• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pareto ABC sediaan farmasi dengan pola penyakit hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pareto ABC sediaan farmasi dengan pola penyakit hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENYAKIT HIPERTENSI DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKA RAYA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Anindita Reningtyas

NIM : 088114016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat,

supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,

sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5 : 6-7).

Apa pun tugas hidup, lakukan dengan baik.

Seseorang semestinya melakukan

pekerjaannya sedemikian baik sehingga

mereka yang hidup,

yang sudah mati, dan yang belum lahir

tidak mampu melakukannya lebih baik lagi

(Martin Luther King).

Karya ini kupersembahkan untuk : My Lord and my savior Jesus Christ

Ayah dan ibuku tercinta Serta Almamaterku

(5)
(6)

v

PRAKATA

Segala puji, hormat dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas kasih karunia, bimbingan, dan kekuatanNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan dengan baik penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Pareto ABC

Sediaan Farmasi dengan Pola Penyakit Hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya Tahun 2010” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Keberhasilan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari dukungan berbagai pihak yang telah membantu penulis selama penulisan

skripsi. Maka pada kesempatan ini, penulis dengan tulus mengucapkan terima

kasih kepada :

1. SETDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan BAPPEDA Provinsi

Kalimantan Tengah yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan ijin

penelitian kepada penulis.

3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakata yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Bapak Drs. Djaman G. Manik, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan masukan serta saran selama penulisan skripsi

sampai skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(7)

vi

Sylvanus Palangka Raya yang telah membantu, membimbing dan memberi

informasi selama pengambilan data dan penulisan skripsi.

6. Rhatna Dewi Riptasari, S.Si., Apt., selaku apoteker penanggung jawab apotek

rawat jalan dan Laeliyatun Ikhrimah, S.Si., Apt., selaku apoteker penanggung

jawab gudang farmasi RSUD dr, Doris Sylvanus yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan selama pengambilan data dan penulisan skripsi.

7. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

8. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

9. Ayah dan ibu tercinta yang telah mendoakan, memberi semangat, mendukung,

serta perhatian yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi.

10. Om Hasto, om Tri, tante Yani, dan seluruh keluarga besar yang telah

mendoakan serta memberikan motivasi, dukungan dan semangat.

11. Keluarga besar PDS (Persekutuan Doa Selasa) Bandar Lampung atas segala

doa dan dukungan selama penulisan skripsi.

(8)

vii

13. Teman-teman terbaikku, Klemen, Silvia, Johana, dan Oktin yang telah

memberikan dukungan dan semangat serta menjadi tempat berkeluh kesah

selama penulisan skripsi.

14. Teman-teman kos Gracia, Ci Feni, Elen, Dewi, Lia, Novi, Felisia, Puji dan

Zita yang selalu memberikan keceriaan dan kebersamaaan selama menempuh

kuliah di Fakultas Farmasi.

15. Teman-teman FKK A 2008 dan FSM A 2008 atas kebersamaan dalam suka

dan duka, kenangan, serta dukungan selama ini.

16. Seluruh dosen dan laboran yang selama ini telah membantu dan mendukung

dalam proses perkuliahan dan praktikum.

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam proses

kuliah dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam dalam penulisan

skripsi ini sehingga penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun

untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca.

(9)
(10)

ix

INTISARI

Pelayanan kesehatan menggunakan perbekalan farmasi yang memerlukan

pengelolaan yang baik melalui pengendalian persediaan karena akan

mempengaruhi 40%-50% pendapatan rumah sakit. Salah satunya dengan analisis

Pareto ABC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengadaan sediaan farmasi

untuk pola penyakit hipertensi, prioritas utama sediaan farmasi antihipertensi serta

kesesuaiannya dengan formularium rumah sakit.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan

studi retrospektif secara deskriptif evaluatif. Data yang digunakan adalah data

pemakaian obat instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010.

Hasil analisis sediaan farmasi antihipertensi instalasi rawat jalan

diketahui persentase nilai pakai sediaan farmasi rutin kelompok ANP

5,36%,

kelompok BNP

2,07%, dan kelompok CNP

0,18% serta sediaan farmasi ASKES

kelompok A

NP

11,12%

,

kelompok B

NP

4,44%, dan kelompok C

NP

0,63%.

Persentase nilai investasi sediaan farmasi rutin kelompok ANI

44,17 %,

kelompok

BNI

0,73%, kelompok CNI

0,38% serta sediaan farmasi ASKES kelompok ANI

25,22%

,

kelompok B

NI

3,40%, dan kelompok C

NI

1,01%. Kelompok A

NIK

sediaan

farmasi rutin terdapat 2 item dan sediaan farmasi ASKES A

NIK

2 item yang

menjadi proritas utama sediaan farmasi antihipertensi yaitu Norvask

®

5 mg,

Noperten

®

10 mg, captopril 25 mg, dan amlodipin 10 mg. Sediaan farmasi

antihipertensi yang dianalisis dengan metode ABC indeks kritis tidak sesuai

dengan formularium rumah sakit.

Kata kunci : Pareto ABC, formularium rumah sakit, hipertensi, instalasi farmasi

dan sediaan farmasi

(11)

x

Health service uses pharmaceuticals that should have good at

management. It can be reached by inventory control because it will influence

40-50% of hospital revenue. One of the methods is ABC analysis. This research aims

to analize pharmaceuticals procurement for hypertension pattern, priority of

antihypertensive drug, and compliance with formularies.

This research is non-experimental study with retrospective descriptive

evaluative study design using data of drug usage data at installation of outpatient

Doris Sylvanus Regional Public Hospital (

RSUD

) in 2010.

The result of usage value of antihypertensive routine pharmaceuticals was

group A 5,36% group B 2,07%, group C 0,18%, and group A 11,12%

,

group B

4,44%, and group C 0,63% of

ASKES

pharmaceuticals. Investment value of

antihypertensive routine pharmaceuticals was group A 44,17 %

,

group B 0,73%,

group C 0,38%, and group A 25,22%

,

group B 3,40%, dan group C 1,01% of

ASKES

pharmaceuticals. Group A of critical index value of routine

pharmaceuticals was 2 items and 2 item for

ASKES

pharmaceuticals which was

the major priorities. They were Norvask

®

5 mg, Noperten

®

10 mg, captopril

25mg, and amlodipin 10 mg. Antihypertensive pharmaceuticals which were

analyzed by critical index value weren’t really appropriate to formularies.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

………..

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..

ii

HALAMAN PENGESAHAN

…..…...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..

iv

PRAKATA ………..

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

………

viii

INTISARI

………

ix

ABSTRACT ………..

x

DAFTAR ISI

……….

xi

DAFTAR TABEL

………..

xv

DAFTAR GAMBAR

………..

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

……….

xx

BAB I. PENGANTAR ……….

1

A. Latar Belakang ………...

1

1. Permasalahan

……….

3

2. Keaslian penelitian

……….

4

3. Manfaat Penelitian

………..

5

B. Tujuan Penelitian

……….

6

1. Tujuan umum

……….

6

(13)

xii

A.

Rumah Sakit

………..

7

B.

Formularium Rumah Sakit

………

8

C.

Hipertensi

……….

9

D.

Sediaan Farmasi

………

12

E.

Perencanaan dan Pengadaaan Sediaan Farmasi ………..

13

F.

Vita, Esensial, Non Esensial (VEN)

………..

15

G.

Manajemen Persediaan

………..

16

H.

Analisis

Always Better Control

(ABC) ………

17

I.

Landasan Teori

……….

20

J.

Hipotesis ……….

21

BAB III. METODE PENELITIAN ……….

22

A.

Jenis dan Rancangan Penelitian ………..

22

B.

Variabel dan Definisi Operasional ………..

22

C.

Subyek Penelitian

………..

24

D.

Alat Penelitian

………..

25

E.

Lokasi Penelitian ……….

26

F.

Jalannya Penelitian

………

26

G.

Analisis Situasi ………

28

H.

Pengambilan Data

………

28

(14)

xiii

1.

Analisis

Always Better Control

(ABC)

………

28

a. Analisis Nilai Pakai Sediaan Farmasi Rutin dan Sediaan

Farmasi ASKES ……….

28

b. Analisis Nilai Investasi Obat Rutin dan Obat ASKES ……..

29

2.

Analisis Nilai Indeks Kritis (NIK) Obat Rutin dan Obat ASKES

untuk Penyakit Hipertensi

………..

30

3.

Perbandingan Obat Antihipertensi berdasarkan analisis NIK dan

formularium rumah sakit ……….

31

J.

Kesulitan Penelitian

………..

31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

………..

33

A.

Analisis

Always Better Control

(ABC) di Instalasi Farmasi Rawat

Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan Pola

Penyakit Hipertensi Tahun 2010 ……….

33

1. Analisis ABC Nilai Pakai Sediaan Farmasi ……….

33

2. Analisis ABC Nilai Investasi Sediaan Farmasi ………

40

B.

Analisis Vital, Esensial, dan Non Esensial (VEN) ……….

50

C.

Analisis Nilai Indeks Kritis Obat Antihipertensi ……….

52

D.

Analisis Kesesuaian Sediaan Farmasi Antihipertensi Dibandingkan

dengan Formularium Rumah Saki………

61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

………

65

A.

Kesimpulan

………

65

B.

Saran

………..

67

(15)

xiv

(16)

xv

DAFTAR TABEL

TABEL I.

Tabel Penggolongan Obat Oral Antihipertensi

menurut

JNE VII ………..

10

TABEL II.

Pengelompokan Sediaan Farmasi Rutin Instalasi Farmasi

Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Berdasarkan Nilai Pakai Tahun 2010………

34

TABEL III.

Pengelompokan Sediaan Farmasi Rutin Antihipertensi

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr.Doris Sylvanus

Palangka Raya Berdasarkan Nilai Pakai Periode 2010 ….

35

TABEL IV.

Jumlah Pemakaian Antihipertensi Rutin pada Kelompok

ANP

Berdasarkan Analisis Nilai Pakai ………

36

TABEL V.

Pengelompokan Sediaan Farmasi ASKES Instalasi

Farmasi Rawat Jalan RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka

Raya Berdasarkan Nilai Pakai Periode 2010 …………...

37

TABEL VI.

Pengelompokan Sediaan Farmasi ASKES Antihipertensi

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya Berdasarkan Nilai Pakai Periode 2010 …

38

TABEL VII.

Jumlah

Pemakaian

Antihipertensi

ASKES

pada

Kelompok ANP

Berdasarkan Analisis Nilai Pakai ……....

38

TABEL VIII.

Pengelompokan Sediaan Farmasi Rutin Instalasi Farmasi

Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

(17)

xvi

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya Berdasarkan Nilai Investasi Tahun 2010 ...

44

TABEL X.

Pengelompokan Sediaan Farmasi ASKES Instalasi

Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya Berdasarkan Nilai Investasi Periode 2010 …………

45

TABEL XI.

Pengelompokan Sediaan Farmasi ASKES Antihipertensi

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya Berdasarkan Nilai Investasi Periode 2010 .

47

TABEL XII.

Persentase Sediaan Farmasi Rutin Antihipertensi

Berdasarkan Analisis Nilai Indeks Kritis di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Tahun 2010 ………

53

TABEL XIII.

Persentase Sediaan Farmasi ASKES Antihipertensi

Berdasarkan Analisis Nilai Indeks Kritis di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Tahun 2010 ………

54

TABEL XIV.

Pengelompokkan Sediaan Farmasi Antihipertensi Rutin

di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Sylvanus

Palangka Raya Tahun 2010 Berdasarkan Nilai Indeks

Kritis ………

56

TABEL XV.

Pengelompokkan

Sediaan

Farmasi

Antihipertensi

ASKES di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr.

Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010 Berdasarkan Nilai

(18)

xvii

TABEL XVI.

Sediaan Farmasi yang Menjadi Prioritas Berdasarkan

Analisis NIK yang Dikombinasikan dengan Perhitungan

dalam Metode EOQ ………

60

TABEL XVII.

Penggolongan

Sediaan

Farmasi

Antihipertensi

Berdasarkan

Kesesuaian

Jumlah

Item

dengan

Formularium Rumah Sakit

.

62

TABEL XVIII. Nama Dagang Sediaan Farmasi ASKES Antihipertensi

yang Tidak Tercantum dalam Formularium Rumah Sakit

Tahun 2010 ………

63

TABEL XIX.

Nama Dagang Sediaan Farmasi Rutin Antihipertensi

yang Tidak Tercantum dalam Formularium Rumah Sakit

Tahun 2010 ………

64

(19)

xviii

GAMBAR 1.

Obat Generik Berlogo……….

13

GAMBAR 2.

Diagram Batang

Perbandingan Jumlah Pemakaian

Sediaan Farmasi ASKES dan Rutin Antihipertensi Tahun

2010 Berdasarkan Analisis Nilai Pakai ………

40

GAMBAR 3.

Grafik Distribusi Sediaan Farmasi Rutin Berdasarkan

Analisis Nilai Investasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ….

42

GAMBAR 4.

Grafik Distribusi Sediaan Farmasi ASKES Berdasarkan

Analisis Nilai Investasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 …..

46

GAMBAR 5.

Diagram Batang Perbandingan Investasi Sediaan Farmasi

Rutin

dan

ASKES

Antihipertensi

Tahun

2010

Berdasarkan Nilai Investasi

………

48

GAMBAR 6.

Diagram Batang Persentase Perbandingan Nilai Pakai dan

Nilai Investasi Sediaan Farmasi Rutin dan ASKES

Antihipertensi Tahun 2010 di Instalasi Farmasi Rawat

Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ………..

49

GAMBAR 7.

Diagram Pie Item Persentase Perbandingan Kelompok

Vital, Esensial dan Non Esensial Sediaan Farmasi Rutin

(20)

xix

Jalan

RSUD

dr.

Doris

Sylvanus

Palangka

Raya…..………..

51

GAMBAR 8.

