai Desa Contoh. Tahap ketiga, tahap penentuan responden dilakukan secara acak proposional sebanyak 41 orang. Sebaran responden pada ke empat Desa Contoh adalah Desa Rega 11 orang, Wolowea Timur 10 orang, Maukeli 10 orang dan Woewolo 10 orang. Responden adalah petani peternak yang memelihara ternak babi dan berpengalaman berusaha ternak babi

lima tahun serta sudah menjual ternak babi dalam satu tahun usaha terakhir.

Metode Pengambilan Data

Pengumpulan data telah dilakukan dengan menggunakan metode survei untuk mendapat- kan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer langsung dari petani peternak responden dengan berpedoman pada daftar yang sudah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan instansi terkait atau lembaga-lembaga serta hasil-hasil penelitian maupun referensi lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data kualitatif yaitu data yang dapat menggambarkan dan menjelaskan mengenai sistem pemeliharaan ternak babi.

(3)

149 2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa

angka-angka seperti: biaya produksi ternak babi, biaya peralatan, biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan usaha ternak babi.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan responden yaitu peternak babi di Kecamatan Boawae dan Mauponggo seperti: sistem pemeliharaan, intehsitas penjualan, kapasitas penjualan, sistem penjualan, harga dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari buku-buku, laporan-laporan, skripsi dan lain-lain yang berasal dari instansi terkait (Dinas Peternakan dan Kantor Biro Pusat Statistik). Data sekunder antara lain keadaan umum daerah penelitian seperti letak geografis, topografi, luas wilayah, jumlah penduduk dan mata pencaharian.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan dilakukan analisis dengan menggunakan analisis pendapatan dan analisis kelayakan finansial usaha. Sebelum melaksanakan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan diteliti karena aspek-aspek inilah yang akan menentukan apakah suatu proyek investasi ini layak ataukah tidak untuk dilaksanakan. Salah satu studi kelayakan yang harus dilakukan untuk menentukan suatu proyek investasi ini layak ataukah tidak adalah studi kelayakan dari aspek finansial (Abdullah, 2014).

Menghitung pendapatan dari kegiatan usaha ternak babi dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi, 2005): Pd = PT– BT. dimana:

Pd= Pendapatan, PT= Penerimaan total dari usaha ternak babi, BT= Biaya total usaha ternak babi

NPV (Net Present Value)

NVP dihitung berdasarkan selisih antara total nilai penerimaan sekarang dengan total nilai biaya sekarang dengan rumusan matematisnya diformulasikan sebagai berikut:

t = n NPV

t = 0

dimana: Bt = Benefit pada tahun ke-t, Ct = Biaya pada tahun ke-t, N = Lama proyek (tahun), I = Tingkat suku bunga atau Interest Rate, T = Jumlah tahun atau umur ekonomi dari proyek.

Jika NVP > usaha tersebut layak untuk diusahakan NVP < 0 usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

Net B/C (Benefit Cost Ratio)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan total biaya dengan total penerimaan, yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut:

Net B/C = Total Penerimaan – Total Biaya Total Biaya

Jika Net B/C >1 usaha tersebut layak untuk dilanjutkan. Net B/C <1 usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan

Revenue Cost Ratio (R/C)

Untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan relative suatau usaha dalam setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam usaha tersebut, dengan secara matematis diformulasikan sebagai berikut: R/C ratio = Total Penerimaan

Total biaya Internal Rate of Retur (IRR)

Internal Rate of Retur (IRR) adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui keuntungan dari proyek setiap tahun dan merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Cara menghitung IRR adalah sebagai berikut:

IRR = i1 + NPV+ (i2 – i1) NPV+ - NPV-

dimana: I= Tingkat suku bunga atau Interest Rate, NPV+= NPV positif, NPV- =NPV

negative, It=Tingkat suku bunga yang digunakan, untuk membuat NPV positif, i2= Tingkat suku bunga yang digunakan untuk membuat NVP negative.

