i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulisan Buku “Integrated Farming System dalam
Pengentasan Kawasan Rawan Pangan” ini dapat terlaksana. Selaku pimpinan Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, saya mengucapkan terima kasih kepada penulis yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dari penyusunan, perbaikan, sampai terbitnya buku ini.
Buku ini merupakan buku edisi pertama dari PUSKAPENA (Pusat Kajian
Pembangunan Peternakan Nasional) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Buku ini
sangat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan peneliti (terutama mahasiswa).
Saya sangat berharap dengan terbitnya buku “Integrated Farming System dalam
Pengentasan Kawasan Rawan Pangan” ini akan memotivasi dosen-dosen yang lain agar mengikutinya dengan terbitan buku-buku lain sesuai dengan bidang keahliannya. Bagi para
mahasiswa, dengan terbitnya buku-buku yang disusun oleh dosen tetap akan lebih
mempermudah untuk mencari referensi yang dibutuhkan. Semoga buku ini bermanfaat bagi
mahasiswa, dosen, dan semua pembaca.
Dengan tersusunnya Buku “Integrated Farming System dalam Pengentasan Kawasan
Rawan Pangan” ini, saya sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh. Kepada semua pihak yang
telah membantu tersusunnya Buku ini, saya juga menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Yogyakarta, 25 April 2016
Dekan
ii
2.1.1. Pemilihan bibit untuk pembibitan / pembiakan ... 3
2.1.2. Pemilihan bakalan untuk penggemukan ... 4
2.1.3. Penentuan umur sapi ... 5
2.2. Perkandangan ... 5
2.2.1. Bahan membuat kandang ... 5
2.3. Reproduksi dan Pemuliabiakan ... 7
2.4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ... 9
2.5. Recording (Pencatatan) ... 11
2.2.3. Silase untuk pengawetan hijau ... 30
2.2.4. Silase pakan komplit ... 32
2.2.5. Urea mineral block ... 34
2.3. Pakan Sapid an Kambing ... 35
REPRODUKSI SAPI,KAMBING DAN DOMBA ... 41
BAB I PENDAHULUAN ... 42
BAB II ILMU DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK ... 43
2.1. Anatomi, Fungsi dan Regulasi Organ Reproduksi ... 43
2.1.1. Sistem reproduksi betina ... 43
2.1.2. Sistem reproduksi jantan ... 44
iii
2.5.2. Perbandingan pejantan dan betina dalam perkawinan ... 50
2.5.3. Kemampuan mengawini domba (serving capaciry) ... 50
2.5.4. Kawin buatan / inseminasi buatan (artificial insemination)... 50
2.5.5. Dosis inseminasi ... 51
2.6.2. Pengaruh sek terhadap lama bunting ... 52
2.6.3. Pengaruh jumlah anak sekelahiran (litter size) ... 52
2.6.4. Pertambahan besar saat bunting ... 52
2.6.5. Pemeriksaan kebuntingan ... 52
2.6.6. Sex ratio ... 52
2.7. Birahi Sesudah Beranak (Postpartum Oestrus) ... 52
2.8. Perkawinan Sesudah Beranak ... 53
2.9. Jarak Beranak ... 53
2.9.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak beranak ... 53
2.9.2. Effisiensi reproduksi domba betina ... 53
BAB III REPRODUKSI SAPI ... 55
3.1. Pubertas ... 55
3.2. Umur dan Berat Saat Dikawinkan Setelah Pubertas ... 55
3.3. Perkawinan Setelah Beranak ... 55
3.4. Deteksi Birahi ... 56
3.5. Waktu Perkawinan dan Letak Deposisi Sperma ... 57
3.6. Kebuntingan ... 57
2.2. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ... 62
2.3. Sanitasi / Pengobatan ... 62
2.4. Karantina (Manajemen Kedatangan Ternak) ... 63
2.5. Program Kesehatan Sapi Potong ... 63
2.6. Penyakit dan Penanganannya ... 64
2.6.1. Gangguan pencernaan ... 64
2.6.2. Gangguan kulit ... 66
iv
UNGGAS ... 72
BAB I PENDAHULUAN ... 73
BAB II ILMU DAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS ... 75
2.1. Pengadaan dan Pemilihan Itik ... 75
2.1.1. Jenis Itik ... 77
2.1.2. Karakter Produksi Telur Itik ... 81
2.2. Perkandangan ... 82
2.2.1. Pemilihan Lokasi Kandang ... 83
2.2.2. Bahan Kandang ... 84
2.2.3. Jenis Kandang ... 85
2.2.4. Pengelolaan Perkandangan ... 89
2.3. Pakan Itik ... 90
2.4. Seleksi Pasca Produksi ... 102
2.5. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit ... 105
AYAM KAMPUNG SUPER ... 106
BAB I PENDAHULUAN ... 107
BAB II BUDIDAYA AYAM KAMPUNG ... 108
2.1. Perhatikan Persyaratan Beternak Ayam ... 108
2.2. Fokus Menentukan Arah Usaha ... 108
2.3. Mulailah dari Tahapan Termudah Bagi Pemula ... 108
2.4. Mulailah dari Skala Kecil ... 109
BAB III BETERNAK AYAM KAMPUNG SUPER ... 114
3.1. Apakah Ayam Kampung Super? ... 114
3.2. Seleksi Bibit Ayam Kampung ... 114
3.3. Lokasi dan Perkandangan ... 115
3.4. Pakan Ayam Kampung Super ... 117
3.5. Vaksinasi Ayam Kampung Super ... 118
PENYAKIT DAN PENANGANANNYA ... 119
BUDIDAYA PERTANIAN ... 127
BAB I PENDAHULUAN ... 128
BAB II BERCOCOK TANAM PADI DISAWAH ... 129
2.1. Syarat Tumbuh ... 129
2.2. Seleksi Benih ... 129
2.2.1. Pengolahan Benih ... 129
2.2.2. Menyemai Benih ... 129
2.3. Pelaksanaan Teknis Budidaya ... 130
2.4. Pesemaian ... 130
2.5. Tips Perlindungan Hama dan Pemupukan ... 130
2.6. Penanaman Bibit ... 130
2.7. Sistem Tanam... 131
2.8. Pemeliharaan Tanaman ... 131
2.9. Pemupukan ... 131
2.10. Pemupukan Daun ... 131
BAB III PADI GOGO UNTUK DAERAH LADANG, LAHAN KERING DAN BUKIT ... 132
BAB IV BERKEBUN DI LAHAN SEMPIT ... 133
BAB V PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK UNTUK HORTIKULTURA DAN TANAMAN PANGAN ... 132
5.1. Pupuk Hayati ... 132
5.2. Bakteri Bacillus spp. ... 132
v
5.4. Aplikasi Pupuk Hayati Bacillus spp. ... 134
5.4. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Bacillus spp. ... 135
BUDIDAYA PERIKANAN ... 136
BAB I USAHA BUDIDAYA GURAMI ... 137
1.1. Gurami ... 137
1.1.1. Biologi Ikan Gurami ... 137
1.1.2. Pembenihan Gurami ... 139
1.1.3. Pembesaran Gurami Konsumsi ... 145
vi
DAFTAR TABEL PAKAN SAPI
Tabel 2.1. Cara menghitung kebutuhan pupuk ... 25 Table 2.2. Rerata kebutuhan pakan sapi potong dengan pertambahan berat
badan ±1 kg ... 37 Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi sapi potong per hari... 37 Tabel 2.4. Nilai gizi hijauan pakan ... 40
REPRODUKSI SAPI, KAMBING DAN DOMBA
Tabel 2.1. Karakteristik ukuran ovarium domba local di Yogyakarta ... 43 Tabel 2.2. Ukuran besar oviduk, servik, vagina dan vulva domba local ... 44 Tabel 2.3. Pengaruh umur domba terhadap besar lingkar skrotum, berat
tes-tes, lingkar dada dan berat badan ... 44
UNGGAS
ILMU DAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
Tabel 2.1. Standar kandungan protein dan energi pakan itik ... 91 Tabel 2.2 Bahan pakan dan kandungan nutriennya... 92 Tabel 2.3. Komposisi bahan pakan itik yang diberikan oleh peternak di beberapa
daerah ... 101
AYAM KAMPUNG SUPER
Tabel 2.1. Standar gizi ayam kampung ... 110
BUDIDAYA PERIKANAN
Tabel 1.1. Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama
2009-2014 ... 139 Tabel 1.2. Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama
vii
DAFTAR GAMBAR BUDIDAYA SAPI
Gambar 2.1. Skor kondisi tubuh sapi ... 4
Gambar 2.2. Pedoman penentuan sapi berdasarkan pergantian susu ... 5
Gambar 2.3. Siklus hidup cacing hati ... 11
Gambar 2.4. Rumput kolonjono dan jerami kacang tanah ... 16
PAKAN SAPI Gambar 2.1. Proses pembuatan jerami fermentasi ... 29
Gambar 2.2. Jerami amoniasi diangin-anginkan sebelum diberikan ke ternak ... 30
Gambar 2.3. Pemberian jerami amoniasi pada sapi ... 30
Gambar 2.4. Pembuatan silase dengan menggunakan small towersilo dari buis beton dan plastik ... 32
