• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis fungsi produksi peternakan kamb (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "analisis fungsi produksi peternakan kamb (1)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Dhimas Agung Pamungkas NIM. D1E011138

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN PURWOKERTO

2016

(2)

SKRIPSI

Oleh :

Dhimas Agung Pamungkas NIM. D1E011138

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN PURWOKERTO

2016

(3)

Oleh :

Dhimas Agung Pamungkas NIM. D1E011138

Diterima dan disetujui Pada tanggal : ………

Pembimbing:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nunung Noor Hidayat, MP Ir. Agus Priyono, MP

NIP: 19620805 198703 1 003 NIP: 19570121 198503 1 002

Mengetahui: Dekan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr NIP: 19690128 199403 1 004

(4)

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

RINGKASAN...ix

SUMMARY...x

I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...3

1.3. Hipotesis...4

1.4. Tujuan...4

1.5. Manfaat Penelitian...4

II. TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Kambing...5

2.2. Faktor Produksi...5

2.2.1. Jumlah Kepemilikan Ternak Kambing...6

2.2.2. Pakan Kambing...7

2.2.3. Kepadatan Kandang Kambing...8

2.3. Fungsi Produksi...9

III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS...11

3.1. Sasaran Penelitian...11

3.2. Lokasi Penelitian...11

3.3. Metode Penelitian...11

(5)

3.7. Analisis Data...13

3.7.1. Analisis Deskripsi...13

3.7.2. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas...14

3.8. Kerangka Pemikiran Konseptual Peneliti...16

3.9. Waktu dan Tempat Penelitian...17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...18

4.1. Tinjauan Umum...18

4.1.1. Geografis...18

4.1.2. Keadaan Demografi...18

4.1.3. Kondisi Sektor Pertanian...19

4.2. Tinjauan Khusus...20

4.2.1. Tingkat Produksi...20

4.2.2. Jumlah Kepemilikan Ternak...22

4.2.3. Pakan Hijauan...24

4.2.4. Pakan Konsentrat...26

4.2.5. Kepadatan Kandangan...29

4.2.6. Analisis Faktor Produksi Terhadap Produksi PBBH...31

V. KESIMPULAN DAN SARAN...36

5.1. Kesimpulan...36

5.2. Saran...36

(6)
(7)

1. Satuan Ternak Kecil... 12

2. Perhitungan Analisis Variansi... 15

3. Kegiatan Penelitian... 17

4. Peningkatan PBBH Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan... 20

5. Jumlah Kepemilikan Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan... 22

6. Pemberian Pakan Hijauan Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan... 25

7. Pemberian Pakan Konsentrat Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan. 27

8. Kepadatan Kandang Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan... 30

9. Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas... 32

(8)

1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian... 16

2. Kambing Jawarandu... 21

3. Kepemilikan Ternak... 24

4. Pemberian Pakan Hijauan... 26

5. Pencampuran Konsentrat... 28

6. Kandang Kambing Jawarandu... 31

(9)

1. Data Penelitian... 40

2. Tabel Analisis... 42

3. Dokumentasi... 45

(10)

yang digunakan dalam usaha ternak kambing dan mengevaluasi fungsi produksi usaha ternak kambing di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Metode penelitian yang digunakan adalah survai dan observasi, Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih desa secara random (acak), selanjutnya sampel kambing Jawarandu jantan dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Analisis data menggunakan fungsi Cobb-Douglas kemudian dilogaritmakan ke dalam bentuk linier, dan uji lanjut menggunakan uji t. Pakan hijauan yang diberikan adalah rumput gajah, rumput lapang, serta limbah pertanian dan konsentrat menggunakan campuran dedak padi, onggok atau cacahan singkong dan ampas tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH). Tingkat produksi PBBH berkisar 35-65 gr/ekor/hari dengan, rata-rata 48,21 gram/ekor/hari. Hasil analisis variansi didapat 55,7%, nilai f hitung 17,258 dengan taraf signifikasi 99% (P < 0,01). Variable yang berpengaruh nyata yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat dengan koefisien regresi 0,008 dan 0,031. Kepemilikan ternak berkisar antara 1-8 ekor/peternak dengan rataan 4 ekor/peternak, ukuran kandang rata-rata 40 cm2.

Kata kunci : Fungsi Produksi, Kambing, PBBH

(11)

function in the goat business in Punggelan district, Tegal regency. The research method used was survey and observations, village selection using random sampling, whereas the goat selection was determined with purposive sampling method. The analysis of the data used the Cobb-Douglas function, there it was transformed into a linear form of logarithms, and further it was tested using the t test. The forage given is elephant grass, field grass, and agriculture waste and concentrated supplemented with bran, cassava, and tofu. The results showed that the factors of production significantly affected the production daily gain. The range production from 35-65 gr/goat/day with an average production of daily gain 48,21 gr/head/day. The variance analysis results obtained 55,7%, the value f count with of 17,258 with 99% significanct level (P <0,01). Significant variables were forage and concentrate with regression coefficients of 0,008 and 0,031. The range of livestock owners is 1–8 head with an average of livestock owners 4 head. The cage size on average were 40 cm2.

