• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA PADA TANAMAN CABAI. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAMA PADA TANAMAN CABAI. doc"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PERLINDUNGAN TANAMAN

“HAMA PADA TANAMAN CABAI”

Disusun Oleh :

1. Pungki Faradila F 2. Faisal Fachrur

3. Yudani Alamsyah Harahap 4. Verlita Cahya Adani 5. Unggun Herninda Satiti

(20150220155) (20150220184) (20150220148) (20150220162) (20150220165)

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(2)

PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum Annuum) tergolong Kingdom Plantae dengan, Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Ordo: Solanales, Famili : Solanaceae (suku terung-terungan), Genus: Capsicum, Spesies: Capsicum annum L. Cabai merupakan komuditas sayuran yang dapat dipasarkan dalam bentuk olahan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta prospek pasar yang menarik.

Oleh Karena itu pada umumnya usaha tani tanaman cabai dikelola petani secara intensif dengan harapan memperoleh hasil dengan jumlah yang sangat banyak serta harga yang memadai. Namun untuk menghasilkan cabai berkualitas bagus tidak terlepas dari perawatan rutin yang harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tanaman cabai terhindar dari organisme pengganggu tanaman ( OPT ), salah satunya hama.

PEMBAHASAN

1. Hama Tungau A. Klasifikasi:

Nama Lokal : Tungau Kuning

Nama Latin : Polyphagotarsonemus latus Kingdom : Animalia

Kelas : Arachnida

Ordo : Acarina: Trombidiformes Famili : Tarsonemidae

Panjang Badan : 0,25 mm Jumlah kaki : 8 (delapan)

Terlihat pada : Pucuk muda dan juga tunas

B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala yang diserang

Tungau menyerang dengan cara menghisap cairan daun menggunakan mulut yang bertipe pencucuk dan penghisap. Tungau menghisap cairan sel yang ada didalam jaringan mesofil pada daun. Kehilangan cairan sel ini menyebabkan klorofil pada daun menjadi rusak dan menghambat proses fotosintesis tanaman cabai.

Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun cabai. Bintik tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya menghitam. Serangan parah terjadi pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena hama tungau lebih cepat berkembang biak pada kondisi kering.

C. Metamorfosis

(3)

ratusan telur. Seekor tungau betina tunggal mampu berkembang biak hingga satu juta ekor tungau dalam jangka waktu satu bulan.

Tungau betina bersifat diploid, sedangkan tungau jantan bersifat haploid. Artinya, tungau betina merupakan keturunan dari telur yang dibuahi oleh tungau jantan, sendangkan tungau jantan merupakan keturunan dari telur yang tidak dibuahi. Ketika melakukan perkawinan, tungau betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur untuk menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan betina diploid. Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan tungau jantan haploid.

D. Kerugian yang timbul

Kerugian yang ditimbulakan terlihat pada biologi tanaman yaitu daun menjadi keriting dan menggulung kearah bawah, menebal, berbentuk seperti sendok terbalik. Bagian bawah daun berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.

E. Pengendalian

1. Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau. 2. Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti

akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.

2. Lalat Buah

Lalat buah termasuk hama yang poliphagous atau mempunyai banyak tanaman inang alternatif, jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Tanaman inang hama lalat buah selain cabai ialah nangka, belimbing, mangga, tomat, melon, pepaya, mentimun, paria dll. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis.

Secara ekonomis beberapa spesies lalat buah merupakan hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika.

(4)

Nama Lokal : Lalat Buah Nama Latin : Bactrocera sp. Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Tephritidae

B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala serangan

Lalat buah betina menyerang buah cabai rawit dengan cara menusukkan ovipositornya ke dalam buah cabai rawit. Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah, ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi belatung dan memakan bagian dalam buah cabai.

C. Metamorfosis

Siklus hidup hama lalat buah dimulai dari stadia telur, larva, pupa, dan dewasa (Holometabola) . Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing pada ujung tubuhnya yang berfungsi untuk memasukkan telurnya ke dalam buah. Jumlah telur yang diletakkan perhari bervariasi antara 2–40 butir.

