• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Paikem Melalui Bimbingan Teknis Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Paikem Melalui Bimbingan Teknis Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

227

Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Paikem Melalui Bimbingan Teknis Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal

Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016

Mistaryono

mistaryono@gmail.com/SMP Negeri 2 Kamal-Bangkalan

ABSTRAK: Permasalahan yang diangkat dirumuskan sebagai berikut : (1)Bagaimanakah peningkatan Keterampilan Guru dalam setelah Menerapkan Pembelajaran PAIKEM Melalui Bimbingan teknis Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016?; (2) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM melalui bimbingan teknis di SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016?. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dalam menerapkan PAIKEM pada SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Yang diteliti sejumlah 5 orang guru. Dari kelima subyek penelitian tersebut semuanya adalah guru pengajar aktif dan telah mempunyai masa kerja yang cukup. Hasil penelitian per siklus diketahui bahwa dengan menggunakan supervisi akademik dengan pendekatan kemitraan siklus pertama tingkat keberhasilan dalam menyusun RPP mencapai 50%, sedangkan siklus kedua mencapai 70% dan pada siklus ketiga mencapai 100%. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus pertama tingkat keberhasilan 50% sedangkan pada siklus kedua 80% dan pada siklus ketiga 90%. Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa : Menerapkan pembelajaran PAIKEM melalui bimbingan teknis dapat meningkatkan kemampuan guru di SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci : Pembelajaran PAIKEM, Bimbingan Teknis.

Abstract: The issues raised are formulated as follows: (1) How is the improvement of Teacher Skills in After Applying PAIKEM Lesson Through Technical Guidance of Learning at SMP Negeri 2 Kamal-Bangkalan Lesson 2015/2016 ?; (2) How is the influence of PAKEM learning model through technical guidance in SMP Negeri 2 Kamal Bangkalan District Lesson Year 2015/2016 ?. The subjects of this study were Indonesian teachers in applying PAIKEM at SMP Negeri 2 Kamal Kamal District Bangkalan District Lesson Year 2015/2016. Researched a number of 5 teachers. Of the five research subjects are all active teachers and have had a considerable working period. The results of research per cycle is known that by using academic supervision with partnership approach first cycle success rate in preparing the RPP reached 50%, while the second cycle reached 70% and in the third cycle reached 100%. In conducting the learning process in the first cycle of 50% success rate while in the second cycle 80% and in the third cycle 90%. Based on the results of research and discussion it can be concluded that: Applying PAIKEM learning through technical guidance can improve the ability of teachers in SMP Negeri 2 Kamal Kamal District Bangkalan District Lesson Year 2015/2016.

(2)

Pendahuluan

Dalam kegiatan belajar mengajar

yang berlangsung telah terjadi interaksi

yang bertujuan. Guru dan anak didiklah

yang menggerakannya. Interaksi yang

bertujuan itu disebabkan gurulah yang

memaknainya dengan menciptakan

lingkungan yang bernilai edukatif demi

kepentingan anak didik dalam belajar.

Guru ingin memberikan layanan yang

terbaik bagi anak didik, dengan

menyediakan lingkungan yang

menye-nangkan dan menggairahkan. Guru

berusaha menjadi pembimbing yang

baik dengan peranan yang arif dan

bijaksana, sehingga tercipta hubungan

dua arah yang harmonis antara guru

dengan anak didik.

Dalam melaksanakan

pembe-lajaran, guru harus pandai

meng-gunakan pendekatan secara arif dan

bijaksana, bukan sembarangan yang

bisa merugikan anak didik. Pandangan

guru terhadap anak didik akan

menentukan sikap dan perbuatan.

Setiap guru tidak selalu mempunyai

pandangan yang sama dalam menilai

anak didik. Hal ini akan mempengaruhi

pendekatan yang guru ambil dalam

pengajaran.

Kualitas pembelajaran ditentukan

oleh interaksi komponen-komponen

dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan

ajar (materi), anak didik, sarana, media,

metode, partisipasi masyarakat,

performance sekolah, dan evaluasi

pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).

Performance sekolah, dan evaluasi

pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).