Keyword : Production Function, Goat, Daily Gain

(12)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Peternakan kambing merupakan salah satu cabang usaha yang digemari masyarakat di Indonesia. Selain profit yang didapatkan cukup tinggi, beberapa diantara para pelaku usaha mendapatkan kesenangan karena beternak juga sebagai hobi. Minat peternak terhadap usaha kambing potong cukup tinggi, baik usaha penggemukan atau pembibitan. Salah satu alasannya adalah daging kambing merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi, dengan kandungan lemak tak jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging bewarna merah lain seperti daging sapi atau daging babi yaitu sebesar 0,9 g per 100 g daging kambing.

Berdasarkan sensus pertanian tahun 2013 Indonesia memiliki populasi kambing sekitar 13.400.000 juta. Dunia internasional mengakui bahwa Indonesia memiliki jenis domba dan kambing tropis unggul, yaitu domba Garut yang bobot badannya dapat mencapai 100 kg dan kambing Kacang yang memiliki reproduktifitas tinggi (dapat beranak tiga kali dalam dua tahun dengan peluang kembar dua atau tiga yang tinggi). Kedua jenis ternak sangat adaptif terhadap lingkungan tropis yang panas dan lembab.

(13)

kepada para peternak skala rumah tangga dengan skala usaha sekitar 2 sampai dengan 31 ekor per peternak (Tantan, 2007).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2013 Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten dengan pengembangan populasi kambing tinggi di Jawa Tengah, tercatat memiliki populasi kambing 200.807 ekor. Kecamatan Punggelan merupakan salah satu kecamatan dengan populasi kambing tertinggi di Kabupaten Banjarnegara mencapai 18.337 ekor. Mayoritas kambing yang dipelihara adalah kambing Peranakan Ettawa dan Jawarandu dengan populasi kambing Jawarandu mencapai 11.246 ekor.

Pengembangan usaha peternakan berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Suatu usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh manajemen faktor produksi sebagai sumber daya ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk berupa pertambahan bobot badan harian (PBBH). Faktor-faktor produksi tersebut antara lain kepadatan kandang, pakan, serta jumlah ternak yang dipelihara.

Kepadatan kandang sangat berpengaruh terhadap produksi (PBBH) kambing. Hal tersebut karena kepadatan kandang berkaitan dengan suhu ruangan, kelembaban, serta ruang gerak kambing sehingga berhubungan dengan tingkat stress ternak. Apabila ternak mengalami stress nafsu makan akan menurun dan berakibat pada penurunan produksi.

(14)

baik maka produksinya akan baik, sebaliknya apabila pakan yang diberikan memiliki nutrien yang buruk maka produksinya tidak akan maksimal.

Usaha ternak kambing di Indonesia sebagian besar berskala rumah tangga, artinya usaha tersebut hanya merupakan sumber tambahan pendapatan. Kepemilikan ternak berhubungan dengan efisiensi tenaga kerja serta motivasi bekerja.

I.2. Perumusan Masalah

Fungsi produksi usaha ternak kambing merupakan proses yang menunjukkan tingkat produksi (PBBH) yang dicapai dalam penggunaan beberapa faktor dengan jumlah tertentu. Input faktor produksi tersebut terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan genetik, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan seperti kandang, pakan, dan kepemilikan.

Pakan untuk ternak kambing dibedakan menjadi 2, yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Kandungan nutrien pada pakan sangat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Kepadatan kandang sangat berpengaruh terhadap produksi (PBBH) kambing. Hal tersebut karena kepadatan kandang berkaitan dengan suhu ruangan, kelembaban, serta ruang gerak kambing sehingga berhubungan dengan tingkat stress ternak, sedangkan kepemilikan ternakberhubungan dengan efisiensi tenaga kerja serta motivasi bekerja.

(15)

mendukung faktor produksi penggemukan ternak kambing. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengkajian mengenai :

a. Bagaimana faktor produksi dan produksi ternak kambing di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara?

b. Bagaimana pengaruh faktor produksi (jumlah ternak, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan kepadatan kandang) terhadap produksi (PBBH) ternak kambing di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara? I.3. Hipotesis

Faktor-faktor produksi (jumlah ternak, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan kepadatan kandang) berpengaruh terhadap produksi pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak kambing.

I.4. Tujuan

a. Menganalisis faktor produksi dan produksi (PBBH) ternak kambing di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara

b. Mempelajari pengaruh faktor produksi (jumlah ternak, pakan hijauan, konsentrat, dan kepadatan kandang) terhadap produksi (PBBH) ternak kambing di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara

I.5. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan usaha ternak kambing di Kecamatan Punggelan.

b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan faktor produksi.

(16)

II.1. Kambing

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia penghasil daging yang cukup potensial. Kambing dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang tidak dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan pakan. Makanan utama ternak kambing adalah hijauan berupa rumput lapangan (Rudiah, 2011)

Kambing merupakan salah satu ternak yang cukup memberikan andil cukup besar dalam meningkatkan pendapatan keluarga petani. Ternak kambing bagi petani, selain sebagai tabungan, juga merupakan ternak yang banyak andilnya sebagai penghasil daging. Daging kambing sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat karena rasanya enak dan gurih serta bergizi tinggi (Parwati, 2007).