(4)

150 Jika IRR ≥ “ Social Discount Rate “ usaha tersebut layak, IRR ≤ “ Social Discount Rate “ usaha tersebut tidak layak.

Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi. PP sangat penting untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal, dengan demikian maka logikanya semakin cepat waktu yang digunakan untuk pengembalian modal (PP) maka bisnis atau usaha tersebut semakin baik.

x 1 tahun

Break Even Point (BEP)

Analisis titik impas menggunakan pendekatan analisis menurut Ibrahim (2003) bahwa, analisis titik impas atau break even point (BEP) ialah total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Analisis titik impas dihitung berdasarkan volume, produksi (unit) dan penerimaan (rupiah). Analisis break event point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas nilai atau volume produksi dari suatu usaha.

BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai berikut:

BEP harga = Total Biaya Total Produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen Biaya

Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomis yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Sundari, 2011).

Komponen biaya atau pengeluaran pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang tidak habis dipakai pada satu periode produksi sehingga memerlukan perawatan agar dapat berdaya guna dalam jangka waktu yang lama seperti:

tanah, ternak, gudang, kandang dan peralatan.

Pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo, yang tergolong investasi adalah pengadaan induk pada awal usaha, biaya pengadaan kandang dan peralatan-peralatan yang diperlukan pada proses produksi. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha ternak babi adalah Rp 5.725.317,-

Biaya operasional pada usaha ternak babi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap merupakan nilai penyusutan investasi yaitu kandang dan peralatan yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dimana besarnya penyusutan tiap tahun adalah sama. Umur ekonomis kandang adalah

5 tahun. Rata-rata biaya penyusutan kandang adalah Rp198.722.-/tahun.

Biaya variabel yang terjadi pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo terdiri dari biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan biaya kesehatan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan berupa membeli dedak padi pada saat musim anen gustus Desember dan Maret Mei) dengan harga Rp200.000/karung dengan kapasitas kira-kira 65 Kg. Peternak juga membeli ubi talas dengan harga Rp5.000/ kumpul (1 kumpul =5 umbi dengan berat rata-rata 2 kg). Untuk biaya tenaga kerja, peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp342.987,80/ tahun. Selanjutnya peternak juga mem-perhatikan kesehatan ternak babi yang dipelihara dengan mengeluarkan biaya untuk kesehatan ternaknya berupa membeli obat cacing, vitamin, dan vaksin. Rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan adalah Rp 29.042,-/tahun. Dari uraian tersebut, terlihat bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan pada proses produksi ternak babi adalah Rp1.829.956,- /tahun. Biaya total yang dikeluarkan oleh peternak dalam satu tahun usaha adalah sebesar Rp2.028.678,- Secara ringkas besarnya biaya produksi pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

151

Tabel 1 Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Ternak Babi di Kabupaten Nagekeo, Tahun 2015

No Uraian N Rata-rata (Rp) %

1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Penyusutan 41 198.722 10%

2 Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

Biaya Pakan 41 1.457.927 72%

Biaya Tenaga Kerja 41 342.987 17%

Biaya kesehatan 12 29.042 1%

Total 2.028.678 100

Sumber: Data Primer, 2015

Dari Tabel 1 dapat dilihat biaya produksi usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo terdiri dari biaya penyusutan, biaya pakan, biaya kesehatan dan biaya tenaga kerja. Tiga jenis biaya tersebut merupakan biaya tunai.

Dari total biaya tunai yang digunakan dalam proses produksi, 72% merupakan biaya pakan.

Hal ini sesuai pendapat Blakely dan Bade (1994) menyatakan biaya pakan merupakan bagian terbesar dari pengeluaran dalam suatu usaha produksi babi, biasanya menca ai 80% dari total seluruh biaya produksi.