Gambar 2.5. Pembuatan silase dengan menggunakan pit silo (lubang dalam tanah) ... 32
Gambar 2.6. Pembuatan silase dengan menggunakan bunker silo ... 32
Gambar 2.7. Pembuatan silase dengan menggunakan sausage silo ... 32
Gambar 2.8. Diagram proses pembuatan silase pakan komplit ... 33
Gambar 2.9. Urea mineral block dan pemberiannya pada sapi potong ... 35
Gambar 2.10. Penggolongan pakan untuk hewan ruminansia ... 35
Gambar 2.11. Fase pemberian pakan pada kambing ... 39
REPRODUKSI SAPI Gambar 2.1. Domba dan anaknya ... 47
KESEHATAN SAPI Gambar 2.1. Penyakit pada pencernaan sapi ... 65
Gambar 2.2. Penyakit borok pada kulit sapi ... 66
Gambar 2.3. Prolapsusu Uteri ... 67
Gambar 2.4. Distoksia pada sapi yang melahirkan ... 68
Gambar 2.5. Restrain sapi ... 70
Gambar 2.6. Pengambilan sampel darah ... 70
Gambar 2.7. Labeling sampel darah ... 70
Gambar 2.8. Penyimpanan tabung darah ... 70
Gambar 2.9. Pemutaran darah (sentrifuse) ... 71
Gambar 2.10 Pengemasan sentrum ke tabung appendrove ... 71
UNGGAS ILMU DAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS Gambar 2.1. Kecepatan pertumbuhan itik lokal bervariasi ... 76
Gambar 2.2. Kandang itik bahan dasar bambu dan atap plastik bekas ... 84
Gambar 2.3. Kandang batrei dengan tempat pakan dan minum bersusun ... 87
Gambar 2.4. Kandang batrei dengan tempat minum di antara 2 kandang ... 87
Gambar 2.5. Kandang ren bersekat ... 88
Gambar 2.6. Kandang ren dengan umbaran panggung ... 88
Gambar 2.7. Kandang ren dengan tempat minum ditinggikan ... 89
Gambar 2.8. Penggunaan jerami batang jagung kering untuk kandang istirahat ... 89
Gambar 2.9. Penggunaan jerami padi dalam kandang istirahat ... 90
Gambar 2.10 Penggunaan jerami padi kering pada tempat umbaran ... 90
Gambar 2.11. Ikan dicacah untuk memudahkan dikonsumsi oleh itik ... 94
viii
Gambar 2.13. Pencampuran bahan-bahan pakan dengan bahan pakan yang lain ... 94
AYAM KAMPUNG SUPER Gambar 2.1. Kandang ayam kampung ... 112
Gambar 2.2. Kandang ayam kampong system batre ... 112
Gambar 2.3. Kandang ayam kampung intensif... 112
Gambar 2.4. Kandang boks untuk anak ayam ... 112
Gambar 2.5. Ayam kampong ... 113
Gambar 3.1. Ayam Kampung Sudah Persilangan... 114
Gambar 3.2. Ayam kampong super ... 118
BUDIDAYA PERTANIAN Gambar 4.1. Variasisasi Tanaman ... 131
BUDIDAYA PERIKANAN Gambar 1.1. Morfologi Ikan Gurami Betina ... 138
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Sapi potong merupakan komoditas yang sangat penting dalam pemenuhan protein
hewani masyarakat Indonesia, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sapi potong juga berperan penting di kehidupan petani/ peternak di Indonesia, di antaranya
adalah sebagai tabungan, penyedia pupuk kandang, penyedia tenaga kerja untuk mengolah
lahan pertanian dan dapat memanfaatkan sisa hasil pertanian seperti jerami padi, jagung,
kacang tanah dan sisa industri seperti ampas tahu, onggok, pollard, bekatul dan lain
sebagainya.
Peningkatan kebutuhan daging sapi di Indonesia dari tahun ke tahun, merupakan
peluang yang masih sangat menjanjikan bagi usaha pemeliharaan sapi potong. Akan tetapi,
untuk mendapatkan kualitas dan keuntungan yang maksimal, maka sapi potong perlu
dibudidayakan dengan baik dan efisien.
Pada umumnya peternak memelihara sapi potong untuk tujuan pembiakan
(breeding) dan penggemukan (fattening). Usaha breeding bertujuan untuk memperoleh
anak/ pedhet yang berkualitas sedangkan usaha fattening bertujuan untuk memperoleh
pertambahan bobot harian (PBBH) yang tinggi. Pemeliharaan sapi potong dimulai dengan
pemilihan bibit/ bakalan yang baik, kemudian didukung oleh manajemen pakan,
perkandangan, reproduksi dan perawatan serta pengendalian penyakit yang baik. Modul ini
3
BAB II SAPI POTONG
2.1. Pemilihan Bibit dan Bakalan
Salah satu yang paling menentukan dalam keberhasilan beternak sapi potong adalah
pemilihan bibit dan bakalan. Bibit dan bakalan sapi potong didapatkan dari membeli di pasar
hewan, impor, perusahaan atau pusat pembibitan milik pemerintah.
Pemilihan bibit dan bakalan sapi potong adalah berdasar ciri-ciri/ bentuk fisik tubuh
sapi. Pengamatan dari penampilan luar dapat dilakukan dengan melihat skor tubuh ternak,
kematangan ternak (untuk digemukkan atau dibiakkan), umur ternak, tebal dan tipisnya
kulit serta berat badan (apabila tersedia timbangan ternak) (Ngadiyono, 2012).
Umur ternak sangat penting diketahui ketika membeli bibit atau bakalan. Umur dapat
diperkirakan dengan melihat pergantian gigi seri (Ngadiyono, 2012). Untuk mendapatkan
data tentang umur yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan pencatatan (recording).
Pemilihan bangsa sapi sebaiknya didasarkan pada tujuan pemeliharaan, daya dukung
wilayah dan kemudahan pengadaan. Sebagai contoh, sapi Peranakan Simmental dan
Limousine (SimPO/LimPO) sesuai untuk digemukkan, karena tingkat pertumbuhannya tinggi.
2.1.1. Pemilihan bibit untuk pembibitan/ pembiakan
Dalam usaha pembibitan atau tujuan pembiakan, kualitas induk dan pejantan
yang digunakan sangat berpengaruh terhadap anak yang dihasilkan (Ngadiyono,
2012). Dalam memilih bangsa perlu diperhatikan besar kecilnya ukuran tubuh ternak,
terutama dalam kawin silang (Ngadiyono, 2012), jangan sampai menimbulkan
kesulitan pada saat beranak karena bangsa pejantan yang digunakan adalah bangsa
yang besar seperti bangsa-bangsa sapi Bos Taurus dan induk yang digunakan adalah
bangsa yang lebih kecil seperti bangsa Bos Indicus atau Bos Sondaicus. Sebaiknya
dara yang baru pertama kali kawin, tidak disilangkan dengan pejantan dari Bos
Taurus. Menurut Ngadiyono (2102), pemilihan induk berdasarkan penampilan luar
yaitu:
1. Berpostur tubuh baik, kaki kuat dan lurus.
2. Ambing/ puting normal, halus, kenyal, dan tidak ada infeksi atau pembengkakan.
3. Bulu halus, mata bersinar.
4. Nafsu makan baik.
5. Alat kelamin normal, tanda-tanda birahi teratur.
6. Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat.
4
Pemilihan pejantan berdasarkan penampilannya, yaitu sebagai berikut:
1. Postur tubuh tinggi / besar, dada lebar dan dalam.
2. Kaki kuat, lurus, dan mata bersinar.
3. Bulu halus.
4. Testis simetris dan normal.
5. Seks libidonya tinggi (agresif).
6. Memberikan respons yang baik terhadap induk yang sedang birahi.
7. Sehat dan tidak cacat.
8. Umur dewasa tubuh (lebih dari dua tahun).
Pemilihan induk perlu memperhatikan skor kondisi tubuh (SKT) yang
menentukan kondisi dan kecukupan gizi ternak (Ngadiyono, 2012).
Gambar 2.1. Skor kondisi tubuh sapi
2.1.2. Pemilihan bakalan untuk penggemukan
Syarat-syarat sapi bakalan yang cocok untuk digemukkan adalah sebagai
berikut (Ngadiyono, 2012):
1. Umur 1.5 – 2.5 tahun atau poel 1. 2. Sebaiknya jantan.
3. Sehat, kulit lentur, mata bersinar dan nafsu makan baik.
4. Kondisi fisik: badan persegi panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang,
kondisi sapi boleh kurus tetapi sehat.
5. Bangsa: mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan/ genetika yang baik.
Berat badan yang dipilih untuk sapi PO 200-350 kg, untuk sapi SimPO dan LimPO
5
2.1.3. Penentuan umur sapi
Untuk menentukan umur sapi dapat dilihat dari susunan giginya. Pendugaan
umur berdasarkan gigi seri dapat digunakan untuk ternak umur 1-6 tahun. Gambar
berikut menunjukkan susunan gigi seri sapi dan pergantiannya.
