• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA YANG BERBEDA TERHADAP MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA YANG BERBEDA TERHADAP MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAME"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

13

VARIASI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI

ARTEMIA YANG BERBEDA TERHADAP MORTALITAS DAN

PERTUMBUHAN LARVA IKAN GURAME

Akhmad Shalihin, Ririen Kartika Rini, dan Akhmad Murjani

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

email : ejurnal.bpfpk@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi frekuensi pemberian pakan alami Artemia sp yang berbeda terhadap mortalitas dan pertumbuhan larva ikan gurame(Osphronemus gouramy Lac).Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase mortalitas larva ikan gurame terendah pada perlakuan A (frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari) dengan tingkat mortalitas 9,78 %. Sedangkan rerata persentase pertumbuhan berat, panjang total dan panjang baku relatif menghasilkan perlakuan tertinggipada perlakuan D(frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari).Berat relatif yang dihasilkan sebesar 93,87 %, panjang total relatif yang dihasilkan sebesar 32,61 % dan panjang baku yang dihasilkan sebesar 32,92 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat mortalitas larva ikan gurame tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan, sedangkan tingkat pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan. Hipotesis mortalitas menunjukkan H0

diterima dan H1 ditolak, sedangkan untuk pertumbuhan H0 ditolak dan H1 diterima.

Kata kunci :Gurame, artemia, frekuensi, mortalitas dan pertumbuhan.

Abstract

This research aimed to find out the frequent variation of the natural feeding form of different Artemia sp on the mortality and growth of gouramy larvae (Osphronemus gouramy Lac). The result showed that the average percentage of the lowest gouramy larvae mortality in the A treatment (frequency of feeding 3 times a day) with a mortality rate was 9.78%. While the average percentage of the growth weight, total length, and raw relative length produced the highest treatment on D treatment (frequency of feeding 6 times a day). The relative weight that was produced was 93.87%, the total relative length was 32.61% and the raw length was 32.92%. The result of the statistic analysis showed that the mortality rate of gouramy larvae took no effect to all treatments, while growth rate took real effect to all treatments. The hypothesis of mortality showed the null hypothesis (H0) was accepted and the alternative hypothesis (H1) was rejected, while for

the growth H0 was rejected and H1was accepted.

Keywords:Gouramy, artemia, frequency, mortality and growth.

1. PENDAHULUAN Ikan gurame merupakan ikan yang

(2)

14

habitat di perairan air tawaryang menyenangi perairan tenang tidak berarus deras, dalam dan jernih dan banyak memiliki tumbuh-tumbuhan. Ikan gurame memiliki alat pernafasan tambahan (labirin) selain insang, sehingga mudah berkembang biak meskipun pada air yang rendah kadar oksigennya alat pernafasan tambahan ini memudahkan kita memelihara ikan gurame meskipun pada kolam yang tidak mendapat aliran air secara terus-menerus.Ikan gurame memiliki prospek yang sangat penting dan potensial untuk dikembangkan. Meskipun dibudidayakan, namun, laju pertumbuhan ikan gurame tergolong sangat lambat (Tim Agro Media Pustaka, 2007).

Menurut Susanto, 2001, Ikan gurame pada stadia larva dan benih bersifat karnivora dan mengalami perubahan kebiasan makan yang cenderung menjadi omnivora ketika mencapai ukuran induk. Larva ikan gurame menyukai pakan alami berupa rotifer, infusaria, dan artemia sp, setelah berumur beberapa hari benih-benih ikan gurame makan larva insect, crustacean dan zooplankton setelah beberapa bulan baru memilih makanan berupa tumbuhan air yang lunak. Selanjutnya saat gurame dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air dan dapat pula daun lamtoro.

Didalam memilih pakan alami yang tepat ada tiga prinsip yang harus dipertimbangan yakni tipe atau ukuran pakan, jumlah pakan, dan kandungan nutrisinya. Pakan pada ikan seharusnya mempunyai ukuran yang relatif kecil, mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan larva atau benih, mudah ditelan dan dicerna, dapat menarik perhatian ikan, dan ketersedia dalam jumlah yang cukup. Pakan alami yang baik untuk pertumbuhan larva ikan gurame salah satunya adalah pakan alami berupa Artemia (Djajasewaka, 1985).

Menurut NRC (1997) dan Hicling (1971), frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan agar penggunaan pakan lebih efesien. Frekuensi pemberian pakan ditentukan antara lain oleh spesies dan ukuran ikan (Kono dan Nose, 1971), serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan (Gwither dan Grove, 1981). Pada dasarnya ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. Makin kecil ukuran ikan, maka makin sering frekuensi pemberian pakannya (Kono dan Nose, 1971). Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju

pengosongan lambung, makin cepat waktu pengosongan lambung, frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan makin tinggi (Gwiter dan Grove, 1981).

Larva ikan gurame memerlukan pakan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, seperti pakan alami artemia yang sangat cocok untuk pakan ikan gurame pada saat fase larva. Artemia merupakan salah satu pakan alami hidup yang sering digunakan dalam pemeliharaan budidaya ikan dan udang, artemia memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yaitu protein 52,50 %, karbohidrat 14,80 %, dan lemak 23,40 % (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Artemia adalah salah satu alternatif pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan awal bagi larva.Naupli Artemia memiliki ukuran 400-500 μm (Gunasekara et al. 2012). Kemudian Harefa (2003) menyatakan bahwa keberhasilan suatu usaha pembenihan ikan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan alami yang memadai jumlahnya, tepat ukurannya, dan kandungan gizinya sesuai dengan yang diperlukan larva tersebut.

