• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penerapan Model Pembelajaran Tema

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Penerapan Model Pembelajaran Tema"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk

Meningkatkan Keaktifan siswa kelas IV SDN 219 Pattimura

Kota Jambi

Oleh: Suharko Hattereztoka

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2017

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Keaktifan siswa kelas IV di SDN 219 pattimura kota jambi. Tujuan penelitian keaktifan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV ini adalah mengetahui peningkatan Keaktifan di SDN 219 pattimura kota jambi. Dengan Penerapan Metode Pembelajaran Tematik. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom ActionResearch) dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Di SDN 219 pattimura kota jambi, sedangkan objek penelitian adalah penerapan Metode Pembelajaran Tematik, peningkatan Keaktifan belajar siswa pada Tema peduli terhadap lingkungan hidupi. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran

Tematik dapat meningkatkan Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan keaktifan belajar dapat di ukur dari evaluasi siklus I, siklus II dan siklus III dengan nilai keaktiifan belajar pada siklus I 45,25% 73,66% dan siklus III 94%. Dengan demikian hasil penelitian Di SDN 219 pattimura kota jambi telah mencapai ketuntasan belajar.

(2)

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.Lembaga pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, karena pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah,2010 : 10 ).

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara,karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sistempendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2014 : 3).

Guru memiliki peranan yang besar dalam mengemban tugas yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan, terdapat tiga jenis tugas guru menurut Uzer (2010) dalam Uno (2010: 20), yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih peserta didik secara profesional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya ke pencapaian tujuan pendidikan.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

(3)

nilai-nilai hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sedangkan melatih berarti mengembangkan

keterampilan-keterampilan pada

siswa.Sholeh (2006: 3) mengatakan bahwa guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki tugas untuk menanamkan nilai serta membangun karakter peserta didik secara berkesinambungan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru harus berpedoman kepada kurikulum, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (UU No. 2 tahun 1989).

Agar tugas tersebut dapat diselenggarakan dengan baik, guru harus memahami prinsip dasar pengembangan kurikulum. Dengan pengetahuan tersebut guru diharapkan dapat merencanakan, mengembangkan serta mewujudkan kurikulum yang berlaku melalui proses belajar mengajar di dalam kelas masing-masing.

Implementasi kurikulum dalam proses belajar mengajar di sekolah perlu dilaksanakan dalam program pembelajaran yang dikembangkan secara lebih fungsional agar kualitas pembelajaran dapat dikembangkan secara optimal. Strategi yang digunakan dalam upaya tersebut, secara sistematis perlu memperhitungkan hubungan kurikulum dan proses pembelajaran dengan (a) karakteristik berpikir murid SD, (b) tuntutan pembentukan pengalaman,

pemahaman, dan keterampilan secara utuh dan terpadu, (c) pemberian peluang kepada murid menghayati sesuatu yang dipelajari, mengadakan internalisasi, mengadakan refleksi dan mengembangkan pemahaman melalui proses belajar secara individual maupun kelompok, dan (d) berkembangnya dampak pengiring yang bermanfaat dalam mengembangkan pemahaman, keterampilan dan sikap pembelajar.

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk para siswa dan kaitan tema antar bidang studi akan

sangat berpengaruh terhadap

(4)

diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang sering berubah, banyak persaingan dan masalah dalam kehidupan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan ini juga memberikan kemudahan kepada guru dalam mengelola

kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran tematik, diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan menyajikan pengalaman belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Wina Sanjaya, 2006: 110).

Learning to know adalah upaya

memahami instrumen-instrumen

pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tesebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan

martabatnya dalam rangka

mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sebagai tujuan, maka pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan, serta penemuan didalam kehidupannya. Upaya-upaya kearah pemerolehan pengetahuan ini tidak akan pernah ada batasnya, dan masing-masing individu akan secara terus menerus memperkaya pengetahuan dirinya dengan berbagai pengalaman yang ditemukan dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini akan berlangsung secara terus menerus yang pada gilirannya melahirkan kembali konsep belajar sepanjang hayat.

Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat

mengadaptasikan pengetahuan:

pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Learning to live together

(5)

terjadinya perselisihan dan konflik.

Pengembangan kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangkan di dalam setiap pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia mendengar dan menghargai pendapat teman-teman sesama siswa seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, tetap membutuhkan latihan-latihan terbimbing dari guru.

Learning to be, sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan bahwa prinsip fundamental

pendidikan hendaklah mampu

memberikan kontribusi untuk

perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, inteligensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual.Semua manusia hendaklah diberdayakan untuk berpikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka menentukan sesuatu yang diyakini harus dilaksanakan.

Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, cenderung membosankan sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

Sejak diberlakukannya

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, maka mata pelajaran pada SD kelas rendah pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran terpadu (Trianto, 2010: 6). Model pembelajaran terpadu adalah

pendekatan pembelajaran yang

(6)

berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pemilihan model pembelajaran tematik bagi siswa SD kelas rendah dikarenakan perkembangan peserta didik pada siswa SD kelas rendah pada umumnya tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan dan memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).

Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang kompleks dengan cara pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi yang ada disekitarnya secara bermakna. Belajar akan lebih bermakna apabila peserta didik mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera secara utuh, daripada hanya mendengarkan

penjelasan guru saja dan materi diberikan secara terpisah-pisah. Penggunaan media pembelajaran adalah salah satu cara untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak.

Proses pembelajaran pada

(7)

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha).

Permasalahan yang ada di SDN 219 Patimura adalah kurangnya media pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti di dalam proses pembelajaran dikelas, guru kurang melakukan variasi metode dan cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga siswa kurang memiliki peran. Guru juga tidak menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran di kelas, cukup dengan menjelaskan konsep sesuai dengan materi yang ada di buku pelajaran, dalam pembuatan RPP sudah menunjukkan RPP model tematik, ditandai dengan sudah dicantumkannya tema. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih mengalami kesulitan dalam menyamarkan sekat antar mata pelajaran. Pada tahap penilaian, guru sudah menerapkan penilaian proses dan hasil. Hambatan-hambatan dalam implementasi model pembelajaran tematik yaitu kurangnya pemahaman guru tentang konsep model pembelajaran tematik, guru kesulitan menyamarkan sekat antar mata pelajaran

karena masih berdasarkan jadwal pelajaran, menciptakan suasana aktif dan kreatif di kelas, keterbatasan alat peraga yang mendukung proses pembelajaran, belum tersedianya buku pelajaran yang memuat bahan ajar yang sudah terintegrasi, melaksanakan penilaian secara terintegrasi, dan menyusun format penilaian dalam berbagai aspek.

Dari pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa di SDN 219 Patimura masih ditemukan masalah dan hambatan dalam penerapan pembelajaran tematik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil judul penelitian tindakan kelas ini, yaitu : Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IVSDN 219 Patimura Kota Jambi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perencanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas IV di SDN 219 patimura kota jambi. 2) Mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik pada siswa SD kelas IV di SDN 219 patimura kota jambi. 3)

Mengetahui penilaian

(8)

kota jambi. 4) Mengetahui hambatan yang dihadapi guru

dalam merencanakan,

melaksanakan dan menilai pembelajaran tematik pada siswa SD kelas IV di SDN 219 patimura kota jambi. 5) Mengetahui keativan sebelum dan sesudah pembelajaran tematik ada siswa kelas IV di SDN 219 patimura kota jambi.

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau

meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara professional. (Anas Salahudin, 2011, hlm. 227).

Kardiawarman Mengatakan,

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa ingris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang di lakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang di terapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. (Paizaluddin & Ermalinda, 2014, hlm. 6).

Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, penulis dan guru bertukar peran, maksudnya adalah penulis sebagai guru yang memberikan pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai peneliti yang bertindak sebagai pengamat ketika pembelajaran IPA dilakukan. Pemilihan atau pembagian peran ini disebabkan oleh karena guru IPA di Kelas IV SDN 219 kota jambi. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan konsep pembelajaran yang penulis susun, dan guru IPA merasa akan menghadapi berbagai kesulitan ketika harus menerapkan konsep pembelajaran yang berasal dari pemikiran orang lain.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR). PTK adalah penelitian yang di lakukan oleh guru dalam kelas atau sekolah tempat mengajar dengan penekanan pada penyepurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.

(9)

pokok, yaitu perencuanaan (plan), pelaksanaan (action), pengawasan (observe), dan refleksi (reflect).

Kegiatan perencanaan awal di mulai dari melakukan pendahuluan.pada penelitian ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan.

Pengamatan selama tindakan penelitian di lakukan peneliti. pengamatan berdasarkan pedoman observasi yang telah di siapkan. Kejadian-kejadian penting selama proses di buat pada catatan pembelajaran.

Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru.Kegiatan ini berdiskusi untuk memberi makna menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang telah di lakukan. Berdasarkan kesimpulan pada kegiatan refleksi ini suatu perencanaan untuk siklus berikutnya di buat tindakan penelitian di pandang cukup.Evaluasi hasil penelitian di lakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan observasi dan refleksi pada setiap tindakan.

2. Peran Peneliti Dilapangan

Pada penelitian ini peneliti dan guru kelas berperan sebagai fasilitator yang melakukan bimbingan secara bertahap atau scaffolding.Scaffolding

adalah bantuan yang diberikan oleh guru ataupun siswa kepada siswa lainnya untuk

belajar dan menyelesaikan

masalah.Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, dan peringatan, penguraian masalah kedalam langkah langkah pemecahan, pemberian contoh, dan tindakan tindakan lainnya yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kelas IV SDN 219 kota jambi semester Dua 8 september sampai dengan 12 oktober 2017.

2. Subyek Penelian

Subyek penelitian ini peneliti melakukan penelitian Penerapan Model

Pembelajaran Tematik Untuk

Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV SDN 219 Patimura Kota Jambi.

C. Prosedur Penelitian

(10)

kelas adalah penelitian yang di lakukan guru didalam kelasnya. Melalui refleksi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai seorang guru, sehingga pembelajaran tematik dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN 219 Patimura Kota Jambi.

Pada Kelas IVSDN 219 kota jambi

yang peroses pembelajarannya

berlangsung secara monoton tanpa adanya hubungan yang komunikatif antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa yang lainnya, bahkan menimbulkan rasa bosan pada siswa saat mengikuti proses pembelajaran, hal tersebut di sebabakan oleh guru yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode belajar yang sering di pakai seperti metode ceramah pada saat proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) atau evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk

suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan serta untuk menggali beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran (Sugiono, 2014: 245).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan keaktifan belajar siswa dan untuk

mengetahui penerapan model

(11)

b. Observasi

“Observasi atau Pengamatan adalah proses pengumpulan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.” (Paizaluddin dan Ermalinda,2014:113)

Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2009) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dalam penelitian ini digunakan observasi untuk mengetahui besar aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik dengan guru sebagai observer.

c. Dokumentasi

“Dokumentasi merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya dokumental dari seseorang.” (Sugiono,2014 :329).

Dokumentasi digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran Tematik dengan menggunakan Model Pembelajaran

Tematik berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Observasi

Ada dua lembar observasi yang disiapkan peneliti sebagai berikut:

1) Lembar observasi aktivitas guru (peneliti) yang dilakukan setiap pertemuan. Yang menjadi observer adalah guru di SDN 219 Patimura Kota Jambi. Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis (√) apabila peneliti melakukan tindakan sesuai dengan keterlaksanaan metode pembelajaran pada lembar observasi.

2) Lembar observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar kegiatan belajar mengajar berlangsung. Yang menjadi observer adalah guru di SDN 219 Patimura kota Jambi. Observer mengisi jumlah siswa yang kreatif maka dapat dilihat persentase keaktifan siswa.

E. Teknik Analisis Data

(12)

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang di capai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta kreativitas siswa selama proses pembelajaran.

1. Data Kualitatif

Menurut (trianto, 2013) pada data kualitatif yang merupakan hasil observasi aktivitas siswa dapat dihitung melalui:

Persentase respon siswa = A

B x 100%

Dimana :A = proporsi siswa yang memilih (aktif) B = jumlah siswa (keseluruhan)

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan proses penghitungan keaktifan belajar siswa pada masing-masing siklus yang dilakukan dengan penghitungan (haris, 2008).

Keterangan :

B : jumlah butiran dijawab dengan benar

N : banyak butiran soal nilai rata-rata hasil belajar

∑X : jumlah semua nilai siswa ∑N : jumlah siswa

Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan metode

tematik.Adapun perhitungannya dengan rumus-rumus berikut. Untuk menghitung skor rata-rata hasil tes kemampuan keaktifan siswa menggunakan rumus (Sudijiono, 2012 : 85) :

Mx=X N X100

Keterangan :

Mx = Mean yang kita cari (skor rata-rata) Σx = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang

ada

N = Jumlah Ideal (banyaknya skor-skor itu sendiri)

F. Kriteria Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(13)

jambi, siswa dikatakan berhasil atau tuntas apabila terdapat 70% siswa yang berhasil dari kesuluruhan yang mengikuti proses pembelajaran.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdirinya SDN 219 patimura kota jambi diawali dari keinginan pemerintah untuk adanya lembaga pendidikan formal dengan basis pendidikan IPTEK.

a) SDN 219 patimura kota jambi berdiri sejak tahun 1962 dengan kepala sekolah pertama adalah M.salahudin dengan masa jabatan dari tahun 1962-1963

b) Selanjutnya SDN 219 patimura kota

jambi didirikan dan mulai

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pada pagi hari.

c) Pendirian SDN 219 patimura kota jambi akhirnya dikokohkan dengan no NPSN 10503087 tentang Persetujuan Pendirian dan Pemberian Status Izin Sekolah Dasar di lingkungan pemerintah kota jambi provinsi Jambi, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 1011007011003. (TU SDN 219 PATTIMURA).

d) Secara geografis Terletak di Lintang -1.6340000 dan di Bujur 103.6508000 SDN 219 kota jambi provinsi jambi yang

beralamat Jl.lorong patimura simpang rimbo RT 12. Letak gedung sangat strategis berada dipinggir jalan dengan arus transportasi cukup lancar.Sehingga siswa-siswi maupun guru dan staf pegawai cukup mudah untuk mencapai lokasi tersebut. (TU SDN 219 PATTIMURA).

B. Temuan Penelitian 1. Kondisi Awal

Kondisi awal hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN 219 patimura kota jambi. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil MID semester yang diikuti oleh siswa yang peneliti peroleh dari wali kelas IV di SDN 219 patimura kota jambi.

(14)

.

C. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 08 September 2017 sampai dengan 12 Oktober 2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan tes keaktifan Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus disesuaikan dengan rencana pembelajaran.Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran tematik di kelas IV SDN 219 Patimura Kota Jambi dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan siswadengan menggunakan model pembelajaran tematik kelas IV di SDN 219 Patimura Kota Jambi.

1. Prasiklus

Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik masih menggunakan

metode yang berpusat pada guru, yang hanya menggunakan metode ceramah saja, dan guru kurang mengkreasikan dalam penggunaan metode selama proses pembelajaran sebagai alat bantu pemahaman siswa. Sehingga proses pembelajaran berlangsung secara monoton dan tidak adanya timbal balik.

Oleh karena itu guru harus dapat menerapkan metode yang dapat menarik perhatian siswa dan mendesain proses pembelajaran yang efektif dan efisien secara menarik sehingga akan terciptanya timbal balik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.

2. Siklus 1

Pelaksanaan siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan pembelajaran yang dimulai pada tanggal 11September 2017, 13September 2017 dan diakhiri pada

tanggal 15September2017.Dalam

pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a) Tahap Perencanaan

(15)

pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang tema peduli terhadap lingkungan hidup yang akan dipelajari dengan model pembelajaran tematik, menyusun dan mempersiapkan bahan ajar, menyusun dan mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran akhir siklus I dan menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan

Dapat diketahui bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tematik belum optimal yaitu persentase rata - rata sebesar 45,25% masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa belum mengemukakan pendapat dan ide – ide tentang pertanyaan yang diajukan guru dan juga belum dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelompok, dalam menanyakan hal yang kurang dipahami terlihat masih belum berani.

Terlihat bahwa terdapat hasil observasi aktifitas siswa yang belum terlaksana degan baik, hasil yang diamati belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini menunjukkan aktvitas belajar siswa masih rendah dan upaya untuk meningkatkan keaktifan dan karakter

siswa belum terlaksana dengan baik dan belum memuaskan.

Berdasarkan observasi aktivitas guru selama dalam proses pembelajaran berlangsung, secara keseluruhan aktvitas guru dalam mengajar belum optimal. c) Tahap Refleksi

Tahapan refleksi dilakukan setelah melewati tahap pelaksanaan tindakan dan tahap observasi. Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I sudah mencapai keberhasilannya atau belum, selain itu hasil kegiatan refleksi dapat dijadikan acuan peneliti dalam merancang perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya untuk meningkatkan keaktifan siswa yang diharapkan dan tidak mengulang kesalahan yang sama pada siklus sebelumnya. Selanjutnya peneliti (observer) dan guru berkolaborasi melakukan refleksi dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh selama proses pembelajaran.

(16)

pendapat. Hal ini terlihat dari 7 orang siswa yang aktif mengeluarkan pendapat selain itu siswa masih belum terbiasa untuk berpartisipasi secara aktif di kelas sehingga saat diminta untuk mengeluarkan pendapat siswa masih malu-malu dikarenakan guru kurang mampu mengkomunikasikan rencana kegiatan pembelajaran Tematik hingga berakibat pada kurangnya keaktifan siswa saat diskusi sehingga siswa masih bingung dalam menerapkan model pembelajaran tematik.

Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, maka dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan berikut : 1. Guru harus optimal memberi

kesempatan kepada siswauntuk berpikir menjawab pertanyaan yang diajukan mengeluarkan pendapat dan guru dapat menunjuk salah satu siswa supaya mau bertanya.

2. Guru memberikan tambahan point kepada siswa yang aktif agar siswa terpacing untuk mengeluarkan pendapatnya

3. Guru dapat memotivasi siswa agar tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat.

Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pada siklus I meningkatkan keaktifan siswa masih rendah, masih terdapat kekurangan serta hal-hal yang perlu di perbaiki dalam proses pelaksanakan tindakan. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan selama tiga kali pertemuan pembelajaran yang dimulai pada tanggal 18 September 2017, 20 September 2017 dan diakhiri pada tanggal 22 September 2017. Dalam pelaksanaan siklus II kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a) Tahap Perencanaan

(17)

observasi keterlaksanaan proses pembelajaran, mempersiapkan soal tes keaktifan akhir siklus II, dan menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, yaitu: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tahap pelaksanaan siklus II .Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan dalam dua kali pertemuan pemberian tindakan, dan satu kali pertemuan tes keaktifan akhir siklus II dengan sub pokok bahasan hewan dan tumbuhan disekitar rumahku. Namun terdapat tambahan kegiatan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I yaitu :

1. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil supaya siswa berani menanggapi pertanyaan ataupun mengungkapkan pendapatnya dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi di dalam kelas. 2. Guru dapat memotivasi siswa agar

tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat.

Hasil observasi dari kegiatan siswa pada siklus II dapat dilihat bahwa aktivitas siswa dalam belajar sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini dapat

dilihat dari adanya peningkatan aktivitas siswa dalam belajar, semula yang kurang aktif menjadi cukup aktif, yang aktif menjadi lebih aktif dan yang lebih aktif menjadi sangat aktif.

Adapun hasil observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terdapat adanya peningkatan, ada 3poin aktivitas guru yang terdapat dalam tabel telah tercapai dengan baik dan yang peningkatan baik sekali terdapat 7 poin aktifitas guru.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas dapat diketahui bahwa hasill guru pada saat proses pembelajaran sudah

mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan hasil observasi tindakan siklus I.

(18)

tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

1. Siswa makin bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran tematik karena siswa terlibat langsung dalam

menyelesaikan suatu

permasalahandalam pembelajaran. 2. Hampir semua siswa terlibat aktif

dalam kegiatan proses pembelajaran karenamereka merasa termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan masalah yangdiberikan oleh guru. 3. Siswa semakin berani untuk bertanya,

bertukar pendapat, mengungkapkan pendapat, dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi yaitudengan adanya pemberian point.

Aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan yang optimal. Guru semakin baik dalam menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan siswa, selain itu terdapat peningkatan pada kegiatan guru memotivasi siswa untuk aktif ketika diskusi yang mengakibatkan adanya peningakatan pada keaktifan siswa. Untuk lebih data observasi aktivitas mengajar guru pada siklus II dapat dilihat pada hasil medel pembelajarn tematik akhir siklus II yang dilakukan setelah pemberian tindakan pada siswa mengenai hewan dan

tembuhan di sekitar rumahku dangan model pembelajarn tematik.

c) Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yangtelah ditetapkan sebelumnya.Dari hasil refleksi yang diperoleh menunjukan adanya perbaikan danpeningkatan hasil pada siklus II.Hal ini terlihat dari adanya peningakatan padaaktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru serta keaktifan siswa akhir siklus II yang telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut penelitian pada siklus IIdikatakan sudah berhasil karena sudah memenuhi indikator keberhasilantindakan yang telah ditetapkan, yaitu adanya peningakatan aktivitas belajar siswadan adanya peningkatan keaktifan siswa.

C. Pembahasan

(19)

kelas IV melalui penerapan Model Pembelajaran Tematik Di SDN 219 patimura Kota Jambi.

Dari analisa belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran

Tematik terlihat bahwa belajar siswa meningkat setiap siklusnya, hal ini menunjukkan bahwa penyampaian pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Tematik menjadi lebih mudah dipahami serta dapat mempermudah daya serap terhadap materi ajar.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa hal tersebut dapat dilihat pada setiap siklus

1. Proses pembelajarantematik di SDN 219 patimura kota jambi Berdasarkan observasi awal di SDN 219 paimura dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pada tema peduli terhadap lingkungan hidup yang diambil dari hasil MID semester I kelas IV, kondisi awal keaktifan belajar siswa kelas IV

masih rendah, hanya 7 0rang (35%) yang berhasil dari 25 orang siswa, selebihnya 18 0rang (65%) belum berhasil. Hal tersebut disebabkan karena pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa cenderung menghafal konsep, mencatat apa yang diterangkan guru tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut, dan kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang dapat membangkitkan kemauan atau minat siswa, kreativitas

siswa, dalam meningkatkan

keaktifanbelajar siswa.

2. Penerapan model Pembelajaran Tematik di 219 patimura temuan penelitian dari hasil lembar Instrumen keaktifan belajar Pada siklus I hanya 45,25% yang aktif, dan pada siklus II meningkat menjadi 90%. Dari hasil lembar Instrumen ini dapat disimpulkan bahwa pada siklus II tercapainya proses pembelajaran

dengan menerapkan model

Pembelajaran tematik untuk

meningkatkan keaktifan belaja rsiswa kelas IV 219 Patimura.

3. Penilitian ini bertujuan untuk

(20)

pembelajaran Tematik terhadap keaktifan belajar siswa pada tema peduli terhadap lingkungan hidup. Sampel peneitian ini adalah siswa kelas IV SDN 219 Patimura yang dipilih secara acak. Poster dianalisis secara statistic menggunakan lembar Instrumen dan data kualitatif berupa aktivitas belajar dan tanggapan siswa yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi kelompok mengalami peningkatan keaktifan belajar 90% dengan demikian pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Tematik berpengaruh dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas serta untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa, maka penulis menyarankan beberapa hal: 1. Hendaknya setiap guru mampu

memahami krakteristik siswa yang meliputi kepribadian siswanya sehingga guru pun mudah mentransver ilmu pengetahuannya kepada siswa sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya

secara efektif, yang pada akhirnya akan memberikan konntribusi nyata

2. Diharapkan kepada guru agar dapat menggunakan Model Pembelajaran

Tematik sebagai alternatif pembelajaran khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

3. Penulis menyarankan kepada guru dan siswa hendaknya menyadari bahwa setiap siswa mempunyai keaktifan yang berbeda yang diharapkan keaktifan itu untuk dapat diasah terus agar dapat ditingkatkan.

C. Penutup

(21)

penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi & Munawar Sholeh. (2005).

Psikologi Perkembangan untuk Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Andi Prastowo. (2012). Metode Penellitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ariesto Had iSutopo & Adrianus Arief, dkk. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVivo. Jakarta: Kencana.

Asrorun Ni’am Sholeh. (2006).

Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: Elsas.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Bridget O. J. Omatseye. (2007). The Discussion Teaching Method: An

Interactive Strategy In Tertiary Learning. Education, 128 (1).

Burhan Bungin.(2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Desmita. (2005). Psikologi

Perkembangan. Bandung: Rosda.

Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo. (1995). Pengantar Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta.

Giri Prasetyo (2012) Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Model Tematik Kelas 3 Sekolah Dasar Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri .Skripsi. Yogyakarta: UNY

H. Hamzah B. Uno. (2010). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Jamal Ma’murAsmani. (2010). Tips Menjadi Guru Inspirstif, Kreatif dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Jeanne Ellis Ormrod. (2008). Sixth Edition

Educational Psychology Developing Learners (Wahyu Indianti dkk.

(22)

Siswa Tumbuh dan Berkembang. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Inter disipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta: Paradigma.

Kunandar. (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajawaliPers.

Lexy J. Moleong (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, untuk menciptakan relasi yang akrab dan baik dengan para guru dan pegawai di MI Muhammadiyah Serangrejo, Rini Astuti melakukan pendekatan dan

Kendala-kendala yang dihadapi SMA N 3 Surakarta dalam melaksanakan program RSBI pada proses pembelajaran Fisika antara lain (a) pihak sekolah merasa bahwa kedisiplinan dan

Karena bukti kas keluar dicatat dalam register bukti kas keluar pada saat bukti kas keluar tersebut dibayar, hal ini berarti pendebitan akun lawan simpan dilakukan

Adapun peran pustakawan yang dapat dilakukan untuk menghadapi Library Anxiety pemustaka, bisa dilakukan dengan cara menuangkan ide-ide kreatif dan inovatif di

Berdasarkan hasil kerja praktik yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa produk Brilliance Hasanah Sejahtera merupakan produk asuransi jiwa dan

Namun kebiasaan dan selera keluarga dalam mengonsumsi daging sapi serta ketersediaan daging sapi secara parsial tidak berpengaruh terhadap konsumsi daging sapi

sebelumnya, peningkatan jumlah umbi per rumpun sampel disebabkan karena dengan meningkatnya dosis abu yang diberikan dapat berkontribusi dalam peningkatan