Diagram Pie Item Persentase Perbandingan Kelompok

Vital, Esensial dan Non Esensial Sediaan Farmasi

ASKES Antihipertensi Tahun 2010 di Instalasi Farmasi

Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya…..………..

53

GAMBAR 9.

Diagram Batang Persentase Pebandingan Nilai Indeks

Kritis Sediaan Farmasi Rutin dan ASKES Antihipertensi

Instalasi Farmasi Rawat Jalan Tahun 2010 ……….

55

GAMBAR 10. Diagram

Batang

Jumlah

Item

Sediaan

Farmasi

Antihipertensi Menurut Formularium Rumah Sakit 2010,

Data Obat Rutin, dan Data Obat ASKES di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya

………

61

GAMBAR 11. Diagram Batang Persentase Kesesuaian Item Sediaan

Farmasi Antihipertensi Terhadap Formularium Tahun

2010

………

63

(21)

xx

LAMPIRAN 1.

Data Pareto ABC Nilai Pakai Seluruh Sediaan Farmasi

Rutin di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Tahun 2010 ...

70

LAMPIRAN 2.

Data Pareto ABC Nilai Pakai Seluruh Sediaan Farmasi

ASKES di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Tahun 2010 ………

95

LAMPIRAN 3.

Data

Sediaan

Farmasi

Rutin

Antihipertensi

Berdasarkan Analisis Nilai Pakai ………..

106

LAMPIRAN 4.

Data

Sediaan

Farmasi

ASKES

Antihipertensi

Berdasarkan Analisis Nilai Pakai ………

108

LAMPIRAN 5.

Data Pareto ABC Nilai Investasi Seluruh Sediaan

Farmasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010 …..……..

110

LAMPIRAN 6.

Data Nilai Investasi Seluruh Sediaan Farmasi ASKES

Antihipertensi Tahun 2010

………..

136

LAMPIRAN 7.

Data

Sediaan

Farmasi

Rutin

Antihipertensi

Berdasarkan Analisis Nilai Investasi

………

153

LAMPIRAN 8.

Data

Sediaan

Farmasi

ASKES

Antihipertensi

Berdasarkan Nilai Investasi

………

156

LAMPIRAN 9.

Data Sediaan Farmasi Antihipertensi Berdasarkan

(22)

xxi

LAMPIRAN 10.

Data Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi Rutin

Antihipertensi

………

162

LAMPIRAN 11.

Data Nilai Indeks Kritis Sediaan Farmasi ASKES

Antihipertensi

………

165

LAMPIRAN 12.

Data Nama Obat Antihipertensi yang Tercantum

Dalam Formularium RSUD dr. Doris Sylvanus Tahun

2010

………

168

LAMPIRAN 13.

Rumus dan Cara Perhitungan EOQ Sediaan Farmasi

Antihipertensi yang Menjadi Prioritas Berdasarkan

Analisis NIK di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya

………

171

LAMPIRAN 14

Surat

Ijin

Penelitian

dari

Sekretariat

Daerah

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta……

176

LAMPIRAN 15

Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma ……….

177

LAMPIRAN 16

Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan

Tengah ………

178

LAMPIRAN 17

Surat Ijin Penelitian dari Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah ……….

179

LAMPIRAN 18

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di

(23)

xxii

(24)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Berdasarkan

Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit menyatakan

bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi

klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sehingga farmasi rumah

sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah

sakit tersebut.

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan penunjang namun 90%

pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi dan 40%

-50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan

farmasi. Permasalahan yang terjadi akibat pengelolaan yang tidak cermat dan

kurangnya tanggung jawab mengenai perbekalan farmasi di suatu rumah sakit

akan menyebabkan penurunan pendapatan di rumah sakit tersebut (Yusmainita,

2010). Pengelolaan perbekalan farmasi yang tepat dapat diwujudkan apabila ada

kerjasama yang baik antara para staf medis dan apoteker dalam kebijakan

pemilihan dan penggunaan obat untuk pasien. Kerjasama ini dinyatakan dalam

(25)

merevisi formularium sehingga dalam menuliskan resep dokter harus berpedoman

kepada formularium yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus merupakan

rumah sakit milik Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah yang dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan

Tengah Nomor 11 Tahun 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Kelas B Non Pendidikan

dengan kapasitas 254 tempat tidur. Pada Tahun 2010 RSUD dr. Doris Sylvanus

terakreditasi 12 pelayanan dan menjadi badan layanan umum daerah. Di dalam

praktek pelayanan, RSUD dr. Doris Sylvanus melayani pasien ASKES dan non

ASKES dengan berbagai keluhan penyakit yang datanya didokumentasikan dalam

medical record

. Berdasarkan data

medical record

tahun 2010, hipertensi di

instalasi rawat jalan menempati peringkat pertama dengan jumlah kasus 4827

kasus (RSUD dr. Doris Sylvanus, 2010).

Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko penyebab kematian.

Hipertensi masih menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah

stroke, dan tuberkulosis.

Berdasarkan data angka kesakitan 10 pola penyakit

terbanyak di rumah sakit Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2010, hipertensi

menempati posisi keenam dengan jumlah kasus 34.641 kasus, peringkat ketiga

dengan 5.344 kasus di instalasi rawat jalan dan peringkat keenam di instalasi

rawat inap sebanyak 1.211 kasus. Jumlah kasus hipertensi pada pasien rawat jalan

juga menempati urutan keenam di rumah sakit Indonesia tahun 2009 adalah

(26)

3

jumlah pasien meninggal 935 (Departemen Kesehatan Propinsi Kalimantan

Tengah, 2010; Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Berdasarkan jumlah kasus hipertensi di Indonesia, Propinsi Kalimantan

Tengah, dan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, kasus hipertensi banyak

ditemukan di instalasi rawat jalan khususnya pada poliklinik jantung sehingga

kebutuhan instalasi rawat jalan akan sediaan farmasi antihipertensi lebih tinggi

dibandingkan instalasi lainnya di rumah sakit. Oleh karena itu, pengelolaan obat

antihipertensi harus efektif dan digunakan secara efisien berdasarkan formularium

yang sudah ditetapkan di dalam menunjang ketersediaan obat antihipertensi di

rumah sakit.

Salah satu model pengendalian sediaan farmasi adalah analisis Pareto

ABC untuk mendapatkan profil sediaan farmasi sesuai pola penyakit hipertensi

yang efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan gambaran umum untuk

perencanaan dan pengadaan pada tahun berikutnya agar sediaan farmasi dapat

terpenuhi dengan optimal. Selain itu, informasi tentang profil sediaan farmasi

sesuai pola penyakit hipertensi ini juga dapat menjadi bahan evaluasi untuk

formularium pada tahun berikutnya.

1. Permasalahan

a. Bagaimana nilai pakai dan nilai investasi sediaan farmasi rutin dan ASKES

berdasarkan pola penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 dengan menggunakan analisis Pareto

ABC ?