Optimalisasi komponen ini,

menen-tukan kualitas (proses dan produk)

pembelajaran. Upaya yang dapat

dilakukan oleh pendidik adalah

melakukan analisis tentang

karakte-ristik setiap komponen dan

mensinkronisasikan sehingga

ditemu-kan konsistensi dan keserasian di

antaranya untuk tercapainya tujuan

pembelajaran. Karena pembelajaran

mulai dari perencana, pelaksanaan dan

evaluasinya senantiasa merujuk pada

tujuan yang diharapkan untuk dikuasai

atau dimiliki oleh anak didik baik

instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun

nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).

Realisasi pencapaian tujuan

tersebut, terdapat kegiatan interaksi

belajar mengajar terutama yang terjadi

di kelas. Dengan demikian,

kegiatan-nya adalah bagaimana terjadi hubungan

antara guru/bahan ajar yang didesain

(3)

229 merupakan proses komunikasi

penyampaian pesan pembelajaran. Hal

ini sejalan dengan yang dikemukakan

Arief S Sadiman yang menyatakan

proses belajar mengajar pada

hakekatnya adalah proses interaksi

yaitu proses penyampaian pesan

melalui saluran media/teknik/ metode

ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman,

dkk, 1996:13).

Sejalan dengan inovasi

pembelajaran akhir-akhir ini salah

satunya adalah: PAIKEM. Interaksi

belajar mengajarnya menuntut anak

didik untuk aktif, kreatif, inovatif dan

senang yang melibatkan secara optimal

mental dan fisik mereka. Tingkat

keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan

mereka dalam belajar merupakan

rentangan kontinum dari yang paling

rendah sampai yang paling tinggi.

Tetapi idealnya pada kontinum yang

tertinggi baik pelibatan aspek mental

maupun fisik anak didik.

Agar hasil ini dapat optimal, guru

dituntut untuk mengubah peran dan

fungsinya menjadi fasilitator, mediator,

mitra belajar anak didik, dan evaluator.

Ini berarti, guru harus menciptakan

interaksi pembelajaran yang

demok-ratis dan dialogis antara guru dengan

anak didik, dan anak didik dengan anak

didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul

Suparno dkk: 2001).

Dengan menyadari kenyataan

tersebut di atas, maka dalam penelitian

ini penulis mengambil judul “Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran

PAIKEM Melalui Bimbingan Teknis

Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal

Kecamatan Kamal Kabupaten

Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/

2016”.

Masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah

peningkatan Keterampilan Guru dalam

setelah Menerapkan Pembelajaran

PAIKEM Melalui Bimbingan teknis

Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kamal

Kecamatan Kamal Kabupaten

Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/

2016? 2. Bagaimanakah pengaruh

model pembelajaran PAIKEM melalui

bimbingan teknis di SMP Negeri 2

Kamal Kecamatan Kamal Kabupaten

Bangkalan Tahun Pelajaran 2015

/2016?

Sesuai dengan permasalahan

diatas, penelitian ini bertujuan untuk: “Mengetahui peningkatan Keteram-pilan Guru dalam Menerapkan

Pembelajaran PAIKEM Melalui

(4)

SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan

Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun

Pelajaran 2015/2016”

Model PAIKEM adalah model

pembelajaran yang bertumpu pada lima

prinsip, yaitu: aktif,inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan. Model

pembelajaran ini sangat cocok untuk

kurikulum 2004 berbasis kompetensi

yang senantiasa berorientasi pada

aktivitas siswa (student centered

learning). Model ini dapat

dikembangkan secara sederhana oleh

guru dengan memperhatikan prinsip

PAIKEM.

Model PAIKEM berorientasi

pada proses dan tujuan. Orientasi

proses dalam model PAIKEM berusaha

untuk meningktkan motivasi belajar.

Kemandirian dan tanggung jawab

dibina sejak awal. Kebersamaan dan

bekerja sama untuk mengasah

emosional. Persaingan yang sehat

ditumbuhkan dengan saling

menghargai satu sama lain serta

menumbuhkan sikap kepemimpinan.