Manajemen pemberian pakan kepada ikan budidaya yang baik adalah harus tepat jenis, jumlah, frekuensi waktu pemberian, tempat, dan frekuensi pemberian pakan. Selanjutnya menurut Djajasewaka (1985) frekuensi pemberian pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme kultur.

Penelitian frekuensi pemberian pakan alami jenis Tubifex sp kepada ikan gurame sudah dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan A dengan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari menghasilkan tingkat sintasan yang tertinggi dibandingkan perlakuan pemberian pakan sebanyak 4, 5, dan 6 kali sehari dan untuk pertumbuhan menghasilkan tingkat pertumbuhan yang terbaik pada perlakuan D dengan pemberian pakan sebanyak 6 kali sehari dibandingkan perlakuan pemberian pakan sebanyak 3, 4, dan 5 kali sehari. Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Jika penelitian frekuensi pemberian pakan yang sama, namun dengan jenis yang berbeda kepada ikan gurame apakah juga memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup atau sintasan yang sama ?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi frekuensi pemberian pakan

(3)

15

alami jenis Artemia sp yang berbeda terhadap mortalitas dan pertumbuhan larva ikan gurame yang dipelihara dalam akuarium.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui frekuensi pemberian pakan alami jenis Artemia sp yang tebaik untuk pertumbuhan dan mortalitas larva ikan gurame (Osphronemous gouramy)yang dipelihara dalam akuarium.

2. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Perairan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Secara keseluruhan masa persiapan hingga penyusunan laporan memerlukan waktu selama 4 bulan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium, corong penetasan artemia, baskom, bak penampungan, aerator, blower, serok, selang, botol sampling, timbangan digital, penggaris, tissue, gelas akua plastik, sendok plastik, pH meter, dan DO meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larva ikan gurame, Artemia sp, garam, dan air.

C. Manajemen Penelitian 1. Persiapan Alat dan Bahan

Kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 45 cm yang digunakan untuk pemeliharaan larva ikan gurame, membersih-kan akuarium, mengeringmembersih-kan dan mensuciha-makan akuarium. Setelah itu akuarium diisi dengan air dengan padat penebaran 15 ekor/liter dan diberi aerasi. Adapun cara membersihkan dan mensucihamakan akua-rium yaitu terlebih dahulu dikeringkan, kemudian setelah kering, dicuci (digosok dan disikat) dengan menggunakan sabun cuci, setelah itu dibilas dengan menggunakan air bersih dan kemudian diisi air.

Air yang digunakan sebagai media hidup larva ikan gurame adalah air sumur yang sudah diendapkan selama 2-3 hari.Sebelum larva ikan gurame ditebar dalam

akuarium terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kualitas airnya untuk melihat parameter kualitas airnya agar kondisi air tetap terjaga dan stabil untuk kehidupan ikan.

Setelah alat dan bahan siap, larva ikan uji ditebarkan ke dalam akuarium pada pagi hari dengan padat penebaran 300 ekor/akuarium dengan padat penebaran 15 ekor/liter dengan ketinggian air 11,11 cm/akuarium. Larva ikan yang akan ditebar ke dalam akuarium sebelumnya diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 hari sebelum diberi perlakuan sampai larva ikan bergerak lincah dan warna kulit cerah seperti keadaan sebelum diaklimatisasi, waktu pemiliharaan dan penelitian larva ikan gurame berlangsung selama 15 hari.

2. Pengadaan Larva Ikan Gurame

Pengadaan larva ikan gurame yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari induk ikan gurame jantan dan betina milik Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin. Jumlah larva yang diperlukan sebanyak 3600 ekor, yang menjadi obyek penelitian dan pengamatan yaitu dengan padat tebar 300 ekor/akuarium dengan umur larva 5 hari dengan panjang 0,7-1 cm dan berat 0,009-0,015 gram, frekuensi pemberian pakan alami Artemia sp sebanyak 3, 4, 5, dan 6 kali dalam sehari.

3. Pemberian Pakan

Selama masa pemeliharaan, larva ikan gurame diberi pakan alami berupa artemia sp yang sudah dikultur selama 1-2 hari dengan frekuensi yang berdeda yakni 3, 4, 5, dan 6 kali sehari dengan jumlah artemia yang diberikan sebanyak 2000 ekor/liter yang sudah menetas dalam satu kali pemberian pakan untuk larva. Adapun cara mengkultur artemia yaitu terlebih dahulu disiapkan wadah kaca khusus yang berbentuk corong yang sudah diisi air sebanyak 20 liter dan ditambahkan dengan garam 1 kg dengan salinitas 30-35 ppt, artemia yang digunakan 15 gram telebih dahulu dicuci menggunakan air tawar selama 10-15 menit diendapkan setelah itu buang artemia yang mengapung dan ambil artemia yang tenggelam didasar kemudian artemia dimasukkan kedalam corong penetasan dan setelah itu ditunggu artemia sampai menetas selama 24-36 jam. Untuk mengetahui artemia menetas terlihat

(4)

16

apabila warnanya sudah kemerah – merahan. Setelah menetas baru pakan artemia diberikan kepada larva ikan gurame. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi yang berbeda yaitu 3, 4, 5, dan 6 kali dalam sehari dengan jumlah 2000 ekor/liter artemia dalam satu kali pemberian pakan. Perhitungan sampling artemia menggunakan metode volumetrik dengan cara menghitung artemia sebanyak 10 ml dengan pengulangan 3 kali. Pakan diberikan dengan cara menaburkan artemia dengan menggunakan aqua gelas ukuran 220 ml pada media pemeliharaan larva ikan gurame pada akuarium yang berukuran (60 cm x 40 cm x 45 cm).

4. Penyifonan dan Pergantian Air Akuarium

Sisa pakan dan kotoran larva ikan gurame diambil atau dibersihkan dengan cara disifon. Pembersihan atau penyiponan dilakukan setiap 1 hari sekali pada saat pagi hari sebelum pemberian pakan. Sedangkan untuk pergantian air dilakukan 3 hari sekali,yakni sebanyak 1/3 dari volume air dalam akuarium.

5. Pengukuran Parameter Kualitas Air Sebelum dilakukan penebaran larva ikan gurame, beberapa parameter kualitas air yang dianggap penting (Suhu, pH, DO, dan NH3) diukur terlebih dahulu. Pengukuran

kualitas air ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kualitas air selama pemeliharaan. Pengukuran kualitas air ini dilakukan 2 kali, yaitu di awal penelitian dan akhir penelitian. 6. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengamatan mortalitas, laju pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan berat larva ikan gurame, dan kualitas air yang meliputi parameter suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH) dan amoniak (NH3) yang diamati pada awal penelitian dan

akhir penelitian. D. Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam

penelititan

Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami (Artemia sp) Yang Berbeda Terhadap Mortalitas dan Pertumbuhan Larva Ikan Gurami (Osphronemous gouramy Lac) adalah :

1. Perlakuan A (Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari).

2. Perlakuan B (Frekuensi pemberian pakan 4 kalisehari).

3. Perlakuan C (Frekuensi pemberian pakan 5 kalisehari).

4. Perlakuan D (Frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari).

PenelitianmenggunakanRancang-an Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlaku-an (A,B,C dan D) dan 3 ulangan (1,2,3), se-hingga akan menghasilkan 12 unit percobaan. E. ParameterPengamatan

Parameter yang diamati dalam penelian ini adalah sebagai berikut :

1. Mortalitas

Mortalitas ikan adalah banyaknya jumlah ikan yang mati selama proses pemeliharaan berlangsung. Mortalitas ikan dihitung dengan rumus oleh Effendi (1997) sebagai berikut :

Keterangan :

M = Mortalitas (%)

Mt = Jumlah ikan uji yang mati pada saat pemeliharaan (ekor)

Mo = Populasi ikan awal pemeliharaan (ekor) 2. Pertumbuhan Berat Relatif (%)

Effendi (1997), menyatakan bahwa pertambahan berat relatif individu ikan uji dinyatakan sebagai pertambahan berat rata-rata selama pemeliharaan dan dinyatakan dalam persen (%) yang dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

H = Laju pertumbuhan panjang relatif (%) Wt = Berat akhir larva ikan gurami rata-rata

individu (gram)

Wo = Berat awal larva ikan gurami rata-rata individu (gram).

3. Pertumbuhan Panjang Relatif (%) Menurut Effendi (1997), pertumbuh-an ppertumbuh-anjpertumbuh-ang relatif didefinisikpertumbuh-an sebagai

Mt M = x 100% Mo Wt - Wo H = x 100% Wo

(5)

17

persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu yang dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

H = Laju pertumbuhan panjang relatif (%)

Lt = Panjang akhir larva ikan gurami rata-rata individu (mm)

Lo = Panjang awal larva ikan gurami rata-rata individu (mm)

4. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan amoniak (NH3).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama pelaksanaan penelitian diperolehdata mortalitas dan pertumbuhan larva ikan gurame, sedangkan visualisasi hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemeliharaan Larva Ikan Gurame, Larva Berumur 5 Hari Dan Larva Berumur 15 Hari. A. Mortalitas

Rerata tingkat mortalitas larva ikan gurame selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan grafik mortalitas larva ikan gurame dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 1. Rata-rata Mortalitas Larva Ikan Gurame Selama Penelitian

Perlakuan

J u m l a h L a r v a I k a n G u r a m e ( e k o r )

M o r t a l i t a s ( % )

Jumlah Awal Jumlah ikan uji yang hidup Jumlah ikan uji yang mati

A

3

0

0 2 7 0 , 6 7 2

9

,

3

3 9

,

7

8

B

3

0

0 2 6 9 , 6 7 3

0

,

3

3 1

0

,

1

1

C

3

0

0 2

6

8 3

2

,

0

0 1

0

,

6

7

D

3

0

0 2

6

6 3

4

,

0

0 1

1

,

3

3

Sumber : Data primer yang diolah (2016).

9,78±3,1 10,11±1,71 10,67±6,24 11,33±9,27 0 5 10 15 20 25

Mortalitas

Lt - Lo H = x 100% Lo

Akuarium & Larva Ikan gurame

Panjang larva sebelum diberi perlakuan

Penetasan Artemia sp Panjang larva setelah diberi

perlakuan

Berat larva sebelum diberi perlakuan

Berat larva setelah diberi perlakuan

(6)

18

Gambar 2. Grafik Hasil Rerata Persentase Terhadap Mortalitas (%) Larva Ikan Gurame Selama Penelitian

Dari tabel dangambardi atas menunjukkan bahwa pada akhir penelitian dihasilkan mortalitas terendah pada perlakuan A (9,78 %), diikuti perlakuan B (10,11 %), perlakuan C (10,67 %), dan yang tertinggi pada perlakuan D (11,33 %).

