• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Kerja Tim Farmasi Dan Terapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Kerja Tim Farmasi Dan Terapi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KERJA TIM KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR.SULIANTI SAROSO

TAHUN 2015 PENDAHULUAN

Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas kesehatan lain seringkali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit, guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik, rumah sakit harus mempunyai suatu program pemilihan dan penggunaan obat yang obyektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis. Konsep sistem formularium adalah suatu metode untuk mengadakan program tersebut dan telah digunakan oleh berbagai rumah sakit beberapa tahun yang lalu.

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan pasien. Hanya obat yang dipilih demikian yang secara rutin tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian, sistem formularium adalah sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat tersedia dalam dua nama tersebut.

Keberhasilan sistem formularium hanya dapat tercapai bila mendapat persetujuan dari Komite Medik, staf medis yang terorganisasi, anggota staf secara individu, dan berfungsinya Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang terorganisasi dengan baik. Kebijakan dan prosedur dasar yang menguasai sistem formularium harus tertera dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga atau dalam ketetapan dan peraturan staf medik.

Hasil utama dalam sistem formularium adalah formularium rumah sakit, yaitu dokumen atau buku yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih KFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, yang terus menerus di revisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan pasien dan staf profesional pelayan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik di rumah sakit.

1. LATAR BELAKANG

Tugas pokok Komite Farmasi dan Terapi (KFT) berdasarkan SK Direktur RSPI Prof DR. Sulianti Saroso Nomor : HK.02.04/VII.3/267/2015 adalah membantu Direktur RSPI Prof DR.Sulianti Saroso dalam pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai, sedangkan salah satu fungsi KFT sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Direktur tersebut adalah menyusun formularium RSPI Prof. dr. .Sulianti Saroso, mengevaluasi dan merevisi setiap tahun, dengan memperhatikan usulan dari Staf Medik.

(2)

Formularium rumah sakit berperan sebagai koridor bagi pelaksana untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kaidah dan standar terapi yang berlaku. Oleh karena itu, Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso perlu di revisi secara berkala tidak hanya menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, tetapi juga didasarkan pada kajian pola penyakit dan kajian penggunaan obat serta berbagai kebijakan Kementrian Kesehatan.

II. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso disusun untuk digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menjamin ketersediaan obat, serta menjamin kerasionalan penggunaan obat yang aman, bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat

b. Tujuan Khusus

1. Menjadi acuan bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat, paling efficacious dan aman dengan harga yang terjangkau

2. Mendorong penggunaan obat secara rasional sesuai standar, sehingga pelayanan kesehatan lebih bermutu dengan belanja obat yang terkendali(cost effective)

3. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien kepada masyarakat.

4. Memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Kegiatan Pokok :

1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis. 2. Kompilasi Usulan

3. Penyusunan draft daftar obat. 4. Pembahasan draft.

5. Finaloisasi draft. 6. Pengesahan. Rincian Kegiatan :

(3)

No .

Kegiatan Pelaksana Jadwal

1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf Medis.

Ketua Tim Komite Farmasi dan Terapi

Maret 2015 2. Kompilasi Usulan Sekretaris KFT April 2015 - Juni

2015

3. Penyusunan draft daftar obat Sekretaris KFT Juli 2015-September 2015

4. Pembahasan draft Komite Farmasi dan Terapi

September 2015 Oktober 2015 5. Finalisasi draft Sekretaris KFT November 2015 6. Pengesahan Direktur Utama RS.

Prof DR Sulianti Saroso

Desember 2015

IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN (METODOLOGI)

Metodologi :

1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis (STAF MEDIS). 2. Kompilasi Usulan

Pelaksana melakukan kompilasi usulan obat yang masuk dan dikelompokkan sesuai dengan kelas terapi.

3. Penyusunan draft daftar obat

Draf daftar obat disusun dengan sistematika sebagai berikut : a) Daftar obat disusun berdasarkan kelas terapi.

b) Nama obat ditulis dengan nama generik.

c) Penulisan obat didalam kelas terapi disusun secara alfabetis. 4. Pembahasan draft

Pembahasan draft dilakukan bersama oleh KFT. Usulan obat yang dibahas diutamakan pada usulan yang disertai alasan dan bukti ilmiah (evidence) yang lengkap serta memenuhi sarat kriteria memasukan obat dalam formularium. Prinsip dasar pemilihan obat adalah efficacy, saffety, dan economic evaluation.

