• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan dan unjuk rasa mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kekerasan dan unjuk rasa mahasiswa"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEKERASAN DALAM UNJUK RASA MAHASISWA

Ir. Jaya Arjuna, M.Sc.

Medan Perjuangan Sebelum Jadi Mahasiswa

. Kita tidak mengingkari bahwa pada zaman penjajahan, para pemuda berjuang sangat keras, gigih bersemangat tidak takut mengorbankan harta bahkan nyawa demi negara dan bangsanya. Tatkala mereka berhasil memerdekakan bangsa, maka sangat wajar kalau diberi gelar pahlawan. Baik yang gugur maupun yang sempat menikmati zaman kemerdekaan. Atas jasa mereka menghancurkan dan mengusir penjajah, kita bisa hidup dalam negara yang kita impikan. Bebas dari belenggu penjajahan baik fisik maupun mental. Tanah air yang memendam harta berlimpah diharapkan bisa dibangun bagi kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dan adil yang mensejahterakan.

Tiap zaman menciptakan pahlawan. Mungkin hanya musuh dan medan perangnya yang berbeda. Namun nilai perjuangannya tetap sama. Anak-anak sekarang juga berjuang sangat keras menghadapi musuh yang bentuk serta wilayah yang sangat luas. Pertarungan satu lawan satu atau keroyokan pada setiap waktu dan kesempatan. Tidak ada detik dan menit yang terlewat. Sehingga wajar bila seorang anak yang berhasil tamat SMU dan masih tetap jadi anak baik sesuai dengan harapan orang tuanya, juga diberi gelar pahlawan.

Anak sekarang mulai dari bayi sudah menghadapi perjuangan keras. Musuhnya sangat banyak dan bisa berada dimana dan bentuk apa saja. Sebagian besar bahkan sangat berbahaya dan mematikan. Sang bayi harus berhadapan dengan keinginan ibunya untuk menambah pendapatan keluarga atau ingin tetap cantik dalam memperebutkan Asi. Makanan susu kaleng dihidangkan tanpa anak mampu membantah, padahal memiliki kandungan racun yang mematikan. Makanan harian serta jajanan sekolah juga merupakan musuh yang mampu melemahkan syarafnya karena kandungan bahan yang merugikan kesehatan.

(2)

2 Demonstrasi dan Unjuk Rasa

Di seantero dunia, unjuk rasa itu merupakan ciri melekat pada mahasiswa. Sukarno menyatakan dapat mengubah dunia bila diberikan sepuluh pemuda. Peran unjuk rasa mahasiswa untuk merubah suatu keadaan di negara manapun memang sangat signifikan. Unjuk rasa merupakan protes yang dilakukan secara massal yang istilah kerennya adalah demonstrasi. Protes, demonstrasi dan unjuk rasa sebenarnya merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pendapat, dan jelas bukan merupakan cara untuk melepaskan kemarahan, kegeraman, kegusaran atau unjuk kekuatan fisik. Demonstrasi dilakukan bila jalur komunikasi sudah tidak lagi terjalin dengan baik. Demonstrasi juga bisa hanya sedekar mencari perhatian, meningkatkan nilai tawar atau memang untuk menekan pihak yang didemonstrasi.

Demonstrasi yang baik biasanya memiliki isu yang akan dikomunikasikan sebagai tema perjuangan. Tujuannya dipahami para demonstran dan perilaku peserta mampu dikordinir dengan baik. Setiap demonstran harus bisa menjawab tujuan melakukan demonstrasi, pesan apa yang akan disampaikan, siapa yang jadi target penerima pesan, apa yang ingin dicapai, mengapa ikut sebagai demonstran dan apa dukungan atau simpati yang akan digalang dari masyaralat. Karena untuk menyampaikan pesan, maka demonstran tentunya tidak perlu menampilkan kesan sangar, penuh amarah dan siap melibas siapa saja yang tidak akomodatif atau partisipatif.

Fakta juga menunjukkan bahwa kredibilitas dan nilai perjuangan yang disampaikan pada suatu demonstrasi dapat melorot bila para demonstran tidak tahu tujuan demonstrasi secara jelas. Istilah demonstran bayaran, demonstran pesanan, demonstran zombie mulai melunturkan citra suatu “episode” demonstrasi pada sebagian besar bangsa kita saat ini. Mulai pulalah demonstrasi dikaitkan dengan kata-pesan politik, kata ongkos, jumlah kumpulan massa terkordinasi, tingkat dan wujud kemarahan, pola provokasi, lingkar pengamanan, jumlah korban luka-luka dan bahkan korban jiwa, tingkat dan luas kemacetan lalu lintas, efek ketakutan terhadap masyarakat, jumlah dan nilai kerusakan dan sebagainya. Demonstrasi bahkan seakan sudah menjadi arena perang campuh. Demonstrasi dapat jadi alat melawan pejabat korup dan fir’aunis dengan kejahatannya. Di satu sisi pejabat juga punya alat ampuh membungkam demonstran dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Kekerasan dalam Demonstrasi dan Unjuk Rasa