Telur yang diletakkan di dalam buah cabai, kemudian menetas menjadi larva (belatung). Larva selama hidupnya akan hidup, makan, dan berkembang di dalam buah cabai. Larva lalat buah mempunyai tiga tingkat instar. Larva berwarna putih kekuningan dan sering diikuti dengan masuknya bakteri dan jamur, sehingga buah cabai dengan cepat mengalami pembusukan dan kemudian akan berjatuhan di tanah. Apabila buah cabai dibelah, pada daging buah terdapat larva kecil dengan ukuran 4–10 mm dan biasanya bila larva disentuh, akan meloncat-loncat (tidak berjalan). Larva instar akhir akan menjatuhkan dirinya ke tanah untuk membentuk pupa di dalam tanah. Selanjutnya pupa akan berkembang menjadi imago lalat buah yang keluar dari dalam tanah.

Lalat buah dewasa biasanya berukuran 1–6 mm. Warnanya sangat bervariasi mulai dari warna kuning cerah, oranye kehitaman, cokelat, atau kombinasinya. Pada sayap B. cucurbitae biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Bactrocera cucurbitae mudah dikenali dari bentuk garis pita atau spot cokelat atau hitam yang ada dibagian sayapnya (Gambar 4). Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita yang membagi dua abdomen terakhir. Lalat buah dewasa akan aktif terbang pada jam 06:00– 09:00 pagi atau sore hari jam 15:00–18:00.

(5)

Kerusakan yang diakibatkan hama ini akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun kuantitasnya menurun. Kerugian akibat serangan hama lalat buah berkisar antara 20–60% tergantung pada jenis buah/sayuran, intensitas serangan dan kondisi iklim/musim.

Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan buah tetap mulus. Namun, apabila buah cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk, lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk dan rontok.

E. Pengendalian

1. Secara Kultur Teknis

a. Sanitasi lahan. Sanitasi lahan bertujuan untuk memutuskan daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk kemudian dimusnahkan dan dibakar atau dibenamkan di dalam tanah dengan cara membuat lobang berukuran 1 x 0,5 m atau 1 x 1 m sampah/serasah di sekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Pastikan ke dalam tanah tidak memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa. Pupa yang ada dalam tanah dapat dimusnahkan dengan cara membalikkan tanah di sekitar tanaman.

b. Gunakan perangkap lem kuning atau lem tikus bening yang dicampur dengan sedikit metyl eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.

c. Pengasapan dengan membakar sampah kering, dan dibagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama lalat buah. d. Pemasangan mulsa plastik dapat menekan larva berubah menjadi pupa dan akhirnya

mengurangi populasi serangga dewasa 2. Pengendalian secara fisik atau mekanik

a. Gunakan perangkap atraktan metyl eugenol/cue lure yang dipasang atau digantung di dalam perangkap yang terbuat dari bekas air mineral untuk menangkap lalat jantan. Bagian dasar botol diberi sedikit air lalat buah mati terendam air. Sebaiknya perangkap dipasang dibagian luar lahan atau di bagian pinggir pertanaman, hal ini bertujuan agar lalat tidak terkumpul di tengah pertanaman.

3. Pengendalian secara biologi

a. Pengendalian lalat buah secara biologi dapat dilakukan dengan cara menghasilkan lalat buah jantan mandul. Teknik pengendalian jantan mandul berhasil mengendalikan hama lalat buah di Jepang. Dengan melepaskan serangga jantan yang sudah mandul, maka telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril atau tidak bisa menghasilkan keturunan, dan akhirnya populasi akan turun dan musnah. b. Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid, predator atau patogen namun di

(6)

Biosteres sp. dan Opius sp (Braconidae). Predator lalat buah yang umum adalah semut, laba-laba, kumbang stafilinid dan cocopet (Dermaptera). Jenis patogen yang banyak menyerang pupa lalat buah adalah Beauveria sp.

4. Pengendalian secara kimiawi

a. Dapat dilakukan dengan cara pengabutan/pengasapan (fogging). Caranya menggunakan alat pengabutan panas (fogger) dan pestisida yang keluar berbentuk kabut/asap karena ukuran dropletnya sangat kecil.

b. Pencampuran insektisida dengan zat penarik (atraktan) maupun food attraktan (tertarik dengan makanan). Food attraktan yang biasanya digunakan adalah berupa protein hidrolisa yang berasal dari limbah bir dan diberi insektisida spinosad kemudian disemprotkan pada tanaman. Umpan beracun akan dimakan oleh lalat buah jantan atau betina yang akhirnya dapat membunuh lalat buah

3. Kutu daun

Kutu daun (Aphis) merupakan serangga hama yang merusak perkembangan tanaman cabe

A. Klasifikasi:

Nama Lokal : Kutu Daun Nama Latin : Aphis gossypii Kingdom : Animalia

B. Cara menyerang, bagian yang diserang, dan gejala serangan

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan

C. Metamorfosis

Kutu Aphis ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa memperbanyak dari perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa pembuahan.