5. Finalisasi draft

Draft yang telah dibahas, difinalisasi untuk penyempurnaannya. 6. Pengesahan

Diterbitkan Surat Keputusan Direktur Utama RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso tentang Formularium Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso.

Kriteria Pemilihan Obat :

Pemilihan obat dalam Formularium RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso didasarkan atas kriteria berikut :

(4)

1. Mengutamakan penggunaan obat generik (Rasio 80% generic : 20 % Branded). 2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut :

1 (satu) obat generik ; 1 (satu) obat original ; dan 1 (dua) obat me too.

3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang yang paling menguntungkan penderita.

4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas. 5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.

7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.

8. Memiliki rasio manfaat-biaya(benefit-cost ratio)yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.

9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada

a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan. c. Obat yang stabilitasnya lebih baik.

d. Mudah diperoleh e. Obat yang telah dikenal

10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :

a. Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap.

b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen.

c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tatap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut.

d. Kombinasi tetap harus meningkat rasio manfaat-biaya(benefit-c0st ratio)

e. Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.

11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSPI Prof dr Sulianti Saroso dengan harga yang terjangkau

Kriteria Penghapusan Obat:

1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan di evaluasi

2. Obat-obatan yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan di ingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. Apabila 3(tiga)bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari buku formularium.

3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan

Terminologi

1. Isi dan format Formularium

a. Satu jenis obat dapat digunakan dalam beberapa bentuk sediaan, dan satu bentuk sediaan dapat terdiri dari beberapa jenis kekuatan.

b. Dalam Formularium RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso, obat dikelompokkan berdasarkan kelas, subkelas dan kadang-kadang sub-subkelas terapi obat disusun berdasarkan nama obat.

(5)

c. Satu jenis obat dapat tercantum ke dalam lebih dari 1(satu) kelas atau subkelas atau sub-kelas terapi sesuai indikasi medis.

2. Tata Nama

a. Nama obat dituliskan sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi terakhir. Jika tidak ada dalam Farmakope Indonesia maka digunakan International Non-proprietary Names(INN)/ nama generik yang diterbitkan WHO.

b. Obat yang sudah lazim digunakan dan tidak mempunyai nama INN(generik)ditulis dengan nama lazim, misalnya :garam oralit.

c. Kombinasi yang tidak mempunyai nama INN (generik) diberi nama yang disepakati sebagai nama generik untuk kombinasi dan dituliskan masing-masing zat berkhasiatnya disertai dengan kekuatan masing-masing-masing-masing komponen.

d. Untuk beberapa hal yang dianggap perlu sinonim, dituliskan diantara tanda kurung.

3. Pengertian dan Singkatan a. Pengertian

(1). Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan adalah bentuk obat sesuai pembuatan obat tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan, misaknya: tablet salut enterik, injeksi intravena dan sebagainya.

(2). Kekuatan Sediaan

Kekuatan sediaan adalah kadar zat berkhasiat dalam sediaan obat jadi. Untuk kekuatan sediaan dalam bentuk garam atau esternya, maka garam atau ester tersebut dicantumkan dalam tanda kurung, misalnya :ethambutol tablet 250mg (hidroklorida).

Sedangkan untuk kekuatan kandungan zat berkhasiatnya saja,maka nama garam atau ester yang ditulis dalam tanda kurung akan didahului dengan kata ‘sebagai’, misalnya : klorokuin tablet 150 mg(sebagai fosfat).