Karena ada dua pihak yang berseberangan, maka hampir disetiap unjuk rasa akan ada perbenturan. Perbenturan sebenarnya bisa dihindari kalau kedua belah pihak tetap mengemukakan akal sehat. Bila tidak, perbuatan anarkis dan premanisme akan terjadi. Tidak ada lagi beda rasional dan emosional, konstruktif dan destruktif, orang tua dan anak-anak, budi pekerti dan kezaliman. Yang ada hanyalah dendam, dan lawan yang harus dikalahkan. Dari sisi psikologi massa, pribadi dan jati diri demonstran biasanya akan lebur dan hanyut dalam gerakan sekelompok massa. Hal semustahil dan setidak logik apapun bisa membuat kerumunan masa jadi histeris dan brutal, sehingga secara tidak sadar Sepenuhnya akan melakukan aksi anarkis. Bila pihak berseberangan membuat aksi perlawanan, diam saja atau pihak aparat melakukan tindakan yang dianggap responsif, maka kualitas dan pelampiasan amarah bisa makin meningkat.

(3)

3 dukungan dari masyarakat luas. Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa saat ini terkesan kurang terkelola dengan baik, struktur organisasi tidak jelas, ikatan sesama demonstran kurang kuat, tujuan tidak dipahami atau belum disepakati bersama, tidak ada yang di”tua”kan sehingga kontrol terhadap demonstran lemah. Apabila ada yang memicu perilaku anarkis, maka para demonstran akan bingung. Dalam situasi “rusuh” mereka tidak tahu berbuat apa. Dapat saja terjadi benturan sesama demonstran, atau antara demonstran dengan masyarakat umum. Dalam situasi tidak terkendali, sifat agresif akan muncul. Tindakan anarkis dan destruktif akan terjadi berskala naik seperti memaki, melempar, membakar, menghancurkan. Korbannya tentu saja fasilitas di lokasi target baik milik pribadi maupun umum.

Bila dikaji dari segi pelakunya, perilaku anarkis dalam berdemonstrasi bisa saja hanya sebagai perwujudan frustasi atau munculnya sikap alam bawah sadar pelaku demonstrasi yang selama ini terpendam dalam. Perjuangan berat sedari bayi hingga melewati masa remaja yang selama ini merupakan diorama dan terpatri dalam hati, akan terbangkitkan dalam gejolak massa. Jadilah demonstrasi sebagai pelapisan kegeraman atau perlawanan. Apalagi media massa cetak dan elektronik juga selalu menampilkan perilaku kekerasan atau contoh langsung kerumunan masa yang berbuat anarkis. Bahkan ada yang menyorot demonstran seakan menjadikannya sebagai pejuang. Potensi perlawanan atau ingin jadi pahlawan yang ada dalam dirinya akan terbangkitkan. Atau mungkin juga sebagai upaya menirukan apa yang pernah dilihatnya. Bangkitlah amarah demonstran beringas, bahkan terkadang tidak memahami apa yang jadi alasan mengapa dia ikut demonstrasi dan melakukan perbuatannya.

Bergabunglah kelompok kaum frustasi dan yang telah atau merasa terzalimi. Bergabunglah kelompok yang ingin menyampaikan pesan untuk mencapai tujuan dengan kelompok yang tersulut emosi. Mungkin juga ada yang coba memunculkan jati diri palsu yang jadi obsesinya karena dipupuk kondisi lingkungannya. Menyatulah rasa perlawanan atas kekalahan yang selalu mewarnai kehidupannya dalam persaingan demi persaingan pada setiap episode hidupnya selama ini. Kalah jadi juara kelas, kalah memperebutkan sekolah favorit, kalah dalam persaingan cinta, kalah dalam merebut perhatian orang tua atau saudara, kalah dalam memiliki asesoris pergaulan. Berhamburanlah rasa kecewa karena selalu dilarang atau selalu tidak bisa memenuhi keinginan. Bercampurlah benci dan dendam terhadap kondisi kehidupan. Bila katup kontrol diri terlepas karena teriakan atau semangat yang dikobarkan, tidak sesiapa lagi yang dihargai. Bahkan nyawa sendiri juga dianggap sebagai belenggu kebebasan fikiran. Hilang kesadaran dan akal sehat. Berlakulah kekerasan.

Penutup

Demonstrasi dengan kekerasan biasanya dipicu semangat kebersamaan semu. Merasa memiliki identitas yang sama karena bergerak bersama. Merasa akan tersisih dari kelompok bila tidak berbuat bersama, atau merasa pahlawan bila bisa berbuat lebih hebat dari yang lain. Berat memang perjuangan untuk tidak terlibat dalam arus demonstran kalau ada potensi perlawanan dalam jiwa yang belum tuntas. Dalam proses menuju dewasa, ikut terlibat dalam demonstrasi mungkin perlu diukir dalam sejarah hidup. Bagaimana berperan jadi pimpinan atau jadi anak buah yang baik. Bagaimana mengatur dan mengkondisikan keadaan. Bagaimana bereaksi dengan perubahan dan suasana yang tidak terduga. Ada berbagai ilmu yang dapat direguk bila pernah jadi demonstran. Keren lagi.