Gambar 2.2. Pedoman penentuan umur sapi berdasarkan pergantian gigi susu (Djanah, 1984)
2.2. Perkandangan
Dalam pemeliharaan sapi secara intensif, kandang merupakan aspek yang penting,
karena kandang berfungsi untuk:
a. Melindungi ternak dari gangguan dari luar (binatang buas, pencuri) dan faktor cuaca
b. Memberikan kenyamanan bagi ternak
c. Memudahkan pengelolaan
Ketika ternak merasa nyaman, maka ternak akan mampu berproduksi secara
optimal. Pembuatan kandang harus direncanakan dan dilakukan secara efisien. Adapun
syarat kandang yang ideal adalah :
a. Memenuhi syarat hidup ternak
b. Mampu menahan masuknya gangguan
c. Efektif dan efisien
2.2.1. Bahan membuat kandang
Di daerah tropis seperti Indonesia, dianjurkan untuk membuat kandang yang
terbuat dari bahan-bahan yang tidak menyerap panas. Bahan-bahan untuk membuat
kandang sebaiknya adalah sebagai berikut:
a. Tersedia di lokasi.
6
c. Tidak menggunakan bahan mudah lapuk atau muda.
d. Bagian kandang yang penting adalah atap, dinding dan lantai kandang.
Atap Kandang
Atap kandang sebaiknya menggunakan bahan yang kuat, tidak menyerap
panas dan harganya terjangkau. Tinggi atap harus lebih tinggi dari tinggi badan
manusia, terutama jika kandangnya lebar melebihi kemampuan tangan untuk
menjangkau bagian dalam kandang. Bahan-bahan atap antara lain: genteng, daun
alang-alang, daun rumbia, daun kelapa, asbes dan seng. Asbes dan seng tidak
dianjurkan, terutama di daerah dengan suhu udara yang tinggi karena akan
menaikkan suhu udara dalam kandang sehingga ternak akan mudah kehausan dan
nafsu makan menurun. Genteng merupakan salah satu bahan atap yang baik untuk
digunakan karena tidak menyerap panas, harganya terjangkau (dapat menggunakan
genteng bekas rumah), dan awet. Atap sebaiknya dibuat dengan ketinggian 3 m,
agar pertukaran udara dalam kandang baik.
Dinding Kandang
Dinding kandang berfungsi untuk penahan angin secara langsung. Dinding
kandang terbuat dari kayu, tembok atau bambu.
Lantai Kandang
Lantai kandang harus dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya,
agar air hujan tidak masuk ke dalam kandang. Agar lantai tidak becek, maka
tanahnya harus dikeraskan ataupun diplester dengan semen. Jika diplester dengan
semen, maka permukaan lantai harus dibuat miring sehingga air (termasuk air
kencing) dapat mengalir keluar kandang dan lantai lebih mudah dibersihkan. Lantai
biasa dibuat dengan kemiringan 5 %, artinya permukaan lantai di bagian belakang
dengan di depannya yang berjarak 100 cm akan mempunyai perbedaan 5 cm.
Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air
minum. Tempat pakan diperlukan untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang
diberikan. Biaya pakan akan membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis
dimakan ternak tetapi hanya berserakan di dalam maupun luar kandang. Tempat air
minum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum ternak dan menghindari
7
1. Mudah dijangkau mulut ternak tetapi tidak bisa terinjak.
2. Mampu menampung jumlah pakan/air yang diperlukan ternak sampai pemberian
pakan/air berikutnya.
3. Tidak mudah digerak-gerakkan ternak sehingga pakan/air yang ada tidak
tumpah. Khusus tempat air minum, tidak boleh bocor sehingga mengaliri lantai
kandang.
Gambar 2.3. Tempat pakan
2.3. Reproduksi dan Pemuliabiakan
Ternak berkembang biak secara alami maupun dengan campur tangan manusia. Sapi
diharapkan dapat menghasilkan pedet dalam waktu yang tidak terlalu lama (± 12-15 bulan)
dengan kualitas pedet yang baik. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Deteksi birahi
Tanda-tanda ternak mengalami birahi adalah sebagai berikut:
• Alat kelamin bengkak, jika dibuka tampak merah, basah dan hangat (3A= Abang, Abuh, Anget).
• Ekor diangkat dan digerak-gerakkan, jika pangkal ekor dipegang, ternak akan diam saja.
• Menaiki sapi lain atau akan diam jika dinaiki oleh pejantan
• Gelisah dan nafsu makan turun
8
Perkawinan
Perkawinan sapi dapat dilakukan secara alami menggunakan pejantan atau dengan
campur tangan manusia yaitu dengan inseminasi buatan (kawin suntik). Beberapa ketentuan
dalam perkawinan sapi adalah:
a. Sapi betina mulai dikawinkan pada umur 1.5 – 2 tahun. b. Siklus birahi pada sapi adalah setiap 18 – 21 hari sekali c. Pedoman mengawinkan sapi:
• Jika tampak birahi pada pagi hari, maka sapi harus dikawinkan pada hari itu juga, jangan ditunda sampai hari berikutnya
• Jika tampak birahi pada malam hari, maka sapi harus dikawinkan pada pagi hari berikutnya (tidak lebih dari pukul 11.00).
d. Apabila dalam 18 – 24 hari setelah dikawinkan betina masih minta kawin lagi, berarti tidak terjadi kebuntingan dan harus dikawinkan lagi.
Kebuntingan dan beranak
a. Sudah tidak meminta kawin lagi sejak dikawinkan.
b. Sapi lebih tenang dan perut sebelah kanan membesar.
c. Putting dan ambing mulai membesar (tampak lebih jelas pada sapi dara).
d. Makan lebih banyak.
Tanda-tanda sapi akan melahirkan adalah:
a. Ambing besar dan berisi
b. Pinggul mengendur
c. Sapi gelisah
d. Punggung terlihat melengkung cekung
Hal-hal yang harus disiapkan menjelang proses melahirkan adalah:
a. Ikatan sapi pada tiang kandang dilepaskan. Berikan ruang yang cukup luas untuk induk
sapi bergerak
b. Kandang dibersihkan
c. Lantai kandang diberi alas jerami kering/ karung goni
d. Sebaiknya kandang beranak terpisah
9
Penanganan kelahiran adalah sebagai berikut:
a. Lendir yang menempel pada bagian mulut, hidung, dan tubuh dibersihkan secepatnya
b. Tali pusar dipotong kira-kira 10 cm dan bekas luka diolesi dengan yodium untuk
menghindari infeksi atau radang pusar.
c. Ambing susu induk dibersihkan dengan air hangat agar pada saat pedet menyusu,
ambing sudah bersih dan tidak terkontaminasi bakteri.
d. Diusahakan pedet dapat minum susu kolustrum (susu induk yang baru melahirkan
hingga dengan umur satu minggu) untuk mendapatkan zat laksan dan kekebalan.
2.4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Penyakit (kejadian sakit) merupakan salah satu penyebab utama kerugian peternak.
Ternak yang sakit membutuhkan biaya pemulihan kesehatan yang besar dan, apabila
sembuh, tidak akan menampilkan kinerja yang optimal seperti halnya ternak yang tidak
pernah sakit (kecuali pada kasus penyakit tertentu). Untuk itu, peternak harus melakukan
upaya pencegahan timbulnya penyakit dan penanganan penyakit yang timbul. Peternak
perlu memahami tanda-tanda sapi yang sehat, yaitu antara lain adalah:
• Nafsu makan besar
• Mata jernih dan hidung bersih
• Memamah biak dengan baik
• Kotoran normal (tidak encer)
• Telinga sering digerakkan, kaki kuat dan mulut basah
• Temperatur tubuh normal (38.5 – 39oC)
Adapun tanda-tanda sapi yang sakit antara lain adalah:
• Mata suram dan cekung
• Nafsu makan menurun
• Kotoran tidak normal
• Temperatur tubuh naik turun
• Kulit tidak elastis, bulu kusam, mulut dan hidung kering
• Badan menyusut dan tidak berdiri dengan kuat
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak sapi
a. Kembung (bloat)
Kembung merupakan kondisi di mana rumen (perut) sapi membesar akibat
penimbunan gas, yang tidak dapat cepat keluar. Gejala-gejalanya adalah lambung sebelah
kiri membesar dan kencang, jika dipukul-pukul berbunyi. Penyebab kembung antara lain
10
• Sapi merumput pada pagi hari di mana rumput masih basah oleh embun
• Pakan konsentrat yang diberikan terlalu halus
• Sapi kurang diberikan hijauan atau terlalu banyak makan hijauan jenis leguminosa (kacang-kacangan).
