• Tidak ada hasil yang ditemukan

BARU LAPORAN DAN PENELITIAN PANGANDARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BARU LAPORAN DAN PENELITIAN PANGANDARAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perubahan bahasa merupakan suatu yang pasti terjadi dalam lingkungan komunitas bahasa tertentu. Hal itu dapat terjadi karena adanya berbagai pengaruh faktor bahasa baik secara internal maupun faktor eksternal. Pengaruh faktor internal biasanya dipengaruhi oleh linguistik itu sendiri. sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor non linguistik. Faktor non linguistik misalnya adalah faktor sosial dan faktor kontekstula atau situasional.

Proses perubahan bahasa merupakan suatu gambaraan tentang adanya dinamika bahasa yang terus terjadi akaibat berbagai pengaruh faktor-faktor yang ada. Perubahan bahasa membuktikan bahawa bahasa merupakan suatu materi yang terus akan berubah berdasarkan pengaruh lingkungan dan keadaaan sosial dalam komunitas bahasa tertentu. Berbagai perubahan tersebut juga memberikan bukti bahawa faktor sosial dalam komunitas bahasa sangat berperan basar dalam perubahan bahasa.

Hal itu dapat melihat pengaruh variasi sosiolinguitik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial bahasa. Karena dalam melihat adanya perubahan bahasa kita tidak bisa melepaskanya dari pengaruh masyarakat penggunya, dan dampak dari lingkungan penggunanya yaitu kondisi sosial. Kondisi sosial yang dimaksud adalah status sosial, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan lainnya.

(3)

masyarakat penutur dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial seperti umur, jenis kelamin, etnis dan kondsi alam yang berda pada kelompok masyarakat penutur tersebut.

Salah satu hal yang menarik dalam pnelitian perubahan bahasa adalah melihat perubahan bahasa pada kelompok umur tertentu dengan membandingkan proses perubahannya pada dua generasi yang berbeda (kelompok umur). Peroses perubahan itu dapat kita lihat dari generasi muda dan tua sehingga kita dapat merekam jejak perubahan tersebut dalam dua kelompok usia yang mewakili generasinya masing-masing. Penelitian berdasarkan faktor usia tersebut disebabkan juga karena waktu kita yang terbatas dalam penlitian sehingga beberapa faktor alain yang mempengaruhi perubahan bahasa tidak dapat kita lakukan.

Berangkat dari pandangan tersebut maka sangatlah menarik untuk meneliti perubahan bahasa yang terjadi pada sutu kelompok masyarakat berdasarkan kelompok umur pada masyarakat pangandaran. Maka dalam penelitian ini kami ingin meneliti “Tingkat perubahan Bahasa Sunda pada kelompok usia muda di masyarakat pangandaran”.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalah dalam penelitian ini adalah tentang tingkat perubahan bahasa sunda pada kelompok usia muda di masyarakat pangandaran. Permasalahn penelitian ini akan fokus pada, berapa jauh tingkat perubahan bahasa sunda pada kelompok usia muda dalam masyarakat pangandaran. Artinya permasalahan ini beraangkat dari teori tentang fungsi faktor umur dalam memengaruhi perubahan bahsa pada suatu masyarakat.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(4)
(5)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Variasi Sosiolnguistik

Dalam mempelajari tentang perubahan bahasa pada suatu kelompok masyarakat penutur, yaitu bagaimana kita dapat melihat pengaruh variasi sosiolinguitik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial bahasa. hai itu diungkapkan oleh;

(George trager dan hendry lee smith) menekankan bahwa bahasa tidak dapat kaji sendiri, dan terisolasi. Tapi harus di lihat pada kaitannya dengan masyarakat penggunanya, hal itu berkaitan dengan penggunaan dalam penuturnya. Dan tampak dari lingkungan yang digunakan oleh penggunanya.. Stokoe (1994: 333) dalam buku Ceil Lucas The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 61)

Hal tersebut menggambarkan bahwa suatu komunitas bahasa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh bahsa lain. Hal itu berhubunggan dengan bagaimana proses saling mempengaruhi antara pengguna bahasa dalam penuturannya.

B. Kesatuan Variabel dalam Bahasa Tutur

Disamping itu Ceil Lucas dkk; engungkapkan tentang kesatuan variabel dalam bahasa tutur (Variable Unit in Spoken Laguages) menjelaskan juga tentang berbagai bentuk perbedaan bahasa ditinjau dari segi variabel yang akan diteliti.

Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran kata dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi wacana yang terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat dalam teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan bagaimana variasi dalam bahasa tutur yang terdiri dari banyak kelmpok atau segmen dari unit terkecil hingga yang paling besar. Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga pada level wacana. (Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 63)

(6)

terendah hingga pada struktur ter tinggi, membuktikan adanya sebuat pengaruh ynag dapat memberikan perubahan pada suatu komunitas bahasa.