(27)

b. Bagaimana Nilai Indeks Kritis (NIK)

dan pengendalian persediaan

menggunakan metode EOQ untuk sediaan farmasi rutin dan ASKES yang

menjadi prioritas utama dengan pola penyakit hipertensi di instalasi rawat

jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 ?

c. Bagaimana pengadaan sediaan farmasi rutin dan ASKES berdasarkan

formularium untuk pola penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, penelitian mengenai Analisis

Pareto ABC Sediaan Farmasi Berdasarkan Pola Penyakit di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian

yang berhubungan dengan analisis Pareto ABC di rumah sakit dan pola penyakit

hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Analisis Sediaan Farmasi berdasarkan Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Palang Biru Kutoharjo periode tahun 2006-2008

(Awaludin, 2010). Persamaan dari penelitian ini adalah dalam menentukan

nilai NIK dilakukan juga analisis VEN akan tetapi terdapat perbedaan dalam

mendefinisikan VEN. Selain itu, perbedaan hasil penelitian dengan

penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya ini dilakukan penentuan

tingkatan produk berdasarkan periode pengadaanya.

2.

Analisis Sediaan Farmasi berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi

(28)

5

(Stefani, 2010)

.

Persamaan dari penelitian ini adalah dalam menentukan

NIK dilakukan juga analisis VEN akan tetapi terdapat perbedaan dalam

mendefinisikan VEN. Selain itu, perbedaan hasil penelitian dengan

penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya ini dilakukan penentuan

tingkatan produk berdasarkan periode pengadaanya.

3.

Analisis Pareto ABC Sediaan Farmasi Puskesmas di Kabupaten Bantul

dengan Pola Penyakit Utama Nasofaringitis Akut dan Hipertensi Primer

Periode 2009

(Sari, 2010). Persamaan

dari

penelitian

ini

adalah

penggunaan metode Pareto ABC dalam pengolahan data dan pola penyakit,

sedangkan perbedaannya dalam analisis NIK tidak ditentukan kriteria VEN

dan analisis berdasarkan pola penyakit tidak digunakan untuk penentuan NIK

tetapi digunakan sebagai dasar asumsi jumlah pasien.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai

analisis ABC indeks kritis yang dikombinasi dengan metode EOQ di rumah

sakit berdasarkan pola penyakit sehingga pengadaan sediaan farmasi menjadi

efektif dan penggunaan sediaan farmasi yang efisien.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran prioritas sediaan

farmasi yang diadakan apoteker dan pihak rumah sakit dengan pola penyakit

(29)

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengevaluasi formularium untuk

tahun berikutnya.

B. Tujuan Penelitian

1.

Tujuan umum

Mengetahui pengadaan sediaan farmasi berdasarkan formularium

untuk pola penyakit hipertensi yang efektif dan efisien.

2.

Tujuan khusus

a.

Mengetahui nilai pakai dan nilai investasi sediaan farmasi rutin dan ASKES

berdasarkan pola penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 dengan menggunakan analisis Pareto

ABC.

b.

Mengetahui Nilai Indeks Kritis (NIK) dan pengendalian persediaan

menggunakan metode EOQ untuk sediaan farmasi rutin dan ASKES yang

menjadi prioritas utama dengan pola penyakit hipertensi di instalasi rawat

jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010.

c.

Mengetahui pengadaan sediaan farmasi rutin dan ASKES berdasarkan

formularium untuk pola penyakit hipertensi di instalasi rawat jalan RSUD

(30)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna pada semua

bidang dan jenis penyakit yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit (Bab III pasal 4),

rumah sakit umum dibedakan menjadi 4 berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan :

a. Rumah Sakit Umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik minimal 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis lain dan 13

Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b. Rumah Sakit Umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik minimal 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis lain dan 2 Pelayanan

Medik Subspesialis Dasar.

c. Rumah Sakit Umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik minimal 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik.

(31)

d. Rumah Sakit Umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik minimal 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar (Departemen

Kesehatan RI, 2009).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, rumah sakit merupakan salah satu sarana

kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama

menyelenggarakan upaya yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.

Pelayanan farmasi rumah sakit telah menjadi kegiatan yang menunjang

pelayanan kesehatan yang bermutu. Tuntutan pasien akan pelayanan kesehatan

terutama dalam pelayanan farmasi mendorong farmasis

dalam praktek

kefarmasian untuk melakukan kegiatan terpadu yang meliputi identifikasi,

pencegahan dan penyelesaian masalah yang terkait obat dan kesehatan

(Departemen Kesehatan RI, 2004).

B. Formularium Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan memerlukan evaluasi dan pengawasan mutu

pelayanan berdasarkan standar pelayanan dan formularium. Formularium adalah

himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk

digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang

ditentukan dan disusun berdasarkan Daftar Obat Esensial (DOEN) (Departemen

Kesehatan RI, 2004; Spillane, 2010).

(32)

9

tertentu dipasaran, serta perubahan kebijakan dan prosedur rumah sakit (Siregar

dan Amalia, 2003).

Selain dilakukan revisi, formularium perlu dievaluasi oleh apoteker

karena pengetahuannya dalam farmakologi, toksikologi, terapi, farmakokinetika,

sumber obat, pengadaan obat, dan sebagainya. Hasil evaluasi ini dilaporkan

kepada Panitia Farmasi dan Terapi. Apabila disetujui oleh PFT maka obat yang

dianalisis dapat ditambahkan ataupun dikeluarkan dari formularium dengan

persetujuan bersyarat produk tertentu atau pembatasan sementara produk pada

pelayanan bidang medis khusus tertentu yang akan diasesmen kembali (Siregar

dan Amalia, 2003).

C. Hipertensi

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik

≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg, atau jika pasien menggunakan

obat antihipertensi. Hipertensi dibagi menjadi dua golongan berdasarkan

penyebabnya yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang disebabkan

oleh faktor genetika, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem

renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,

serta faktor-faktor yang meningkatkan risiko (obesitas, akohol, merokok, serta

polisitemia) di mana terdapat 95% kasus. Dan hipertensi sekunder atau hipertensi

renal di mana diketahui penyebab spesifiknya yaitu penggunaan estrogen,

penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan

sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi kehamilan, dan

(33)

sebagainya di mana terdapat 5% kasus (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan

Setiowulan, 2001).

Tatalaksana hipertensi dengan obat antihipertensi yang dianjurkan :

a. Diuretik : hidroklorotiazid dengan dosis 12,5- 50 mg/ hari

b. Penghambat ACE/ penghambat Reseptor angiotensin II : captopril 25-100

mmHg

c. Penghambat kalsium yang bekerja panjang-nifedipin 30-60 mg/hari

d. Penghambt reseptor beta : propanolol 40-160 mg/hari

e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis) : reserpin 0,05 -0,25

mg/hari

f.

Terapi kombinasi antara lain:

1. Penghambat ACE dengan diuretik

2. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium

3. Penghambat reseptor beta dengan diuretik

4. Agonis reseptor alpha dengan diuretik

(Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006).

Tabel I. Tabel Penggolongan Obat Oral Antihipertensi menurut JNE VII

GOLONGAN OBAT (NAMA DAGANG) DOSIS LAZIM FREKUENSI LAZIM Per hari (mg/hari)

Thiazida diuretika klorothiazid (Diuril) 125-500 1-2 klortalidon (generik) 12,5-25 1 hidroklorothiazida

(Microzide, HydroDIURIL) 12,5-50 1

polithiazida (Renese) 2-4 1

indapamida (Lozol) 1,25-2,5 1

metolazon (Mykrox) 0,5-1 1

(34)

11

Loopdiuretika bumetanida (Bumex) 0,5-2 2

furosemida (Lasix) 20-80 2

torsemida (Demadex) 2,5-10 1

Penghemat kalium diuretika amilorida (Midamor) 5-10 1-2

triamterene (Dyrenium) 50-100 1-2 Aldosteron reseptor bloker eplerenon (Inspra) 50-100 1

spironolakton (Aldactone) 25-50 1

Beta bloker atenolol (Tenormin) 25-100 1

betaxolol (Kerlon) 5-20 1

bisoprolol (Zebeta) 2,5-10 1

metoprolol (Lopressor) 50-100 1-2 metoprololextended release

(Toprol XL) 50-100 1

nadolol (Corgard) 40-120 1

propanolol (Inderal) 40-160 2 propanolollong-acting

(Inderal LA) 60-180 1

timolol (Blocadren) 20-40 2

Beta bloker dengan aktivitas

intrinsik simptomimetik asebutolol (Sectral) 200-800 2

penbutolol (Levatol) 10-40 1

pindolol (generik) 10-40 2

Kombinasi Alfa dan Beta

bloker karvedilol (Coreg) 12,5-50 2

labetalol (Normodyn,

Trandate) 200-800 2

ACE inhibitor benazepril (Lotensin) 10-40 1

kaptopril (Capoten) 25-100 2

enalapril (Vasotec) 5-40 1-2

fosinopril (Monopril) 10-40 1 lisinopril (Prinivil, Zetril) 10-40 1

meoxipril (Univask) 7,5-30 1

perindopril (Aceon) 4-8 1

kuinapril (Accupril) 10-80 1

ramipril (Altace) 2,5-10 1

Tandolapril (Mavik) 1-4 1

Angiotensin II antagonis kandesartan (Atacand) 8-32 1 eprosartan (Teveten) 400-800 1-2 irbesartan (Avapro) 150-300 1

losartan (Cozaar) 50-100 1

olmesartan (Benicar) 20-40 1

telmisartan (Micardis) 40-80 1

valsartan (Diovan) 80-320 1-2

(35)

CCBs – nondihidropiridin diltiazemextended release (Cardizem CD, Dilacor XR,

Tiazac) 180-420 1

diltiazemextended release

(Cardizem LA) 120-540 1

verapamilimmediate

release(Calan, Isoptin) 80-320 2 verapamillong acting

(Calan SR, Isoptin SR) 120-480 1-2 verapamil (Coer, Covera

HS, Verelan PM) 120-360 1

CCBs – dihidropiridin amlodipin (Norvask) 2,5-10 1

felodipin (Plendil) 2,5-20 1

isradipin (Dynacirc CR) 2,5-10 2 nikardipin SR (Cardene) 60-120 2 nifedipin LA (Adalat CC,

Procardia XL) 30-60 1

nisoldipin (Sular) 10-40 1

Alfa-1blocker doksazosin (Cardura) 1-16 1

prazosin (Minipress) 2-20 2-3

terazosin (Hytrin) 1-20 1-2

Agonis α2 sentral dan obat

bekerja sentral lainnya klonidin (Catapres)klonidin patch (Catapres- 0,1-0,8 2

TTS) 0,1-0,3 1 setiap miggu

metildopa (Aldomet) 250-1000 2 reserpin (generik) 0,1-0,25 1

guanfasin (Tenex) 0,5-2 1

Vasodilator (langsung) hidralazin (Apresoline) 25-100 2 minoksidil (Loniten) 2,5-80 1-2

(Chobanian dkk., 2004).

D. Sediaan Farmasi

(36)

13

Jenis sediaan farmasi yang diadakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah

Doris Sylvanus Palangka Raya, yaitu :

1. Obat rutin adalah obat yang secara rutin disediakan oleh rumah sakit sesuai

formularium rumah sakit dan obat ini dibayar oleh pasien yang tidak

termasuk peserta Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) (Departemen

Kesehatan RI, 2004; PT ASKES, 2009).

2. Obat ASKES yaitu obat yang tercantum dalam Daftar dan Plafon Harga Obat

(DPHO) dan bagi peserta ASKES pembayarannya akan diklaimkan ke PT.

ASKES dan akan dibayarkan oleh PT. ASKES ke pihak rumah sakit (PT

ASKES, 2009).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan (pasal 40 ayat 6), yang dimaksud dengan obat generik adalah

obat yang menggunakan nama

Internasional Non Propertery Name (INN)

.

Gambar 1. Obat Generik Berlogo (Rosadora, 2009)

E. Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi dapat digambarkan sebagai suatu siklus

kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian,

pengendalian,

penghapusan,

administrasi,

pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

(37)

Perencanaan akan mendasari keputusan seorang manajer dalam

menyelesaikan tugasnya. Pada pengelolaan logistik, dalam melakukan

perencanaan ditetapkan sasaran-sasaran, pedoman-pedoman, garis besar

outcome

dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Seluruh kegiatan ini bertujuan

menentukan kebutuhan dalam memilih jenis dan menetapkan prediksi jumlah

kebutuhan obat di rumah sakit ataupun apotek. Di rumah sakit penentuan

kebutuhan didasarkan pada daftar obat esensial, formularium rumah sakit, standar

terapi dan pola penyakit di rumah sakit tersebut dengan mengutamakan

penggunaan obat generik (berlogo) (Seto, Nita, dan Triana, 2004).

Sedangkan fungsi pengadaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan

diusahakan untuk dapat memenuhi kebutuhan di dalam perencanaan, penentuan

kebutuhan, maupun penganggaran (Seto dkk., 2004).

Pengendalian persediaan berhubungan dengan fungsi pengadaan, di

dalam fungsi pengadaan terdapat beberapa syarat yaitu :

a. Doelmatig. Pengadaan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan atau

rencana yang telah direncanakan sebelumnya.

b. Rechtmatig. Pengadaan yang dilakukan sesuai hak atau kemampuan karena

biasanya anggaran yang dialokasikan oleh rumah sakit umum (pusat maupun

daerah) dengan kebutuhan sesungguhnya sehingga dapat dilakukan pengadaan

obat dengan sistem VEN.

(38)

15

F. Vital, Esensial, Non Esensial (VEN)

WHO memperkenalkan sistem VEN (vital, esensial, non esensial)

pengadaan obat, dengan mengatur pengadaan dari hanya item-item “V”, kemudian

item-item “E”, yang apabila diperlukan tentukan dengan tepat prioritas di antara

item-item tersebut dan akhirnya apabila dana yang tidak dialokasikan tersisa/

tersedia, diatur untuk pengadaan item-item “N”. Perlu diingat bahwa VEN untuk

setiap tiap negara akan berbeda penggolongannya (Seto dkk., 2004).