(3). Nama Dagang

Nama dagang obat milik perusahaan dengan nama khas yang dilindungi oleh hukum

(4). Nama Industri Farmasi

Nama Industri Farmasi adalah nama pabrik farmasi yang memproduksi obat-obatan b. Singkatan amp : ampul bls : blister btl : botol gr : gram ih : inhalasi

(6)

inj : injeksi

inj i.k : injeksi intrakutan inj i.m : injeksi intramuskular inj i.v : injeksi intravena inj inflr : injeksi infiltrasi inj p.v : injeksi paravertebral inj s.k : injeksi subkutan

kapl : kaplet

kaps : kapsul

kaps dlm minyak : kapsul dalam minyak

ktg : kantong

ktk : kotak

L : liter

lar : larutan

lar ih : larutan inhalasi

mcg : microgram

mek : miliekuivalen

mg : miligram

serb inj : serbuk injeksi

sir : sirup

sup : supositoria

susp : suspensi

tab : tablet

tts : tetes

SINGKATAN YANG DILARANG KERAS

Nomor Item Singkatan Misinterprentasi Wajib Gunakan

1 1 U (untuk unit) Disalah artikan sebagai nol, empat atau cc

Harus ditulis “unit”

2 2 IU (untuk Internasional Unit) Disalah artikan sebagai IV (intravenus) atau 10 (sepuluh) Harus ditulis “Internasional Unit” 3 3 4 Q.D.,Q.O.D untuk sehari sekali atau setiap lain hari

Q dapat disalah artikan “I” dan O dapat disalah artikan “I”

Harus ditulis setiap hari atau setiap lain hari 4 5 6 Angka 0 dibelakang koma, X,0. Misal: 1,0 mg Angka 0 didepan koma , 0,X. Misalnya: ,1 mg Disalah artikan menjadi 10 mg Disalah artikan menjadi 1 mg Tidak boleh menulis 0 setelah koma Tidak boleh menghilangkan koma didepan

(7)

angka, harusnya 0.1 mg 5 7 8 9 MS MS04 MgSO4 Membingungkan satu dgn yang lain, bisa diartikan Morfin sulfat atau Magnesium sulfat Harus ditulis “Morphin sulfat” atau “Magnesium Sulfat” VI. SASARAN

Sasaran dari sistem formularium ini adalah tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien melalui seleksi dan penggunaan obat yang rasional di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN No . Kegiatan Mare t 2015 April -Juni 2015 Juli-Septem er 2015 Septemb er – Oktober 2015 Novemb er 2015 Desemb er 2015 1 Permintaa n usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis Ѵ 2 Kompilasi Usulan Ѵ 3 Penyusuna n draft daftar obat Ѵ 4 Pembahas an draft Ѵ 5 Finalisasi draft Ѵ 6 Pengesaha n Ѵ

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Penerapan Formularium RSPI Prof Dr Sulianti Saroso perlu dipantau dan dievaluasi secara kontinyu. Pemantauan dan evaluasi dilakukan umtuk menunjang keberhasilan penerapan Formularium RSPI Prof Dr

(8)

Sulianti Saroso melalui mekanisme pemantauan dan evaluasi keluaran dan dampak penerapan Formularium RSPI Prof Dr Sulianti Saroso yang sekaligus dapat mengidentifikasi permasalahan potensial dan strategi penanggulangan yang efektif.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan fungsi dn tingkatnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pencatatan , pelaporan dan evaluasi kegiatan meliputi:

1. Evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat formularium dan obat generik.

2. Pencatatan obat nonformularium yang sering diresepkan. 3. Evaluasi perubahan harga obat formularium.

4. Pelaporan obat formularium yang sudah tidak diproduksi lagi.

Ketua Tim Komite Farmasi dan Terapi RSPI Prof Dr Sulianti Saroso

Dr Wariyah, Sp. Syaraf NIP 196312271997032001

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Apa peran apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi (KFT), secara khusus dalam seleksi obat di Rumah Sakit Bethesda?.. Bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi (obat,

Apa peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Bethesda. Apa peran apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi (KFT),

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu

RS Swasta : Ketua komite Medik bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit dan /atau Pemilik Rumah Sakit sesuai posisi Komite Medik di dalam struktur

Kegunaan sistem formularium di rumah sakit yaitu, membantu meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit, sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi

Berdasarkan kepmenkes nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004, tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, formularium adalah himpunan obat yang

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh panitia farmasi dan terapi untuk digunakan di

Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik.Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode