• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA, CHLORELLA SP DAN TUBIFEX SP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN KOMET (Carassius auratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA, CHLORELLA SP DAN TUBIFEX SP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN KOMET (Carassius auratus)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA, CHLORELLA SP DAN TUBIFEX

SP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA

IKAN KOMET (Carassius auratus)

NATURAL FEEDING ARTEMIA SP, CHLORELLA SP AND SP TUBIFEX TO GROWTH

AND SURVIVAL LARVAE FISH COMET (Carassius auratus).

Hendra Septian

1)

, Hastiadi Hasan

(2)

Farida

(3)

1. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

2.

Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

3.

Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

hendraseptian@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pakan alami yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva pada ikan komet. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Hanafiah (2012), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan adalah Perlakuan A, pakan alami kuning telur (kontrol), Perlakuan B, pakan alami Artemia sp, Perlakuan C, pakan alami Chlorella sp, Perlakuan D, pakan alami Tubifex sp Hasil penelitian menunjukkan perlakuan. Hasil pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan panjang mutlak dan kelangsungan hidup terbaik terdapat pada perlakuan (B) Pakan Alami Artemia sebesar 0,23 g 1,16 cm dan 84,00 %.

Kata Kunci : Pakan Alami, Larva Komet, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.

ABSTRACT

This study aims to determine the best type of natural food to support the growth and survival of fish larvae in komet. Research using a completely randomized design (CRD) according to Hanafi (2012), which consists of 4 treatments and 3 replications. The composition of the treatment is treatment A, a natural food yolk (control), treatment B, natural feed Chlorella sp, Treatment C, natural feed Artemia sp, Treatment D, natural feed Tubifex sp results showed treatment. The result of the growth of specific weight, length growth and survival absolute best there is in treatment (B) Natural Feeding Artemia amounted to 0,23 g, 1,16 cm and 84.00 %.

(2)

PENDAHULUAN

Budidaya ikan hias air tawar ternyata mampu memberikan kehidupan bagi banyak orang yang menekuninya. Selain orang suka akan keindahan ikan hias ini, banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan ikan hias yang jenisnya bermacam-macam. Tidak jarang beberapa petani yang semula menekuni budidaya ikan konsumsi beralih menekuni budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena peluang usaha dan potensi ekonomis budidaya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi. Ikan komet berasal dari Cina, dengan nama asing goldfish. Ikan tersebut hidup di sungai dan daerah kawasan hulu dan hilir bahkan dimuara. Kemudian ikan komet banyak diminati karena keindahan warna, bentuk tubuh yang cantik bagian sirip lebih panjang. Selain itu ikan komet merupakan ikan yang mudah dipelihara baik itu dikolam maupun di akurium dengan padat tebar yang tinggi. Namun dibalik segala kelebihannya ikan komet termasuk ikan yang sulit dibudidayakan terutama pada fase larva (Indartiet al,2012).

Larva ikan komet membawa cadangan makanan (energy) dalam bentuk kuning telur. Larva ikan komet memanfaatkan cadangan energi tersebut

(endogenous feeding) untuk perkembangan organ

tubuh, terutama untuk keperluan pemangsaan (feeding) seperti sirip, mata, mulut dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, kuning telur akan menyusut dan habis sejalan dengan perkembangan organ tubuh larva.

Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan hias membuat para pembudidaya tergerak untuk mengoleksi ikan hiasnya, namun pada budidaya ikan hias khsusnya ikan komet yaitu tingginya kematian pada stadia larva. Stadia larva merupakan fase yang paling kritis dalam siklus hidup ikan (Effendi, 2009). Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya pertumbuhan. Pertumbuhan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan (Affandiet al, 2005).