II.2. Faktor Produksi

Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. (Herawati, 2008)

(17)

Sumber: Russell dan Taylor (2003)

II.2.1. Jumlah Kepemilikan Ternak Kambing

Usaha ternak kambing sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat berskala kecil dengan ciri kepemilikan ternak kambing yang masih rendah. Jumlah pemilikan ternak yang masih rendah disebabkan karena system pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Dalam pengelolaan usaha peternakan rakyat, terbatasnya kemampuan sumber daya manusia sering menjadi kendala dan berdampak pada produktivitas. (Makatita, 2013)

Paturochman (2005) menyatakan bahwa besar kecilnya skala usaha pemilikan kambing sangat mempengaruhi tingkat pendapatan, jadi makin tinggi skala usaha pemilikan maka makin besar tingkat pendapatan peternak.

Kusnadi (2008) menyatakan bahwa pada saat ini, tingkat pemilikan ternak dalam usaha tani relatif kecil, yaitu sapi 1-2 ekor, kambing/domba 3-5 ekor, dan unggas 5-20 ekor. Pendapatan kotor petani-peternak masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Oleh karena itu, usaha ternak

INPUT Tenaga kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial

OUTPUT Produk Jasa Proses

Transformasi

Bahan-bahan

(requirement)

(18)

hanya merupakan sumber tambahan pendapatan untuk menopang kebutuhan keluarga tani khususnya di pedesaan.

II.2.2. Pakan Kambing

Pakan ternak ruminansia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hijauan dan konsentrat. Imbangannya dapat bervariasi sesuai dengan tujuan pemberian pakan. Pada kondisi intensif, ternak ruminansia dapat diberi pakan konsentrat dengan proporsi yang lebih tinggi, bahkan dapat mencapai 85% dari total pakan yang diberikan (Haryanto, 2009).

Pakan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2012).

(19)

Konsentrat adalah makanan yang serat kasarnya rendah, banyak mengandung BETN dan sangat mudah dicerna. Konsentrat umumnya mengandung bahan kering dan zat-zat makanan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin-vitamin. Pemberian konsentrat tergantung pada mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas hijauan, makin sedikit zat-zat makanan yang disuplai dari konsentrat (Rudiah, 2011)

Menurut Nurdiati (2012) pertambahan PBBH dipengaruhi oleh konsumsi BK yang diberikan oleh peternak. Thalib (2004), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi.

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain to-tal protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana (National Re-search Council, 2006).

II.2.3. Kepadatan Kandang Kambing

Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ternak yang kalah dan menang sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam dan organ reproduksi akan terganggu. Hal tersebut dapat mengakibatkan produktivitas ternak tidak optimal (Gustira, 2015).

(20)

hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada kepadatan kandang yang rendah, ternak mampu menghasilkan daging karkas yang lebih tinggi. Pada kepadatan kandang yang rendah, persentase daging karkas yang dihasilkan lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa kepadatan kandang yang rendah memberikan kenyamanan bagi ternak untuk berproduksi secara optimal, sedangkan pada kepadatan kandang tinggi terjadi penurunan tingkat produksi daging karkas, dan terjadi peningkatan produksi lemak tubuh (Manshur, 2006).

Pembuatan kandang harus memperhatikan syarat-syarat teknis antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006).

II.3. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematik atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan produksi teknis yang dihadapi pengelolaan usahatani. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor –faktor produksi: kapital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2006).

(21)

tertentu. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai dengan jumlah produksi yang dihasilkan persatuan waktu (Damanik, 2007).

(22)

III.METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

III.1. Sasaran Penelitian

Peternak dan ternak kambing Jawarandu jantan umur 5-8 bulan sejumlah 60 ekor di Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanankan di Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.

III.3. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey yaitu suatu cara pengamatan atau penyelidikan untuk mendapatkan data-data dari responden mengenai produksi dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat khusus untuk hal tersebut. Pengamatan langsung di lokasi peternakan dan wawancara dengan para peternak. III.4. Variabel Penelitian

Variabel dependen berupa produksi kambing ditinjau dari Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH). Variabel independen terdiri atas jumlah ternak yang dipelihara, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan kepadatan kandang.

III.5. Teknik Penetapan Sampel

(23)

populasi kambing terbanyak di Kabupaten Banjarnegara, serta memiliki kondisi alam yang mendukung untuk usaha ternak kambing. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih 3 desa dari 17 desa di Kecamatan Punggelan secara random (acak) dimana disetiap desa di Kecamatan Punggelan memiliki populasi Kambing Jawarandu Jantan umur 5-8 bulan lebih dari 20 ekor. Pengambilan sampel secara random dilakukan agar sampel yg diperoleh lebih objektif, pengambilan sampel dengan metode random dapat dilakukan apabila sampel homogen, selanjutnya setelah terpilih 3 desa secara acak sampel dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling (disengaja) untuk menentukan 20 ekor kambing Jawarandu jantan umur 5-8 bulan setiap desa. Pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling dilakukan agar sampel yang didapatkan memiliki kesamaan berupa jenis kambing, jenis kelamin jantan, jenis pakan, serta umur sehingga sampel yang didapatkan lebih homogen.

III.6. Metode Analisa

III.6.1. Definisi Operasional

1. Jumlah kepemilikan kambing adalah banyaknya ternak yang dipelihara oleh seorang peternak dalam Satuan Ternak Kecil (STK). Menurut Dagur (2004) perhitungan dilakukan sebagai berikut :

Tabel 1. Satuan Ternak Kecil

Jenis Umur STK

Kambing jantan/ betina dewasa > 1 tahun 1 Kambing jantan/ betina muda 5-12 bulan 0,5

(24)

2. Pakan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tana-man dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanatana-man tersebut adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya diberikan setiap hari dalam satuan kg/STK (Edo, 2012).

