• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA

Sumpah Pemuda Indonesia 28 Oktober 81 tahun yang lalu yang sampai saat ini

dibanggakan Indonesia,nampaknya hanya seruan saja... seremonial yang diadakan

untuk memperingati sumpah pemuda hanya formalitas belaka... tapi tahukah mereka

akan makna dari sumpah pemuda itu sendiri??? tanya diri sendiri.

Tema kita kali ini adalah tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

terutama

di

kalangan

mahasiswa.

Bunyi sumpah ketiga pemuda Indonesia 81 tahun lalu adalah "menjunjung tinggi

bahasa persatuan bahasa Indonesia". Tapi seperti apa sebenarnya bahasa persatuan

Indonesia yang seharusnya dipakai dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk

berkomunikasi sehari-hari yang sesuai dengan sistem dan kaidah kebahasaan yang

berlaku di Indonesia? sudahkah anda berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar?

Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi tidak lepas dari komunikasi dan komunikasi

tidak lepas dari bahasa sebagai penghubung dan penyampai konsep riil pikiran

seseorang ke dalam pikiran orang lain. Sungguh besar kegunaan bahasa sehingga

bahasa dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kaidah kebahasaan dan unsur gramatika

yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman arti ketika berkomunikasi. Tidak

mengherankan jika sebagian besar negara di dunia begitu mengagungkan bahasa

nasional mereka seperti Perancis, Jepang, dan Jerman. Mereka bisa dikatakan

mengharamkan untuk menggunakan bahasa asing selain bahasa nasional mereka

dalam berkomunikasi karena begitu hormatnya mereka terhadap bahasa ibu mereka.

Sekarang coba bandingkan dengan Indonesia, apakah anda pernah mendengar orang

berbicara bahasa Indonesia asli yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang

telah ditetapkan dalam bahasa kesehariannya penuh? Jarang!!! bahkan mungkin bisa

dikatakan hanya orang-orang yang berkepentingan saja atau yang butuh untuk

berbicara seperti itu karena tuntutan sesuatu hal. Itupun tidak selamanya benar dalam

pemakaian

unsur

gramatikannya.

(2)

asing bagi yang bisa, hanya itu! lalu dimana bahasa Indonesia yang telah menjadi

sumpah pemuda Indonesia 81 tahun yang lalu? berasa malu saya menjadi pemuda

yang hidup di zaman yang tidak menghargai sejarahnya sendiri.

Mungkin tidak perlu disalahkan juga keadaan yang ada sekarang ini, karena kita harus

menyadari Indonesia kaya akan bahasa daerahnya. Kita tetap harus melestarikan itu!

tapi perlu ditekankan "budayakan bahasa Indonesia!!! lestarikan kekayaan bahasa

daerah Indonesia!!! minimalkan bahasa asing!!!". Jati diri Indonesia pertama kali akan

terlihat

dari

Bahasa

Ibumu

bung!.

Praktek penggunaan bahasa

non

Indonesia sudah tidak bisa dibendung lagi

keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah masyarakat. Apa yang

diungkapkan media itulah yang akan diikuti masyarakat, terutama masalah

kebahasaannya yang sering kali memakai bahasa asing ataupun bahasa gaul untuk

menarik perhatian masa agar tertarik pada apa yang ditawarkan media tersebut.

Apa

yang

sebaiknya

kita

lakukan?

pemerintah sebenarnya telah membuat sebuah RUU kebahasaan yang dirancang

sekitar 3-4 tahun yang lalu. Namun tidak tahu nasibnya sekarang bagaimana.

Sekarang sebagai mahasiswa kita harus melakukan suatu gebrakan. Marilah mulai

dengan mengurangi penggunaan bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari.

Tumbuhkanlah rasa bangga di diri kita masing-masing sebagai warga negara

Indonesia dan junjung serta terapkan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Buat dunia melihat keistimewaan kita dari bahasa yang kita gunakan. Jangan biarkan

mereka bangga karena bahasa mereka yang sering kita gunakan.

Mari satukan tenaga! satukan kekuatan!bangkitkan kembali semangat nasionalisme

kita! Buat para pemuda terdahulu bangga akan keberadaan kita di masa yang berbeda

namun

tetap

menghidupkan

sejarah.

