• Tidak ada hasil yang ditemukan

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE INDONESIA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

Ketika Anda menarik karet ketapel sampai batas tertentu, apa yang terjadi? Karet ketapel tersebut akan bertambah panjang.. Jika tarikan Anda dilepaskan, maka karet ketapel akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika Anda merentangkan pegas, pegas tersebut juga akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula.

Mengapa demikian ? Hal itu disebabkan karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut

dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.

1. HUKUM HOOKE

(2)

hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Ahli matematika dan juga seorang flsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi :

"Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen".

Hooke menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang akan

mengalami pertambahan panjang yang besar meskipun gaya yang diberikan kecil. Sebaliknya pegas yang sangat sulit teregang seperti pegas baja akan mengalami pertambahan panjang yang sedikit atau kecil meskipun diberi gaya yang besar. Karakteristik yang dimiliki masing-masing pegas ini dinyatakan sebagai tetapan gaya dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang memiliki tetapan gaya yang kecil. Sebaliknya pegas yang sulit teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya yang besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai berikut:

F = k. x

Keterangan:

F = Gaya yang diberikan pada pegas (N) k = Tetapan gaya pegas (N/m)

x = Pertambahan panjang pegas (m) 2. Energi Potensial Pegas

Besar energi potensial sebuah pegas dapat dihitung dari grafk hubungan gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Ep = ½ F . x Ep = ½ (k . x) . x Keterangan:

Ep = energi potensial pegas (joule) k = tetapan gaya pegas (N/m)

(3)

3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)

Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda didefnisikan sebagai

kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis. Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Persamaan modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.

a. Tegangan (Stress)

Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda persatuan luas. Tegangan dalam elastisitas dirumuskan:

Tegangan = Gaya/(Satuan luas) atau

σ = F/A

Tegangan sama seperti tekanan, ia memiliki satuan Pascal (Pa) atau N/m2. b. Regangan (Strain)

Regangan dalam elastisitas adalah pertambahan panjang yang terjadi pada suatu benda akibat pengaruh gaya luar setiap panjang mula-mula benda tersebut sebelum gaya luar bekerja padanya. Regangan dapat dituliskan dengan persamaan:

Regangan = pertambahan panjang / (panjang awal) atau

e = l/lo∆

Keterangan : e = Regangan

l =

∆ Pertambahan panjang (m)

lo = Panjang awal (m)

Karena regangan adalah perbandingan dari dua besaran yang sejenis maka ia hanya seperti koefsien (tanpa punya satuan).

c. Mampatan

(4)

(memampat).

d. Modulus Elastis (Modulus Young)

Modulus young adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan. Modulus young dapat dituliskan dengan persamaan:

E = Tegangan/Regangan atau

(5)

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

Ketika Anda menarik karet ketapel sampai batas tertentu, apa yang terjadi? Karet ketapel tersebut akan bertambah panjang.. Jika tarikan Anda dilepaskan, maka karet ketapel akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika Anda merentangkan pegas, pegas tersebut juga akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula.

Mengapa demikian ? Hal itu disebabkan karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.

1. HUKUM HOOKE

(6)

diberikan. Hal ini pertama kali diselidiki pada abad 17 oleh seorang arsitek berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Hooke. Hooke menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Ahli matematika dan juga seorang flsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi :

"Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen".

Hooke menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang akan

mengalami pertambahan panjang yang besar meskipun gaya yang diberikan kecil. Sebaliknya pegas yang sangat sulit teregang seperti pegas baja akan mengalami pertambahan panjang yang sedikit atau kecil meskipun diberi gaya yang besar. Karakteristik yang dimiliki masing-masing pegas ini dinyatakan sebagai tetapan gaya dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang memiliki tetapan gaya yang kecil. Sebaliknya pegas yang sulit teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya yang besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai berikut:

F = k. x

Keterangan:

F = Gaya yang diberikan pada pegas (N) k = Tetapan gaya pegas (N/m)

x = Pertambahan panjang pegas (m) 2. Energi Potensial Pegas

Besar energi potensial sebuah pegas dapat dihitung dari grafk hubungan gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Ep = ½ F . x Ep = ½ (k . x) . x Keterangan:

(7)

k = tetapan gaya pegas (N/m)

x = pertambahan panjang pegas (m) 3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)

Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda didefnisikan sebagai

kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis. Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Persamaan modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.

a. Tegangan (Stress)

Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda persatuan luas. Tegangan dalam elastisitas dirumuskan:

Tegangan = Gaya/(Satuan luas) atau

σ = F/A

Tegangan sama seperti tekanan, ia memiliki satuan Pascal (Pa) atau N/m2. b. Regangan (Strain)

Regangan dalam elastisitas adalah pertambahan panjang yang terjadi pada suatu benda akibat pengaruh gaya luar setiap panjang mula-mula benda tersebut sebelum gaya luar bekerja padanya. Regangan dapat dituliskan dengan persamaan:

Regangan = pertambahan panjang / (panjang awal) atau

e = l/lo∆

Keterangan : e = Regangan

l =

∆ Pertambahan panjang (m)

lo = Panjang awal (m)

Karena regangan adalah perbandingan dari dua besaran yang sejenis maka ia hanya seperti koefsien (tanpa punya satuan).

c. Mampatan

(8)

gaya tarik yang mendorong molekul benda terdorong keluar sedangkan mampatan karena gaya yang membuat molekul benda masuk ke dalam (memampat).

d. Modulus Elastis (Modulus Young)

Modulus young adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan. Modulus young dapat dituliskan dengan persamaan:

E = Tegangan/Regangan atau

E = σ/e=(F⁄A)/( l / lo )=(F.lo)/(A. l)∆ ∆

ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

Ketika Anda menarik karet ketapel sampai batas tertentu, apa yang terjadi? Karet ketapel tersebut akan bertambah panjang.. Jika tarikan Anda dilepaskan, maka karet ketapel akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika Anda merentangkan pegas, pegas tersebut juga akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula.

Mengapa demikian ? Hal itu disebabkan karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.

(9)

Pertambahan panjang yang terjadi berbanding lurus dengan gaya tarik yang diberikan. Hal ini pertama kali diselidiki pada abad 17 oleh seorang arsitek berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Hooke. Hooke menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Ahli matematika dan juga seorang flsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi :

"Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen".

Hooke menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang akan

(10)

teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya yang besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai berikut:

F = k. x

Keterangan:

F = Gaya yang diberikan pada pegas (N) k = Tetapan gaya pegas (N/m)

x = Pertambahan panjang pegas (m)

Iklan text di tengah ilmusahid.com

Iklan oleh

Google

Fisika

Contoh soal fisika

2. Energi Potensial Pegas

Besar energi potensial sebuah pegas dapat dihitung dari grafk hubungan gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Ep = ½ F . x Ep = ½ (k . x) . x Keterangan:

Ep = energi potensial pegas (joule) k = tetapan gaya pegas (N/m)

(11)

3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)

Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda didefnisikan sebagai

kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis. Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Persamaan modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.

a. Tegangan (Stress)

Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda persatuan luas. Tegangan dalam elastisitas dirumuskan:

Tegangan = Gaya/(Satuan luas) atau

σ = F/A

Tegangan sama seperti tekanan, ia memiliki satuan Pascal (Pa) atau N/m2. b. Regangan (Strain)

Regangan dalam elastisitas adalah pertambahan panjang yang terjadi pada suatu benda akibat pengaruh gaya luar setiap panjang mula-mula benda tersebut sebelum gaya luar bekerja padanya. Regangan dapat dituliskan dengan persamaan:

Regangan = pertambahan panjang / (panjang awal) atau

e = l/lo∆

Keterangan : e = Regangan

l =

∆ Pertambahan panjang (m)

lo = Panjang awal (m)

Karena regangan adalah perbandingan dari dua besaran yang sejenis maka ia hanya seperti koefsien (tanpa punya satuan).

c. Mampatan

(12)

(memampat).

d. Modulus Elastis (Modulus Young)

Modulus young adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan. Modulus young dapat dituliskan dengan persamaan:

E = Tegangan/Regangan atau

E = σ/e=(F⁄A)/( l / lo )=(F.lo)/(A. l)∆ ∆ ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

Ketika Anda menarik karet ketapel sampai batas tertentu, apa yang terjadi? Karet ketapel tersebut akan bertambah panjang.. Jika tarikan Anda dilepaskan, maka karet ketapel akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika Anda merentangkan pegas, pegas tersebut juga akan bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula.

Mengapa demikian ? Hal itu disebabkan karena benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.

(13)

Pertambahan panjang yang terjadi berbanding lurus dengan gaya tarik yang diberikan. Hal ini pertama kali diselidiki pada abad 17 oleh seorang arsitek berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Hooke. Hooke menyelidiki hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Ahli matematika dan juga seorang flsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi :

"Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen".

