• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN KEMBARAN 1 fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN KEMBARAN 1 fix"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN STRATA PHBS, FAKTOR RISIKO ISPA

DI KECAMATAN KEMBARAN

BLOK PUBLIC HEALTH AND COMMUNITY MEDICINE

KELOMPOK 3

Tutor: Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes.

Anggota Kelompok:

Ziyan Bilqis Amran G1A014003 Nirmala Muflihatul K G1A014015 Densy Nurtita F G1A012027 Yulandita Debi G1A014039 Nurullia Rahmawati G1A014051 Auzan Qostholani G1A014063 Rizkia Nauvalina G1A014075 Dyah Ayu Anstasya G1A014087 Laurensia Elsa Nihita G1A014099 Nadila Nur Pratiwi G1A014111

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN STRATA PHBS, FAKTOR RISIKO ISPA

DI KECAMATAN KEMBARAN

BLOK PUBLIC HEALTH AND COMMUNITY MEDICINE

KELOMPOK 3

Ziyan Bilqis Amran G1A014003 Nirmala Muflihatul K G1A014015 Densy Nurtita F G1A014027 Yulandita Debi G1A014039 Nurullia Rahmawati G1A014051 Auzan Qostholani G1A014063 Rizkia Nauvalina G1A014075 Dyah Ayu Anstasya G1A014087 Laurensia Elsa Nihita G1A014099 Nadila Nur Pratiwi G1A014111

Telah diperiksa, disetujui dan disyahkan:

Hari :

Tanggal :

Pendamping,

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini masih banyak memiliki problema kesehatan masyarakat. Kondisi di berbagai daerah di Indonesia masih sangat memprihatinkan, kesetaraan tingkat kesehatan lingkungan masih belum merata, padahal kesehatan lingkungan yang baik serta merata merupakan visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” yang telah dibuat oleh pemerintah.

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang dilaporkan kepada pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007).

Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi duatahun (>35%) (Depkes, 2012). Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita per lima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4% (Siswono, 2007).

(4)

menjadi 26,62% dan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 24,29%. Pada tahun 2008, angka ISPA di Jawa Tengah menjadi 23,63% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008).

Penderita ISPA di Puskesmas 1 Kembaran, Banyumas pada tahun 2013 mencapai 7000 orang dan menjadi peringkat pertama dari 9 penyakit lainnya (Dinkes Banyumas, 2013). Tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 6000 penderita (Dinkes Banyumas, 2014). Namun dalam kurun waktu 2 tahun tersebut ISPA tetap menjadi peringkat pertama penyakit yang diderita warga kecamatan Kembaran, Banyumas.

Faktor ekstrinsik atau lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi manusia dan juga kondisi luar manusia yang menungkinkan terjadinya penyakit (Budi, Eko, dkk, 2003). Rumah sehat merupakan salah satu faktor ekstrinsik. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Prabu, 2009). Sehingga kondisi rumah sangat mempengaruhi penyebaran penyakit menular (Kasim, 2009).

Faktor ekstrinsik lain yang mempengaruhi penyakit ISPA adalah perilaku merokok. Perilaku merokok sangat berbahaya bagi tubuh, bisa menimbulkan berbagai penyakit. Perokok pasif lebih beresiko tinggi terkena penyakit daripada seorang perokok aktif (Oetama, 2012). Perokok pasif dapat menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia, sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), bronchitis, pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma (Sualangi, 2012). Asap rokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan terjadinya ISPA (Prabu, 2009).

(5)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Identifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya penyakit ISPA di wilayah pedesaan. Faktor risiko yang diidentifikasi meliputi faktor risiko biologi, fisik, kimia dan faktor risiko non fisik (perilaku, gaya hidup, sosial, ekonomi, dll).

2. Tujuan Khusus

 Mahasiswa mampu melakukan penilaian pengetahuan masyarakat mengenai penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

 Penilaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tataran rumah tangga.  Mahasiswa mampu melakukan metode pengumpulan, pengolahan, analisis,

penyajian dan pelaporan data secara benar sesuai prinsip-prinsip epidemiologi deskriptif.