Menurut World Health Organization (2005), VEN didefinisikan sebagai

berikut :

a. Vital adalah kategori obat yang penggunaannya berpotensial menyelamatkan

hidup seseorang, sangat penting untuk dasar dalam pelaksanaan

penyelanggaraan kesehatan dan signifikan dalam mengatasi efek samping.

b. Esensial adalah kategori obat yang penggunaannya berpotensial mengatasi

keparahan penyakit tetapi tidak dapat menghilangkan penyakitnya.

c. Non esensial adalah kategori obat untuk penyakit minor, penyakit

self-limiting

, obat yang efektivitasnya dipertanyakan.

Sedangkan

menurut

Suciati

dan

Adisasmito

(2006),

VEN

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Kelompok vital adalah obat yang vital bagi kelangsungan hidup, mengatasi

penyebab kematian serta sangat penting untuk pelayanan kesehatan sehingga

tidak boleh ada kekosongan.

(39)

b. Kelompok esensial adalah obat yang bekerja pada sumber penyakit, obat

yang paling banyak digunakan

untuk penyakit terbanyak sehingga

kekosongan maksimal 2x24 jam.

c. Kelompok non esensial adalah obat penunjang sehingga pengobatan menjadi

lebih baik sehingga kekosongan obat dapat lebih dari 2x24 jam.

G. Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan (

inventory control

) yang disebut juga

inventory

management

atau pengendalian tingkat persediaan merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan

kebutuhan material. Pengendalian tingkat persediaan bertujuan mencapai efisiensi

dan efektivitas optimal dalam penyediaan material (Indrajit dan Djokopranoto,

2003).

Manajemen persediaan berdampak pada semua fungsi bisnis, operasi

secara umum, pemasaran dan keuangan. Pada fungsi pelayanan pelanggan,

persediaan akan berperan sangat vital pada bidang pemasaran, pada fungsi

keuangan, persediaan akan menggambarkan keuangan pengalokasian dana, serta

operasi membutuhkan persediaan untuk menjamin produksi yang efisien dan

fleksibel. Manajemen persediaan harus menyeimbangkan berbagai konflik

tersebut dan mengelola persediaan pada level yang terbaik karena nilai persediaan

mencapai 40% dari seluruh investasi modal (Zulfikarijah, 2005).

(40)

17

maksimal dengan biaya yang minimal (Zulfikarijah, 2005). Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengendalian dalam persediaan yang berhubungan dengan aktivitas

pengaturan persediaan bahan-bahan sehingga dapat menjamin kelancaran proses

produksi (contoh industri farmasi) atau persediaan obat di apotek dan farmasi

rumah sakit untuk menjamin kelancaran pelayanan kesehatan secara efektif dan

efisien (Seto dkk., 2004).

H. Analisis

Always Better Control

(ABC)

Analisis ABC menjadi salah satu metode yang dapat digunakan dalam

usaha mengendalikan persediaan. Pada metode ini dilakukan pengelompokkan

item barang atau obat ke dalam 3 jenis klasifikasi berdasarkan volume tahunan

dalam jumlah uang (Anshari, 2009). Prinsip Pareto atau ”

Critical Few and Trial

Many”

berarti kebijakan penjualan lebih memperhatikan item-item produk yang

memiliki total penjualan yang tinggi dengan jumlah produk sedikit dibandingkan

item produk dengan total penjualan rendah dan terdiri dari jumlah produk yang

banyak (Siagian, 2005).

Teknik pada analisis ABC adalah sebagai berikut :

a.

Menentukan penggunaan tahunan dari setiap item persediaan.

b. Mengalikan penggunaan tahunan dari setiap item dengan harga satuannya

untuk mendapatkan nilai penggunaan tahunan.

c. Menyusun item-item persediaan dalam daftar nilai penggunaan tahunan dari

yang terbesar hingga yang terkecil dalam daftar.

(41)

d. Menambahkan secara kumulatif item persediaan dan nilai penggunaannya.

e. Mengkonversi jumlah kumulatif menjadi prosentase kumulatif (Priyambodo,

2007).

Menurut APICS

(The American Production and Inventory Control

),

tingkat kesalahan yang dapat ditolerir dari setiap kelompok, yaitu : ± 0,2% untuk

item A, ±

1% untuk item B, dan ± 5%

tingkat kesalahan untuk item C

(Zulfikarijah, 2005). Dengan pengelompokkan maka cara pengelolaan

masing-masing kelompok akan lebih mudah sehingga membantu dalam peramalan,

pengendalian fisik, keandalan pemasok dan pengurangan besar

stock

pengaman

menjadi lebih baik (Anshari, 2009).

Analisis ABC adalah metode yang berguna untuk melakukan pemilihan,

penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang rasional.

Analisis ABC juga membantu untuk mengidentifikasi biaya yang dihabiskan

untuk setiap item obat yang tidak terdapat dalam daftar golongan esensial.

Analisis ABC digunakan untuk mengevaluasi item dengan tingkat penggunaan

terbanyak bersama-sama pejabat kesehatan, dokter, dan tenaga medis lain untuk

memberikan gambaran mengenai obat yang jarang dan sering digunakan (Quick,

Hume, Rankin, O’Connor, Rankin, dan O’Connor, 1997).

Pengendalian persediaan secara Pareto bermanfaat dalam hal-hal

berikut yaitu :

1. Membantu manajemen untuk menentukan tingkat persediaan yang efisien.

2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan

(42)

19

3. Memanfaatkan modal kerja secara maksimal sehingga mampu memacu

pertumbuhan perusahaan.

4. Memanfaatkan sumber daya porduksi secara efisien sehingga meningkatkan

produktivitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi (Priyambodo, 2007).

Analisis Pareto dapat mengendalikan persediaan dengan sukses apabila:

a. item-item pada kelompok A dikendalikan secara ketat serta dilakukan

pencatatan persediaan yang detail dan tepat.

b. Item-item pada kelompok B diawasi secara normal dan dilakukan

penyesuaian pada kuantitas pemesanan (ROP) maupun titik pemesan

kembali.

c. Item-item pada kelompok C dikendalikan secara lebih sederhana (minimum)

yaitu menjamin bahwa item yang bernilai rendah selalu ada dalam persediaan

dengan jumlah cukup sehingga tidak terjadi stock out, melipatgandakan

jumlah persediaan pada kelompok C tidak akan memberatkan biaya

penyimpanan, dan persediaan yang cukup dengan pengadaan kelompok C

pada jangka waktu yang lama (setiap 3-6 kali) (Priyambodo, 2007).

Hasil analisis ABC akan dapat menentukan item apa saja yang pantas

dihitung EOQ dan angka pemesanan ulang setiap item (Seto dkk., 2004). Tujuan

perhitungan EOQ adalah meminimumkan biaya total persediaan tahunan dengan

cara meminimalkan jumlah biaya pemesanan dan penyimpanan (Zulfikarijah,

2005).