Hooke menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut. Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang akan

(14)

teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya yang besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai berikut:

F = k. x

Keterangan:

F = Gaya yang diberikan pada pegas (N) k = Tetapan gaya pegas (N/m)

x = Pertambahan panjang pegas (m)

Iklan text di tengah ilmusahid.com

Iklan oleh

Google

Fisika

Contoh soal fisika

2. Energi Potensial Pegas

Besar energi potensial sebuah pegas dapat dihitung dari grafk hubungan gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas tersebut.

Ep = ½ F . x Ep = ½ (k . x) . x Keterangan:

Ep = energi potensial pegas (joule) k = tetapan gaya pegas (N/m)

(15)

3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)

Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda didefnisikan sebagai

kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis. Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Persamaan modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan.

a. Tegangan (Stress)

Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda persatuan luas. Tegangan dalam elastisitas dirumuskan:

Tegangan = Gaya/(Satuan luas) atau

σ = F/A

Tegangan sama seperti tekanan, ia memiliki satuan Pascal (Pa) atau N/m2. b. Regangan (Strain)

Regangan dalam elastisitas adalah pertambahan panjang yang terjadi pada suatu benda akibat pengaruh gaya luar setiap panjang mula-mula benda tersebut sebelum gaya luar bekerja padanya. Regangan dapat dituliskan dengan persamaan:

Regangan = pertambahan panjang / (panjang awal) atau

e = l/lo∆

Keterangan : e = Regangan

l =

∆ Pertambahan panjang (m)

lo = Panjang awal (m)

Karena regangan adalah perbandingan dari dua besaran yang sejenis maka ia hanya seperti koefsien (tanpa punya satuan).

c. Mampatan

(16)

(memampat).

d. Modulus Elastis (Modulus Young)

Modulus young adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan. Modulus young dapat dituliskan dengan persamaan:

E = Tegangan/Regangan atau

(17)

MAKALAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

VONNY.

XI MIA 1

KELOMPOK 2:

JOY BUJUNG

PUTRI HARSONO

CHRISTIADI LANGI

(18)

PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA

A.Pengertian pembagian kekuasaan

Pembagian kekuasaan terdiri dari dua kata, yaitu “pembagian” dan

“kekuasaan”. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

pembagian memiliki pengertian proses menceraikan menjadi

beberapa bagian atau memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya

kepada pihak lain. Sedangkan kekuasaan adalah wewenang atas

sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus,

dsb) sesuatu. Sehingga secara harfiah pembagian kekuasaan adalah

proses menceraikan wewenang yang dimiliki oleh Negara untuk

(memerintah, mewakili, mengurus, dsb) menjadi beberapa bagian

(legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa

lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan

(wewenang) pada satu pihak/ lembaga.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim memaknai pembagian

kekuasaan berarti bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam

beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak

dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara

bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Berbeda

dengan pendapat dari Jimly Asshiddiqie yang mengatakan kekuasaan

selalu harus dibatasi dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke

dalam cabang-cabang yang bersifat checks dan balances dalam

kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi serta

mengendalikan satu sama lain, namun keduanya ada kesamaan, yaitu

memungkinkan adanya koordinasi atau kerjasama. Selain itu

pembagian kekuasaan baik dalam arti pembagian atau pemisahan

yang diungkapkan dari keduanya juga mempunyai tujuan yang sama

yaitu untuk membatasi kekuasaan sehingga tidak terjadi pemusatan

kekuasaan pada satu tangan yang memungkinkan terjadinya

kesewanang-wenangan.

Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua

cara, yaitu :

(19)

pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau antara pemerintah

Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia

Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan

pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu

pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan

secara vertikal.

Pembagian Kekuasaan secara Horizontal

Pembagian Kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan

menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislative, eksekutif dan

yudikatif). Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, secara horizontal pembagian kekuasaan Negara di lakukan

pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.

Pembagian kekuasaan pada tingkatan pemerintahan pusat

berlangsung antara lembaga-lembaga Negara yang sederajat.

Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami

pergeseran setelah mengalami perubahan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran

klasifikasi kekuasaan Negara yang umumnya terdiri atas tigas jenis

kekuasaan (legislative, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam

kekuasaan Negara, yaitu :

1) Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk memngubah dan

menetapkan UUD. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat

(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan

bahwa

Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan

menetapkan UUD.