Komponen Penerimaan

Penerimaan usaha ternak babi yang dikelola oleh peternak di Kabupaten Nagekeo diperoleh dari hasil penjualan ternak babi, baik babi lepas sapih maupun babi hasil yang digemukkan. Hal ini sesuai dengan Soekartawi

(1995) bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Jumlah ternak babi yang dijual oleh peternak adalah rata-rata 0.58 AU atau 1.45 ekor babi dewasa. Harga jual ternak berdasarkan tampilan eksterior ternak dimana rata-rata harga jual adalah Rp 10.338.049/AU atau Rp 4.135.220/ekor dewasa. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata penerimaan tunai peternak adalah Rp 5.834.146/tahun dengan rentang antara Rp 2.300.000,- sampai dengan Rp 13.500.000,- sedangkan rata-rata penerima- an non tunai sebesar Rp18.322.758,-. dengan rentang Rp 9.800.000 sampai Rp 31.200.000,-.

Penerimaan non tunai ini adalah nilai ternak sisa sebanyak 1.82 AU. Secara ringkas penerimaan usaha ternak babi dapat dilihat pada Table 4.

Table 4, Penerimaan peternak dari usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo, tahun 2016

No Uraian Penerimaan (Rp)

1 Penerimaan tunai

Jual babi 0.58 AU @ Rp 10.338.049 5.834.146

2 Penerimaan non tunai

Nilai ternak sisa 1.82 AU @ Rp 10.338.049 18.322.758

Total 24.156.904

Sumber: Data Primer, 2016

Komponen Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Analisis tingkat keuntungan menggunakan model analisis profit

(Beattie and Taylor, 1994). Menurut Roidah (2015) menyatakan bahwa pendapatan adalah semua barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun yang diwujudkan

(6)

152 dalam skop nasional (nasional income) dan ada kalanya dalam skop individual yang disebut pendapatan per kapita (personal income).

Menurut Lumintang (2013) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.

Pendapatan atau laba merupakan selisih antara penghasilan penjualan diatas semua biaya dalam periode tertentu pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari selisih antara total penerimaan (TR) dengan total

biaya produksi (TC). Tinggi rendahnya pendapatan akan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dicapai. Jumlah pendapatan atau laba sangat tergantung pada jumlah penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Pasau, 2015). Berdasarkan hasil analisis biaya dan penerimaan maka rata-rata pendapatan yang diperoleh peternak dalam satu tahun usaha adalah sebesar Rp18.514.171,- yang terdiri atas pendapatan tunai sebesar Rp 4.168.997.- (20%) dan pendapatan non tunai sebesar Rp14.345.173,- (80%). Secara ringkas besarnya pendapatan pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pendapatan Peternak dari Usaha Ternak Babi di Kabupaten Nagekeo, Tahun 2016

No Uraian Pendapatan (Rp) %

1 Pendapatan tunai 4.168.997 23%

2 Pendapatan non tunai 14.345.173 77%

Total Pendapatan 18.514.171 100%

Sumber: Data Primer, 2016

Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi usaha yang dimiliki oleh peternak untuk berusaha ternak babi adalah sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dan sebagian lainnya usaha tersebut merupakan sumber cash (tunai) bagi peternak dan keluarganya. Secara umum usaha ternak babi yang dijalankan di Kabupaten Nagekeo sudah memberikan keuntungan. Dari gambaran pendapatan usaha ternak babi tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan/bulan yang diperoleh peternak adalah Rp1.586.778,-. Jika dibandingkan dengan Upah Minimum Regional NTT dengan rata-rata Rp1.200.000,- /bulan maka besarnya pendapatan dari usaha ternak babi dengan skala rata-rata 1.82 ST atau 5 ekor babi dewasa lebih besar. Oleh karena itu, maka pada masa yang akan datang, usaha ini harus tetap dipertahankan dan kinerja pengelolaannya harus ditingkatkan sehingga memberikan kontribusi pendapatan terhadap petani/peternak yang lebih besar lagi.