Orientasi tujuannya adalah agar anak

belajar lebih mendalam, anak lebih

kritis dan kreatif, suasana belajar

menjadi bervariasi serta meningkatkan

kematangan emosional. Tidak kalah

pentingnya anak siap menghadapi

perubahan dan berpartisipasi dalam

proses perubahan.

Tampaknya untuk memaknai aktif,

inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan masih terlalu abstrak.

Beberapa pendidik masih kabur dengan

makna ini. Meskipun untuk memaknai

istilah tersebut pernah didiskusikan

oleh para pendidik, namun bukan

berarti makna ini sudah paten. Makna

tersebut masih perlu dikembangkan

lagi sesuai dengan kondisi yang

sesungguhnya. Dalam diskusi itu, dapat

disimpulkan sebagai berikut: a. Aktif

(Selalu mencoba,Tidak ingin menjadi

penonton, Memanfaatkan modalitas

belajar (visual, auditorial, atau

kinestika),Penuh perhatian dalam setiap

proses pembelajaran. b.Inovatif

(-Hal-hal baru yang selalu ingin

dicoba,-Berusaha selalu ingin menjadi yang

terbaik). c.Kreatif (Menginginkan

adanya perubahan yang baru,Ingin

mengadakan inovasi, Mempunyai

banyak cara untuk melakukan

sesuatu,Tidak cepat putus asa, Tidak

mudah puas dengan hasil kerjanya dan

selalu ingin berbuat terus,

Menumbuh-kan motivasi, percaya diri, dan

kritis,Mempunyai banyak cara.

d.Efektif (Memanfaatkan alat peraga

(5)

231 belajar, melakukan observasi,

Memanfaatkan waktu yang ada,

Memanfaat kan rangkuman yang tepat,

Mengoptimalkan panca indera,

Mengatur stategi pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran PAIKEM a. Persiapan

1) Berpusat pada siswa

Perubahan paradigma pembelajaran

sangat terasa saat ini. Dulu guru

lebih dominan dalam proses

pembelajaran atau dengan kata lain

pembelajaran berpusat pada guru

(teacher centered learning). Saat ini pembelajaran berorientasi pada

aktivitas siswa (student centered learning)

2) Guru membuat persiapan matang

Persiapan bagi seorang guru

merupakan hal yang mutlak harus

dikerjakan. Tanpa persiapan guru

akan kehilangan arah dalam proses

pembelajaran. Berbagai metode

dengan karakter materi yang akan

diajarkan sudah dipersiapkan

sebelum diajarkan.

3) Skenario pembelajaran secara rinci

dan matang

Skenario merupakan salah satu dari

persiapan yang harus dibuat oleh

guru. Skenario pembelajaran juga

sering disebut dengan

langkah-langkah pembelajaran atau strategi

pembelajaran. Dengan disusun

skenario pembelajaran, seorang guru

sudah membuat format pada setiap

pertemuan dengan siswa. Bukan

hanya sekedar format, melainkan

guru sudah mendesain pola

pembelajaran yang ideal dengan

karakter materi yang sedang

diajarkan.

4) Menerapkan asas fleksibilitas

Asas fleksibilitas, artinya lebih

lentur dalam memahami kondisi

yang akan dihadapi. Seorang guru

tidak bisa kaku dalam menerapkan

pola pembelajaran di kelas.

Berbagai hambatan dalam proses

pembelajaran akan dihadapi. Untuk

itu, berbagai alternatif terutama

berbagai metode harus disiapkan.

Seorang guru tidak hanya terpaku

pada satu metode yang ada. Jika hal

itu sudah diantisipasi maka akan

terjadi proses pembelajaran yang

mengasyikkan.

5) Melayani perbedaan individual

Semua memaklumi bahwa anak

mempunyai perbedaan, baik

perbedaan cara belajar maupun

perbedaan kecerdasan. Untuk itulah,

(6)

dipersiapkan cara pelayanannya.

Seorang guru tidak bisa membuat

anak sama seperti gerigi sisir, tetapi

disesuaikan dengan karakter dan

kepribadian yang khas yang dimiliki

anak. Sebagaimana berbagai teori

sudah disepakati oleh para pakar

pendidikan bahwa setiap anak

mempunyai modalitas belajar atau

gaya belajar yang berbeda.