(20)

undang-undang dan penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam

Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menyatakan bahwa

Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

3) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk

undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan

Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa

Dewan

Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk

undang-undang.

4) Kekuasaan yudikatif, atau kekuasaan kehakiman, yaitu

kekuasaan untuk menyelanggarakan peradilan guna menegakkan

hokum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung

dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24

ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

menyatakan bahwa

kekuasaa kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya

dalam lingkingan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha, dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

5) Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab tentang keuangan Negara. Kekuasaan ini

dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagimana ditegaskan

dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang menyatakan bahwa

untuk memeriksa pengelolaan dan

tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan satu Badan

Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

(21)

Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan

daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat,

yaitu antara Pemerintahan Daerah (Kepala/Wakil Kepala Daerah) dan

DPRD. Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung

anatar Pemerintah provinsi (Gubernur/wakil Gubernur) dan DPRD

Provinsi. Sedangkan pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota

(Bupati/wakil Bupati atau Walikota/wakil Walikota) dan DPRD

kabupaten/kota.

Pembagian Kekuasaan secara Vertikal

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian

kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara

beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa

Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi itu dibagi atas kabupaten dann kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten,dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan ketentuan tersebut,

pembagian secara vertical di Negara Indonesia berlangsung antara

pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (Pemerintahan provinsi

dan pemerintahan kabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah

berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang

ditentukan oleh pemerintah pusat. Hubungan antara pemerintahan

Provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi

, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang

administrasi dan kewilayahan.

(22)

, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

sebagai urusan pemerintah pusat.

B.

Kekuasaan pemerintah negara

Konsep kekuasaan tentu saja merupakan konsep yang tidak asing bagi kalian. Dalam kehidupan sehari hari konsep ini sering sekali

diperbincangkan, baik dalam obrolan di masyarakat maupun dalam berita di media cetak maupun elektronik. Apa sebenarnya kekuasaan itu?

Secara sederhana kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya melakukan

tindakan-tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya.

Sebagai contoh, ketika kalian sedang menonton televisi, tiba-tiba orang tua kalian menyuruh untuk belajar, kemudian kalian mematikan televisi

tersebut dan masuk ke kamar atau ruang belajar untuk membaca atau menyelesaikan tugas sekolah.

Contoh lain dalam kehidupan di sekolah, kalian datang ke sekolah tidak boleh terlambat, apabila terlambat tentu saja kalian akan mendapatkan teguran dari guru.

Di masyarakat, ada ketentuan bahwa setiap tamu yang tinggal di wilayah itu lebih dari 24 jam wajib lapor kepada Ketua RT/RW, artinya setiap tamu yang datang dan tinggal lebih dari 24 jam harus lapor kepada yang berwenang.

Nah, contoh-contoh tersebut menggambarkan perwujudan dari kekuasaan yang dimiliki oleh sesorang atau lembaga. Apakah negara juga

mempunyai kekuasaan negara?

Tentu saja negara mempunyai kekuasaan, karena pada dasarnya negara merupakan organisasai kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa negara memiliki banyak sekali kekuasaan.

(23)

rakyatnya untuk mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan. Apa saja kekuasaan negara itu? Kekuasaan negara banyak sekali

macamnya.

Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Riyanto (2006:273) bahwa kekuasaan negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan sebagai berikut.

a. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.

b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang- undang.

c. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.

Selain John Locke, ada tokoh lain yang berpendapat tentang kekuasaan negara, yaitu Montesquieu. Sebagaimana dikutip oleh Riyanto (2006:273).

Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.

Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.

Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.

Pendapat yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan

penyempurnaan dari pendapat John Locke. Kekuasaan federatif oleh

(24)

Ketiga kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang berbeda yang sifatnya terpisah. Teori Montesquieu ini dinamakan Trias Politika.

C.

Kementrian negara Indonesia

Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

tentang Kementerian Negara secara tegas menyatakan bahwa jumlah

maksimal kementerian negara yang dapat dibentuk adalah 34

kementerian negara.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Kementerian Negara

Republik Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan

pemerintahan yang ditanganinya.

Klasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia

a. Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang

nomenklatur/nama kementeriannya secara tegas disebutkan dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut

1) Kementerian Dalam Negeri

2) Kementerian Luar Negeri

3) Kementerian Pertahanan

b. Kementerian yang mempunyai tugas penyelenggarakan urusan

tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara dengan upaya pencapaian

tujuan kementerian sebagai bagian dari tujuan pembangunan

nasional.

Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang

lingkupnya disebutkan dalam UUD Tahun 1945 adalah sebagai

berikut.:

1) Kementerian Agama

(25)

3) Kementerian Keuangan

4) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

5) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

6) Kementerian Kesehatan

7) Kementerian Sosial

8) Kementerian Ketenagakerjaan

9) Kementerian Perindustrian

10) Kementerian Perdagangan

11) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

12) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

13) Kementerian Perhubungan

14) Kementerian Komunikasi dan Informatika

15) Kementerian Pertanian

16) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

17) Kementerian Kelautan dan Perikanan

18) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi

19) Kementerian Agraria dan Tata Ruang

c. Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara serta menjalankan fungsi

perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan

sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang

milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, dan

pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya. Kementerian ini

yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,

koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.

1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

2) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi

3) Kementerian Badan Usaha Milik Negara

4) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

5) Kementerian Pariwisata

(26)

8) Kementerian Sekretariat Negara

Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas, ada

juga kementerian koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi

dan koordinasi urusan kementerian-kementerian yang berada di

dalam lingkup tugasnya. Kementerian koordinator, terdiri atas

beberapa kementerian sebagai berikut :

1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan

a) Kementerian Dalam Negeri

b) Kementerian Hukum dan HAM

c) Kementerian Luar Negeri

d) Kementerian Pertahanan

e) Kementerian Komunikasi dan Informatika

f ) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi

2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

a) Kementerian Keuangan

b) Kementerian Ketenagakerjaan

c) Kementerian Perindustrian

d) Kementerian Perdagangan

e) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

f ) Kementerian Pertanian

g) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

h) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

i) Kementerian Badan Usaha Milik Negara

j) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

3) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan.

a) Kementerian Agama;

b) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

c) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

d) Kementerian Kesehatan;

(27)

f ) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi;

g) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

dan

h) Kementerian Pemuda dan Olahraga.

4) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

a) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

b) Kementerian Perhubungan

c) Kementerian Kelautan dan Perikanan

d) Kementerian Pariwisata

Demikian catatan kecil Klasifikasi Kementerian Negara Republik

Indonesia yang bisa MaoliOka bagikan semoga bermanfaat. Pasal 15

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara secara tegas menyatakan bahwa jumlah

maksimal kementerian negara yang dapat dibentuk adalah 34

kementerian negara.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Kementerian Negara

Republik Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan

pemerintahan yang ditanganinya.

Klasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia

Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang

nomenklatur/nama kementeriannya secara tegas disebutkan dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai

berikut :

Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Luar Negeri

Kementerian Pertahanan

(28)

tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara dengan upaya pencapaian

tujuan kementerian sebagai bagian dari tujuan pembangunan

nasional.

Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang

lingkupnya disebutkan dalam UUD Tahun 1945 adalah sebagai

berikut.:

Kementerian Agama

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kementerian Keuangan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Kementerian Kesehatan

Kementerian Sosial

Kementerian Ketenagakerjaan

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perdagangan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kementerian Perhubungan

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kementerian Pertanian

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi

Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

tertentu dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara serta menjalankan fungsi

perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan

sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang

milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, dan

(29)

yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,

koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi

Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kementerian Pemuda dan Olahraga

Kementerian Sekretariat Negara

Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas, ada

juga kementerian koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi

dan koordinasi urusan kementerian-kementerian yang berada di

dalam lingkup tugasnya. Kementerian koordinator, terdiri atas

beberapa kementerian sebagai berikut :

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan

Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Hukum dan HAM

Kementerian Luar Negeri

Kementerian Pertahanan

Kementerian Komunikasi dan Informatika

f ) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi

2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Kementerian Keuangan

Kementerian Ketenagakerjaan

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perdagangan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

f ) Kementerian Pertanian

(30)

h) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

3) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan.

Kementerian Agama;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

Kementerian Kesehatan;

Kementerian Sosial;

f ) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi;

g) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

dan

h) Kementerian Pemuda dan Olahraga.

4) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Kementerian Perhubungan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Pariwisata

D.

E.

1Pengertian Pemerintahan Daerah

F.

Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai

bentuk dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka

Negara Republik Indonesia. Pasal 18 ayat (1) berbunyi :

G.

“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah yang diatur Undang-Undang”.

H.

Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:

(31)

ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.

J.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun

2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah

sebagai berikut:

K.