 Mahasiswa mampu menjelaskan metode rapid survey sebagai salah satu metode pengumpulan data/informasi dari sebagian populasi yang dianggap mewakili (representative).

C. Manfaat

1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam mengintegrasikan konsep determinan, upaya promotif dan preventif dengan menerapkan prinsip-prinsip pendekatan survey epidemiologi;

2. Melatih mahasiswa untuk melakukan komunikasi secara langsung ke masyarakat desa;

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melakukan penilaian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara observasi langsung dan wawancara;

4. Melatih mahasiswa untuk melakukan penilaian pengetahuan masyarakat tentang ISPA;

(6)

6. Memperdalam pemahaman mahasiswa tentang metode rapid surveymelalui penerapan langsung di lapangan.

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Geografi Kecamatan Kembaran

Kecamatan Kembaran merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 25,92 km2 dan berada pada ketinggian 73,6 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.834 mm per tahun. Sedangkan batas wilayah Kecamatan Kembaran adalah sebagai berikut:

(7)

 Sebelah Timur : Kecamatan Purbalingga  Sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur

Kecamatan Kembaran terdiri dari 16 desa, 8 desa, di wilayah Puskesmas I Kembaran dan 8 desa lainnya di wilayah Puskesmas II Kembaran, yang berada di wilayah Puskesmas I Kembaran terdiri dari 21 dukuh, 35 RW, dan 182 RT. Desa terluas adalah Desa Linggasari yaitu 229.548 ha dan desa tersempit adalah Desa Karangsoka dengan luas wilayah 73.367 ha. Sedangkan dilihat dari jaraknya desa terjauh adalah desa Tambaksari yaitu berjarak 3,5 km dari pusat kota Kembaran dan desa terdekat dengan jarak 0,5 km.

Pemanfaatan tanah di Kecamatan Kembaran adalah sebagian besar luas tanah di Kecamatan Kembaran adalah sebagian besar luas tanah merupakan tanah sawah, untuk rincian lebih jelas adalah sebagai berikut:

 Tanah sawah : 789.667 ha  Tanah pekarangan : 165.326 ha  Tanah kebun : 130.961 ha  Kolam : 7.840 ha  Lain-lain : 70.722 ha

B. Demografi Kecamatan Kembaran 1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kembaran tahun 2015 adalah sebnayak jiwa 37.519 yang terdiri dari 19.085 jiwa laki-laki atau sebesar 50,87% dari total penduduk, dan 18.434 jiwa adalah perempuan atau sebesar 49,13% dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 8.547 KK, sedangkan sex ratio adalah 1,03. Jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Dukuhwaluh yaitu 8.941 jiwa atau sebesar 13,83% dari total pendduk Kembaran, keadaan ini disebabkan desa Dukuhwaluh dekat dengan kota Purwokerto dan ada perguruan tinggi (Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Jumlah penduduk terendah adalah desa Karangsoka yaitu sebessar 1.979 jiwa atau sebesar 5,27%. Lebih jelasnya pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 1.

(8)

Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Kembaran terbagi menjadi 16 kelompok umur. Jumlah penduduk menurut kelompok umur tersebut cukup bervariasi.

Penduduk terbanyak adalah pada kelompok umur 65-69 tahun yaitu sebanyak 2.689 jiwa atau sebesar 7,16% dari total penduduk yang ada. Lebih jelasnya jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 3.

Menurut komposisi jumlah penduduk, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Kembaran adalah kelompok umur tua yang merupakan umur ketergantungan atau usia tidak produktif. Sedangkan umur 55-59 tahun adalah kelompok umur terendah yaitu sebesar 554 jiwa atau 1,48% dari jumlah seluruh kelompok umur penduduk Kecamatan Kembaran.

3. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kecamatan Kembaran adalah sebesar 3.220 jiwa/km2. Desa terpadat adalah Desa Dukuhwaluh yaitu sebesar 4.518 jiwa/km2, sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terendah adalah Desa Linggasari yaitu 2.648 jiwa/km2 dan untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk tiap desa dapat dilihat pada tabel 1.