Modalitas belajar yang dimiliki anak

ada tiga, yaitu gaya belajar visual,

auditorial dan kinestetik.

b. Proses

1) Mendengarkan pendapat siswa.

Setiap anak mempunyai karakter

dan keinginan yang berbeda untuk

itu apa yang diinginkan siswa harus

didengarkan. Mendengarkan apa

yang diinginkan merupakan

penghargaan terhadap siswa.

2) Menggunakan bermacam-macam

sumber belajar. Sumber belajar yang

harus dimiliki oleh guru adalah dari

sumber tangan pertama dan tangan

kedua. Sumber belajar tangan

pertama, artinya sumber belajar

yang langsung dialami oleh siswa,

seperti pengalaman kunjungan

belajar, peristiwa yang dialami atau

dilihat, situs bersejarah, nara

sumber, dan lingkungan sekitarnya.

Adapun sumber belajar tangan

kedua adalah sumber belajar yang

sudah dihasilkan oleh orang lain,

misalnya: buku paket atau

perlengkapan perpustakaan, dan

media pembelajaran lainnya.

Seorang guru dalam model

PAIKEM tidak boleh selaku

menganggap buku paket sebagai

satu-satunya sumber belajar yang

lebih bervariatif, terutama sumber

belajar yang dihasilkan oleh siswa

dan segala yang ada di sekitar.

3) Merangsang keberanian siswa untuk

menyatakan dan menanyakan

sesuatu. Guru seyogyanya

menumbuhkan minat anak untuk

menanyakan sesuatu atau

menyatakan pengalamannya. Semua

pembelajaran berpusat pada siswa

maka seorang guru bisa menggali

potensi yang ada pada siswa dengan

memberikan rangsangan agar anak

mempunyai keberanian dalam

mengungkapkan sesuatu.

4) Pertanyaan terbuka, menantang, dan

produktif. Agar anak lebih

berwawasan luas, pertanyaan yang

diberikan oleh guru diusahakan

mampu mengembangkan cara

berpikir anak dengan pertanyaan

(7)

233 akan lebih produktif dalam

mengembangkan cara berpikir yang

lebih luas dan terbuka.

5) Pemecahan masalah (problem solving). Pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada

pemecahan yang dihadapi oleh anak

agar pembelajaran lebih menarik

dan bermanfaat.

6) Menuntut hasil terbaik dari siswa.

Guru menyiapkan dan mengarahkan

dalam proses pembelajaran sehingga

mendapat hasil yang maksimal dari

siswa.

7) Memberikan umpan balik seketika.

Kebiasaan anak-anak

memper-tanyakan segala hal harus dapat

direspon dengan baik oleh guru.

Pertanyaan yang timbul dari anak itu

didorong oleh kebutuhan psikologis

alamiah, yaitu rasa ingin tahu

(curiosity). Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan

dinamisme dan kreativitas. Melihat

gejala anak seperti ini, seorang guru

harus memberikan umpan balik

seketika. Dengan demikian, akan

muncul keingintahuan yang lebih

besar. Dalam kondisi seperti ini,

sebenarnya sudah terjadi proses

pembelajaran yang berarti.

8) Siswa memanjangkan hasil

karyanya. Sesuatu yang sangat

berarti bagi seorang anak adalah

ketika apa yang dikerjakan

mendapat pengakuan dari orang

yang ada di sektiarnya, terutama

orang-orang yang sangat

dicintai-nya. Dalam proses pembela-jaran,

siswa sering menunjukkan hasil

karyanya, namun terkadang kurang

mendapat penghargaan. Mungkin

karena tidak ada tempat atau

mungkin dianggap kurang layak

untuk diberikan penghargaan. Agar

anak tumbuh motivasi yang lebih

besar, hasil karyanya dipajang di

dalam kelas, apa pun bentuk

karyanya.

9) Kompetetif dan kooperatif.

Persaingan dan kerja sama perlu

diciptakan sejak dini. Persaingan

dalam hal ini mempunyai pengertian

bahwa ada perbedaan individu yang

perlu dikembangkan potensinya.