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

daerah.

[if !mso]

[endif][if !mso & !vml] [endif][if !vml]

[endif]

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah

dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah

disini adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dimana unsur

penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau

Walikota dan perangkat daerah.

L. [if !supportLists]

2

Fungsi Pemerintah Daerah

M.

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat

daerah menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya

pemerintahAN.

N.

O.Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :

P. [if !supportLists]a. [endif]Pemerintah daerah mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Q.[if !supportLists]b. [endif]Menjalankan otonomi seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

R.[if !supportLists]c. [endif]Pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan

pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,

(32)

S. [if !supportLists]

3Asas Pemerintahan Daerah

T.

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya

pemerintahan daerah, sangat bertalian erat dengan beberpa asas

dalam pemerintahan suatu negara, yakni sebagai berikut:

U.[if !supportLists]

a.

[endif]

Asas sentralisasi

V.

Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem

pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di

pemerintah pusat.

W. [if !supportLists]

b.

[endif]

Asas desentralisasi

Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara Kesatuan RepubliK Indonesia

[if !supportLists]c. [endif]Asas dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertical wilayah tertentu.

[if !supportLists]d. [endif]Asas tugas pembantuan

Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera dan/atau desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah

kabupaten/kota dan/atau desa; serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk tugas tertentu.

Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.

Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi merupakan asas yang menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari

(33)

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.

[if !supportLists]a. [endif]Tujuan politik akan memposisikan

Pemerintah Daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society.

[if !supportLists]b. [endif]Tujuan administratif akan

memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit

pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk

menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efsien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.

Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:

[if !supportLists]1) [endif]Dimensi ekonomi, rakyat

memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk

mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif melepaskan ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk intervensi pemerintah, termasuk

didalamnya mengembangkan paradigma pembangunan yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk

kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;

[if !supportLists]2) [endif]Dimensi politik, yakni berdayanya

masyarakat secara politik, yaitu ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;

[if !supportLists]3) [endif]Dimensi psikologis, yakni perasaan

individu yang terakumulasi menjadi perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri menjadi sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada perasaan bahwa “orang pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.

(34)

desentralisasi adalah agar tidak terjadi penumpukan

kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi

diharapkan terjadi distribusi kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power) dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efsien dan ekonomis serta terwujudnya

pemerintahan yang demokratis (democratic government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan sentralistik menjadi tidak

popular karena tidak mampu memahami dan

menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah, serta lebih baik secara fsik dan juga secara psikologis.

Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent. Distribusi fungsi diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun 2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah kabupaten atau kota.

Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya

mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

(35)

setempat (lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki

keunikan masing-masing, dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.

Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya : secara ekonomi, meningkatkan efsiensi dalam penyediaan jasa dan

barang publik yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis, desentralisasi dianggap memperkuat

akuntabilitas, political skills dan integrasi nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mununjukkan bahwa Haji Abdul Malik Karim Amrullah dalam aktivitas kehidupannya banyak terlibat diberbagai bidang misalnya bidang keagamaan beliau bergelut di MUI

Hasil ujian perbandingan min menunjukkan wujud perbezaan signifikan tahap kepuasan pekerja swasta dan kerajaan bagi faktor gaji, hubungan antara pekerja, peluang kenaikan pangkat,

Sedangkan sampel kelompok (b) menunjukkan bahwa air tersebut merupakan airtanah dalam yang bercampur dengan fluida magmatik yang memiliki kandungan sulfida yang tinggi dan berada

Pada evaluasi organoleptik semua sediaan pasta gigi telah dibuat dengan perbandingan konsentrasi basis berbeda yang menunjukkan sebelum dan sesudah penyimpanan

Kesungguhan dan kemauan yang kuat untuk menjadikan pengembangan dan penguatan literasi sebagai “ikhtiar bersama” dengan membangun budaya literasi untuk menyiapkan generasi

Ma3a berda$ar3an $egala apa ang terurai diata$, *ergugat m#h#n dengan h#rmat $udilah Ma3a berda$ar3an $egala apa ang terurai diata$, *ergugat m#h#n dengan h#rmat $udilah

8andidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh 5amur 5enis 8andida sp' dimana 8andida albikan merupakan  5enis

Yang bertandatangan di bawah ini bersetuju menjadi terikat oleh dan tunduk kepada Syarat-Syarat Kontrak dan Senarai Kuantiti yang terletak harganya dan/atau Spesifikasi