3. Pakan konsentrat adalah pakan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang tinggi dengan kadar serat kasar rendah kurang dari 18% dan mudah dicerna yang diberikan setiap hari dalam satuan kg/STK (Rudiah, 2011).

4. Kepadatan kandang adalah luasan kandang yang digunakan ternak dalam satuan m2/STK (Iskandar, 2009).

5. Produksi adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil (Heizer dan Render, 2009). Hasil yang diperoleh dari usaha ternak kambing diny-atakan dalam PBBH dalam satuan gr/ekor/hari. PBBH diukur setiap 7 hari sekali menggunakan timbangan.

6. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2011)

III.7. Analisis Data

III.7.1. Analisis Deskripsi

(25)

sekarang. Hasil penelitian digambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara faktor produksi (jumlah ternak, pakan hijauan, pakan konsentart, dan kepadatan kandang) terhadap PBBH digunakan analisis deskriptif.

III.7.2. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Hubungan antara faktor produksi dengan produksi ternak kambing dianalisis dengan fungsi produksi Cobb-Douglas:

Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4

Menurut Ramadhani (2011) menaksir parameter-parameternya, model fungsi produksinya ditransformasikan lebih dahulu dalam bentuk logaritma. Dengan model persamaan sebagai berikut:

Log Y = log a + b1log X1 + b2log X2 + b3log X3 + b4log X4 Keterangan:

Y = PBBH

a = konstanta b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi

X1 = jumlah kepemilikan ternak (STK)

X2 = pakan hijauan (kg/hari/STK)

X3 = pakan konsentart (kg/hari/STK)

X4 = kepadatan kandang (m2/STK)

(26)

Pengaruh faktor produksi terhadap PBBH dapat digunakan uji F sebagai berikut :

Tabel 2. Perhitungan Analisis Variansi

Sumber

Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat TengahF F hitung F tabel Kolom (K) db JKK = k-1 KTK =JKK / db JKK

F hitung = KTK / KTG Galat (G) JKG = JKT - JKK db JKG= N-k KTG =

JKG / db JKG

Total (T) db JKT= N-1

Kriteria pengujian :

a. Apabila F hitung > dari F tabel dengan tingkat kepercayaan lebih dari 95% berarti variable bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap vari-able terikat

b. Apabila F hitung < dari F tabel dengan tingkat kepercayaan kurang dari 95% berarti variable bebas secara bersama-sama berpengaruh tapi tidak nyata ter-hadap variable terikat

Menguji masing-masing koefisien untuk mengetahui tingkat signifikasinya menggunakan uji t statistik yaitu :

t hitung= bi

Sbi

(27)

t hitung: nilai t hitung bi : koefisien regresi Sbi : kesalahan baku regresi Kriteria pengujian :

a. Apabila t hitung > t tabel dengan tingkat kepercayaan lebih dari 95% maka variable ke-I berpengaruh nyata terhadap produksi

b. Apabila t hitung < t tabel dengan tingkat kepercayaan kurang dari 95% maka variable ke-I berpengaruh tapi tidak nyata terhadap produksi

III.8. Kerangka Pemikiran Konseptual Peneliti

Keberhasilan usaha ternak kambing sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas faktor produksi. Kombinasi dari berbagai faktor produksi akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas ternak kambing terimplementasikan sebagai pertambahan bobot badan harian (PBBH). Produksi dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dipelihara, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan kepadatan kandang. Kerangka pemikiran konseptual peneliti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Peneliti

Kambing

Input/Faktor Produksi Pakan Hijauan

Pakan Konsentrat Kepadatan Kandang Jumlah Ternak

Produksi/PBBH

(28)

Tata Urutan Kerja

Melakukan survey terhadap objek penelitian secara sampling untuk mengetahui kondisi lapangan. Menyusun proposal dan makalah usulan penelitian kemudian meluakukan seminar usulan penelitian.

Setelah seminar usulan penelitian disetujui maka dilakukan pengumpulan data primer dengan wawancara kepada responden ke lokasi penelitian dan data sekunder didapat dengan mencari informasi pada instansi terkait. Hasil penelitian yang sudah dilakukan mulai dari persiapan hingga analisis data menggunakan statistika disimpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan penelitian (Skripsi) dengan bimbingan dosen pembimbing.

III.9. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Agustus sampai dengan tanggal 15 bulan September 2016. Bertempat di Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 3. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Bulan

I II III IV

1. Persiapan

2. Pengambilan Data 3. Analisis Data

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tinjauan Umum

IV.1.1. Geografis

Kecamatan Punggelan terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur. Kecamatan Punggelan adalah salah satu Kecamatan dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara dengan batas-batas :

 Sebelah Utara : Kecamatan Kalibening dan Kecamatan Pandanarum  Sebelah Timur : Kecamatan Banjarmangu

 Sebelah Selatan : Kecamatan Wanadadi dan Kecamatan Rakit  Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga

Luas Kecamatan Punggelan 10.284,00 ha yang terdiri dari 17 Desa, 80 Dusun, 105 RW dan 415 RT dengan Lahan Basah yang dipergunakan untuk bercocok tanam padi dan palawija dan Lahan Kering yang potensial untuk pengembangan buah-buahan dan hasil hutan lainnya seperti Salak, Kapulaga, Kopi, Singkong, Padi, dan jagung.