D. Kerugian yang timbul

Menurut Balfas (2005), kerugian akibat serangan hama kutu daun Aphis berkisar antara 10-30% dan saat musim kemarau, kerugian yang ditimbulkan dapat lebih besar lagi yaitu mencapai 40%.

E. Cara pengendalian

(7)

Resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang 4 memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangga hama dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Dalam penggunaan varietas tahan ternyata biayanya relatif murah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh petani di lapangan( Sodiq 2009).

Setiap tanaman cabai memiliki ketahanan yang berbeda dengan tanaman cabai varietas lainnya terhadap serangan hama. Ketahanan tanaman mempunyai beberapa macam ketahanan terhadap serangan hama, salah satunya adalah ketahanan mekanis. Ketahanan mekanis merupakan ketahanan yang dimiliki oleh tanaman karena memiliki suatu struktur morfologis yang sukar diserang oleh hama, misalnya tanaman yang memiliki epidermis yang tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit yang sempit dan adanya bulu-bulu halus di permukaan daun. Menurut Sodiq (2009) Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama hakekatnya telah 7 terkandung dalam tanaman dan diperoleh secara alamiah, sedang sifatnya adalah menolak, mencegah atau mentolerir serangan hama.

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan intensitas serangan hama kutu daun Aphis pada kedua varietas, puncak tertinggi serangan pada varietass Malita FM adalah 61,13% dan Varietas Samia adalah 70,14%.

2. Terdapat perbedaan populasi hama kutu daun aphis pada kedua variatas dimana populsi tertinggi hama Aphis pada varietas Malita FM adalah varietas Malita FM adalah 180 ekor per tanaman, dan pada tanaman cabai varietas Samia pertumbuhan populasi hama Aphis mencapai 158 per tanaman.

3. Terdapat perbedaan hasil rata-rata dari kedua varietas tanaman cabai, dimana hasil tanaman cabai varietas Malita FM adalah 11,34g dan tanaman cabai varietas Samia 9,27g.

b. Pengendalian kultur teknis

Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan memetic daun-daun cabai yang terserang kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun.

c. Pengendalian kimiawi

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menggunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.

KESIMPULAN

(8)
(9)

Daftar Pustaka:

Dahlia Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai Merah, 5.

Dama, Y. (2013). Serangan Hama Kutu Daun APHIS Pada Dua Varietas Tanaman Cabai. Dahlia Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai Merah, 5., 16.

Siti Maysaroh, R. Y. (2014). Identifikasi Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03 Desa Kepenuhan Sejati Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. Identifikasi Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03 Desa Kepenuhan Sejati Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, 4.

Hasyim, A. S. (2014). Teknologi Pengendalian Hama Buah Pada Tanaman Cabai. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan tepung sorgum dengan tepung ganyong dan ukuran partikel tepung sorgum terhadap karakteristik

ketidak tanggung jawaban Mr.X kepada Mrs.Y karena orang tua Mrs.Y menilai Mr.X tidak melihat faktor-faktor mudharat bila si Mrs.Y melakukan hal tersebut, dan orang tua

Kelompok kontrol positif mengalami peningkatan kadar LDL selain di karenakan bertambahnya umur dan berat badan juga dipengaruhi oleh asupan makanan tinggi kolesterol

pengosongan dibebankan kepada pemenang lelang. Jika ditinjau dari sudut pandang keadilan tentunya hal ini kurang adil bagi pemenang lelang karena pada prinsipnya

Dari sebuah hasil penelitian yang penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam putusan hakim yang memutuskan pembatalan perkawinan terhadap perkara permohonan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel country of origin memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli seorang calon konsumen dengan kontribusi sebesar

Untuk menentukan luas tulangan perlu, contoh perhitungan yang diambil adalah balok penghubung lantai 1 pada struktur dinding geser kopel dengan tinjauan dukungan

Dengan melihat hadits yang diriwayatkan Abdullâh bin ‘Umar dan beberapa riwayat lain serta melihat proses turunnya syariat yang tanpa diawali sebab-sebab tertentu serta beberapa