Cara pengobatan kembung adalah dengan diberi minum 110 g minyak nabati,
minyak paraffin, atau obat anti bloat (Ngadiyono, 2012). Lepaskan tambatan sapi yang
terkena kembung agar dia dapat bergerak dan berjalan-jalan. Jika kasus kembung sudah
parah, maka dilakukan pemasukan selang/ pipa ke dalam mulut atau penusukan dengan
trocar pada perut sebelah kiri (bagian belakang rusuk terakhir).
b. Penyakit, mulut dan kuku (PMK)
Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus. Gejala-gejalanya antara lain terjadi pelepuhan, erosi pada selaput lendir mulut, di
antara kuku, kaki dan putting susu. Pencegahannya adalah dengan memisahkan ternak
sehat dari yang sakit, segera melaporkan pada dinas peternakan setempat dan mengikuti
program vaksinasi PMK.
c. Anthraks (radang limpa)
Anthraks merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri
Bacillus anthracis.Gejalanya adalah: suhu badan tinggi, nafsu makan hilang, kotoran
bercampur darah, kadang keluar darah dari mulut, lubang hidung dan vulva. Anthraks dapat
menular ke manusia atau sebaliknya. Pencegahannya adalah dengan memisahkan ternak
sehat dari yang sakit, segera melaporkan pada dinas peternakan setempat dan mengikuti
program vaksinasi anthraks.
d. Cacing hati
Penyakit cacing hati disebabkan oleh cacing hati (Fasciola hepatica). Cacing hati
berbentuk segitiga pipih, dan berwana abu-abu kehijauan hingga kecokelatan dengan
panjang 2-3 cm. Cacing hati sering menyerang ternak ruminansia seperti sapi, kambing dan
domba, terutama ternak yang makan rumput yang telah tercemar oleh larva cacing yang
dibawa oleh siput air tawar (Gambar 3). Pada daerah dataran rendah dan basah, kasus
cacing hati lebih banyak daripada daerah dataran yang kering. Gejala-gejala ternak sapi
yang terkena penyakit ini adalah, ternak menjadi kurus dan lesu, bulu kusam, dan
11
Gambar 2.3. Siklus hidup cacing hati (Fasciola hepatica) ( http://biotogigonz.blogspot.co.id )
Cara pencegahan cacing hati antara lain adalah dengan memotong rumput agak
tinggi dari permukaan tanah, membasmi siput atau bekicot pembawa perkembangan cacing
hati dan pemberian obat cacing secara rutin (6 bulan sekali). Pengobatan cacing hati adalah
dengan pemberian obat cacing missal Piperazine, Oxybendazole, Heksakloretan dan
Hexchlorophene (Ngadiyono, 2012).
2.5. Recording (Pencatatan)
Dalam usaha peternakan tradisional, peternak jarang sekali mencatat semua
kejadian dan kegiatan di peternakan. Terkadang kejadian tertentu dicatat di media
seadanya (misalnya kandang) dengan alat sederhana (misalnya arang). Ketika jumlah
ternak bertambah dan hal yang dicatat semakin komplek, dibutuhkan catatan yang lebih
baik. Oleh karena itu segala informasi yang ada di sebuah peternakan, seharusnya tercatat
secara sistematis, terstruktur, dan komprehensif. Recording atau pencatatan diperlukan
karena ingatan manusia terbatas, jumlah ternak yang banyak memerlukan adanya
identifikasi dan recording. Identifikasi berfungsi untuk membedakan ternak satu dengan
lainnya.
Adapun manfaat dari sistem recording ini adalah untuk mendapatkan informasi
lengkap tentang ternak yang dipelihara, yang berguna dalam manajemen pemeliharaan
ternak, memudahkan pengambilan keputusan, mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya,
memudahkan dalam monitoring, controlling serta evaluasi usaha, serta mengetahui
keuntungan yang diperoleh dan sebagai dasar perencanaan pengembangan usaha. Lebih
luas, sistem recording berguna sebagai perekam informasi tentang profil produksi ternak di
suatu daerah, faktor-faktor pendukung dan penghambatnya; serta sebagai sumber data
untuk kepentingan seleksi ternak.
Sistem recording yang dilakukan dalam usaha peternakan dapat bervariasi sesuai
dengan tujuan usaha (breeding atau fattening) dan jenis ternak yang dipelihara. Sebagai
12
sedangkan pada usaha fattening; Average daily Gain (ADG) merupakan parameter yang
penting dalam mengetahui tingkat pertumbuhan ternak. Jenis ternak yang dipelihara juga
menentukan aspek-aspek yang dicatat dalam sistem recording. Misal, pada usaha ternak
domba penghasil wool, kuantitas dan kualitas wool seekor domba per panen harus dicatat,
sebagai tolok ukur seleksi sifat-sifat domba penghasil wool.
Tahapan dalam recording :
Sebelum melakukan recording, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Identifikasi ternak: beberapa metode indentifikasi untuk menandai ternak telah banyak
dilakukan, antara lain; tattoo, ear tag, ear notching dan lain-lain.
2. Klasifikasi dan pengelompokan ternak: pada suatu usaha peternakan skala
pemeliharaan lebih dari 50 ekor, terlebih dengan status ternak yang beragam, akan
sangat sulit menanganinya apabila peternak tidak mempunyai catatan tentang status
ternak yang dipeliharanya. Peternak harus mempunyai catatan tentang jumlah, status
masing-masing ternak, misal, ternak jantan, betina, induk, bull, dll. Kemudian
ternak-ternak tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan statusnya masing-masing.
3. Recording segala aspek: Setelah ternak teridentifikasi dengan jelas dan mudah dilihat
serta dikelompokkan menurut statusnya masing-masing, akan lebih mudah bagi kita
mencatat atau melakukan recording dalam berbagai aspek.
Recording yang biasa digunakan dalam usaha ternak potong adalah:
1. Recording pakan
Kebutuhan pakan ternak adalah berdasarkan status ternak tersebut. Sebagai
contoh kebutuhan pakan untuk induk berbeda dengan kebutuhan pakan untuk pejantan,
bahkan status induk pun dibedakan antara induk bunting, induk laktasi, dan induk
kering. Oleh karena itu, recording pakan sangat penting untuk dilakukan. Pemberian
pakan pada masing-masing ternak pada status fisiologis tertentu harus dicatat sehingga
memudahkan peternak dalam penyusunan ransum dan pemberiannya.
2. Recording kesehatan
Ternak-ternak yang sakit biasanya dipisahkan dari kelompoknya untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan, serta mencegah menularnya penyakit. Hal
yang perlu dicatat adalah penyakit, penyebabnya, tindakan yang dilakukan, serta
pemberian obat-obatan, vitamin dan vaksi.
3. Recording breeding
Pencatatan aspek-aspek reproduksi sangat penting pada usaha breeding.
13
perkawinan (estrus), S/C, perkiraan lahir, tanggal actual kelahiran, berat lahir anak, litter
14 Tanggal
Status produksi Jenis Kelamin Bansa
Nama ternak
RECORDING KESEHATAN
Penyakit :
: : :
15 Jumlah
perkawinan / inseminasi Status produksi Umur
Bangsa Nama sapi Nama peternak
RECORDING REPRODUKSI
Tanggal
Kawin :
: : : :
Kode semen Kondisi estrus Tanggal Tes kebuntingan
Hasil Perkiraan beranak
Kebuntingan
Aktual Keterangan Tanggal lahir
Pedhet
Bangsa Jenis kelamin
16
2.6. Analisis Ekonomi
Perhitungan biaya dan pendapatan selama pemeliharaan 18 bulan (540 hari) untuk 2
ekor sapi induk
a. Biaya
No Komponen Biaya Jumlah (Rp)
I Investasi
Sapi induk 2 ekor: Rp. 16.000.000,00 x 2 ekor 32.000.000,00
Kadang permanen lengkap dengan tempat pakan dan minum
ukuran 3 x 1.5 m (jangka waktu ekonomis 10 tahun) 6.750.000,00
II Biaya produksi
Nilai penyusunan kandang 10% / tahun (Rp. 675.000,00 / tahun) 1.012.500,00 Biaya inseminasi buatan 2 ekor x Rp. 80.000,00 (S/C=2) 160.000,00 Biaya pakan selama 540 hari:
 Bekatul (20 hari menjelang beranak dan 60 hari setelah melahirkan)
b. Pendapatan dan perhitungan rugi dan laba peternak
No Komponen pemasukan Jumlah (Rp)
1 Penjualan 2 ekor pedhet umur sekitar 6 bulan 12.000.000,00
2 Nilai pupuk kandang selama 18 bulan
(10 kg/ekor pupuk basah x 2 ekor x 540 hr x Rp. 75/kg)
3 Pendapatan selama 540 hari 6.790.000,00
2.7. Tata Laksana Pemberian Pakan
Bahan pakan sapi dapat berasal dari:
a. Rumput: rumput lapangan, gajah, raja, kolonjono dan lain-lain.
b. Legum: turi, lamtoro, gliricidia, kaliandra, kacang-kacangan.
c. Limbah pertanian: jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, pucuk tebu,
17
d. Limbah industri: ampas tahu, ampas bir, onggok, bungkil kelapa, kulit biji kapok,
dedak dan lain-lain.
e. Hijauan yang diawetkan: silase, hay.
f. Konsentrat : berupa campuran bahan pakan
g. Complete feed (pakan komplit): campuran hijauan (limbah pertanian) dan
konsentrat
Secara umum pemberian pakan untuk sapi adalah 2.5 - 3.0 % dari berat badan
(bahan kering). Pemberian hijauan atau serat kasar untuk sapi sebaiknya adalah +10% dari
berat badannya. Imbangan rumput dan konsentrat untuk induk adalah 80%: 20%.