IV.1.2. Keadaan Demografi

(30)

IV.1.3. Kondisi Sektor Pertanian

Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat, Kecamatan Punggelan memproduksi tanaman pangan diantaranya padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan kentang. Selain itu Kecamatan Punggelan juga dikenal dengan penghasil padi gogo.

IV.1.3.1. Tanaman Sayuran

Kondisi tanaman sayur-sayuran di Kecamatan Punggelan terdiri atas bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, petai, jengkol, mlinjo dan terong.

IV.1.3.2. Tanaman Buah-buahan

Kecamatan Punggelan menghasilkan buah - buahan dalam jumlah yang cukup besar. Jenis buah - buahan yang ada di Kecamatan Punggelan adalah Pisang, Salak, Nenas, Jambu Biji, Pepaya, Durian, Rambutan, duku, Jeruk siam, Mangga, Manggis, Alpukat, Belimbing, Jambu Air, Sawo, Sirsak, Melinjo dan Sukun.

IV.1.3.3. Kondisi Peternakan

(31)

IV.2. Tinjauan Khusus

IV.2.1. Tingkat Produksi

Tingkat produksi pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak kambing di Kecamatan Punggelan tertera dalam Tabel 4 .

Tabel 4. Peningkatan PBBH Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan

No PBBH (g/hari) Jumlah (STK) Proporsi (%)

1

Sumber : Data Primer (2016)

Data Tabel. 4 menunjukan sebanyak 13,5 STK (45%) ternak kambing memiliki PBBH lebih dari 55 g per hari, 6,5 STK (21,67%) ternak kambing memiliki PBBH 45 – 54,9 g per hari dan 10 STK (33,33 %) ternak kambing memiliki PBBH kurang dari 44,49 g per hari.

(32)

pemberian pakan hijauan, pemberian pakan konsentrat, kepadatan kandang, dan kepemilikan jumlah ternak.

Menurut Nurdiati (2012) pertambahan PBBH dipengaruhi oleh konsumsi BK yang diberikan oleh peternak. Thalib (2004), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi. Berdasarkan National Research Council (2006) pertam-bahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi se-tiap individu dan manajemen tata laksana.

Gambar 2. Kambing Jawarandu

(33)

Jumlah kepemilikan kambing di Kecamatan Punggelan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Kepemilikan Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan No Kepemilikan (STK) Peternak (Orang) Proporsi (%)

1

Rata-rata 3,5 ± 0,15

60 100

Sumber : Data Primer (2016)

Data Tabel 5. menunjukan bahwa 41 orang peternak (68,33%) memiliki ternak 3 – 5,99 STK, 14 orang peternak (23,33%) memiliki ternak kurang dari 2,99 STK, serta 5 orang peternak (8,34%) memiliki ternak lebih dari 6 STK. Jumlah ternak yang dimiliki suatu peternak merupakan suatu indikator dari sistem peternakan yang digunakan. Pemeliharaan kambing yang dilakukan oleh keluarga petani berorientasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sebagai usaha sampingan sehingga jumlah kepemilikannya kurang dari 20 STK, sedangkan untuk skala usaha memiliki 30 STK.

(34)

merupakan sumber tambahan pendapatan untuk menopang kebutuhan keluarga tani khususnya di pedesaan.

Paturochman (2005) menyatakan bahwa besar kecilnya skala usaha pemilikan kambing sangat mempengaruhi tingkat pendapatan, jadi makin tinggi skala usaha pemilikan maka makin besar tingkat pendapatan peternak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak memelihara ternak kambing dengan tujuan sebagai usaha sampingan dan tabungan. Hal terse-but menunjukkan bahwa usaha ternak yang dilakukan belum berorientasi pada us-aha komersial melainkan sebagai usus-aha sampingan dan sebagai tabungan kelu-arga.

Jumlah kepemilikan ternak dapat menjadi motivasi bagi para peternak un-tuk melakukan usaha ternak kambing. Peternak yang memiliki jumlah ternak lebih banyak akan lebih termotivasi untuk melakukan usaha ternak kambing, sehingga dalam melakukan manajemen pemeliharaannya akan semakin baik, hal tersebut berpengaruh terhadap produksi PBBH. Sebaliknya peternak yang jumlah ter-naknya sedikit memiliki motivasi yang rendah, sehingga manajemen pemeli-haraannya menjadi kurang baik dan dapat berpengaruh terhadap produksi PBBH.

(35)

manusia sering menjadi kendala dan berdampak pada produktivitas. Berikut adalah tabel kepemilikan ternak kambing jawarandu di Kecamatan Punggelan.

IV.2.3. Pakan Hijauan

Pakan hijauan di Kecamatan Punggelan sangat mudah didapat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2015) Kecamatan Punggelan memiliki luas lahan pertanian 10.248,01 ha, terdiri atas lahan sawah, tegalan, maupun perkebunan. Luas lahan pertanian berpengaruh positif terhadap persediaan pakan hijauan di Kecamanatan Punggelan. Limbah hasil pertanian dapat digunakan sebagai pakan hijauan ternak. Pemberian pakan hijauan di Kecamatan Punggelan dapat dilihat pada Tabel 6.