Kelayakan Finansial UsahaTernak Babi Perhitungan biaya dalam usaha pembuatan seragam sekolah ini adalah perhitungan biaya

investasi awal dan modal kerja, perhitungan income statement dan cashflow. Aspek finansial memiliki hasil berupa Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), dan Incremental Rate of Return (IRR) (Lazuardi dkk, 2014). Untuk menilai apakah usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo yang dilaksanakan oleh peternak layak secara ekonomi dilakukan analisis dan perhitungan dengan menggunakan beberapa kriteria kelayakan antara lain NPV, R/C, B/C, BEP harga, PBP dan IRR. Hasil analisis seperti terlihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai NPV yang menggambarkan nilai uang yang diterima saat ini sebesar Rp3.722.319 pada discount factor sebesar 12%. Nilai NPV positif berarti usaha tersebut layak secara finansial. Nilai R/C ratio sebesar 2,88 yang menggambarkan bahwa dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp1.000 akan diperoleh manfaat atau penerimaan sebesar Rp2.880,-. Nilai R/C ini lebih besar dari satu yang berarti dari sudut kriteria ini usaha ternak babi layak atau menguntungkan. Sementara itu nilai B/C=2.06, menggambarkan bahwa dalam usaha ternak

(7)

153 babi dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp1.000,- maka akan diperoleh keuntungan sebesar Rp2.060.-. Nilai B/C yang diperoleh lebih besar dari nol yang berarti usaha ternak babi menguntungkan. Selanjutnya dalam analisis break even point (BEP) harga sebesar Rp3.497.721,-/ST atau Rp1.399.088,-/ekor

dewasa. Hal ini menggambarkan bahwa pada kapasitas produksi yang ada yaitu sebanyak 2.58 ST, penjualan ternak babi dengan harga Rp3.497.721/ST atau Rp1.399.088,-/ekor dewasa maka peternak tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian.

Tabel 4. Kriteria kelayakan usaha pada usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo, tahun 2016

Kriteria Investasi Nilai criteria Keputusan

Net Present Value (NPV) (Rp) 3.722.319 Layak

R/C 2.88 Layak

B/C 2.06 Layak

IRR (%) 44 Layak

Undiscounted Criteria

BEP harga (Rp/AU 3.497.721

PBP (Tahun) 1.5 tahun

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan waktu pengembalian investasinya hasil analisis menunjukkan bahwa PBP yang diperoleh adalah 1,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi dalam usaha ternak babi mencapai titik pengembaliannya pada saat kegiatan usaha berjalan selama 1,5 tahun. Hal ini berarti bahwa usaha ini layak karena pengembalian investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir (5 tahun). Sementara itu nilai IRR yang diperoleh sebesar 44% yang menggambarkan bahwa pada tingkat suku bunga 44% nilai manfaat yang diterima sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan. Dengan perkataan lain pada tingkat suku bunga tersebut nilai NPV =0. Berdasarkan kriteria ini maka usaha ternak babi yang sedang dilaksanakan oleh peternak di Kabupaten Nagekeo layak secara finansial karena nilai IRR lebih besar dari social discount rate yang berlaku. Dengan

demikian berdasarkan kriteria ini, usaha ternak babi di Kabupaten Nagekeo layak secara finansial. Usaha ini menjadi tidak layak apabila tingkat suku bunga bank bergerak melampaui 44%. Menurut Diatmojo (2012), menyatakan bahwa kriteria investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila IRR lebih besar dari social discount rate dan sebaliknya, apabila IRR lebih kecil dari social discount rate maka usaha tidak akan dipilih

Berdasarkan uraian tentang kelayakan usaha tersebut di atas terlihat bahwa usaha ternak babi telah menghasilkan pendapatan dan semua kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial memenuhi syarat layak untuk diusahakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak babi yang dilaksanakan oleh peternak di Kabupaten Nagekeo layak atau menguntungkan.

SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Usaha ternak yang dijalankan di Kabupaten Nagekeo sudah mampu memberikan pendapatan bagi petani peternak sebesar

Rp18.514.171 /tahun yang terdiri dari

pendapatan tunai sebesar

Rp4.168.997/tahun dan pendapatan non tunai sebesar Rp14.345.173/tahun.

(8)

154 2. Usaha ternak babi yang dijalankan di

Kabupaten Nagekeo sudah layak secara finansial karena menghasilkan NPV Rp21.568.664; Net R/C sebesar 2,88; Net

B/C sebesar 2,06; PBP 1,5 Tahun; BEP Harga sebesar Rp3.497.721; dan IRR sebesar 44%

DAFTAR PUSTAKA Abdullah F. 2014. Analisis kelayakan investasi

aktiva tetap pembelian mesin printing pada PT Radja Digital Printing Samarinda. Journal Ilmu Administrasi Bisnis. 3 (2): 297-310.