Pemberian pakan dilakukan 2 – 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan atau sore). Pakan konsentrat dapat diberikan basah maupun kering. Air minum sebaiknya selalu
tersedia dan tempatnya selalu dibersihkan.
18
19
BAB I PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama keberhasilan suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu, peternak yang ingin mencapai sukses harus mengetahui dan
menguasai pengetahuan tentang pakan ternak, baik tentang jenis pakan, nilai gizi (nutrisi)
tiap bahan pakan, kebutuhan ternak, maupun cara pemberiannya pada ternak. Ternak
ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) dapat memanfaatkan sisa-sisa hasil
pertanian seperti jerami padi. Pada musim kemarau, jerami padi (baik segar maupun kering)
merupakan pakan ternak utama untuk daerah tertentu seperti; Blora, Purwodadi, Wonogiri,
Gunungkidul, dsb., di mana ketersediaan air menjadi kendala. Bahkan tidak jarang untuk
mendapatkan jerami padi pada musim kemarau, petani terpaksa mencari ke luar daerah
atau membeli dengan harga yang relatif mahal. Pakan yang digunakan bisa berupa hijauan
segar atau hijauan kering/ jerami/ awetan. Hijauan segar memerlukan proses manajemen
penanaman dan produksi hijauan yang bisa menjamin produktivitas dan peningkatan jumlah
biomassa hasil panen. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses produksi
hijauan makanan ternak dan proses pemanenan serta konservasi hasil tanaman pakan.
Jerami padi sebagai pakan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu rendahnya
kecernaan karena tingginya kandungan serat (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) dan
rendahnya kandungan nilai gizi (protein, bahan organik, dan sebagainya). Upaya untuk
membantu memecahkan permasalahan kuantitas dan kualitas pakan adalah dengan
penggunaan teknologi fermentasi. Pada prinsipnya, penggunaan jerami fermentasi dapat
dilakukan dengan menggunakan jerami segar habis panen atau jerami kering. Pada saat
jerami padi melimpah, seperti setelah selesai panen, jerami dapat difermentasikan untuk
selanjutnya disimpan hingga 6 bulan dari pembuatannya. Ditinjau dari segi kuantitas
nutriennya, fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi jerami. Pada modul ini akan dibahas
tentang proses produksi hijauan makanan ternak sampai pemanenan dan proses konservasi
dengan peranan bioteknologi, diharapkan dengan modul ini akan memudahkan petani/
20
BAB II
MANAJEMEN/PENGOLAHAN PAKAN
Dalam bab ini akan dibagi kedalam 3 bagian yaitu;
1. Produksi Tanaman Pakan
2. Teknologi Pakan
3. Pakan Sapi dan Kambing
2.1. Produksi Tanaman Pakan
2.1.1. Pembiakan tanaman
Pembiakan tanaman adalah peristiwa atau suatu proses di dalam pelestarian
dan perbanyakan sel organisme untuk menjaga kelestariannya. Tujuan utama
pembiakan adalah untuk mencapai pertambahan jumlah tanaman dan memelihara
sifat-sifat yang ada pada tanaman tersebut. Ada dua tipe cara pembiakan tanaman
yaitu pembiakan secara kawin (seksual) dan pembiakan secara tidak kawin
(aseksual). Pembiakan secara kawin meliputi pertambahan jumlah tanaman baru
dengan biji yang tejadi dengan adanya persatuan dua gamet yang berbeda.
Sedangkan secara tidak kawin, karena pertambahan jumlah dengan pembelahan dan
berbanyakan sel secara langsung. Tipe pembiakan tanaman ini dimanfaatkan oleh
manusia untuk mendapatkan material tanaman yang akan digunakan dalam
penanaman
Suatu kondisi yang diperhatikan dalam pembiakan tanaman berkaitan dengan
material tanam adalah bahwa karena adanya proses pembelahan sel maka tanaman
mampu memulihkan luka pada bagian tanman aslinya dengan sel yang berkembang
dari dalam sendiri,sehingga apabila ada pelukaan maka akan terbentuk jaringan
penutup luka.
Jenis-Jenis pembiakan tanaman
1. Pembiakan dengan biji.
Pembiakan biji terjadi karena adanya peleburan benang sari dengan putik
atau juga karena pomitik. Sebagian rumput tropic bersifat apomiktik, sehingga
walau biji dihasilkan tetapi bukan berasal dari gamet jantan dan gamet betina.
Fenomena ini yang menyebabkan beberapa tanaman rumput tropik tidak terjadi
crosspolinasi. Ada jenis tanaman rumput tropic yang terjadinya biji karena
21 lain apomiktik.
Penanaman tanaman dengna biji pada rumput tropic dilakukan dengan cara
disebar biasanya untuk pengembnagn padang penggembalaan untuk grazing
area, karena keuntungan dari penanaman dengan bici adalah lebih cepat dalam
pengerjaan, tenaga yang diperlukan sedikit dan bisa mengcover areal yang luas.
Selain itu perakaran tanaman juga relative kuat. Untuk jenis legume pakan
penanaman dengan biji dilakukka dalam larikan atau disebar. Biasaya biji yang
disebar untuk padang penggembalaan dengan improve sehingga dalam suatu
areal akan didapatkan pakan dari sumber energidan protein sekaligus. Dengan
p\menggunakan biji maka perakaran akan kuat dan tahan terhadap renggutan.
Hal ini penting untuk penggembalan dengan direct grazing sehingga tanaman
akan memiliki regrowth yang baik.
2. Pembiakan dengan pols.
Masyarakat bisanya menggunakan sobekan rumpun atau pols. Pols
merupakan material perbanyakan tanaman yang didapat dengan membagi bagi
rumpun suatu tanaman menjadi beberapa bagian, sehingga dlam suatu lubang
tanam akan diperoleh lebih dari satu tunas sebagai material tanaman. Kelebihan
material tanam dengan menggunakan pols ini adalah sobekan mengandung
banyak tunas calan tanaman baru dan banyak akar, sehingga kemungkinan
untuk tumbuh tanaman sangat besar, dan dalam lubang tanam akan segera
didapatkan tanaman baru dengan jumlah yang lebih banyak. Sehingga untuk
memilih pols yang baik adalah yang berasal dari rumpun yang baik dengan
memiliki calon tunas dan perakaran yang banyak. Pada pelaksanaannya air
diperlukan untuk menjaga kelembaban tanah dan pertumbuhan tanaman baru
dapat sempurna. Keuntungan penanaman dengan pols adalah lebih cepat
tumbuh daripada dengan stek atau biji.
3. Pembiakan dengan stek dan stolon.
Bagian vegetatif tanaman yang dapat digunakan untuk perkembang biakan
adalah stolon dan batang. Batang tanaman dapat dipotong dan digunakan untuk
stek batang. Stek atau ptongan batang yang memiliki calon tunas pada bagian
rumput yang biasa disebut ruas merupakan bagian yangakan tumbuh menjadi
tanaman baru. Selain stek batang dapat juga menggunakan stolon. Stolon
22
baying yang menjalar atau merayap di permukaan tanah. Pada bagian mata
tunas juga akan tumbuh menjadi calon tanaman baru. Cara memilih stolon
adalah memilih bagian yang tua yang ditandai dengan warna lebih tua dan
pertunasan aktif pada bagian tersebut.
Pada saat menyiapkan stek, perlu diperhatikan ukuran stek dengan
pertunasannya. Stek dipotong dengan ukuran mengikut ruas, untuk jumlah ruas
bisa antar 2 sampai 3 ruas. Ruas buku yang memiliki jarak terlalu panjang
menandakan masih muda, akan lebih baik dipiiih ruang yang sudah tua. Dengan
jarak ruas yang lebih sempit. Batang yang masih muda kurang baik ditanam
sebagai bibit, sebab kandungan karbohidrat atau energi pertumbuhannya
rendah. Bila bibit diambil dari kebun yang sudah ada maka pada umur dua tahun
dari pemangkasan sudah bisa diambil steknya. Keuntungan penanaman dengan
stek adalah cara penanaman dan pengangkutan lebih mudah dari pols, lebih
tahan lama bila disimpan di tempat yang sejuk. Kekurangannya adalah tanaman
dari stek ruas bagian bawah harus masuk dalam tanah dengan baik, sebab nanti
akan tumbuh akar. Kedudukan stek bisa tegak, miring atau berbaring. Pada
setiap penanaman dapat ditanam dua atau tiga stek, setelah stek ditanam tanah
ditekan rapat pada steknya supaya tidak mudah rebah dan tidak mudah kering,
sehingga calon akarnya bisa mudah kontak dengan tanah.