(36)

Tabel 6. Pemberian Pakan Hijauan Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan

No Hijauan Pakan (kg) Jumlah (STK) Proporsi (%)

1

Rata-rata 2,83 ± 0,44

30 100

Sumber : Data Primer (2016)

Tabel 6. menunjukan sebanyak 19 STK (63,33%) ternak kambing diberi pakan hijauan lebih dari 3 kg per hari, sebanyak 7,5 STK (25%) ternak kambing diberi pakan hijauan 2,5 – 2,9 kg per hari, serta 3,5 STK (11,67%) ternak kambing diberi pakan hijauan kurang dari 2,4 kg. Hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, rumput lapang, serta limbah pertanian. Frekuensi pemberian pakan hijauan di Kecamatan Punggelan 2 kali, yaitu pada pagi dan sore hari.

Rata-rata pemberian pakan hijauan per hari di Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara adalah 2,83 ± 0,44 kg per hari. Menurut Ngitung (2013) konsumsi pakan pada kambing bobot 29,4 kg adalah 731 g per ekor per hari.

Konsumsi pakan seekor ternak sangat dipengaruhi oleh kondisi kambing pada saat penelitian berlangsung. Jika kambing berada pada kondisi pertumbuhan, maka konsumsinya akan lebih tinggi dari pada kambing yang tidak tumbuh.

(37)

Pakan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman tersebut adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut pakan kasar. Hijauan yang diberikan kepada ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah pakan yang berasal dari hijauan dan diberikan kepada ternak dalam bentuk segar. Hijauan kering adalah hijauan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2012).

IV.2.4. Pakan Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan tambahan atau pakan adiktif yang diberikan pada ternak. Konsentrat diberikan dengan tujuan meningkatkan produksi PBBH pada kambing jawarandu di Kecamatan Punggelan. Pemberian pakan konsentrat di Kecamatan Punggelan dapat dilihat pada Tabel 7.

(38)

Tabel 7. Pemberian Pakan Konsentrat Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan

No Pakan Konsentrat

(kg)

Jumlah (STK) Proporsi (%) 1

Sumber : Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa sebanyak 13 STK (43,33 %) ternak kambing diberi pakan konsentrat sebanyak 0,25 – 0,349 kg, 10,5 STK (35 %) ternak kambing diberi pakan konsentrat sebanyak kurang dari 0,249 kg, dan 6,5 STK (21,67 %) ternak kambing diberi pakan konsentrat sebanyak lebih dari 0,35 kg.

(39)

PBBH kambing Jawarandu umur 5-6 bulan dengan pemberian ransum dengan kadar PK 15% dapat mencapai 114 g per hari.

Konsentat untuk kambing jawarandu di Kecamatan Punggelan umumnya berupa campuran dedak padi, onggok atau cacahan singkong dan ampas tahu. Pemberian konsentrat dilakukan satu perhari 20 – 50 g per hari, pakan konsentrat diberikan dalam bentuk basah. Pemberian konsentrat secara basah memiliki keunggulan yaitu tidak mengganggu pernafasan.

Risman (2011) berpendapat bahwa pakan konsentrat merupakan sumber nutrien utama bagi ternak. Komponen utama penyusun pakan adalah berupa biji-bijian. Biji-bijian umumnya mengandung air, karbohidrat, protein termasuk enzim, lemak, mineral, dan vitamin.

Rudiah (2011) berpendapat konsentrat adalah makanan yang serat kasarnya rendah, banyak mengandung BETN dan sangat mudah dicerna. Konsentrat umumnya mengandung bahan kering dan zat-zat makanan seperti

(40)

protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin-vitamin. Pemberian konsentrat tergantung pada mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas hijauan, makin sedikit zat-zat makanan yang disuplai dari konsentrat.

IV.2.5. Kepadatan Kandangan

Kandang merupakan aspek yang penting dalam peternakan, menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006) pembuatan kandang harus memperhatikan syarat-syarat teknis antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam proses produksi. Kepadatan kandang harus diperhatikan dalam suatu peternakan, kepadatan kandang berhubungan dengan suhu ruangan, kelembaban , ruangan, serta ruang gerak ternak kambing. Hal tersebut berhubungan dengan tingkat stress ternak, apabila ternak mengalami stress maka nafsu makan ternak akan menurun, sebaliknya nafsu makan akan bertambah apabila ternak dalam keadaan nyaman.sehingga berakibat pada produksi PBBH yang rendah. Data kepadatan kandang ternak kambing jawarandu jantan di Kecamatan Punggelan tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Kepadatan Kandang Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan No Kepadatan (m2/STK) Jumlah (STK) Proporsi (%)

(41)

2 3

0,35 – 0,545 > 0,55

19,5 3

65 10 Total

Rata-rata 0,397±0,12

30 100

Sumber : Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa 19,5 STK (65%) ternak kambing memiliki kepadatan kandang 0,35 – 0,545 m2 per STK, 7,5 STK (25%) ternak kambing memiliki kepadatan kandang kurang dari 0,345 m2 per STK, serta 3 STK (10 %) ternak kambing memiliki kepadatan kandang lebih dari 0,55 m2 per STK.

Rata-rata kepadatan kandang ternak kambing di Kecamatan Punggelan Kabuparen Banjarnegara adalah 0,397 ± 0,12 m2 per STK. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dagur (2004) luas kandang ternak kambing umur 6-12 bulan adalah 0,21m2/ekor.