Beattie BR, Taylor CR. 1994. The Economic of Production. Terjemahan oleh S.

Josohardjono dan G. Sumodiningrat Cetakan I. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Diatmojo N, Emawati S, Sari AI. 2012.

Analisis finansial usaha penggemukan sapi peranakan friesian holstein (FH) jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 43-51

Ibrahim YHM. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.

Edisi Revisi. PT Rineka Cipta Swadaya.

Jakarta.

Kueain YA, Suamba IK, Putu UW. 2017.

Analisis finansial usaha peternakan babi (studi kasus peternakan babi ud karang di Desa Jagapati, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 6 (1): 96 – 104

Lazuardi RF, Lisye F, Abu B. 2014. Analisis kelayakan usaha mobile carwash di Kota Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 3 (1) : 48 – 56

Lumintang FM. 2015. Analisis pendapatan petani padi di Desa Teep Kecamatan

Langowan Timur. Jurnal Emba. 1 (3) : 991 – 998

Pasau MAB, Made A, Lien D. 2015. Analisis pendapatan dan kelayakan usaha keripik ubi kayu pada Industri Pundi Mas di Kota Palu. e-J. Agrotekbis 3 (3) : 402 – 408.

Rodjak. 2006. Analis Usaha Ternak Babi.

Cetakan kedua. PT Gramedia. Jakarta Roidah IS. 2015. Analisis pendapatan

usahatani padi musim hujan dan musim kemarau (studi kasus di Desa Sepatan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung). Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita 11 (13) : 45 – 55

Seseray, DYS, Triatmojo S, Pertiwiningrum A.

2012. Pemanfaatan feses babi (sus sp.) sebagai sumber gas bio dengan penambahan ampas sagu (metroxylon spp.) pada taraf rasio c/n ratio. Buletin Peternakan 36 (3): 66-74.

Soekartawati. 1995. Analisis Usaha Tani.

Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sundari MT. Analisis biaya dan pendapatan usaha tani wortel di Kabupaten Karanganyar. Sepa 7 (2): 119 – 126 Zadrak MW, Panelewen VVJ, Arie DM. 2014.

Analisis usaha peternakan babi pada Perusahan “Kasewean” kakaskasen II Kota Tomohon. Jurnal Zootek (“Zootrek”

Journal) 34 (1) :92-102.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penerapan prinsip stratejik manajemen ini bagi UPBJJ-UT Kupang adalah untuk meningkatkan keberhasilan manajemen dengan meningkatkan peluang bisnis sebagai eksternal faktor

Oleh karena itu, jika mata uang Negara sedang naik saat kita menjualnya, kita akan mendapat keuntungan besar.. Jika mata uang tersebut turun, kita akan

ukuran pori karena ketika serbuk karbon dicetak maka struktur pori akan lebih mengikuti morfologi partikel karbon yang dihasilkan dari proses ball

Menambah titik lain dan dihubungkan juga dengan 2 titik yang berdekatan sampai membentuk graf Piramida Prn 3.1.1 Pewarnaan Titik pada Graf Piramida Dalam pewarnaan titik pada

Pemahaman terhadap peranan bukaan (jendela, pintu dan bukaan-bukaan kekal lain) pada bangunan khususnya dalam menyediakan alir-udara secara alami yang berkaitan

Hasil perhitungan cadangan minyak pada kedua reservoar dengan menggunakan modul eVolum dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Besarnya volume cadangan minyak ini

Hasil penelitian (i) Minat belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA Biologi materi perkembangbiakan tumbuhan kelas IX di SMP Negeri 12 Parepare

Nilai bantuan yang diserahkan khususnya kepada kelompok nelayan penangkap lobster untuk beralih ke perikanan budidaya di Propinsi NTB pada tahun 2015 ini adalah 80 paket