2.1.2. Penanaman
Sebelum penanman dimulai, maka pengolahan tanah mutlak dilakukan.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan segera setelah tanah itu diolah
dengan sempurna. Penundaan penanaman pada tanah yang sudah diolah tidak
menguntungkan sebab tanah akan memadat kembali. Pemilihan hijauan yang
ditanam hendaknya memenuhi persyaratan produksi per satuan luas tinggi, nilai
palatabilitasnya cukup tinggi, toleransi terhadap lingkungan, mudah dikembangkan
dan nilai gizinya tinggi.
Jarak tanam berpengaruh terhadap populasi tanaman per-satuan luas dan
koefisien penggunaan cahaya, air dan zat hara, yang akan mempengaruhi hasil
maupun produksi tanaman tersebut. Produksi yang tinggi akan dicapai bila populasi
tanaman tinggi di awal pertumbuhannya, tetapi akhir penampilan masing-masing
individu tanaman akan berbeda karena terjadi persaingan untuk faktor tumbuh
lainnya. Jumlah anakan untuk tiap rumpun akan rendah dengan meningkatnya
23
2.1.3. Pemeliharaan
Setelah kegiatan penanaman selesai masih ada kegiatan lain yang tidak kalah
penting yaitu kegiatan pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan,
pendangiran, dan penyulaman.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memberantas weed atau gulma.
Ada tiga cara pemberantasan gulma:
a. Mekanis, dengan jalan pengolahan tanah yang intensif, penyiangan dan
pengaturan pengairan.
b. Biologis, dengan menambahkan musuh-musuh alami gulma dengan cara
memanipulasi faktor biotik lingkungan gulma dan mengatur komposisi
botaninya.
c. Kimia, dengan menggunakan obat-obatan atau zat kimia yang disebut
herbisida (biaya mahal).
Pendangiran
Tujuan pendangiran adalah menggemburkan tanah kembali agar proses
peredaran udara dan air di dalam tanah lebih sempurna, mengurangi penguapan air
dalam tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.
Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman kembali benih yang baik
tumbuh dan mengganti tanaman yang pertumbuhannya terlambat dan tidak
sempurna.
Pengairan
Air merupakan faktor pokok yang dibutuhkan oleh suatu tanaman untuk
dapat tumbuh dengan baik, sehingga diperlukan sistem pengairan yang baik dalam
pemeliharaan tanaman.
2.1.4. Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah keadaan fisik,
kimiawi, dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman.
Pemupukan dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesuburan tanah dan merupakan komponen penting dalam
pengadaan pakan hijauan makanan ternak.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara penebaran langsung di dalam tanah
24
penyebaran pupuk secara langsung di atas permukaan tanah. Apabila kuantitas
pupuk yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan keracunan pada tanaman.
Klasifikasi pupuk:
1. Berdasar kandungan unsur hara.
a. Pupuk tunggal (single fertilizer)
b. Pupuk majemuk (compounds fertilizer)
2. Berdasarkan pembuatannya.
a. Pupuk alam, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos.
b. Pupuk buatan, seperti urea, TSP, KCl.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemupukan adalah keadaan iklim,
keadaan-umur tanaman, dan pupuk yang diberikan. Pemupukan dasar dibagi
berdasarkan mudah atau tidaknya larut dalam tanah:
1. Pupuk yang lambat tersedia bagi tanaman.
Misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pemupukan dilakukan
1-4 minggu sebelum masa tanam.
2. Pupuk yang mudah larut atau tersedia masa tanah.
Misalnya pupuk urea, ZA, KCl. Pemupukan dilakukan 2-3 hari sebelum masa
tanam. Cara pemupukan harus tepat agar kehilangan unsur hara dapat ditekan.
Macam-macam cara pemupukan:
1. Penyebaran. Berlaku pada pupuk yang tidak mudah larut dalam air dan bagian
kimianya terikat secara kimiawi. Caranya disebarkan secara merata. Dapat
dilakukan sebelum atau sesudah pengolahan tanah lalu dibenamkan.
2. Plow sole placement. Dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan
penempatan pupuk yang diperlukan secara langsung dibelakang pembajakan,
sehingga merata dan terbenam dalam tanah. Biasanya digunakan untuk pupuk
yang tidak mudah larut.
3. In the row placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk
pada lubang-lubang sepanjang larikan dimana benih-benih akan ditanam.
4. Side band placement. Metode ini dengan menempatkan pupuk pada salah
satu sisi tanaman, masing-masing dengan jarak 5 cm dari tempat tumbuh
tumbuhan dengan kedalaman 2,5 sampai 5 cm.
5. Top dressed placement atau side dressed placement. Metode inidilakukan
dengan pupuk yang akan digunakan ditempatkan pada permukaan tanah di
sekitar tanaman tumbuh.
25
dalam air dan berhubungan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam
larutan. Pupuk ini dapat diserap daun dan batang tanaman. Biasanya pada pagi
hari sekitar jam 9 (jam 8-11) karena pada saat itu stomata daun membuka.
Pengaruh pemupukan terhadap kecepatan pertumbuhan
Penggunaan pupuk adalah cara yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan
hijauan dan nilai gizinya. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan
kandungan P cukup, tetapi tidak memberikan respon pada perubahan P pada
umumnya. Pemberian pupuk akan meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas
hijauan dan mempengaruhi kecernaan. Penambahan pupuk N akan meningkatkan
kandungan protein kasar yang tercerna. Unsur P yang diberikan melalui pupuk akan
mempercepat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa dan unsur K sangat
penting untuk pembentukan pati dan gula serta untuk perkembangan klorofil.
Contoh cara menghitung kebutuhan pupuk:
Tabel 2.1. Cara Menghitung Kebutuhan Pupuk
Level pupuk N P2O5 K 2O
Jadi urea yang dibutuhkan 100/46 kg = 271,39 kg/ha.
3. Untuk kebutuhan 45% P2O5 dari TSP, sehingga dalam 1 ha diperlukan pupuk
TSP 100/45 x 200 kg = 444,44 kg/ha. Untuk kebutuhan 60% K2O dari KCl,
sehingga dalan 1 ha diperlukan pupuk KCl 100/60 x 200 kg = 333 kg/ha.
Menghitung pupuk yang diberikan
- 1 ha membutuhkan 217,39 kg urea
- jarak tanam 0,5 x0,5 m
- luas lahan 1 ha = 10.000 m2 = panjang x lebar = 100 m x100m
- dengan pinggir lahan ditanami
Jumlah tanaman = [panjang/jarak tanam + 1] x [lebar/jarak tanam + 1]
= [100/0,5 + 1] x [100/0,5 + 1]
26
Karena 1 ha terdiri dari 40401 tanaman, maka tiap tanaman perlu urea:
= 217,39 / 40401
1. Penuhi dahulu kebutuhan N dengan NPK komplit kebutuhan N = 116/16 x 50 =
312,5
Lahan/ lokasi yang akan digunakan diperhatikan kemiringannya, apabila
lahan berupa lahan datar sebagai tempat penanaman diolah dengan cara di
cangkul atau dibajak dengan tenaga ternak ataupun mesin sedalam kurang lebih
35 cm, untuk lahan yang miring kurang lebih 25% maka pembuatan media
tanam dilakukan dengan mengikuti kontur lahan atau dibuat model terasering
untuk lahan yang kemiringannya lebih dari 30%. Kedalaman lahan miring untuk
tanaman rumput dapat dibuat lubang tanam sedalam 10 cm. Lahan yang akan
ditanami dibuat bedengan dengan panjang sesuai dengan panjang lahan.
2. Penanaman
Untuk penanaman rumput dapat menggunakan beberapa material tanam
yaitu biji, batang/stek batang atau pols (pisahan rumpun tanaman). Untuk biji
tanaman rumput bisa disiapkan dengan membeli biji tanaman rumput dan biji
bisa disebar pada lahan yang disiapkan. Untuk penanaman dengan pols dan stek
batang, bisa ditanam sesuai dengan jarak tanam, untuk tanaman rumput gajah
dapat dengan jarak tanam 50 x 60 cm, dengan kemiringan stek 45 derajat dan
pilih diameter stek batang yang cukup besar, misalnya pada tanaman rumput
27
jarak tanam ini maka dengan stek batang akan diperlukan kurang lebih 15.000
stek batang. Di lahan tadah hujan, saat tanam sebaiknya pada awal musim
hujan.
Untuk lahan yang luas, dalam rangka pembukaan lahan baru sebagai lahan
hijauan makanan ternak dan akan ditanami rumput maka dapat digunakan
penanaman dengan menggunakan lonjoran batang tua, sehingga pada lahan
yang sudah diolah langsung dibuat lubang memanjang untuk batang tanaman
rumput dan batang ditanam dengan merebahkan batang di tanah dan ditutup
dengan tanah. Pada metode ini jarak lajur diperluas menjadi 1 m -1,5 m.
3. Pemupukan
Untuk lokasi dengan ketersediaan pupuk kandang yang melimpah maka
penggunaan pupuk kandang sangat dianjurkan, dengan jumlah pupuk bisa
10-20 ton/ ha. Atau bisa dengan kombinasi pupuk kandang sebanyak 10 ton/ ha
dengan 50 kg SP-36 dan 50kg KCl, diberikan setelah pengolahan tanah dan
diulang setiap setelah 3-4 kali panen.