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat frekuensi pemberian pakan maka semakin tinggi tingkat mortalitas yang dihasilkan larva ikan gurame.

Hasil analisa keragaman ANOVA terhadap mortalitas larva ikan gurame menunjukkan Fhitung (0,04ns) lebih kecil dari

Ftabel 1% (7,59) dan Ftabel 5% (4,07), berarti

H0diterima dan H1ditolak, hal tersebut

menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva ikan gurame.Hal ini karena larva ikan gurame menghabiskan dan menyukai pakan alami (Artemia sp) yang diberikan setiap masing-masing perlakuan dan didukung oleh kualitas air yang baik selama penelitian larva ikan gurame sehingga angka mortalitas selama penelitian rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat (NRC, 1983) menyatakan bahwa mortalitas dan kelangsungan hidup ikan terutama dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia air media dan kualitas pakan.

Nilai peubah fisika-kimia air media selama penelitian masih berada pada kisaran

yang baik bagi sintasan, mortalitas ikan dan pertumbuhan larva ikan. Dari hasil analisa parameter kualitas air selama penelitian menunjukkan, bahwa suhu air, pH air, oksigen terlarut (DO) dan amoniak (NH3)

cukup ideal dan masih dalam batas-batas toleransi untuk mendukung pertumbuhan larva ikan gurame secara optimum. Hal ini sesuai dengan pendapat mengenai dukungan kualitas air untuk lingkungan budidaya terhadap pertumbuhan ikan. Wardoyo (1981) menyatakan bahwa untuk dapat mengelola sumberdaya perikanan dengan baik, maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kualitas airnya.

Meskipun kualitas air yang ditunjukkan dari hasil pengukuran dan analisa memenuhi syarat, namun oksigen terlarut (DO) adalah kualitas air yg sangat berpengaruh untuk pernafasan ikan pada perlakuan A tergolong lebih baik dengan kisaran 6,7 mg/L dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen terlarut 3 mg/L, namun konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah < 5 mg/L. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen terlarut dibawah 3 mg/L dapat menyebakan ikan sulit bernafas

(7)

19

kerena kekurangan oksigen terlarut hingga menyebabkan kematian pada ikan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), dengan frekuensi pemberian pakan alami (Tubifex sp) yang berbeda pada benih ikan gurame menghasilkan tingkat mortalitas tertinggi pada perlakuan D (pemberian pakan sebanyak 6 kali sehari) sebesar 30,67 %, kemudian perlakuan C (pemberian pakan 5 kali sehari) sebesar 13,34 %, disusul perlakuan B (pemberian pakan 4 kali sehari) sebesar 8 %, dan tingkat mortalitas terendah pada perlakuan A (pemberian pakan 3 kali sehari) sebesar 5,34 %.

Dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), rata-rata mortalitas larva ikan gurame diperoleh dari penelitian ini untuk perlakuan A (9,78 %) dan B (10,11%) mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya tetapi pada perlakuan C (10,67 %), dan D (11,33 %) mortalitas hasil penelitian ini lebih rendah tingkat mortalitas larva ikan gurame dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada perlakuan C, dan D.

Mortalitas dan pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 1978). Faktor internal meliputi keturunan, umur dan tahan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, mutu pakan yang diberikan (Asmawi, 1983). Suhu memimiliki peranan penting untuk menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Hal ini didukung oleh Boyd (1990) menyatakan bahwa ikan tropis dan subtropics tidak bisa tumbuh dengan baik saat temperature dibawah 26 – 30 ºC. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian didapat suhu 27 - 28 ºC, oksigen terlarut 5,8 – 6,7 mg/L, derajat keasaman (pH) 5-6,5, dan amoniak yang terdapat selama pemeliharaan sebesar 0,04-0,70 mg/L dapat dilihat pada tabel 14. Menurut Djajaredja (1981) konsentrasi amoniak yang baik bagi kehidupan ikan berkadar kurang dari 1,0 mg/L. Jenie dan Rahayu (1993), menyatakan bahwa konsentrasi amoniak yang tinggi pada perairan akan mengakibatkan kematian pada ikan.

B. Pertumbuhan Berat Relatif

Rerata pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan grafik pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 2.

Rata-rataPertumbuhan Berat Larva Ikan Gurame Selama Penelitian

.

P e r l a k u a n P e r t u m b u h a n B e r a t P a d a - Selisih (gram) B e r a t R e l a t i f ( % )

Awal (gram) Ak hir ( gra m)

A 0 , 0 1 1 5 0 , 0 2 0 3 0 , 0 0 8 8 7 6 , 4 9

B 0 , 0 1 1 1 0 , 0 2 0 1 0 , 0 0 9 1 8 1 , 9 4

C 0 , 0 1 2 0 0 , 0 2 2 7 0 , 0 1 0 7 8 9 , 9 9

D 0 , 0 1 2 0 0 , 0 2 3 3 0 , 0 1 1 3 9 3 , 8 7

Sumber : Data primer yang diolah (2016).

76,49±3,34 81,94±2,57 89,99±11,55 93,87±2,49 20 40 60 80 100

(8)

20

Gambar 3. Grafik Hasil Rerata Persentase Terhadap Pertumbuhan Berat Relatif (%) Larva Gurame Selama Penelitian

Dari tabel dangambar di atasmenunjukkanbahwa pada akhir penelitian dihasilkan pertumbuhanberatrelatif pada setiap perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan D(93,87 %), perlakuan C(89,99 %), diikuti perlakuan B (81,94 %), dan terendah pada perlakuan A (76,49 %).