(4)

4 Namun ada hal yang tidak perlu perlu dimasukkan dalam catatan kehidupan, yaitu pernah jadi pelaku tindak anarkis. Pembentengan ini hanya dapat dilakukan bila mahasiswa memiliki jati diri yang kuat karena dibentuk kondisi kehidupan harmonis, tidak dalam lingkaran kecemasan atau ketakutan. Percaya diri karena mengetahui potensi diri dan membangun kemandirian yang didasari etika dan moral. Mahasiswa yang tidak terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan tidak akan pernah dapat menguji apakah dia memiliki potensi perilaku anarkis, atau memang hanya ditakdirkan sebagai pelengkap pelaku dan keterangan tempat dalam sejarah kehidupannya. Mahasiswa yang tidak pernah terlibat gerakan juga tidak pernah memiliki kesempatan menguji potensi kepemimpinan yang dimilikinya.

Jadi pemimpin dimasa mendatang tidak mudah. Pada era komunikasi dan masyarakat makin melek informasi serta menjunjung nilai demokrasi, unjuk rasa dapat saja jadi budaya bangsa. Perilaku ini sudah berlaku sejak dulu di ranah tercinta ini dengan adanya kata bijak yang mengatakan raja baik raja disembah, raja lalim raja disanggah. Sudah saatnya membina diri untuk tidak jadi fir’aun. Merasa paling berkuasa sehingga tidak bisa disanggah atau dibantah, padahal citra manusia modern justru ditampilkan dengan keluesan berbeda pendapat. Merasa paling dibutuhkan sehingga semua kedaulatan harus berada dipundaknya, dan tidak mau berbagi kekuasaan dengan orang lain. Pimpinan yang baik saat ini justru dicirikan dari kemampuan berbagi kewenangan dan tanggung jawab. Jangan menganggap paling berjasa karena merasa semua orang telah disejahterakan, padahal rezeki datangnya dari Tuhan. Perilaku korupsi dan menjerahap yang bukan menjadi hak, sebenarnya adalah perilaku hewan dan termasuk bukan budaya manusia beradab. Bila kita semua berlaku sebagai manusia yang memanusiakan manusia, tidak akan ada demonstrasi dan tidak ada kekerasan. Apalagi demonstrasi yang diwarnai kekerasan.

Medan, 11 Juni 2009

Ir. Jaya Arjuna, M.Sc.

Kordinator Bidang Advokasi Sastra Himpunan Sarjana Kesusateraan Indonesia (HISKI) Sumut, Ketua Dewan Direktur Pusat Pengkajian Pembangunan Regional Sumatera Utara

Dosen Fakultas Teknik USU

Catatan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional a. kekerasan = perihal yang bersifat keras; perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan

cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik, atau barang orang lain; paksaan b. unjuk rasa = pernyataan protes yang dilakukan secara massal; demonstrasi

c. implikasi = keterlibatan atau keadaan terlibat d. berimplikasi = mempunyai hubungan keterlibatan e. aspek = tanda

Referensi

Dokumen terkait

 Articles “a” dan “an” hanya digunakan untuk benda yang dapat dihitung (countable nouns) agar menunjukkan jumlahnya yang tunggal..  Articles “a” dan “an” tidak

 Umumnya, noun yang dipasangkan kata adjectives berakhiran –ed adalah benda yang dilakukan sesuatu padanya, dan noun yang dipasangkan kata adjetcives berakhiran –ing adalah

Fitur yang dibuat pada aplikasi ini yaitu dapat melihat detail data dari suatu penyakit kronis, mampu mengidentifikasi penyakit berdasarkan gejala yang diinputkan oleh

Dari hasil analisis, stadium yang telah ditetapkan FIGO merupakan faktor penentu prognosis yang utama dan sangat berpengaruh dalam menentukan baik buruknya kesintasan kanker

XIII Koto Kampar yang telah dilaksanakan di Aula Puskesmas Gunung Bungsu pada tanggal 29 Februari 2020 dalam bentuk sosialisasi edukasi secara interaktif mengenai

Pada awal kegiatan dilakukan pengkajian terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang terkait perilaku merokok dan penggunaan NAPZA dengan memberikan bebarapa

Tentu untuk jaringan yang rumit, dibutuhkan konfigurasi routing yang kompleks untuk menghubungkan PC1 dengan PC2, karena diantara dua host tersebut terdapat beberapa

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai yang diperoleh yaitu sebesar C = 0,50 dan Cmaks = 0,81 maka data Cmaks tersebut selanjutnya