4. Penyiangan
Penyiangan bisa dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan, dengan cara
membersihkan rumput liar yang berada disekitar rumput, tetapi untuk tanaman
dengan jenis Brachiaria maka tidak perlu penyiangan karena biasanya akan terjadi penutupan lahan yang menyebabkan tidak tumbuhnya gulma rumput lain
pada lokasi penanaman.
5. Pemanenan
Pada pemanenan tanaman rumput maka biasanya dilakukan pemanenan
pada umur 40 hari untuk pertama kali panen. Selanjutnya dilakukan pemanenan
setiap umur tanaman 35 hari pada musim penghujan dan 40 hari saat musim
kemarau. Cara pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman
dengan tinggi 10 -15 cm dari dasar permukaan tanah, hal ini dilakukan untuk
memberi peluang tumbuh kembali sehingga akan mendapatkan produksi yang
optimal.
2.2. Teknologi Pakan
2.2.1. Jerami padi fermentasi
Persyaratan:
a. Kadar air jerami padi 40 – 45%.
28
• Air (400 liter untuk setiap 1 ton jerami kering. Untuk jerami segar tidak perlu air).
Cara pembuatan (untuk 100 kg):
• Timbang jerami padi kering sebanyak 1 ton.
• Sediakan air sebanyak 400 liter dalam ember.
• Timbang starter sebanyak 4 – 6 kg.
• Tumpuk jerami padi sejajar (ukuran dasar panjang 2,5 m x lebar ± 2,5 m) lapis demi lapis dengan ketebalan ± 25 cm.
• Di atas lapisan disiram air hingga merata (untuk jerami kering). Jika menggunakan jerami segar, tidak perlu disiram air.
• Ditaburi starter hingga merata.
• Ditumpuki selapis jerami padi (± 25 cm), sambil diinjak-injak hingga memadat.
• Diulangi lagi penyiraman air di atas lapisan jerami padi tersebut hingga merata.
• Diulangi lagi penaburan starter hingga merata, dan demikian seterusnya hingga selesai.
• Setelah selesai, bagian atas ditutupi daun-daun kering, seperti daun pisang atau daun lainnya.
• Pembuatan jerami padi telah selesai, dan dibiarkan minimal 3 – 4 minggu.
• Setelah 3 – 4 minggu, jerami padi fermentasi (tape dami) siap diberikan kepada ternak, namun sebelum diberikan terlebih dahulu diangin-anginkan.
Ciri-ciri jerami padi fermentasi yang baik: • Baunya agak harum.
• Warna kuning agak kecoklatan (warna dasar jerami masih tampak terlihat).
• Teksturnya lemas (tidak kaku).
29
Gambar 2.1. Proses Pembuatan Jerami Fermentasi
2.2.2. Amoniasi jerami padi
Amoniasi jerami padi merupakan cara pengolahan pakan secara kimia dengan
menggunakan amonia (NH3). Jerami yang diamoniasi akan mengalami beberapa
peningkatan kualitas nutrisi yang meliputi: peningkatan nilai kecernaan bahan pakan,
peningkatan kandungan protein, dan terhambatnya pertumbuhan jamur.
Pembuatan Amoniasi Jerami Padi
Bahan yang dibutuhkan:
• Kantong plastik/ tong /lubang yang disesuaikan dengan jumlah jerami.
• Tali rafia.
• Jerami padi kering (100 kg).
• Urea (5 kg).
• Air bersih secukupnya (± 100 L).
Cara pembuatan:
• Jerami padi dipotong-potong ukuran ± 30 cm.
• Urea dilarutkan ke dalam air.
• Jerami dimasukan ke dalam kan tong plastik/ tong/ lubang yang telah disiapkan secara bertahap.
• Jerami disiram larutan urea secara merata dan sambil dipadatkan.
30
• Kantong plastik diikat, serta diusa hakan dalam kondisi hampa udara.
• Setelah 3 minggu jerami amoniasi bisa dibuka. Apabila proses pembuatan amonia si berjalan baik, pada jerami ter cium bau khas.
• Sebelum diberikan kepada ternak sapi jerami amoniasi harus diangin-anginkan.
Indikator keberhasilan: • Bau agak pesing.
• Warna kecoklatan.
• Tekstur lembut.
• Tidak ada jamur.
• Tidak berlendir.
Gambar 2.2. Jerami amoniasi diangin-anginkan sebelum diberikan ke ternak
Gambar 2.3. Pemberian jerami amoniasi pada sapi
2.2.3. Silase untuk pengawetan hijauan
Silase adalah bahan pakan yang merupakan hasil fermentasi terkontrol dari
hijauan dengan kadar air tinggi. Tujuan utama dilakukannya silase hijauan adalah
sebagai upaya pengawetan pakan, sehingga silase biasanya dilakukan pada hijauan
yang berkualitas tinggi. Kunci utama keberhasilan pembuatan silase adalah
tercapainya derajat keasaman (pH) di bawah 3 dalam waktu sesingkat mungkin
(biasanya dalam waktu 3 hari). Untuk hijauan berkualitas sedang atau rendah,
biasanya diperlukan penambahan bahan aditif sumber karbohidrat (pati) agar pH
31
Pembuatan Silase Alat yang dibutuhkan:
• Silo (drum, lubang tanah, bak permanen, dll).
• Sabit.
• Sekop.
Bahan yang dibutuhkan:
• Hijauan makanan ternak (rumput raja, rumput gajah, jerami kacang tanah/ rendeng, rumput setaria, te bon jagung, dll).
• Bahan aditif sumber karbohidrat (dedak halus, bekatul, tetes).
Cara pembuatan:
• Siapkan semua bahan (hijauan dan bahan aditif) serta semua peralatan.
• Siapkan silo (tempat pemeraman silase).
• Hijauan ditimbang (diperkirakan beratnya), lalu dicacah/ dipotong menjadi 5
– 10cm.
• Timbang bahan aditif 3 – 4% bahan utama.
• Campurkan bahan aditif/tambahan ke dalam cacahan hijauan hingga merata betul.
• Masukkan campuran hijauan dan bahan aditif ke dalam silo.
• Padatkan/ mampatkan, hingga sesedikit mungkin terdapat udara di dalamnya. Pemadatan/ pemampatan dapat dilakukan dengan mengin
jak-injak campuran hijauan+bahan aditif di dalam silo.
• Tutup rapat silo (jaga jangan sampai ada udara masuk ke dalam silo). Ke bocoran silo mengakibatkan kegagalan proses pembuatan silase hijauan.
• Proses pembuatan silase (pemeraman) berlangsung selama +21 hari.
• Silase dalam silo dapat bertahan selama 1 – 2 tahun.
• Pemberian silase jadi dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit.
Pembuatan silase berhasil (baik) jika: • Bau dan rasa khas (asam).
• Hijauan berwarna hijau kekuning-kuningan.
• Tekstur daun masih jelas.
• Tidak menggumpal, tidak berjamur, dan tidak berlendir.
Keuntungan pembuatan silase:
• Hijauan pakan berkualitas tinggi, mirip bahan asalnya, dan masih banyak mengandung air.
32 terkontaminasi oksigen.
• Pembuatan silase tidak tergantung cuaca.
• Sedikit kehilangan nutrien (gizi).
Gambar 2.4. Pembuatan silase dengan menggunakan small tower silo dari buis beton dan plastik.
Gambar 2.5. Pembuatan silase dengan menggunakan pit silo (lubang dalam tanah)
(Atas) Gambar 2.6. Pembuatan silase dengan menggunakan bunker silo (Bawah) Gambar 2.7. Pembuatan silase dengan menggunakan sausage silo
2.2.4. Silase Pakan Komplit
Pakan komplit adalah pakan lengkap yang berupa campuran antara hijauan
dan konsentrat yang sudah mengandung sumber serat (hijauan: rumput, tebon
jagung, jerami, legum, rambanan, daun-daunan, tongkol jagung, batang pisang),
33
gandum, gaplek, molases, roti afkir, dan lain-lain), dan sumber protein (bungkil
kelapa sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, tepung ikan, ampas tahu, dan lain-lain).
Pemberian pakan komplit pada ternak memberi keuntungan tambahan yang berupa
komposisi pakan yang tetap walaupun konsumsi ternak berubah, sehingga asupan
nutrisi yang dirancang akan relatif stabil. Dari sisi nutrisi, pemberian pakan komplit
pada ternak menjamin tercapainya pertumbuhan mikroba rumen yang optimal akibat
imbangan antara hijauan dan konsentrat yang stabil.
Silase pakan komplit juga memberikan beberapa manfaat lain, di antaranya:
• Mudah dibuat dengan teknologi sederhana.
• Bahan-bahan yang digunakan dapat berupa limbah.
• Dapat diberikan tidak hanya ternak ruminansia tapi juga ternak mono-gastrik (terutama unggas air). Memiliki nilai gizi yang lebih tinggi (protein dan energi)
dibandingkan dengan silase biasa.
• Daya simpan lebih lama.
• Dapat diberikan tanpa menambahkan konsentrat/ bahan pakan pen-guat terlebih dahulu.