Salah satu upaya mengatasi rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup yaitu dengan pemberian pakan yang tepat baik dalam ukuran, jumlah, dan kandungan gizi dari pakan tersebut (Lingga & Susanto, 1989). Pakan larva ikan komet umumnya berupa pakan alami (artemia sp, chlorella sp dan tubifex sp,) pada artemia spmemiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, selalu bergerak sehingga menarik perhatian ikan, mudah dicerna, tingkat pencemaran pada air kultur lebih rendah dan memiliki gizi tinggi.Chlorella spbanyak terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis untuk

meningkatkan pertumbuhan dan kelulusan hidup (Chilmawati dan Suminto, 2007). Sedangkantubifex spjuga mudah dicerna dalam tubuh ikan karena tanpa kerangka (Subandiyah, 1990). Oleh karena itu, pakan alami larva yang diberikan diantarnya berupa zooplankton artemia sp, daphnia dan tubifex (Djariyah, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui salah satu jenis pakan (alami artemia sp, chlorella sp dan tubifex sp) yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva pada ikan komet.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Muhammadiyah Pontianak pada bulan Desember 2016. Penelitian dilakukan Selama 20 hari yang terdiri dari 5 hari masa persiapan dan 15 hari masa pengamatan.

Alat dan Bahan Penelitian Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples bervolume 2 liter sebagai wadah uji sebanyak 12 buah, thermometer, DO meter, pH test, aerator, timbangan digital, alat tulis, millimeter blok, kamera sebagai alat dokumentasi.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan komet umur 4 hari. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah artemia sp , chlorella sp dantubifex spserta kuning telur. Larva ikan komet didatangkan dari (UPTD AGRIBISNIS Raiser Pontianak).

Persiapan Penelitian

Persiapan yang akan dilakukan sebelum melakuan penelitian ini adalah mempersiapkan alat dan bahan penelitian baik wadah, larva ikan biawan, aerator dan alat–alat yang akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Setelah alat dan bahan disediakan selanjutnya menempatkan wadah penelitian sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL).

(3)

berupa artemia sp, dan chlorella sp di beli dan dikultur. sedangkan pakan alami berupa kuning telur dan tubifex sp yang dibeli langsung dari penjual. Selanjutnya pakan alami berupaartemia sp,chlorella spdantubifex sp akan dilakukan analisi proksimat

Penelitian

Selama waktu penelitian pada masing -masing ikan uji diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan setiap 4 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07:00, 11:00, 15:00 dan 19:00 selama penelitian dan mengacu pada penelitian menurut Agus et. al., (2010), pemberian pakan alami yang berbeda pada ikan lele dumbo dengan pemberian pakan yang terbaik yaitu pakan artemia dimana kelangsungan hidup mencapai 96% (Muchlisin et al,

2003). Pemberian pakan secaraadlibitum(pemberian pakan sampai kenyang) adapun indikator kenyang pada larva ikan adalah larva ikan tidak merespon lagi pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan berupa pakan alami yaitu

artemia sp, ChlorelladanTubifex sp(Priyadi, 2010)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dan mengacu pada penelitian muchlisin et. al., (2003), Pemberian Pakan Alami yang Berbeda pada ikan Lele Dumbo dengan pemberian pakan yang terbaik yaitu pakan Artemia Salina. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut:

a. Perlakuan A, pakan alami kuning telur (kontrol) b. Perlakuan B, pakan alamiArtemia sp

c. Perlakuan C, pakan alamiChlorella sp

d. Perlakuan D, pakan alamiTubifex sp

Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang ingin diketahui adalah suhu air, pH, DO dan Amoniak yang akan dilakukan pengukuran pada awal dan akhir penelitian.

Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan dilakukan uji nilai tengah (Uji F). Sebelum dilakukan uji nilai tengah terlebih dahulu diuji normalitas Lilliefors (Hanafiah, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Berat dan Panjang Mutlak

Pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, dan ukuran) persatuan waktu baik individu maupun komoditas (Effendi, 2007), adapun faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan adalah faktor internal yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit. Serta umur dan maturitas (Moyle and Cech 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 15 hari menunjukkan adanya pengaruh perbedaan perlakuan pakan alami yang berbeda pada pemeliharaan larva ikan komet terhadap pertumbuhan berat. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan komet pada perlakuan A sebesar 0,11 g, perlakuan B sebesar 0,23 g , perlakuan C sebesar 0,15 g dan perlakuan D sebesar 0,12 g. Sedangkan Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak larva ikan komet pada perlakuan A sebesar 0,69 cm, perlakuan B sebesar 1,16 cm, perlakuan C sebesar 0,93 cm dan perlakuan D sebesar 0,83 cm (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik (%) larva ikan biawan selama penelitian.