(42)

IV.2.6. Analisis Faktor Produksi Terhadap Produksi PBBH (Fungsi Produksi)

Soekartawi (2011) berpendapat bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Hasil analisis regresi yang menghubungkan variable independent berupa jumlah kepemilikan ternak (X1), pakan hijauan (X2), pakan konsentrat (X3), dan kepadatan kandang (X4) dengan variable dependent berupa produksi (PBBH) mengikuti persamaan :

Log Y = Log 0,0021 + Log 0,000 X1 + Log 0,008 X2 + Log 0,031 X3 - Log 0,005 X4

Tabel 9. Hasil Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas Faktor-faktor Produksi Terhadap Produksi

Variabel Koefisien Regresi (bi)

(43)

F Signifikan 0,000*** Sumber : Data Primer (2016)

Keterangan: ** *= signifikasi pada tingkat kepercayaan 99%

Tabel 9. menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,557. Hal tersebut berarti bahwa besarnya variasi variabel dependen (Y) dipen-garuhi oleh variasi variabel independen (X1, X2, X3, X4) sebesar 55,7% sedan-gkan sisanya 44,3% dipengaruhi oleh variabel lain. Nilai F hitung sebesar 17,258 lebih besar daripada F tabel sebesar 3,339. Hal tersebut artinya bahwa variabel perkandangan, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan jumlah kepemilikan ternak secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi PBBH (Y) pada tingkat kepercayaan 99% (P>0,01). Secara parsial variabel independen yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah pakan hijauan dan konsentrat.

IV.2.6.1. Jumlah Kepemilikan Ternak

(44)

sambilan dan masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana sehingga produktivitasnya sangat rendah.

Kepemilikan ternak oleh peternak perorangan umumnya bervariasi dua sampai dengan enam ekor per keluarga. Bagi peternak perorangan, mereka mampu memelihara antara 10 sampai dengan 30 ekor per keluarga (Adhianto, 2015). Makatita (2013) menyatakan usaha ternak kambing sebagian besar merupakan usaha peternakan rakyat berskala kecil dengan ciri kepemilikan ternak kambing yang masih rendah. Jumlah pemilikan ternak yang masih rendah disebabkan karena system pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Dalam pengelolaan usaha peternakan rakyat, terbatasnya kemampuan sumber daya manusia sering menjadi kendala dan berdampak pada produktivitas.

IV.2.6.2. Pakan Hijauan

Hasil analisis parsial berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb Douglas dan uji t dapat diketahui bahwa variabel pakan hijauan (X2) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi PBBH pada tingkat kepercayaan 99% (P < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan yang baik akan meningkatkan produksi PBBH. Koefisien regresi 0,008 artinya bahwa setiap penam-bahan 1% konsentrat akan menambah produksi PBBH sebanyak 0,008%.

(45)

yang berkualitas, dimana formula ransum yang baik akan mempercepat laju pertumbuhan yang optimal.

IV.2.6.3. Pakan Konsentrat

Hasil analisis fungsi produksi Cobb Douglas dan uji t variabel pakan kon-sentrat (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi PBBH pada tingkat kepercayaan 99% (P < 0,01). Koefisien regresi 0,031 artinya bahwa setiap pen-ingkatan konsentrat 1% akan meningkatkan 0,031% produksi PBBH. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurdiati (2012) berpendapat bahwa pertambahan PBBH dipengaruhi oleh konsumsi BK yang diberikan oleh peternak.

Thalib (2004), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak rumi-nansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi. Is-woyo (2008) juga menyatakan bahwa pemberian konsentrat 2 jam sebelum hi-jauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum, yang pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi bahan kering ransum.

IV.2.6.4. Kepadatan Kandang

(46)

Gustira (2015) menyatakan kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ternak yang kalah dan menang sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam dan organ reproduksi akan terganggu. Hal tersebut dapat mengakibatkan produktivitas ternak tidak optimal.

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Faktor- faktor produksi yang digunakan yaitu pakan hijauan, konsentrat, kepadatan kandang dan jumlah kepemilikan ternak. Tingkat produksi PBBH berkisar antara 35-65 gram/ekor/hari dengan produksi PBBH rata-rata 48,21 gram/ekor/hari.

2. Faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi PBBH yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat yang diberikan.

V.2. Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, K. M. Hamdani. I, Harris. 2015. Analisis Ekonomi Usaha Penggemukan Kambing dengan Pakan Komplit. Jurnal Politeknik Negeri Lampung 2(1):554-561

Dagur, A B. 2004. Prospek dan Strategi Pembangunan Kabupaten Manggarai Dalam Prespektif Masadepan. Indomedia. Jakarta

Damanik, S. 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera) untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Jurnal Perspektif 6 (2) : 94 – 104

Dirjen Peternakan. 2006. Implementasi Program Menuju Swasembada Daging 2010. Stategi dan Kendala. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Edo, 2012. Budidaya Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering. Departemen

Pertanian. Ungaran

Gustira,D. Rianti. Titin,K. 2015. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Performa Produksi Ayam Petelur Fase Awal Grower. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 3(1): 87-92

Haryanto, B. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertaniian 2(3): 163-176

Heizer, J. B, Render. 2009. Operations Management - Manajemen Operasi. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta

Herawati, E. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine pada PT. Flora Sawita Chemindo Medan. Jurnal Sosiohumaniora 7(3) : 23-38

Iskandar S, S.D. Setyaningrum, Amanda Y. 2009. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Pertumbuhan. JITV 14(1): 19-24

(49)

Koddang, A. Y. M. 2008. Pengaruh Tingkat Pemberian Kosentrat Terhadap Daya Cerna Bahan Kering dan Protein Kasar Ransum Pada Sapi Bali Jantan yang Mendapatkan Rumput Raja ( Pennisetum Parpurephoides). ad-libitum, Jurnal Agroland 15 ( 4 ) :343 - 348

Kusnadi, U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertaniian 1(3): 189-205

Luanmase,C.M. S, Nurtini. F, Trisakti. 2011. Analisis Motivasi Beternak Sapi Potong Bagi Peternak Lokal dan Transmigran Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Jurnal Buletin Peternakan 35(2): 113-123

Makatita, J. 2013. Hubungan Antara Karakteristik Peternak dengan Skala Usaha pada Usaha Peternakan Kambing di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Agrinimal, 3(2): 78-83

Manshur, F. 2006. Kelinci : Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu. Penerbit Nuansa. Bandung.

Murdjito, G. IGS, Budisatria. Panjono. 2011. Kinerja Kambing Bligon yang Dipelihara Peternak di Desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan, 35(2): 86-95.

Ngintung, R. S,Hasan. H, Sonjaya. 2013. Respon Kambing Marica yang Dipelihara Secara Intensif (Ex-Situ) Terhadap Pemberian Hijauan yang Berbeda. Jurnal Bionature, 14(2) : 117-121.

Nurdiati, K. E, Handayanta. Lutojo. 2012. Efisiensi Produksi Sapi Potong pada Musim Kemarau di Peternakan Rakyat Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul. Tropical Animal Husbandry, 1(1) : 52-58 Parwati, IA. 2007. Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Usaha Ternak Kambing dengan Laserpunktur. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali 1(1) : 1-15

Paturochman, M. 2005. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan keluarga Peternak dengan Tingkat konsumsi (Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KBPS) Pangalengan). Jurnal Sosiohumaniora 7(3) : 78-83 Ramadhani, Y. 2011. Analisis Efisiensi, Skala dan Elastisitas Produksi dengan

(50)

Risman, I. 2011. Fisiologi Pencernaan Ruminansia. Edisi 1. The Rector. Animal Science. Jakarta

Rudiah. 2011. Respon Kambing Kacang Jantan Terhadap Waktu Pemberian Pakan. Jurnal Media Litbang Sulteng IV (1) : 67 – 74

Russell, R. W, Taylor. 2003. Production and Operation Management : Focusing on Quality and Competitivenes. Prentice-Hall. Inc. New Jersey

Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. I. Andi Offset, Yogyakarta.

Soekartawi, 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Tahuk, P.K., E. Baliarti, dan H. Hartadi. 2008. Kinerja Kambing Bligon pada Penggemukan dengan Level Protein Pakan Berbeda. Buletin Peternakan, 32(2): 121-135.

Tantan, H. R. Wiradarya. 2007. Tantangan dan Peluang Peningkatan Efisiensi Usaha .ternak Kambing dan Domba (Peternakan Kambing-Domba Skala Menengah Sistem 3 Strata (Pembibitan, Pembiakan dan Komersial). Jurnal Lokakarya Nasional Kambing Potong 1(I) : 109-119

(51)
(52)
(53)
(54)

Lampiran 2. Tabel Analisis

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PBBH

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimen

sion0

1 .746a .557 .524 .00547

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan, Perkandangan, Konsentrat, Hijauan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .002 4 .001 17.258 .000a

Residual .002 55 .000

Total .004 59

(55)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) .021 .005 4.197 .000

Perkandangan -.005 .008 -.070 -.621 .537

Hijauan .008 .002 .428 3.381 .001

Konsentrat .031 .008 .458 3.880 .000

Kepemilikan .000 .001 -.047 -.503 .617

(56)
(57)

Gambar

Tabel 2. Perhitungan Analisis Variansi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual PenelitianGambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Peneliti
Tabel 3. Kegiatan Penelitian
Tabel 4. Peningkatan PBBH Ternak Kambing di Kecamatan Punggelan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas senyawa asam 2-(4-(klorometil)benzoiloksi)benzoat yang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan

dari siswa siswi tersebut akan dikembalikan apabila yang mengambil atau menjemputnya adalah orang tua para murid. Hal ini dikarenakan untuk memberi efek jera kepada

Jadi, level organisasi menunjukkan bahwa berita tentang kabut asap yang dikritik dalam Pojok Atan Sengat karena tujuan dari dibentuknya pojok tersebut adalah

Pengaplikasian Beauveria bassiana dilakukan dengan menggunakan sprayer dengan cara disemprotkan pada tanaman padi saat 7 hari setelah tanaman diinfestasi hama wereng batang

anisopliae yang diaplikasikan secara disemprot menunjukkan efektifitas yang rendah terhadap nimfa wereng coklat, sedangkan yang diaplikasikan di sekitar perakaran

Pertumbuhan tanaman jagung manis tanpa pemberian limbah serasah jagung akan tertekan dikarenakan tidak adanya penambahan bahan organik di dalam tanah sehingga