Setiap anak harus bisa

mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya dan guru sangat

berperan untuk menggali dan

mengembangkan potensi ini. Di sisi

lain harus diciptakan kerja sama

yang baik. Perbedaan yang satu

(8)

mewujudkan rasa saling menghargai

dan mampu bekerja sama dengan

baik.

Kegiatan PAIKEM

Kegiatan model PAIKEM

haruslah bervariatif dan tidak monoton.

Ada beberapa yang perlu diketahui,

misalnya: Mengamati, mengukur dan

mendiskripsikan, Mengajukan

perta-nyaan dan mencatat, Berdiskusi,

berdebat, dan membuat rangkuman,

Merencanakan dan melakukan

percobaan, Melaporkan,

mempresen-tasikan, bermain peran, membuat puisi

atau hasil karya lain dan memajangkan.

Ciri lulusan PAIKEM

Jika proses model PAIKEM

dilaksanakan dengan benar, dengan

asumsi dasar bahwa belajar merupakan

proses individual, belajar merupakan

proses sosial, belajar harus

menyenangkan, belajar harus selalu

aktif, dan belajar tak pernah terhenti.

Dengan demikian, akan menghasilkan

lulusan yang mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:Berpikir kritis, kreatif,

dan produktif,Mampu belajar

mandiri,Bisa bertanggung jawab,Bisa

bekerja sama dengan orang lain.

Bimbingan Tehnis dalam Pembela-jaran.

Bimbingan tehnis dalam

pembelajara merupakan bimbingan

yang dilaksanakan oleh pengawas

sekolah dalamupaya meningkatkan

profeionalisme guru binaannya.

Bimbingan tehnis ini merupakan

bagian dari peaksanaan supervise

akademik, karena materi bimbingannya

adalah masalah bagaimana guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

Pembe-lajaran ini menjadi sangat penting,

karena pencapaian mutu pendidikan

atau pencapaian mutu output

pendidikan sangat dipengaruhioleh

bagaimana guru melaksanakan

kegia-tan pembelajaran di kelas.Dalam

bimbingan tehnis ini difokuskan pada

pembinaan bagaaimana guru

menerapkan pembelajaran PAIKEM du

kelasnya, dengan harapan penerapan

pembelajaran ini dapat meningatkan

kemampuan analisis, dan kemampuan

pemecahan masalah siswa serta agar

siswa bisa mandri. Dengan

pembe-lajaran ini diharapkan siswa akan selalu

senang dalam mengikuti pembelajaran,

dapat bekerjasama dengan teman dalam

kelompok dengan tana tekanan ataupun

paksaan sehingga benr-benar akan

(9)

235 ada pada diri siswa. Siswa akan

berhasil dalam mencapai prestasi

puncak manakala mereka dapat belajar

dengan senang, belajar dengan tenang,

dan tanpa ada rasa tertekan.

Pembelajaran PAIKEM dirancang

untuk agar siswa dapat belajar dengan

tenang dan senang, dapat belajar tanpa

tekanan, dpat belajar secara aktif,

sehingga dapat mencapai tujuan secara

efektif.Demikian juga dengan

bimbngan tehnis terhadap guru

diharapkan guru akan dapat

meningkatkan kemampuan

mlaksa-nakan pembelajaran secara PAIKEM,

guru dibimbing oleh pengawas secara

rutin dan berkesinambungan, sehingga

akhirnya guru akan dapat menemukan

kekurangannya dan berusaha untuk

meningkatkan kemamouan

profesio-nalannya.

Metode Penelitian Desain Penelitian.

Sesuai dengan jenis penelitian

yang dipilih, yaitu penelitian tindakan

Sekolah, maka penelitian ini

menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart

(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu

berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa

identifikasi permasalahan.

Subyek penelitian dalam hal ini

adalah guru dalam menerapkan

pembelajaran PAIKEM melalui

Bimbingan teknis pembelajaran di

SMP Negeri 2 Kamal Kecamatan

Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun

Pelajaran 2015/2016. Jumlah guru yang

diamati atau menjadi subyek penelitian

adalah sebanyak 5 orang di SMP

Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal

Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran

2015/2016 yang semuanya adalah guru

pengajar dan telah mempunyai masa

kerja yang cukup.