P

Pertumbuhan Berat Mutlak (g) ± SD

Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) ± SD

A 0,11 ± 0,02a 0,69 ± 0,10a

B 0,23 ± 0,04b 1,16 ± 0,05b

C 0,15 ± 0,02c 0,93 ± 0,07c

D 0,12 ± 0,02c 0,83 ± 0,06c

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda sangat nyata pada taraf 5% Uji BNJD dan Uji BNT (P>0,05)

Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors pertumbuhan berat didapatkan nilai L hitung maks 0,16667 lebih kecil dari L tabel 5% (0,242) dan L tabel 1% (0,275), maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2 hitung 8,32 lebih kecil dari x2tabel 5% (14,07) dan x2 tabel 1% (18,48), maka data tersebut berdistribusi homogen kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi (Anava).

(4)

yang sangat nyata dari hasil analisis variansi pertumbuhan berat mutlak.

Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut (Beda Nyata Jarak Duncan) BNJD karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman (KK) yang dihasilkan 17,76 %. Pada Uji Lanjut BNJD diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan perlakuan D dengan C berbeda tidak nyata sedangkan D dengan B berbeda sangat nyata. Perlakuan C dengan B Berbeda sangat nyata.

Sedangkan uji normalitas Lilliefors pertumbuhan panjang mutlak didapatkan nilai L hitung maks 0,17304 lebih kecil dari L tabel 5% (0,242) dan L tabel 1% (0,275), maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2 hitung 1,09 lebih kecil dari x2 tabel 5% (14,07) dan x2tabel 1% (18,48), maka data tersebut berdistribusi homogen kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi (Anava).

Hasil analisis variansi (Anava) pertumbuhan panjang mutlak didapatkan F hitung sebesar 21,72 lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59) yang berarti antara perlakuan menunjukan perbedaan yang sangat nyata dari hasil analisis variansi pertumbuhan panjang mutlak.

Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut (Beda Nyata Terkecil) BNT karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman (KK) yang dihasilkan 8,09 %. Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan perlakuan B dan C berbeda sangat nyata dan D berbeda tidak nyata. Perlakuan B dengan C dan D berbeda sangat nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D berbeda tidak nyata.

Pakan berupa artemia pada pemeliharaan dapat memberikan pertumbuhan yang tinggi pada larva ikan komet dikarenakan ada kaitannya dengan kandungan protein dan enzim pencernaan yang ada

pada artemia sp. Artemia mengandung protein 40%

hingga 60 %, tergantung pada umurnya, danArtemia

dewasa memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada nauplii (Isnansetyo dan Kuniastuty, 1995), sedangkan Chlorella sp. 21%, tubifex 22 % dan suspensi kuning telur 12%. Hal ini sesuai dengan hasil uji proksimat di Unit Laboratorium Penendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (ULPPMHP) Propinsi Kalimantan Barat dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Tabel 2).

Tabel 2. Uji proksimat protein dan lemak pada pakan alami

No Nama Bahan

Nilai Proksimat Potein (%)

Nilai Proksimat Lemak (%)

1 Kuning Telur 12,00 31,9

2 Artemia sp 56,62 10,24

3 Chlorella sp 46,49 9,43

4 Tubifex sp 41,79 10,93

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan ULPPMHP Pontianak (2016)

Tabel 2 menunjukkan hasil uji analisis proksimat protein dan lemak yaitu pada pakan alami

artemia sp (56,62 %), chlorella sp (46,49 %) dan

tubifex sp (41,79 %). Sedangkan hasil uji analisis proksimat pada lemak yaitu artemia sp (10,24 %),

chlorella sp(9,43 %) dantubifex sp(10,93 %). Protein dari Artemia merupakan sumber protein hewani yang mudah dicerna dan termasuk sumber protein hewani dengan rantai protein yang lebih pendek dan non komplek. Hal ini terbukti dan perlakuan pemberian pakan kuning telur yang merupakan sumber protein hewani,yang kandungan proteinnya lebih rendah dibandingkan dengan Chlorella sp. dantubifex(Mudjiman, 1989).

Selain faktor protein makanan yang dimakan, faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan larva ikan komet. Makanan yang memiliki daya tarik yang lebih baik akan dapat merangsang nafsu makan larva ikan. Artemia merupakan pakan alami yang aktif bergerak sehingga menarik perhatian larva ikan untuk menangkap dan memakannya, sementara pakan Chlorella sp. dan cacingtubifexmasih banyak tersisa, bahkan pakan kuning telur sudah banyak yang larut dalam air wadah sehingga wama air berubah keruh. Mujiman (1984) menyatakan bahwa warna dan bau khusus suatu jenis pakan juga dapat mempengaruhi daya tarik dan nafsu makan ikan.