Gambar 2.8. Diagram proses pembuatan silase pakan komplit
Indikator keberhasilan:
• Tercapainya keasaman dengan pH 3,5 – 4,0.
• Munculnya bau harum bercampur asam.
• Warna segar, tidak jauh berubah dengan warna sebelumnya.
• Tidak tumbuh jamur.
34
2.2.5. Urea Mineral Block (UMB)
Urea Mineral Block (UMB, permen sapi) adalah bahan pakan berprotein tinggi
yang mengandung sejumlah mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh ternak.
Bahan UMB
• Campur urea, ZA, dan garam sampai merata (campuran 1).
• Campur kapur, semen, tepung tapioka, dan mineral sampai merata (campuran 2).
• Campurkan campuran 1 dan 2 sampai merata.
• Kemudian cetak.
• Jemur sampai kering.
Cara pemberian
• Untuk menghindari terbuangnya UMB sewaktu dikonsumsi ternak dianjurkan untuk membuat tempat atau kotak khusus terbuat dari papan (jangan dari
logam untuk menghindari karatan) yang terpisah dari tempat makanan atau
digantung, dibungkus kain dan diusahakan agar dapat dijilati/dijangkau oleh
35
• Pemberian UMB diperkirakan 50 g/ekor/hari (UMB 3 kg habis dijilati ternak selama 2 bulan).
• Selama pemberian UMB perlu diimbangi dengan pemberian hijauan/ rumput alam/ rumput unggul dan konsentrat berupa dedak padi. Untuk betina
bunting tua diberikan dedak 1 kg/ekor/hari, 1 bulan menjelang melahirkan
dan 2 bulan setelah melahirkan, sedang untuk pejantan yang digemukkan
diberikan dedak 2 kg/ ekor/ hari selama 3 – 4 bulan.
Gambar 2.9. Urea Mineral Block dan pemberiannya pada sapi potong
2.3. Pakan Sapi dan Kambing
Pakan ternak ruminansia (sapi, kambing, dan domba) terdiri atas hijauan (sebagai
pakan utama) dan konsentrat (sebagai pakan penguat). Hijauan dapat berupa rumput,
leguminosa (daun kacang-kacangan), maupun daun-daunan lainnya (ramban), sedangkan
konsentrat dapat digolongkan dalam konsentrat sumber energi dan sumber protein (Gambar
2.10).
Gambar 2.10. Penggolongan Pakan untuk Hewan Ruminansia
Dalam memberikan pakan untuk ruminansia harus disesuaikan dengan kebutuhan
36
dimaksud dengan produksi di sini dapat berarti produksi daging, anak, dan susu.
1. Kebutuhan hidup pokok merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk
pemeliharaan tubuh dan bertahan hidup. Jika dalam jangka waktu tertentu, ternak
diberi pakan dan tidak terjadi kenaikan berat badan ataupun produksinya, maka pakan
yang diberikan tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya,
namun tidak mencukupi untuk kebutuhan produksinya.
2. Kebutuhan untuk produksi (pertumbuhan) merupakan kebutuhan ternak akan nutrisi
untuk pertumbuhan jaringan tubuh dan juga untuk meningkatkan pertambahan berat
badan. Kebutuhan untuk pertumbuhan ini akan terpenuhi setelah kebutuhan hidup
pokok terpenuhi.
3. Kebutuhan untuk reproduksi merupakan kebutuhan ternak akan nutrisi untuk
melakukan proses reproduksi (perkawinan), kebuntingan, persiapan perkembangan
ambing, susu, dan lain sebagainya.
4. Kebutuhan untuk laktasi merupakan kebutuhan nutrisi diperlukan oleh ternak untuk
memproduksi air susu.
Pedoman Umum Pemberian Pakan Ternak Ruminansia
Secara umum, kebutuhan pakan ternak tergantung pada:
1. Ukuran ternak (berat badan atau besar-kecilnya ternak).
2. Umur ternak (anak, muda, dewasa).
3. Status fisiologis (menyusu, pertumbuhan, penggemukan, bunting laktasi/ menyusui, atau
kering).
4. Produksi (kenaikan berat badan, produksi susu, dan kapasitas kerja). Secara ringkas,
kebutuhan pakan di lapangan dapat dihitung dengan mudah dengan menggunakan
prinsip bahwa kebutuhan pakan ternak adalah 10% dari berat badan. Misalnya: ternak
kambing dengan berat badan 50 kg akan membutuhkan 10% x 50 kg = 5 kg pakan.
Khusus untuk ternak kambing, disarankan agar 5 kg pakan ini terdiri atas 70% (3,5 kg)
campuran rumput dan legum serta 30% (1,5 kg) campuran dedaunan dari semak-semak
ataupun pepohonan.
A. Pakan Sapi
Ketersediaan pakan yang cukup dan bergizi dapat memberikan kenaikan berat badan
yang maksimal. Sapi potong memerlukan makanan berupa hijauan dan pakan penguat
(tambahan). Hijauan terdiri atas rumput dan leguminosa (kacang-kacangan). Rumput yang
termasuk jenis unggul antara lain: rumput gajah, rumput raja (king grass), rumput setaria,
37
(jerami kacang tanah), lamtoro, glirisidae, turi, dan lain-lain. Standar kebutuhan hijauan
seekor sapi adalah 10% dari berat badannya, dengan perbandingan antara rumput dan
leguminosa adalah 5 : 1. Sebagai pakan tambahan dapat berupa campuran yang terdiri atas
dedak, jagung giling, dan bungkil kelapa dengan perbandingan 2 : 1 : 1, sebanyak 2% dari
berat badannya.
Cara pemberian pakan terbaik adalah dengan memberikan campuran hijauan dan
pakan tambahan secara bersamaan (pakan komplit / complete feed). Namun, dengan
pertimbangan ekonomi, maka pemberian pakan penguat/ pakan tambahan dapat diberikan
terlebih dahulu, setelah itu baru hijauan. Pakan diberikan ke ternak minimal 2x sehari.
Jika pemberian hijauan tidak memungkinkan (terutama pada musim kemarau), sapi
potong dapat diberi pakan jerami padi. Penggantian hijauan segar dengan jerami padi
umumnya akan menyebabkan ternak mengalami kekurangan nutrien (gizi), sehingga sangat
dianjurkan jerami padi diolah terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Tujuan dari
pengolahan jerami padi ini adalah untuk meningkatkan kualitas pakan tersebut. Saat ini ada
berbagai macam cara pengolahan jerami padi yang murah dan cukup mudah dilaksanakan,
misalnya: amoniasi, silase, jerami fermentasi, burger pakan, dan sebagainya.
Air minum harus disediakan setiap hari karena air minum penting dalam proses
pencernaan. Air minum yang diberikan harus bersih dan cukup (20 – 30 liter per hari).
Tabel 2.2. Rerata kebutuhan pakan sapi potong dengan pertambahan berat badan ±1 kg Berat badan sapi (kg) Konsentrat (kg) Rumput / hijauan (kg)
200 4,7 5,5 – 10
Bahan pakan dalam as fed; BK konsentrat 86% dan BK hijauan 20% Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi sapi potong per hari
Nutrisi Growing Finishing
Prinsip pemberian pakan pada ternak kambing menyerupai pada ternak sapi. Sedikit
perbedaannya adalah untuk ternak kambing, kebutuhan konsentrat dapat digantikan
sepenuhnya dari legum dan dedaunan. Secara umum, ternak kambing juga membutuhkan
38
pakan di setiap musim, sehingga andaikan berat kambing 50 kg maka hijauan yang
diberikan setiap harinya adalah:
a. Pada waktu musim hujan, kambing memerlukan hijauan 10 kg yang terdiri atas:
• Rumput dan legum 70% atau 7 kg.
• Semak 20% atau 2 kg.
• Daun pepohonan 10% atau 1 kg.
b. Pada waktu pertengahan musim kering, kambing memerlukan hijauan 5 kg yang terdiri
atas:
• Rumput dan legum 70% atau 3,5 kg.
• Semak 20% atau 1 kg.
• Daun pepohonan 10% atau 0,5 kg.
• Daun pepohonan masing-masing terdiri dari 1/3 bagian daun nangka, pepaya, dan waru sesuai dengan persediaan.
c. Pada waktu akhir musim kering, kambing memerlukan makan hijauan sama dengan
pada waktu pertengahan musim kering, yaitu 5 kg yang terdiri atas:
• Rumput dan legum 70% atau 3,5 kg.
• Semak 20% atau 1 kg.
• Daun pepohonan 10% atau 0,5 kg. Catatan:
1. Rumput, legum, daun semak, dan daun pepohonan sebaiknya dicampur sebelum
diberikan.
2. Pemberian dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari.
3. Pada musim kemarau (kering yang panjang lebih dari 8 bulan), dapat terjadi bahwa
pakan kambing hanya terdiri dari daun pepohonan saja.
Ternak dapat diberikan jerami palawija (jagung, kedelai, ketela pohon, dan lain-lain)
39
INDUK MENYUSUI
ANAK BELUM DISAPIH
ANAK SUDAH DISAPIH