C. Sosial Ekonomi Dan Budaya 1. Agama

Masyarakat Kecamatan Kembaran sebagian besar adalah pemeluk agama Islam yaitu sebanyak 36.477 jiwa atau sebesar 99,63% dari total pemeluk agama yang ada dan sisanya adalah pemeluk agama Katolik, dan Protestan. Rincian masing-masing jumlah pemeluk agama di Kecamatan kembaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Agama Jumlah jiwa Presentase (%)

1 Islam 37.363 99,58

2 Khatolik 101 0,27

3 Protestan 55 0,15

4 Hindu 0 0

5 Budha 0 0

TOTAL 37.519 100,00

(9)

2. Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk Kecamatan Kembaran adalah buruh tani yaitu sebanyak 3.547 dari jumlah keseluruhan penduduk usia di atas 10 tahun ke atas atau sebesar 14,84% dari 23.904 penduduk usia 10 tahun keatas.

Mata pencaharian paling sedikit adalah nelayan yaitu sebanyak 4 orang (0,016%). Adanya penduduk bermata pencaharian nelayan disebabkan karena Kecamatan Kembaran dekat dengan Kabupaten cilacap yang mempunyai laut. 3. Pendidikan Penduduk

Penduduk Kembaran berdasarkan data yang ada terbanyak adalah tamat SD/MI. jumlahpenduduk yang tamat SD sebanyak 10.790 jiwa atau 28,76% dari total penduduk usia 10 tahun ke atas, sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Perguruan Tinggi hanya sebesar 1.640 jiwa atau 4,37%. Rincian jumlah penduduk menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.

BAB III

ANALISIS SITUASI DAN PEMILIHAN MASALAH

(10)

Puskesmas sebagai lembaga milik pemerintah berperan sebagai ujung tombak terdepan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya, puskesmas mengadakan upaya kesehatan masyarakat yang esensial dengan enam program kesehatan yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan Ibu dan anak termasuk KB, perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota di bidang kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat memerlukan upaya yang sifatnya inovatif disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

Dilihat dari masih rendahnya derajat kesehatan, pembangunan kesehatan di Kecamatan Kembaran belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan hasil kegiatan petugas kesehatan lingkungan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Rumah Sehat

Jumlah seluruh rumah yang ada di kecamatan Kembaran yaitu 7.954, namun hanya 64,2% atau 4.550 rumah yang digolongkan rumah sehat. Dengan rincian di desa Tambaksari 688 rumah sehat, desa Bantawuni 489 rumah sehat, Desa Dukuhwaluh 1.245 rumah sehat, Desa Karangsoka 113 rumah sehat, Desa Karangsari 415 rumah sehat, Desa Kembaran 612 rumah sehat, Desa Purbadana 290 rumah sehat, dan Desa Linggasari 698 rumah sehat.

2. Persediaan Air Bersih

Dari 9.289 KK yang diperiksa, yang sudah memiliki persediaan air bersih sendiri sebanyak 6.765 atau sebesar 72,8%. Dengan rincian di Desa Tambaksari 644 KK, Desa Bantarwuni 725 KK, Desa Dukuhawaluh 2.109 KK, Desa Karangsoka 315 KK, Desa Karangsari 636 KK, Desa Kembaran 928 KK, Desa Purbadana 680 KK, dan Desa Linggasari 728 KK.

3. Jamban Sehat

(11)

Dengan rincian di Desa Tambakasari 88 KK, Desa Bantarwuni 102 KK, Desa Dukuhwaluh 1.149 KK, Desa Karangsoka 202 KK, Desa Karangsari 238 KK, Desa Kembaran 304 KK, Desa Purbadana 367 KK, dan Desa Linggasari 586 KK. 4. Pengolahan Air Limbah

Dari 8.250 KK yang diperiksa, pengolahan limbah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 4.788 KK atau 58%. Degan rincian di Desa Tambaksari 688 KK, Desa Bantarwuni 489 KK, Desa Dukuhwaluh 1.245 KK, Desa Karangsoka 223 KK, Desa Karangsari 331 KK, Desa Kembaran 688 KK, Desa Purbadana 335 KK, dan di Desa Linggasari 789.