Kelangsungan Hidup (SR)

(5)

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda sangat nyata pada taraf 5% Uji BNT (P>0,05).

Gambar 1. Kelangsungan hidup (%) benih ikan komet selama penelitian

Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors didapatkan nilai L hitung maks 0,12547 lebih besar dari L tabel 5% (0,242) dan L tabel 1% (0,275), maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan hasil uji homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2 hitung 0,461 lebih kecil dari x2 tabel 5% (14,07) dan x2 tabel 1% (18,48), maka data tersebut berdistribusi homogen dilanjutkan dengan analisis variansi (Anava).

Hasil analisis variansi (Anava) kelangsungan hidup benih ikan komet didapatkan F hitung sebesar 8,04 lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59) yang berarti antara perlakuan menunjukan perbedaan yang sangat nyata dari hasil analisis variansi kelangsungan hidup.

Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut (Beda Nyata Terkecil) BNT karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan 7,97 %. Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan B berbeda berbeda nyata sedangkan C dan D berbeda tidak nyata. Perlakuan B dengan C berbeda nyata dan D berbeda sangat nyata. Perlakuan C dengan D bebedatidak nyata.

Keberhasilan kelangsungan hidup ditentukan oleh rangsangan ketika makanan memiliki syarat nutrisi dalam hal ini kandungan protein, lemak, karbiohidrat, vitamin dan mineral. Disamping itu juga memiliki aspek fisik yang tidak kalah pentingnya yaitu bentuk dan ukuran makanan, teknik pemberian makan dan frekuensi pemberian pakan. Hal ini disebabkan makanan yang dicerna larva diabsorsi secara difusi, pengangkutan aktif dan beberapa partikel dari makanan diabsorsi secara fagositosis.

Disamping itu kerja enzim proteolitik yang tinggi terdapat ketika ikan masih berukuran larva karena ususnya kecil. Oleh sebab itu ikan harus diberikan pakan yang mengandug protein tinggi. Kelangsungan hidup benih ikan komet paling rendah yang diberi pakan kuning telur. Hal ini disebabkan karena kuning telur merupakan pakan buatan yang kandungan nutrisinya mengandung karbohidrat, dimana kandungan karbohidarat akan menghambat aktifitas dalam usus kecil (Murtidjo, 2001).

Parameter Kualitas Air

Tabel 3.Hasil pengamatan kualitas air larva ikan biawanselama penelitian.

A 5,0-6,0 28-29 5,0-5,5 1,00-1,50 B 5,5-6,0 28-29 5,0-6,5 0,25-0,50 C 5,5-6,0 28-29 5,0-6,0 0,30-0,50

D 5,0-6,0 28-29 5,0-5,5 0,50-1,00

Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran pH selama penelitian didapat pH berkisar antara 5,0-6,0 pada perlakuan A dan D nilai pH pada awal pengamatan tergolong rendah, hal ini dikarenakan pada masa pengamatan terjadi perubahan CO2 yang bersifat asam sehingga dapat menghambat organisme salah satunya ikan. Setelah beberapa hari pH terjadi perubahan yang sesuai dengan kehidupan ikan. Hal ini serupa yang terjadi pada perlakuan B dengan C pH tersebut cukup baik untuk kelangsungan hidup larva ikan komet, menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa air yang baik untuk budidaya ikan adalah kisaran netral dengan pH 6,0-8,0. Sedangkan menurut Choliket al., (2003) mengatan bahwa bila pH air didalam kolam sekitar 6,5-9,0 adalah kondisi yang baik untuk produksi ikan. .

Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran suhu air media pemeliharaan larva ikan komet selama penelitian pada setiap perlakuan diperoleh suhu 28-29°C. Suhu ini sangat sesuai untuk kelangsungan hidup larva ikan komet, menurut pendapat Effendi (1997), menyatakan suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27ºC sedangkan untuk kelangsungan hidup ikan berkisar antara 25-31°C. Suhu mempunyai pengaruh penting bagi kelangsungan hidup ikan menurut Effendi (2003) menerangkan bahwa suhu air 62,67 ± 6,11

B (Artemia) C (Chlorella) D (Tubifex)

(6)

mempunyai pengaruh besar pertukaran zat atau metabolisme mahluk hidup diperairan.

Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan oksigen terlarut cukup baik di setiap perlakuannya yaitu berkisar antara 5,0-6,5 mg/l. selama penelitian oksigen terlarut dari aerator berfungsi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Boyd, (1979) menyatakan pada umumnya ikan hidup normal pada konsentrasi 4,0 mg/l, jika persediaan oksigen dibawah 20% dari kebutuhan normal, ikan akan lemah dan menyebabkan kematian. Najiyati (1992) menambahkan kandungan oksigen yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung dalam jaringan tubuh ikan, sebaliknya penurunan kandungan oksigen secara tiba-tiba dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Kandungan oksigen dapat menurun karena banyaknya bahan organik yang terurai atau banyaknya binatang yang hidup didalamnya.

Amoniak (NH3)

Berdasarkan hasil pengukuran amoniak pada perlakuan A dan D didapatkan hasil berkisar 1,00,5-1,50 ppm. Amoniak yang dihasilkan sangat tinggi hal ini dikarenakan tumpukan sisa pakan kuning telur dapat meningkatkan racun pada perairan pada wadah penelitian. Menurut Boyd (1982), amonia dalam bentuk tidak terionisasi (NH3) bersifat toksik bagi ikan. Dari hasil pengukuran, konsentrasi NH3 media pemeliharaan adalah < 0.20 mg/L. Kadar amonia < 1 mg/L NH3 masih layak untuk budidaya ikan. Keracunan amonia pada ikan akan mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen, kerusakan pada insang, dan mereduksi kemampuan darah dalam mentransfer oksigen. (Boyd, 1990).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian pakan alami yang berbeda berpengaruh nyata terhadap, pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan komet.

1. Nilai pertumbuhan berat mutlak (g) yang terbaik terdapat pada perlakuan B (Artemia sp) yaitu 0,23 g.

2. Nilai pertumbuhan panjang mutlak (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan C (Artemia sp) menghasilkan penjang sebesar 1,16 cm.

3. Nilai kelangsungan hidup larva ikan biawan tertinggi terdapat pada perlakuan C (Artemia sp) dengan persentase 84,00 %.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis pakan pakan alami yang berbeda. Untuk pakan alami jenis artemia merupakan pakan terbaik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan komet.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R,. D.S. Syafei,.M. F. Rahardjo & Sulistiono, 2005. Fisiologi Ikan, Pencemaran dan Penyerapan Makanan.

Departemen Manajemen Sumberdaya

PerairanFPIK- IPB, Bogor : xii +214 hl Agus, M., T.M. Yusufi dan Bisrul Nafi.

2010.pengaruh perbedaan jenis pakan alami daphnia, jentik nyamuk dan cacing sutera terhadap pertumbuhan ikan cupang hias ( betta splendens ). PENA Akuatika. Volume 2 : No (1).

Agus P., Eni Kusrini’., dan Tom Megawat P. 2010.

Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Sintasan Larva Ikan Upside Down Catfish

(Synodontis nigñwntns). Balai Budidaya

Ikan Hias. Depok.

Arlia.1994. Penggunaan Vitamin E Pada Pakan Untuk Kematangan Ikan Kapiek (Puntius Schwanefeldi Blkr). Lembaga Penelitian Universitas Riau

Barnes, R.D. 1974. Invertebrate Zoology. 3rd Edition. W.B. Sounders Comp. Philadelphia. 870 p.

Bold, H. C. and M. J Wynne. 1985. Introduction to the Algae. Second edition. Prentice Hall,Inc. Engelwoods Cliffs. New Jersey. 720 pp.

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Ponds for

Aquaculture. Albama Agricultural.

Experiment Station. Alburm univesity, Albama. 477pp.

Chalik, F., A.G. Jagatraya, Poernomo dan A. Jauzi. 2003. Akuakultur : Tumpuan Harapan

Masa Depan Bangsa. Penerbit

Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar, TMII. Jakarta.