(3)

Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Mahasiswa

Menurut saya penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan mahasiswa belum sefasih ketika mahasiswa menggunakan bahasa informal. Ini karena kurangnya mahasiswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah wajar apabila mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya dan menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Bagaimana bisa maju suatu negara apabila tidak bisa menunjukan jatidirinya ? Ada beberapa hal yang saya amati mengapa Bahasa Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi pelajarnya sendiri.

Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di sekolah saja tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang tua cenderung tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-anaknya sejak kecil. Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains atau pun bahasa Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah. Ironisnya, kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri. Memang Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara tertulis kita sering membaca kalimat “Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD” tetapi secara kasat mata “Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak”.

Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja dewasa, mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa lebih memilih untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada Bahasa Indonesia dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar dulu.

Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini disebabkan karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang idola mereka lakukan. Contohnya Laura Syndrome yang gejalanya menirukan gaya ala Cinta Laura.

(4)

Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja

Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya ‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel seperti ‘-sih’ dan ‘dong’. Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dan menulis sms.

Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan ‘bahasa gaul’?

Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.

(5)

MAKALAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM LINGKUP

MAHASISWA IPSE

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

(6)

Bahasa Indonesia dengan baik dan sesuai kaedah yang berlaku. Karena jika tidak

bahasa warisan budaya seperti apakah yang akan kita turunkan kepada generasi

berikutnya? Penyusun memilih tema ini dan melakukan survei untuk mengetahui

seberapa sering penggunaan kalimat baku yang sesuai dengan struktur bahasa

oleh masyarakat, khususnya dalam hal ini, mahasiswa IPSE. Seberapa penting

menurut mereka penggunaan kalimat baku, baik dalam percakapan atau hal lain,

dan yang mengantar pada analisis seberapa bangga mereka menggunakan b

ahasa Indonesia beserta struktur-struktur di dalamnya.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana analisis penggunaan kalimat baku dalam lingkup mahasiswa IPSE?

2.Mengapa ragam baku kurang populer saat ini?

3. Bagaimana pengaruh pelaksanaan ragam bahasa baku terhadap pembelajaran

berbahasa?

C.Tujuan Makalah

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :

1.menganalisis penggunaan kalimat baku dalam lingkup mahasiswa IPSE.

2.menjelaskan penyebab ragam baku tidak menjadi ragam yang populer

3. pengaruh pelaksanaan ragam bahasa baku terhadap pembelajaran berbahasa.

D.Manfaat Penulisan Makalah

Makalah ini secara praktis diharapkan bermanfaat bagi:

1. penulis, sebagai sarana untuk melatih kemampuan menulis;

2.mahasiswa, sebagai salah satu sumber bahan penyusunan skripsi;

3. pembaca, sebagai media informasi mengenai penggunaan kalimat baku,

manfaatnya, dan pengaruhnya dalam tata cara berbahasa.

(7)

Makalah ini disusun dengan sistematika penelitian.Penulis mengambil data

melalui survei dan diolah dengan teknik analisis. Metode yang digunakan adalah

metode deskriptif analisis, yaitu metode yang menjelaskan permasalahan dari

kegiatan membaca dari berbagai literatur, dan dibahas secara analisis berdasarkan

data faktual yang komprehensif.

F.Sistematika Penulisan Makalah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis tutupan terumbu karang di Perairan Kota Makassar ditemukan dalam tiga kondisi menurut standar ukuran Braun-Blanquet (1965) yaitu Bagus (50-75%) ditemukan

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, dr Kuwantoro M,Kes menjelaskan, jumlah anak balita yang akan divaksin polio selama 7 hari sebanyak 48.590 anak

dari tahun 2002 hingga tahun 2007 dinilai kurang baik, akan tetapi ada perbaikan kinerja yang cukup signifikan pada tahun 2007... Universitas Kristen Maranatha

Halaman beranda tim teknis BPMPTSP dan Disperindag terdapat beberapa menu yaitu menu registrasi yang di dalamnya ada data pemohon, untuk tampilan menu ini sama dengan menu yang

pada bahan akan meningkatkan sifat hidrofobik dengan ditunjukkan sudut kontak yang semakin membesar. Jika permukaan bersifat

Objek dari observasi ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara guru mengajar, yang meliputi cara membuka dan menutup pelajaran, penyajian materi, metode

[r]

Sensor SEN1069 yang terhubung dengan arduino mengambil data pengamatan pada air kemudian arduino melakukan komputasi data hasil pengamatan yang dilakukan oleh