5. Tempat Sampah

Dari 8.250 KK yang diperiksa, yang memiliki tempat sampah adalah 9.289 KK atau sebesar 112,6%, hal ini menunjukkan sudah separuh lebih masyarakat memiliki tempat sampah. Dengan rincian di Desa Tambaksari 611 KK, Desa Bantarwuni 549 KK, Desa Dukuhwaluh 1.036 KK, Desa Karangsoka 274 KK, Desa Karangsari 477 KK, Desa Kembaran 836 KK, Desa Purbadana 491 KK, dan Desa Linggasari 953 KK.

6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk Aedes

Jumlah rumah atau bangunan yang ada pada tahun 2014 sebanyak 8.055. Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa jentik aedes 5.069 (62,93% dari jumlah rumah/bangunan yang ada), sedagkan rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes 4.753 (93,77%). Dengan rincian di desa Tambaksari 576 rumah, desa Bantarwuni 225 rumah, desa Dukuhwaluh 1.332 rumah, desa Karangsoka 133 rumah, desa Karangsari 732 rumah, desa Kembaran 1.082 rumah, desa Purbadana 500 rumah, dan desa Linggasari 173 rumah.

(12)

Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma), dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi), dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang adanya ventilasi, lembab basah, dan kepadatan penghuni). (Depkes, 2002)

Tabel dibawah ini merupakan jenis penyakit dengan penderita paling banyak di Puskesmas 1 Kembaran.

No Jenis Penyakit Jumlah

1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas 6.851

2 Dispepsia 1.566

3 Myalgia 1.475

4 Demam yang tidak diketahui sebabnya

1.379

5 Hypertensi 1.251

6 Gangguan Neurotik lain 1.161

7 Pharyngitis 745

8 Dermatitis 704

9 Conjungtivitis 638

10 Diare 617

Tabel 2. Jenis Penyakit Berdasarkan Jumlah Penderita tahun 2014

Sumber : Profil Kesehatan Pusekesmas 1 Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2014

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh praktik lapangan kelompok 3, didapatkan hasil sebagai berikut

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

(13)

10

40

SKOR PHBS

Sehat Pratama Sehat Madya Sehat Utama Sehat Paripurna

(14)

2. Tabulasi Faktor Risiko ISPA

No Nama Responden

Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2

1

1 Arfan maulana 1 1 1 1 1 1

2 Cakra 1 1 1 1 1 1

3 Rehan 1 1 1 1 1 1

4 Kania 1 1 1 1 1 1 1

5 Nayla 1 1 1 1 1 1

6 Lingling 1 1 1 1 1 1

7 Rifki 1 1 1 1 1 1

8 Fahri aziz 1 1 1 1 1 1

9 Ervan 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 Karnoto 1 1 1 1 1 1

11 Adilla 1 1 1 1 1 1 1

12 Intan nurul 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 Ghani 1 1 1 1 1 1 1

14 Syahdad Abil 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Refan 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 Doni maulana 1 1 1 1 1 1 1

17 Nur kholis 1 1 1 1 1 1 1 1

18 Lulu amnah 1 1 1 1 1 1 1 1

19 Ghani al fikri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

(15)

21 Radin 1 1 1 1 1 1 1 1 1

No Nama Responden

Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2

1

22 Aghisna 1 1 1 1 1 1 1

23 Atawidjan 1 1 1 1 1 1 1

24 Naila prihatiningsih 1 1 1 1 1 1 1 1

25 Rahma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 Fauza K M 1 1 1 1 1 1 1 1 1

27 Dida 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

28 Farhan 1 1 1 1 1 1

29 Irma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 Yusup 1 1 1 1 1 1 1 1 1

31 Salsabila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

32 Tri marcela 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

33 Fani 1 1 1 1 1 1 1

34 Mukhlis 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35 Redy Dwi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36 Drajat 1 1 1 1 1 1 1 1