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat frekuensi pemberian pakan maka semakin cepat tingkat pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame.

Hasil analisa keragamanANOVA terhadap pertumbuhan berat relatif menunjukkan Fhitung (4,68*) lebih besar dari

Ftabel 1% (7,59) dan Ftabel 5% (4,07), berarti

Hoditolak dan H1 diterima, hal tersebut

menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan alami (artemia sp) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame (Osphronemous gouramy Lac). Hal ini karena jumlah pakan yang diberikan mendekati kapasitas lambung larva ikan gurame sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dicerna dengan sempurna oleh ikan.

Pada frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pada perlakuan A memperoleh hasil yang kurang baik terhadap pertumbuhan berat larva ikan gurami, hal ini disebabkan jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit sehingga menyebabkan pertumbuhan berat larva ikan gurame lambat. hal ini sesuai dengan pendapat Adrews dalam Fadli,

(2006). yang menyatakan adanya hubungan positif antara pertumbuhan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu: pertumbuhan akan semakin cepat dengan semakin banyaknya frekuensi pemberian pakan yang diberikan, jadi semakin sering pakan diberikan kepada ikan hasilnya akan semakin cepatuntuk pertumbuhan ikan, dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang namun dalam jumlah yang sama.

Menurut (Affandi et al, 2005) frekuensi pemberian pakan untuk larva dan benih berbeda (lebih sering) dibandingkan dengan ikan yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan, serta penyempurnaan organ-organ di dalam tubuhnya. Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), dengan frekuensi pemberian pakan alami (Tubifex sp) yang berbeda pada benih ikan gurame menghasilkan tingkat pertumbuhan berat relatif tertinggi pada pemberian pakan 6 kali sehari dengan laju pertumbuhan berat spesifik sebesar (4,46%), selanjutnya diikuti pada perlakuan C sebesar (2,9 %), pada

(9)

21

perlakuan B sebesar (2,9 %), dan yang terendah pada perlakuan A yaitu sebesar (2,53 %).

Dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), rata-rata pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame diperoleh dari penelitian ini perlakuan A (79,49 %), B (81,94 %), C (89,99 %), dan D (93,87 %) hasil penelitian ini lebih baik tingkat pertumbuhan berat relatif larva ikan gurame dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada perlakuan A,B, C, dan D dengan perlakuan yang sama dengan penelitian sebelumnya.

Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 1978). Faktor internal meliputi keturunan, umur dan tahan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, mutu pakan yang diberikan (Asmawi, 1983), kemudian menurut Mudjiman (1984) pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

C. Pertumbuhan Panjang Relatif (%)

Pertumbuhan panjang pada ikan terbagi menjadi 2 yaitu pertumbuhan panjang total dan pertumbuhan panjang baku. Hasil pertumbuhan panjang total dan panjang baku akan dijelaskan sebagai berikut :

1.

Pertumbuhan Panjang Total Relatif

Rerata pertumbuhan panjang total relatif larva ikan gurame selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan grafik pertumbuhan panjang total relatif larva ikan gurame dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 3.

Rata-rataPertumbuhan Panjang Total Larva Ikan Gurame Selama Masa Penelitian

.

P e r l a k u a n

Pertumbuhan Panjang Pada-

S e l i s i h ( c m ) Panjang Total Relatif (%)

A w a l ( c m ) A k h i r ( c m )

A

0 , 8 9 7 1

,

1

2

7 0

,

2

3

0 2

5

,

6

6

B

0 , 8 9 3 1

,

1

2

7 0

,

2

3

3 2

6

,

1

3

C

0 , 9 1 3 1

,

1

8

0 0

,

2

6

7 2

9

,

2

3

D

0 , 9 1 0 1

,

2

0

7 0

,

2

9

7 3

2

,

6

1

Sumber : Data primer yang diolah (2016).

Gambar 4. Grafik Hasil Rerata Persentase Terhadap Pertumbuhan Panjang Total Relatif (%) Larva Ikan Gurame Selama Penelitian.

25,66±1,4 26,13±2,49 29,23±4,17 32,61±1,31 0 5 10 15 20 25 30 35 40 A B C D

A: Frekuensi Pemberian Pakan 3 Kali Sehari B: Frekuensi Pemberian Pakan 4 Kali Sehari C: Frekuensi Pemberian Pakan 5 Kali Sehari D: Frekuensi Pemberian Pakan 6 Kali Sehari

(10)

22

Dari tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwapada akhir penelitian dihasilkan pertumbuhan panjang total relatif pada setiap perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan D(32,61 %), perlakuan C(29,23 %), diikuti perlakuan B (26,13 %), dan terendah pada perlakuan A sebesar 25,66 %.

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat frekuensi pemberian pakan maka semakin cepat tingkat pertumbuhan panjang total relatif larva ikan gurame.

Hasil analisa keragaman ANOVA terhadap pertumbuhan panjang total menunjukkan Fhitung (4,55*) lebih besar dari

Ftabel 1% (7,59) dan Ftabel 5% (4,07), berarti

Hoditolak dan H1 diterima, hal tersebut

menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan alami (artemia sp) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang total relatif larva ikan gurame. Hal ini karena jumlah pakan yang diberikan mendekati kapasitas lambung larva ikan gurame sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dicerna dengan sempurna oleh ikan.