Chumaidi dan Priyadi. A. 2005. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap Biomassa dan Nisbah konversi Pakan Ikan Tilam Merah. Jurnal Penelitian Perikanan, IV : 89-91.

De Silva, S. S. and Anderson. 1995.Fish Nutrition in Aquaculture : The First

(7)

Djajasewaka. 1985. Pakan ikan. (Makanan Ikan).Yasaguna. Jakarta.

Djariah, A.S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius.Yogyakarta. 87 Hal

Djariah, A. S. 2001. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta : 87 hlm

Effendi. A. Rizal, 2009. Pengantar Akuakultur.

Penebar Swadaya

Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. PenerbitKansius. Yogyakarta. Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan

Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius.

Yogyakarta. 258 hal.

Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Hanafiah. 2012. Rancangan Percobaan: Teori Dan Aplikasi Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 260 hal.

Hidayati, I., Y. Basri. dan L. Deswati. 2014. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Sepat Siam (Trichogaster leeri). Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang

Indarti. S,. M. Muhaemin,. dan S. Hudaidah. 2012.

Modified Toca Colour Finder (M-TCF)

dan Kromatofor Sebagai Penduga Tingkat Kecerahan Warna Ikan Komet (Carasius auratus auratus) yang diberi Pakan Dengan Proporsi Tepung Kepala Udang (TKU) Yang Berbeda

Isnansetyo. A dan Kurniastuty (1995), Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton. Pakan Alami untuk pembenihan organism laut, Kanisius, Yokyakarta.

Irmawan. 1987. Tingkat Kematangan Gonad Beberapa Ikan Pelagis Kecil Dari Laut Jawa. Jurnal Perikanan Laut. (92) : 1-8. Jauhari, P. 1990. Jumlah kandungan Prorein pada

pakan alami, Zooplaknton (artemia sp). Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kamaruddin, M,S. 1999. Curent Status Of Baung Larval Nutrition. Bulletin Agronomic Research 6 (1): 4-9

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan. Bogor.

Jusadi, D. 2003. Penetasan Artemia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Kawaroe, M. T. Prartono, A. Sunuddin, D.W. Sari, dan Augustine, D. 2010. Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor Kairuindah, N. 2013. Pemeliharaan benih ikan komet

(mystus nemurus c.v) pada system

resirkulasi dengan menggunakan filter yang berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru.

Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Kordi, K. M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Andi Offset, Yogyakarta. Kitri, W. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami

Yang Berbeda Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas. Skripsi. Universitas Indonesia

Lingga, P. & H. Susanto.1989.Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta : Viii : 236 hlm. Lucas, W.G.F., J.K. Ockstan dan C. Lumentra. 2015. Petumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Gurame (Osphronemus gouramy) dengan Pemmberian Beberapa Jenis Pakan.Jurnal Budidaya Perairan. Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT. Manado. Vol 3 (2): 19-28

Moyle dan Cech. 2004. Fishes An Intoduction to Icthylogy. Prentice Hall, Upper Saddle River.

Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi & M. A. Suprayudi. 2000.

Gambar

Tabel 2. Uji proksimat protein dan lemak padapakan alami
Tabel 3.Hasil pengamatan kualitas air larvaikan biawanselama penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

asing” atau pihak luar, maka penilaian mahasiswa terhadap agama Baha’i mengarah pada kesimpulan bahwa agama Baha’i adalah agama yang menyimpang dari ajaran Islam dan

Dengan memanjatkan Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, kami selaku Panitia Penyelenggara Seminar Perhimpunan Rumah Sakit

Perancis dan Belgia adalah pengecualian (pantas dicatat bahwa Belgia adalah sebuah negara yang menggunakan kuota untuk melindungi representasi masyarakat Flemish dan masyarakat

Perinsip kerja dari alat ini iyalah menggunakan lampu halogen sebagai sumber untuk memanaskan ruangan kabinet dan fan sebagai penyetabil sirkulasi udara panas didalam

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, maksudnya adalah analisis data yang dilakukan dengan cara menafsirkan data,

Mengenai pengaturan tindak pidana perdaran obat secara ilegal yang sebelumnya diatur dalam Pasal 80 Ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang

jangka panjang adalah jumlah yang akan jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan. jatuh tempo dalam waktu 12 bulan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan

Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar antara usia 6-12 tahun yang memiliki karakter yang mulai bisa mandiri