37 Faza mina 1 1 1 1 1 1

38 Bintang hafis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 Dina ramadhani 1 1 1 1 1 1 1

40 Rifqi zidan al faizi 1 1 1 1 1 1 1 1

41 Rifki M Nur Fikri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

42 Atikah Fauziah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

43 Farrant Putra Rayzan 1 1 1 1 1 1 1

(16)

45 Karista 1 1 1 1 1 1 1 1 1

No Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20 21Pernyataan 2 2 46 Ridwan Abdilah Fauzi 1 1

47 Wiji Al Kautsar 1 1 1 1 1

48 Selvi Mukti Nur Hasanah 1 1 1 1 1 1 1 1

49 Vania 1 1 1 1 1 1

50 Aprillia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

(17)

Keterangan:

1. Tidak menerima ASI

2. Tidak mendapatkan imunisasi lengkap 3. Sering makan gorengan

4. Sering mengonsumsi MSG 5. Terpapar rokok di dalam rumah 6. Tidak berolahraga secara rutin 7. Istirahat tidak cukup

8. Tidak mencuci tangan setelah BAB 9. Tidak menutup mulut saat bersin/batuk 10. Tidak memakai masker

11. Tidak pergi ke dokter saat sakit

12. Terdapat anggota keluarga lain penderita ISPA

13. Biasa menjemur kasur berbedu dan memukul-mukulnya 14. Ventilasi tidak sesuai

15. Lantai tidak kedap air 16. Pencahayaan tidak cukup

17. Luas rumah tidak sesuai dengan jumlah penghuni 18. Sering membakar sampah

19. Rumah dekat dengan jalan raya 20. Rumah dekat dengan pabrik 21. Memakai obat nyamuk

B. Pembahasan

(18)

a) Terkait Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah Rokok di Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kembaran Tahun 2015.

b) Terkait Konsumsi Gorengan

konsumsi tidak konsumsi

(19)

c) Terkait Frekuensi Konsumsi MSG

sering konsumsi tidak sering konsumsi 0

Gambar 4. Jumlah Responden yang Mengonsumsi MSG di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kembaran Tahun 2015.

d) Terkait Penderita ISPA Lain di Dalam Rumah

ada penderita lain tidak ada penderita lain 0

(20)

e) Terkait Penderita ISPA yang Tidak Menggunakan Penutup Mulut Saat Sakit

memakai masker tidak memakai masker 0

Gambar 6.Jumlah Responden yang Tidak Menggunakan Penutup Mulut Saat Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kembaran Tahun 2015.

f) Terkait Kebiasaan Memukul Kasur Berdebu

sering tidak

(21)

Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit ISPA pada masyarakat. Hal ini berhubungan dengan host, agent, dan environment. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian ISPA antara lain :

1. Ventilasi Rumah

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis (Keman, 2004). Ventilasi disamping berfungsi sebagai lubang pertukaran udara juga dapat berfungsi sebagai lubang masuknya cahaya alami atau matahari ke dalam ruangan. Kurangnya udara segar yang masuk ke dalam ruangan dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan resiko kejadian ISPA. Adanya pemasangan ventilasi rumah merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA (Nindya dan Sulistyorini, 2005). Ventilasi merupakan determinan dari kejadian ISPA pada anak balita. Adapun besarnya risiko untuk terjadinya ISPA pada anak balita yang menempati rumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 2,789 kali lebih besar dari pada anak balita yang menempati rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat (Chandra, 2007).

2. Kepadatan Hunian

(22)

dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun (Yusuf, 2008). 3. Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya yang cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela minimum 20% luas lantai. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri patogen di dalam rumah misanya, basil TB. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan kaca berwarna (Suryo, 2010).

4. Kebiasaan merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dalam meningkatkan resiko untuk terkena penyakit kanker paru-paru, jantung koroner dan bronkitis kronis. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Asap rokok merupakan zat iritan yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan. Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Kebiasaan merokok di dalam rumah dapat meningkatkan resiko terjadinya ISPA sebanyak 2,2 kali (Suryo, 2010).