Pada frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pada perlakuan A memperoleh hasil yang kurang baik terhadap pertumbuhan berat larva ikan gurami, hal ini disebabkan jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit sehingga menyebabkan pertumbuhan berat larva ikan gurame lambat. hal ini sesuai dengan pendapat Adrews dalam Fadli, (2006). yang menyatakan adanya hubungan positif antara pertumbuhan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu: pertumbuhan akan semakin cepat dengan semakin banyaknya frekuensi pemberian pakan yang diberikan, jadi semakin sering pakan diberikan kepada ikan hasilnya akan semakin cepatuntuk pertumbuhan ikan, dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang namun dalam jumlah yang sama.

Menurut (Affandi et al, 2005) frekuensi pemberian pakan untuk larva dan benih berbeda (lebih sering) dibandingkan dengan ikan yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak

membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan, serta penyempurnaan organ-organ di dalam tubuhnya. Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), dengan frekuensi pemberian pakan alami (Tubifex sp) yang berbeda pada benih ikan gurame menghasilkan tingkat pertumbuhan panjang relatif tertinggi pada perlakuan D pemberian pakan 6 kali sehari dengan laju pertumbuhan panjang relatif sebesar 3,83 %, selanjutnya diikuti pada perlakuan C sebesar 2,36 %, pada perlakuan B sebesar 1,60 %, dan yang terendah pada perlakuan A yaitu sebesar 1,30%.

Dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Poppy, Hafrijal, dan Azrita (2015), rata-rata pertumbuhan panjang relatif larva ikan gurame diperoleh dari penelitian ini perlakuan A (79,49 %), B (81,94 %), C (89,99 %), dan D (93,87 %) hasil penelitian ini lebih baik tingkat pertumbuhan panjang relatif larva ikan gurame dibandingkan dengan penelitian sebelumnya pada perlakuan A,B, C, dan D dengan perlakuan yang sama dengan penelitian sebelumnya.

Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 1978). Faktor internal meliputi keturunan, umur dan tahan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, mutu pakan yang diberikan (Asmawi, 1983), kemudian menurut Mudjiman (1984) pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

2. Pertumbuhan Panjang Baku Relatif

Rerata pertumbuhan panjang baku relatif larva ikan gurame selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan grafik pertumbuhan panjang baku relatif larva ikan gurame dapat dilihat pada Gambar 5.

(11)

23

Tabel 4.

Rata-rataPertumbuhan Panjang Baku Larva Ikan Gurame Selama Masa

Penelitian.

P e r l a k u a n

Pertumbuhan Panjang Pada-

S e l i s i h ( c m ) Panjang Total Relatif (%)

A w a l ( c m ) A k h i r ( c m )

A

0 , 7 9 7 0

,

9

9

7 0

,

2

0

0 2

5

,

1

2

B

0 , 7 9 3 1

,

0

1

0 0

,

2

1

7 2

7

,

3

1

C

0 , 8 1 3 1

,

0

5

0 0

,

2

3

7 2

9

,

1

5

D

0 , 8 1 0 1

,

0

7

7 0

,

2

6

7 3

2

,

9

2

Sumber : Data primer yang diolah. (2016).

Gambar 5. Grafik Hasil Rerata Persentase Terhadap Pertumbuhan Panjang Baku Relatif (%) Larva Ikan Gurame Selama Penelitian

Daritabel dangambardi atas menunjukkan bahwa pada akhir penelitian dihasilkan pertumbuhan panjang baku relatif pada setiap perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan D(32,92 %), perlakuan C(29,15 %), diikuti perlakuan B (27,31 %), dan terendah pada perlakuan A (25,12 %).

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat frekuensi pemberian pakan maka semakin cepat tingkat pertumbuhan panjang baku relatif larva ikan gurame.

Hasil analisa keragaman ANOVA terhadap pertumbuhan panjang baku me-nunjukkan Fhitung (4,29*) lebih besar dari Ftabel

1% (7,59) dan Ftabel 5% (4,07), berarti

Hoditolak dan H1 diterima, hal tersebut

menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan alami (artemia sp) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang baku relatif

larva ikan gurame. Hal ini karena jumlah pakan yang diberikan mendekati kapasitas lambung larva ikan gurame sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dicerna dengan sempurna oleh ikan.

Pada frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pada perlakuan A memperoleh hasil yang kurang baik terhadap pertumbuhan berat larva ikan gurami, hal ini disebabkan jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit sehingga menyebabkan pertumbuhan berat larva ikan gurame lambat. hal ini sesuai dengan pendapat Adrews dalam Fadli, (2006). yang menyatakan adanya hubungan positif antara pertumbuhan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu: pertumbuhan akan semakin cepat dengan semakin banyaknya frekuensi pemberian pakan yang diberikan, jadi semakin sering pakan diberikan kepada ikan hasilnya akan semakin

25,12±1,57 27,31±1,56 29,15±4,39 32,92±2,5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 A B C D

A: Frekuensi Pemberian Pakan 3 Kali Sehari B: Frekuensi Pemberian Pakan 4 Kali Sehari C: Frekuensi Pemberian Pakan 5 Kali Sehari D: Frekuensi Pemberian Pakan 6 Kali Sehari

(12)

24

cepatuntukpertumbuhan ikan, dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang namun dalam jumlah yang sama.

Menurut (Affandi et al, 2005) frekuensi pemberian pakan untuk larva dan benih berbeda (lebih sering) dibandingkan dengan ikan yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan, serta penyempurnaan organ-organ di dalam tubuhnya. Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.

Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendi, 1978). Faktor internal meliputi keturunan, umur dan tahan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, mutu pakan yang diberikan (Asmawi, 1983), kemudian menurut Mudjiman (1984) pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

D. Kualitas Air

Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Larva Ikan Gurame Selama Penelitian Dibandingkan dengan Literatur.

Parameter Kualitas Air

H a s i l P e n g u k u r a n K u a l i t a s A i r P a d a A w a l d a n A k h i r P e n e l i t i a n

A

B

C

D

B A K U M U T U

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

Suhu (

o

C)

2 7 , 9 2 7 , 2 2 7 , 8 2 7 , 6 2 8 , 4 2 7 , 4 2 8 , 1

2 7 , 2

2 4 - 3 0 ° C

(Khairuman dan Amri 2003)

Do (mg/L)

6 , 6 6 , 7 6 , 2 6 , 3 6 , 2 6 , 2 6 , 3

5 , 8

3 – 6 m g / L

(Sitanggang dan Sarwono 2001)

Minimal 4 mg/L

(Khairuman 2003)

p

H

6 , 3 2 5 , 7 4 5 , 7 9 5 , 7 2 6 , 1 5 5 , 5 2 6 , 4 7

5 , 6 1

5 , 3 4 – 7 , 3 2

(Sitanggang 1999),

NH

3

(mg/L)

0 , 0 8 0 , 3 8 0 , 0 6 0 , 4 2 0 , 0 6 0 , 4 8 0 , 0 4

0 , 7 0

< 1 m g / L

(Djajaredja 1981 )

Sumber : Data primer yang diolah (2016).

Berdasarkan hasil pengkuran kualitas air akuarium yang dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang meliputi suhu (ºC), oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan amoniak (NH3) menunjukkan bahwa parameter-parameter kualitas air yang diukur masih berada dalam kisaran nilai toleransi baku mutu kualitas air untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan larva ikan gurame. namun pada pengkuran kualitas air pada akhir penelitian kadar kualitas pH pada wadah akuarium masing-masing perlakuan mengalami penurunan

dibandingkan dengan kadar pH air pada saat awal penelitian, kemudian pada kualitar air amoniak mengalami kenaikan pada wadah akuarium masing-masing perlakuan, kadar amoniak tertinggi pada perlakuan D dengan pemberian pakan alami (artemia sp) dengan frekuensi 6 kali sehari dengan nilai kadar amoniak 0,70 ml/L, tetapi kadar kualitas air tersebut masih memenuhi standar baku mutu yang telah dibandingkan dengan litelatur (tabel 5) dan larva ikan gurame masih dapat hidup dengan baik pada kisaran kualitas air tersebut.

(13)

25

Menurut Wardoyo (1975), menya-takan bahwa pH 4 dan 11 merupakan titik lethal (death point) bagi ikan. Diduga tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam kolam, khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. Semakin tinggi padat penebaran dalam wadah budidaya akan semakin tinggi pula bahan organik dan sisa metabolisme yang dihasilkan, adapun cara mengurangi tinggkat keasaman yaitu dengan melakuakan pergantian air dan memberikan resirkulasi air yang dapat membantu untuk mengurangi limbah perairan yang ada.

Kadar amoniak (NH3) yang terdapat

dalam perairan umumya merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feces) dan kotoran terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang. Lebih lanjut Asmawi (1983)

dalamMonalisa dan Minggawati (2010), menyata-kan bahwa amoniak terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 mg/L.

Menurut Jenie dan Rahayu (1993), bahwa konsentrasi amoniak yang tinggi pada perairan akan mengakibatkan kematian ikan dan tingginya amoniak akan meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan, kerusakan insang dan menurunnya kemampuan darah dalam mentransportasikan oksigen dalam tubuh sehingga menyebabkan kematian pada ikan.

4. KESIMPULAN

Mortalitas larva ikan gurame yang terbaik dihasilkan dari perlakuan A (pemberian 3 kali sehari), diduga karena pengaruh kualitas air sebagai media hidup terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya,oksigen terlarut dan kadar amoniak yang dihasilkan relatif rendah. Sedangkan untuk pertumbuhan berat dan panjang relatif terbaik diperoleh pada perakuan D (pemberian 6 kali sehari), karena pakan yang diberikan cukup jumlah untuk mendukung pertumbuhannya, dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hasil uji statistik mortalitas menghasil-kan terbaik pada perlakuan A sebesar 9,78 %

dan tertinggi pada perlakuan D sebesar 11,33 %, pada pertumbuhan berat menghasilkan terbaik pada perlakuan D sebesar 93,87 % dan terendah pada perlakuan A sebesar 76,49 %, dan pertumbuhan panjang menghasilkan tingkat pertumbuhan terbaik pada perlakuan D sebesar 32,61 % dan terendah pada perlakuan A sebesar 25,66 %.

Hipotesis mortalitas menunjukkkan H0 diterima dan H1 ditolak, hal tersebut

menghasilkan bahwa frekuensi pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap mortalitas larva ikan gurame, namun pada pertumbuhan berat dan pertumbuhan panjang menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima, hal tersebut

menghasilkan frekuensi `pemberian pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan berat dan pertumbuhan panjang larva ikan gurame.

Untuk keperluan budidaya ikan gurame, khususnya dalam pemeliharaan larva ikan gurame dari umur larva 5 hari hingga umur 15 hari, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari untuk memperoleh tingkat mortalitas yang relatif rendah.

5. DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, DS Sjafei, MF Rahardjo dan Sulistiono. 2005.Fisiologi Ikan Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor : Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, 2005.