Obyek Penelitiannya adalah

kegiatan guru Bahasa Indonesia dalam

melaksanakan pembelajaran PAIKEM.

Dengan demikian yang menjadi

pengamatan peneliti adalah bagaimana

guru menerapkan pebelajaran PAIKEM

di Kelasnya.

Penelitian ini dilaksanakan dalam

menerapkan PAIKEM pada SMP

Negeri 2 Kamal Kecamatan Kamal

Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran

(10)

Penelitian ini dilaksanakan

selama 3 (tiga) bulan yakni pada bulan

April sampai dengan bulan Juni 2016.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan

sekolah ini dilakukan melalui beberapa

siklus, dan masing-masing siklus

dilakukan melalui beberapa tahapan

yakni tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap observasi dan tahap

refleksi.

Tahap Perencanaan, Pada tahap perancanaan ini peneliti melakukan

pertemuan dengan para guru kelas di

sekolahnya sendiri yakni di SMPN 2

Kamal. Hal-hal yang disampaikan

dalam pertemuan tersebut adalah :1).

Temuan di lapangan tentang

pembelajaran yang diamati peneliti

yakni mayoritas guru dalam kegiatan

pembelajaran mendominasi aktifitas,

sehingga siswanya pasif menerima

pengetahuan dari guru. 2). Penjelasan

tentang pembelajaran yang seharusnya

dilakukan oleh guru yakni model

pembelajaran PAIKEM. 3). Berdiskusi

dengan guru tentang

kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam

menerapkan bimbingan teknis. 4).

Memberikan alternatif solusi terhadap

kesulitan yang dialami guru dalam

penerapan pembelajaran PAIKEM. 5).

Guru menyusun Rencana Pembelajaran

dan dikomunikasikan kepada pengawas

atau supervisor yang sekaligus sebagai

peneliti. Untuk ini guru diberi waktu

kurang lebih satu minggun untuk

menyusun rencana pembelajaran yang

akan diterapkan dalam pembelajaran

PAIKEM.

Tahap Pelaksanaan, Pada tahap pelaksanaan ini guru yang menjadi

subyek penelitian menerapkan rencana

pembelajaran yang telah disusun, yang

selanjutnya akan dinilai dan diamati

oleh pengawas sebagai peneliti.Hal

yang diamati adalah tentang bagaimana

guru menerapkan pembelajaran yang

dirancang sehingga siswa dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik

sesuai dengan kriteria Aktif, dan

menyenangkan.

Tahap Observasi, Pada tahap observasi ini peneliti yakni pengawas

mengamati kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Acuan yang

digunakan atau isntrumen yang

digunakan oleh peneliti dalam

mengamati pembelajaran adalah

dengan menggunakan Intsrumen

Penilaian Kinerja Guru (IPKG).

Instrumen ini terdiri dari dua macam

(11)

237 menilai tentang rencana pembelajaran

yang disusun guru, sedangkan IPKG 2

digunakan untuk mengamati atau

menilai tentang pelaksanaan

pembelajaran PAIKEM.

Tahap Refleksi, Pada tahap ini peneliti merangkum hasil pengamatan tentang

pembelajaran pakem, untuk

direnungkan dan disesuaikan dengan

kriteria yang telah ditetapkan

berdaqsarkan IPKG. Dalam tahap ini

peneliti berkumpul lagi dengan subyek

penelitian untuk membahas kekurangan

yang dilakukan dalam pembelajaran

siklus pertama. Dalam menyampaikan

kekurangan tersebut peneliti juga

memusyawarahkan dengan guru

tentang jalan keluar atau bagaimana

cara memperbaiki kegiatan

pembelajaran berikutnya.Kegiatan

demikian dilakukan secara berulang

sehingga mencapai beberapa siklus

sesuai hasil pencapaian maksimal.

Masalah banyaknya siklus tergantung

pencapaian ketuntasan atau

ketercapaian kriteria yang telah

ditetapkan dalam penelitian, sehingga

jumlah siklus bisa 2 siklus atau 3

siklus.