5. Imunisasi

(23)

cegah. Di india, anak yang baru sembuh dari campak, selama 6 bulan berikutnya dapat mengalami ISPA enam kali lebih sering dari pada anak yang tidak terkena campak. Campak, pertusis, dan difteri bersama-sama dapat menyebabkan 15-25% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan ISPA. Vaksin campak cukup efektif dan dapat mencegah kematian hingga 25% usaha global dalam meningkatkan cakupan imunisasi campak dan pertusis telah mengurangi angka kematian ISPA akibat kedua penyakit ini.Vaksin pneomokokus dan H. Influenzae type B saat ini sudah di berikan pada anak anak dengan efektivitas yang cukup baik.

6. Status gizi

(24)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan survei yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mayoritas strata perilaku hidup bersih dan sehat keluarga penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas 1 Kembaran tergolong strata sehat madya.

2. Faktor risiko terbesar pada penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas 1 Kembaran antara lain:

a. Terpapar dengan asap rokok di dalam rumah

b. Seringnya mengonsumsi gorengan atau makanan berminyak lainnya c. Seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung MSG

d. Adanya keluarga lain yang menderita ISPA e. Tidak menutup mulut dengan masker saat sakit

(25)

1%

Total

Tidak ASITidak Imunisasi Makan Gorengan

Gambar 8. Persentase Jumlah Faktor Risiko ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kembaran Banyumas 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Budiman, (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. (2002). Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

Depkes RI. (2004). Pedoman Program Pemberantasan Peneumonia Pada Balita.Jakarta : Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Pemukiman.

Depkes RI. (2012). Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2013. Profil Kesehatan Pusekesmas 1 Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2013.Purwokerto.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2014. Profil Kesehatan Pusekesmas 1 Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2014.Purwokerto.

(26)

Keman S. (2004). Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1: 30-43.

Nindya TS dan Sulistyorini L. (2005).Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2:43-52.

Oetama, F. (2012). Pengertian merokok. Terdapat pada : http://www.faoezioetama.wordp ress.com/ (diakses tanggal 25 Juni 2015).

Prabu. (2009). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Terdapat pada : http://www.putraprabu.wordpres s.com/ (diakses tanggal 25 Juni 2015).

Prabu. (2009). Rumah sehat. Terdapat pada : http://www. putraprabu.wordpress.com/ (diakses tanggal 25 Juni 2015).

Siswono. (2007). Kejadian ISPA pada balita. dari: http://www.suarapembaruan.com. Diakses tanggal 25 Juni 2015.

Sualangi, A. (2012). Bahaya merokok bagi kesehatan. Terdapat pada : http://www.anggunfsualangi.blo gspot.com/ (diakses tanggal 25 Juni 2015).

Suryo, Joko (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka.

Gambar

Tabel 2. Jenis Penyakit Berdasarkan Jumlah Penderita tahun 2014
Gambar 1. Skor PHBS Responden Penderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas 1
Gambar 2. Jumlah Responden Terpapar Asap Rokok dan Tidak Terpapar Asap
Gambar 5.Jumlah Responden yang Memiliki Anggota Keluarga Penderita ISPA di
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan angket diperoleh hasil bahwa etika bermasyarakat remaja usia 13-19 Tahun di RT.03 dan RW 04 Desa Adi Dharma Kecamatan Gunung Jati Kabupaten

Capabilities Manual Manual Procedures Procedures Manual Manual Procedures Procedures Technology Technology Architecture Architecture Technology Technology Architecture

• Use Case Delete Barang : memuat proses hapus barang yang dilakukan oleh admin ke dalam sistem, dalam hal ini ke database Logistik pada tabel Barang. • Use Case Cari Barang :

Maka terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kecerdasan integral dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP

Judul skripsi : REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN PENERBITAN SUKUK KORPORASI DI INDONESIA Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi yang saya buat ini adalah benar-

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa sholawat serta salam

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Mahabaik atas limpahan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul PENGARUH KONSENTRASI BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) SEBAGAI TAMBAHAN BAHAN MAKANAN TERHADAP