(43)

I. Landasan teori

Analisis ABC sering disebut dengan metode 80/20 di mana persediaan

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu A, B, dan C. Persediaan kelompok A

berisi 20% dari total persediaan dengan biaya total persediaan 70-80%, persediaan

kelompok B berisi 30% dari total persediaan dengan biaya total persediaan

15-20%,dan persediaan kelompok C berisi 50% dari total item dengan biaya total

persediaan 5%.

Analisis ABC mampu membantu mengendalikan persediaan di rumah

sakit sehingga akan berperanguh terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pelayanan kesehatan memerlukan evaluasi dan pengawasan mutu pelayanan

berdasarkan standar pelayanan dan formularium rumah sakit. Formularium yang

dijadikan pedoman di rumah sakit disusun berdasarkan Daftar Obat Esensial

(DOEN) sehingga hanya obat-obat yang terdapat di formularium saja yang akan

disediakan dan digunakan di rumah sakit tersebut kecuali dalam keadaan yang

sangat khusus.

(44)

21

J. Hipotesis

Sediaan farmasi untuk pola penyakit hipertensi

yang dianalisis

menggunakan ABC indeks kritis sesuai dengan formularium RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya.

(45)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai analisis Pareto ABC sediaan farmasi dengan pola

penyakit hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010

merupakan suatu penelitian non eksperimental dengan rancangan studi kasus yang

bersifat retrospektif secara deskriptif evaluatif.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena peneliti

tidak melakukan intervensi terhadap subjek penelitian yaitu data pemakaian obat

yang ada. Serta penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu,

yaitu data pemakaian obat dan formularium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya tahun 2010 yang dievaluasi dan digambarkan secara objektif sesuai dengan

kejadian yang sebenarnya untuk kemudian ditampilkan secara visual dalam

bentuk tabel dan diagram (Sugiyono, 2008).

B. Variabel dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini dilakukan penentuan variabel yang akan digunakan

yaitu :

a. Variable bebas yaitu nilai sediaan farmasi di instalasi rawat jalan yang

meliputi nilai pakai, nilai investasi, dan nilai VEN.

(46)

23

Definisi operasional variabel di dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.

Rumah sakit yang menjadi tempat penelitian ini adalah RSUD dr. Doris

Sylvanus yang berada di jalan Tambun Bungai No.04 Palangka Raya.

2.

Sediaan farmasi dengan pola penyakit hipertensi yang dianalisis dengan

Pareto ABC adalah obat antihipertensi.

3.

Kriteria inklusi adalah seluruh sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan

obat dalam bentuk sediaan tablet, sirup, injeksi, dan infus yang digunakan

oleh instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

tahun 2010.

4.

Kriteria eksklusi adalah sediaan farmasi yang tidak diketahui harga

satuannya.

5.

Nilai Pakai (NP) adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah pemakaian

sediaan farmasi pada tahun 2010.

6.

Nilai Investasi (NI) adalah nilai yang didapatkan berdasarkan jumlah

pemakaian sediaan farmasi dikalikan dengan harga satuan dari setiap sediaan

farmasi pada tahun 2010.

7.

Harga obat untuk analisis NI adalah harga netto obat yang didapatkan dari

Daftar Paflon Harga Obat (DPHO) tahun 2010, MIMS Indonesia Petunjuk

Konsultasi 2009/2010, Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44 (ISO)

tahun 2009/2010, dan rekapitulasi nilai persediaan perbekalan farmasi di

apotek rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya per 31 Desember

2010 yaitu

(47)

a. Laporan stok opname obat rutin apotek rawat jalan per 31 Desember

2010 RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

b. Laporan stok opname obat AKSES apotek rawat jalan per 31 Desember

2010 RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

8.

Nilai VEN adalah nilai sediaan farmasi antihipertensi yang dikelompokkan

berdasarkan acuan dari formularium rumah sakit dan DOEN 2008. Kelompok

vital adalah sediaan farmasi antihipertensi dengan bentuk sediaan injeksi yang

termasuk ke dalam formularium rumah sakit dan/atau DOEN 2008, kelompok

esensial adalah sediaan farmasi antihipertensi yang termasuk dalam

formularium rumah sakit dan/atau DOEN 2008, dan kelompok non esensial

adalah sediaan farmasi antihipertensi yang tidak termasuk dalam formularium

rumah sakit dan/atau DOEN 2008.

9.

Nilai Indeks Kritis (NIK) adalah analisis ABC berasal dari penggabungan

ABC nilai pakai, nilai investasi, dan nilai VEN.

10. Sediaan farmasi rutin adalah sediaan farmasi yang ditujukan untuk pasien

umum.

11. Sediaan farmasi ASKES adalah sediaan farmasi yang ditujukan untuk pasien

ASKES.

12. Data sediaan farmasi tahun 2010 berasal dari Januari 2010 sampai dengan

Desember 2010.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah sediaan farmasi pada tahun 2010 di

(48)

25

pemakaian obat tahun 2010 di instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya. Kriteria inklusi adalah seluruh sediaan farmasi yang

berupa obat dan bahan obat dalam bentuk sediaan tablet, sirup, injeksi, dan infus

yang digunakan oleh instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2010. Kriteria Eksklusi adalah sediaan farmasi yang tidak

diketahui harga satuannya. Sediaan farmasi rutin tahun 2010 sejumlah 917 item

dan sediaan farmasi ASKES tahun 2010 sejumlah 376 item. Sedangkan sediaan

farmasi rutin antihipertensi yang dianalisis sejumlah 44 item dan sediaan farmasi

ASKES antihipertensi yang dianalisis sejumlah 36 item.

D. Alat Penelitian

1.

Formularium RSUD dr. Doris Sylvanus tahun 2010.

2.

Daftar Paflon Harga Obat tahun 2010 (DPHO).

3.

Harga obat MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2009/2010.

4.

Harga obat Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44 (ISO) tahun

2009/2010.

5.

Rekapitulasi nilai persediaan perbekalan farmasi di apotek rawat jalan RSUD

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya per 31 Desember 2010 yaitu

a.

Laporan stok opname obat rutin apotek rawat jalan per 31 Desember 2010

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

b.

Laporan stok opname obat ASKES apotek rawat jalan per 31 Desember 2010

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

6.

Data pemakaian obat antihipertensi tahun 2010.

(49)

7.

Alat hitung (kalkulator).

8.

Komputer dengan program

Microsoft Office Excel 2010.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang analisis Pareto ABC sediaan farmasi di RSUD dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya dengan pola penyakit hipertensi tahun 2010

dilakukan di instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus yang berada

di jalan Tambun Bungai No.04 Palangka Raya, Kalimantan Tengah untuk

mendapatkan data pemakaian, data investasi, dan data VEN.

F. Jalannya Penelitian

RSUD dr. Doris Sylvanus merupakan satu – satunya rumah sakit daerah

milik pemerintah Kalimantan Tengah dan merupakan rumah sakit rujukan. Rumah

sakit ini memiliki instalasi farmasi rawat jalan yang melayani pasien-pasien dari

poliklinik. Berdasarkan data

medical record

hipertensi menempati peringkat

pertama dengan 4827 kasus di instalasi rawat jalan. Hal ini didukung dengan

jumlah kasus di instalasi rawat jalan di rumah sakit Indonesia tahun 2009 adalah

123.269 kasus dari 412.364 kunjungan dan jumlah kasus di instalasi rawat jalan

rumah sakit Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 5.344 kasus.