Instrumen Pengumpulan Data. Instrumen yang digunakan

untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah Instrumen

Penilaian Kinerja Guru atau yang

disebut IPKG. Dalam penelitian ini

digunakan dua instrumen yakni IPKG 1

yang digunakan untuk menilai Rencana

Pembelajaran yang digunakan oleh

Guru dan IPKG 2 yang digunakan

untuk menilai kgiatan pembelajaran

guru.

Untuk mengupulkan data

penulis menggunakan metode

observasi dan dokumentasi. Observasi

dilakukan ketika guru melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan

pembelajaran yang telah direncanakan.

Dokumentasi digunakan untuk menilai

rencana pembelajaran yang digunakan

guru yang sebelumnya telah diberikan

pembimbingan dalam penulisannya,

agar RPP yang digunakan sesuai

dengan pembelajaran yang diterapkan.

Kriteria keberhasilan ditetapkan

bahwa : Masing-masing guru maupun

secara keseluruhan dinyatakan tuntas

atau berhasil jika mencapai nilai

sebagai berikut :

1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan

(12)

a. Guru dinyatakan telah berhasil

dalam menyusun rencana

pembelajaran jika nilai rencana

pembelajaran minimal 28 artinya

setiap aspek minimal mendapat

nilai 4 dari tujuh aspek penilaian

rencana pembelajaran.

b. Penelitian ini dianggap selesai

atau berhasil jika 80 % dari

guru-guru yang menjadi subyek

penelitian telah mendapat nilai

minimal 28.

2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan

penelitian dalam pelaksanaan

pembelajaran. Dalam menetapkan

apakah penelitian pelaksanaan

pembelajaran berhasil atau tidak,

maka ditetapkan kriteria

keberhasilan atau kriteria ketuntasan

dalam penelitian tindakan sebagai

berikut :

a. Penelitian dalam pelaksanaan

pembelajaran dinyatakan tuntas/

berhasil secara individu jika tiap

guru mencapai skor minimal 80,

artinya tiap aspek minimal

mendapat nilai 4 dari 20 aspek

pengamatan kegiatan

pembelajaran.

b. Penelitian ini dianggap selesai

atau berhasil jika 80 % dari

guru-guru yang menjadi responden

dalam penerapan pembelajaran

kontekstual telah mendapat nilai

minimal 80.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Tahap Observasi dan

pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada

tanggal 2 sampai dengan 4 Mei 2016.

Pada tahap ini Guru melakukan

kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan pembelajaran PAIKEM

melalui bimbingan teknis.

Hasil pengamatan atau observasi

pada siklus pertama dapat direkap

sebagai berikut.

Tabel 4.1

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus

pertama.

Tahap pelaksanaan siklus II

dilaksanakan pada tanggal 12 sampai

(13)

239 penelitian. Guru melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan

mengacu pada persiapan yang telah

disempurnakan dari siklus pertama.

Tahap Observasi dilaksanaan

bersamaan dengan tahap pelaksanaan.

Pada siklus kedua ini sengaja ditambah

seorang observer agar pengamatan

menjadi lebih cermat dan lebih

sempurna dengan demikian hasil

penelitian akan lebih akurat.

Adapun hasil observasi yang

dilakukan berurut-turut tersebut

diperoleh skor penilaian sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua.

Observasi siklus ketiga

dilaksanakan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan, yakni pada tanggal 28

sampai dengan 31 Mei 2016. Observasi

dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan, dengan tujuan

untuk memperoleh informasi yang

lebih mendalam dan menyeluruh

tentang pelaksanaan pembelajaran pada

siklus ketiga. Fokus observasi adalah

bagaimana proses penerapan tindakan

yang dilakukan pengajar dan siswa,

aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi

frekuensi bertanya dan menjawab

pertanyaan serta rekaman situasi kelas

yang lain seperti penggunaan media,

penilaian dala proses selama kegiatan

belajar mengajar.

Hasil observasi yang dilakukan

peneliti berupa skor perolehan nilai

yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus ketiga.