Asnawi, S. 1983.Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Jakarta : Penerbit Gramedia, 1983. hal. 82 halaman.

Boyd, C.E. 1990.Water Quality in Ponds for Aquakulture. Alabama : Birmingham Publlishing Co, 1990.

Djajaredja. R. dan Jangkaru, Z. 1981.Mekanisme Dalam Usaha Peningkatan Daya Guna Air Tawar Untuk Budidaya Ikan Secara Intensif. IPB. Bogor : Lokakarya Nasional Teoat Guna Pengembangan Budidaya Air Tawar, 1981.

Djajasewaka, H. 1985.Pakan Ikan. Jakarta : Yasaguna, 1985. hal. 47 halaman.

(14)

26

Effendi. 1997.BIologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara, 1997.

Effendi, M.J. 1978.Biologi Perikanan Bagian 1 Study Natural History. Bogor : Fakultas Perikanan IPB, 1978.

Fadli. 2006.Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). Padang : Universitas Bung Hatta, 2006.

Gunasekara RAYSA, Casteleyn C, Bossier P, Van den Broeck W. 2012.Comparativi Stereological Study Of The Digestive Tract Of Artemia Franciscana Naupli Fed With Yeasts Differing In Cell Wall Composition. s.l. : Aquaculture, 2012. hal. 324-325 : 64-69.

Gwiter D, and DJ Grove. 1981.Gastric Empyting In Limanda Limanda L. and Return Of Appetetic. s.l. : J. Fish Biol, 1981. hal. 18 (3). 145-259.

Harefa. 2003.Pembudidaya Artemia Untuk Pakan Udang dan Ikan. Bogor : Penebar Swadaya, 2003.

Hickling, CF. 1971.Fish Culture. London : Faber and Faber, 1971.

Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995.Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Yogyakarta : Kanisius : Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut, 1995.

Jennie, B.S.L dan W.P Rahayu. 1993.Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1993.

Khairuman, K Amri. 2003.Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurame Secara Intensif. Jakarta : Agromedia Pustaka, 2003. hal. 136 halaman.

Kono H, Y Nose. 1971.Relationship Betwen The Amount Of Food Taken and Growth In Fishes : I. Frequency Of Feeding For Maximum Daily Ration. s.l. : Bull. Jap. Soc. Sci. Fish, 1971. hal. 37 (3), 169-179.

Monalisa, S,S, Minggawati. 2010.Kualitas Air Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp) Di kolam Beton dan Kolam Terpal. Palangkaraya : Universitas Kristen Palangkaraya, 2010. hal. 5 (2) : 526-530.

Mudjiman. 1984.Makanan Ikan. Jakarta : Penerbit PT Penebar Swadaya, 1984. NRC. 1983.Nutrient Recuirement Of

Warmwater Fishes and Shellfishes. Washington DC : National Academy Of Sciences, 1983.

—. 1997.Nutrient Requirement Of Warmwater Fishes. Washington DC : National Academic Press, 1997. Poppy D, Hafrijal S, Azrita. 2015.Perbedaan

Frekuensi Pemberian Pakan Tubifex sp Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame (Osphronemous gouramy Lac). Sumatera Barat : Universitas Bung Hatta, 2015.

Sitanggang, M. 1999.Budidaya Gurami. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999. Sitanggang, M, B. Sarwono. 2001.Budidaya

Gurami. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.

Susanto, H. 2001.Budidaya Ikan Gurame. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001. Tim, Agromedia, Pustaka. 2007.Panduang

Lengkap Budidaya Ikan Gurame. Jakarta : Agromedia, 2007.

Wardoyo, S.T.H. 1995.Pengelolaan Kualitas Air. Bogor : Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB, 1995. hal. 41 halaman.

Gambar

Gambar 1. Pemeliharaan Larva Ikan Gurame, Larva Berumur 5 Hari Dan Larva Berumur 15 Hari
Tabel 2. Rata-rataPertumbuhan Berat Larva Ikan Gurame Selama Penelitian.
Tabel 3. Rata-rataPertumbuhan Panjang Total Larva Ikan Gurame Selama Masa Penelitian.  P e r l a k u a n  Pertumbuhan Panjang Pada-  S e l i s i h   ( c m )  Panjang Total Relatif (%)
Tabel 4.   Rata-rataPertumbuhan  Panjang  Baku  Larva  Ikan  Gurame  Selama  Masa  Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Model produktivitas yang diperoleh dari regresi dikalikan luas area tanam dan pola tanam yang berdasarkan pola indeks vegetasi dari data penginderaan jauh dalam satu tahun

Implementasi yang memuat prinsip pembangunan berkelanjutan dapat dil- akukan dengan menerapkan pembelaja- ran siswa aktif serta penilaian yang berorientasi pada proses.. Selain

Membandingkan parameter ketersediaan hayati dari suatu bentuk sediaan yang akan di tentukan terhadap parameter ketersediaan hayati sediaan inovator ( standar ).. Protokol

Karena itu sudah saatnyalah kita terus berusaha melakukan upaya untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa menjadi seorang lesbian sama saja dengan manusia lainnya,

Sebuah client yang menjalankan method pada remote server object sebenarnya menggunakan stub atau proxy yang berfungsi sebagai perantara untuk menuju remote server object

Beban Pendinginan merupakan jumlah panas yang harus dipindahkan dari dalam ruangan terkondisi untuk mencapai temperatur dan kelembaban optimal.. Panas yang dimaksud adalah panas

Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar antara usia 6-12 tahun yang memiliki karakter yang mulai bisa mandiri