Penelitian ini menggunakan data pemakaian obat yang diperoleh dari

laporan pemakaian obat tahun 2010 yang terdiri dari obat rutin dan obat AKSES

di instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

(50)

27

a. Daftar Plafon Harga Obat tahun 2010 (DPHO),

b. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2009/2010,

c. Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44 (ISO) tahun 2009/2010 dan

d. Rekapitulasi nilai persediaan perbekalan farmasi di apotek rawat jalan RSUD

dr. Doris Sylvanus Palangka Raya per 31 Desember 2010 yang terdiri dari

laporan stok opname obat rutin apotek rawat jalan per 31 Desember 2010

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan laporan stok opname obat

ASKES apotek rawat jalan per 31 Desember 2010 RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya.

Selain itu dilakukan penelusuran nilai VEN bahwa kelompok vital adalah obat

dengan bentuk sediaan injeksi berdasarkan formularium dan DOEN, esensial

merupakan obat antihipertensi yang mengacu pada DOEN 2008 dan formularium

rumah sakit, non esensial adalah obat antihipertensi di luar dari formularium

rumah sakit dan DOEN 2008.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan akan diperoleh jumlah obat

rutin maupun obat ASKES yang aktif keluar selama periode 2010, daftar harga

beli obat dan data VEN obat antihipertensi sehingga dapat dilakukan analisis

Pareto ABC nilai pakai, nilai investasi dan nilai indeks kritis. Data yang sudah

dianalisis secara Pareto ABC tersebut kemudian dibandingkan dengan

formularium untuk mengetahui kesesuaian hasil analisis terhadap formularium

yang ada dan cara pengendalian obat antihipertensi di rumah sakit sesuai

formularium dan Pareto ABC.

(51)

G. Analisis situasi

Analisis situasi dengan melihat data pemakaian obat selama satu tahun

yang digunakan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010.

H. Pengambilan data

Data obat yang diambil dan dianalisis adalah data pemakaian obat dipilih

sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan penulis. Data

yang diambil meliputi :

1. nama obat,

2. jenis sediaan,

3. jumlah pemakaian obat,

4. harga satuan obat, dan

5. data obat VEN.

I. Tata Cara Analisis Hasil

1. Analisis

Always Better Control

(ABC)

yang meliputi :

a. Analisis nilai pakai sediaan farmasi rutin

b. Analisis Nilai pakai sediaan farmasi AKSES

c. Analisis nilai investasi sediaan farmasi rutin

d. Analisis nilai investasi sediaan farmasi ASKES

a. Analisis Nilai Pakai Sediaan Farmasi Rutin dan Sediaan Farmasi ASKES

Analisis

ABC nilai pakai adalah analisis pengelompokan obat

(52)

29

Pareto C yang masing-masing diberi skor 3, 2, dan 1. Urutan data tersebut

kemudian dibuat klasifikasi sediaan sesuai jumlah pemakaiannya menjadi

kelompok A

NP

, B

NP

, dan C

NP

berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan

5%.

Berikut rumus perhitungannya:

Keterangan:

%NP

: % pemakaian sediaan

p

: jumlah pemakaian sediaan dalam 1 tahun

∑p

: jumlah seluruh pemakaian sediaan

b.

Analisis Nilai Investasi Obat Rutin dan Obat ASKES

Analisis ABC nilai investasi adalah analisis pengelompokan obat

berdasarkan nilai investasi hingga akhir tahun yang termasuk dalam kelompok

Pareto A, Pareto B, dan Pareto C berdasarkan nilai investasinya dan kemudian

masing-masing kelompok diberi skor 3, 2, dan 1.Seluruh sediaan obat didata

jumlah pemakaian dan harga satuannya. Sediaan farmasi kemudian diurutkan dari

yang nilai investasinya paling tinggi ke yang paling rendah dan diklasifikasikan

menjadi

kelompok A

NI

, B

NI

, dan C

NI

berdasarkan persentase kumulatif 80%,

15%, dan 5%. Berikut rumus perhitungannya:

Keterangan:

NI

: nilai investasi

p

: jumlah pemakaian

h

: harga satuan

(53)

Keterangan:

%NI

: persen nilai investasi

NI

: nilai investasi masing-masing sediaan

∑NI

: jumlah nilai investasi seluruh sediaan

2.

Analisis Nilai Indeks Kritis (NIK) Obat Rutin dan Obat ASKES untuk

penyakit hipertensi

Nilai Indeks Kritis adalah nilai yang didapat dari penggabungan nilai

pakai, nilai investasi, dan nilai kritis (VEN).

(Suciati dan Adisasmito, 2006).

Pengelompokkan obat ke dalam kelompok A, B dan C dengan kriteria :

Kelompok A dengan NIK ≥ 9,4 - 12

Kelompok B dengan NIK 6,7 - 9,3

Kelompok C dengan NIK < 6,7 - 4

Range nilai di atas didapatkan dari perhitungan range nilai sebagai berikut:

(Sugiyono, 2008).

Nilai Kritis merupakan nilai VEN yang ditentukan berdasarkan acuan

dari DOEN dan formularium rumah sakit di mana obat dikelompokkan sebagai

berikut :

Gambar

TABEL I.Tabel Penggolongan Obat Oral Antihipertensi
TABEL IX.Pengelompokan Sediaan Farmasi Rutin Antihipertensi
TABEL XVII.
GAMBAR 1.Obat Generik Berlogo…………………………………….
+7

Referensi

Dokumen terkait

Halaman akan menampilkan dialog apakah anda ingin menghapus Sub Standar atau tidak, klik tombol oke untuk menghapus, atau batal untuk membatalkan

Kesimpulan khusus penelitian ini adalah pengendalian sosial preventif oleh pihak sekolah dalam mengatasi perilaku membolos di SMA Santun Untan Pontianak dengan

coli , Figure S4: time course of glucose yield during bagasse hydrolysis in the 0.05 M [Sbmim][HSO 4 ] solution at 180 ◦ C, Figure S5: Time courses of glucose yields during

Sementara data surveilans kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA (THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan ke sarana pelayanan

Melalui pernyataan visi dan misi tersebut, BPS Kabupaten Takalar memiliki aspirasi untuk mencapai sejumlah tujuan strategis di tahun 2019, yaitu: (1) peningkatan kualitas

Bila dibandingkan dengan persentase kebuntingan dengan metode Ovsynch (64,71%) penggunaan GnRH ke-2 untuk induksi ovulasi juga tidak berbeda nyata (P &gt;

Ternak kambing yang lebih dari satu kali melahirkan dan pada setiap kelahiran memiliki anak kembar adalah hasil dari ovulasi ganda atau lebih, menyebabkan kandungan

Di dalam makalah ini akan dianalisis osilasi curah hujan musiman dan tahunan menggunakan transformasi wavelet untuk beberapa daerah di Sumatra Barat, yaitu