Hasil pengamatan pada rencana

pembelajaran pada siklus pertama dan

siklus kedua terdapat perubahan yang

sangat signifikan. Hasil pengamatan

(14)

ditemukan kekurangan sehingga

prosentase keberhasilan masih dibawah

kiteria keberhasilan atau kriteria

ketuntasan dalam penelitian. Hasil

pengamatan tentang pelaksanaan

pembelajaran pada siklus ketiga

didapatkan bahwa untuk penilaian

rencana pembelajaran tidak ada

seorang gurupun yang mendapat nilai

di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati,

artinya nilai minimal tiap aspek 4.

Perbandingan hasil pengamatan

tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4.

tabel 4.4

perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran masing masing

siklus

Jika Perbandingan Hasil

Pengamatan Tentang Rencana

Pembelajaran Masing-masing siklus

tersebut dituangkan dalam bentuk grafik

maka akan menjadi sebagai berikut :

Berdasar perbandingan nilai pada

tabel tersebut diatas dapatlah

disimpulkan bahwa: Pada siklus

pertama masih terdapat 4 orang guru

yang belum mencapai nilai minimal

keberhasilan dalam menyusun rencana

pembelajaran sedangkan pada siklus

kedua 2 guru telah tuntas atau berhasil

dalam menyusun rencana

pembelajaran. Pada siklus ketiga tidak

ada seorang gurupun yang hasil/ nilai

penyusunan rencana pembelajarannya

kurang 28. Semua guru hasil/nilai

penyusunan rencana pembelajarannya

adalah 28 kelas.

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa supervisi akademik

dengan pendekatan kolaboratif dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam

menyusun rencana pembelajaran.

Perbandingan hasil pengamatan

pelaksanaan pembelajaran dalam

bentuk tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Masing masing siklus

(15)

241 dari 80

Jika Perbandingan Hasil

Pengamatan Tentang Rencana

Pembelajaran Masing-masing siklus

tersebut dituangkan dalam bentuk

grafik maka akan menjadi sebagai

berikut :

Berdasar rekapitulasi dan

pebandingan hasil pengamatan tentang

pelaksanaan pembelajaran kontekstual

dapatlah disimpulkan bahwa :

1. Pada siklus pertama masih terdapat

3 guru yang mendapatkan hasil

kurang dari 80 sedang yang tuntas

sebanyak 2 orang guru artinya

tingkat keberhasilannya mencapai

60%.

2. Pada siklus kedua terdapat 2 orang

guru yang mendapat nilai dibawah

kriteria keberhasilan,artinya tingkat

ketuntasannya mencapai 80%.

3. Pada siklus ketiga didapatkan

kondisi guru bahwa ada satu orang

guru yang mendapatkan hasil

dibawah 80 dalam pengamatan

yang dilakukan peneliti. Artinya

prosentase keberhasilan pada siklus

ketiga mencapai 90%, dengan

demikian guru telah mencapai

kriteria keberhasilan dalam

melaksanakan pembelajaran

PAIKEM.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.

Berdasar hasil penelitian dan

pembahasan dapatlah disimpulkan

bahwa :

Bimbingan Teknis Pembelajaran dapat

Meningkatkan Keterampilan Guru

dalam Menerapkan Pembelajaran

PAIKEM di SMP Negeri 2 Kamal

Kecamatan Kamal Kabupaten

Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016

Daftar Pustaka

1. Depdiknas , 2006, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.Depdiknas.

2. Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.

3. Furchan Arief, 2005, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 4.2 yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
tabel 4.4
grafik maka akan menjadi sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Metode HEART bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan operator dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan operator sehingga melakukan

Dengan demikian dapat ditemukan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas belajar atau belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan masih banyak yaitu 69,56

Dari hasil analisis GCMS (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa bio-oil yang dihasilkan dari serbuk kayu, kulit kayu mahoni dan sludge kertas pada suhu 550 C menggunakan proses

Hasil analisis data menunjukkan bahwa profitabilitas, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan likuiditas dan struktur

[r]

memiliki perbedaan kepentingan sehingga harus saling memenangkan dengan suatu kekuatan. Tetapi justru sebaliknya, mereka saling membutuhkan dan bekerja sama untuk dapat

Analisis terhadap hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa informational support adalah bentuk dukungan yang signifikan berperan terhadap resiliensi.. Meski

Mata Pelajaran Nilai