C. Proses Variabel dalam Bahasa Tutur

Bagaimanakah pengaruh variabel bahasa dalam prosesnya pada bahasa tutur (Variable Processes in Spoken Laguages) Ceil Lucas dkk juga menjelaskan bahwa:

Dalam melihat variabel pada bahasa tutur kita mendasarinya dengan apa yang diungkapkan oleh Wolfram (1991, 1993) memahami variasi dalam bahasa lisan merupakan satu rangkaian proses yang bervariasi, ada hubungannya dengan komponen fonologi dari bahasa. (Ceil Lucas dkk; Variable Processes in Spoken Laguages; 2004; 64)

Variasi sosialinguistik membeikan pengaruh dalam proses perubahan sutu bahasa. perubahan itu dapat diberikan dalam bentuk perubahan komponen fonologi pada sutu bahasa.

D. Studi singkat pada Variabel dalam bahasa tutur

Pada penelitian awal. Tingkat starata sosial dan tingkat usia memengaruhi variasi bahasa. Berdasarkan hasil penelitian Labov menemukan fakta bahwa ada perbedaan antara cara pengucapan oleh laki-laki dari penduduk asli dari sebuah pulau dengan pendatang yang berlibur ke pulau tersebut. Hal itu dibuktikan dnegan mengambil sampel 10% dari penduduk asli pulau tersebut dimana sampelnya diambil berdasrkan usia, etnis pekerjaan dandaerah tempat tinggal.

E. Cakupan luas pada masyarakat Urban

(7)

yang sama pada masing-masing kelompoknya. Hal itu menunjukkan bahwa perbadaan gaya bicara antara setiap kelas.

Peranan Labov Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya yang luas tentang tutur kota New York, berjudul The Social Stratification of English in New York City (lapisan sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Ia mengadakan wawancara yang direkam, tidak dengan sejumlah kecil informan, hanya terdiri dari 340 orang. Dengan ini Lobov memasukkan metode sosiologi ke dalam penelitiannya. Sosiologi menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan jumlah besar, dan dengan metode sampling. Kelas sosial dan ragam baku, Ada kaidah yang baku dalam bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti orang ke tiga tunggal (she, he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan sifiks-s. kemudian diadakan penelitian apakah ada hubungan antara kelompok sosial dengan gejala bahasa ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS) dan di Norwich (Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial, yaitu: Kelas Menengah Tinggi (KMT) Kelas Menengah Atas (KMA) Kelas pekerja (buruh) menengah (KPM) Kelas pekerja bawah (KPB).

F. Penelitian pada variabel sosialinguistik dalam bahasa tutur

Maka berbagai unsur dalam Variasi sosiolinguistik sangat memberikan konstribusi dalam proses perubahan bahasa pada suatu kelompok masyarakat penutur. Seperti yang diungkapkan oleh Ceil lucas dkk; tentang variasi sosiolinguistik dan perubahan bahasa (Sociolinguistic variation and laguage change) bahwa;

(8)

harapkan bahwa bentuk inovasi laibih umum bnayak muncul pada orang muda ketimbang dalam bahsa orang tua mereka. fakta tersebut memungkinkan digunkan sturktur (waktu yang jelas) untuk melihat model perubahan linguistik yang sednag berlangsung di dalam masyarakat di seluruh dunia. Dalam studi tentang variasi bahasa telah meneliti hubungan bahasa di kalangan tua dan inovasi bnetuk linguistik berdasarkan kelompok umur (serta vaktor sosial lainnya) untuk melihat cara perubahan linguistik. (Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage, 2004; 74-75).

Proses peruahan suatu bahasa merupakan bentuk pengaruh situasi dan keadaan sosial pada pengguna bahasa yang secara berangsur-angsur akan memberikan suatu bentuk perubahan yang jelas pada sebuah bahasa. dalam hal ini perbedaan umur pada suatu kelompok pengguna bahasa ternyata juga memiliki pengaruh terhadap perubahan sutu bahasa. dalam sumarsono dan partana mengatakan bahwa usia merupakan salah satu rintangan sosial yang dapat memicu lahirnya dialek dalam kelompok penutur, dan hal itu memberikan warnaa tersendiri (sosiolinguistik, cet II 2004:135)

G. Faktor Sosio-Situasional dan Variasi Bahasa

Dalam pemakaian bahasa pada sustu masyarakat pengguna bahasa dapat di pengaruhi oleh faktor linguistik dan faktor non-linguistik. Faktor non-linguistik tersebut adalah faktor sosial seperti status sosial, pendidikan, umur, jenis kelamin dan lain-lain. (Aslinda dan Syafyahna, pengantar sosiolinguistik; cet. II, 2010: 16 )

(9)

diungkapkan oleh Alwasilah (1985:66) bahwa walaupun para penutur memakai bentuk yang berbeda namun masih merupakan satu sitem bahasa yang sama yang disebutnya dnegan istilah idiolek, dialek sosialek, dan register atau style.

Pemaparan beberapa tokoh di atas menegaskan bahwa bahasa memiliki suatu sistem yang sama namun dalam pemakaiannya akan melahirkan perbadaan yang dipengaruhi oleh fakor linguistik maupun non-linguistik seperti latar belakang geografis dan sosial penuturnya. Faktor sosial pada kelompok penutur juga akan memengaruhi proses peruahan suatu bahasa. Perubahan itu memang dimulai dari berbagai faktor sebagai variasi bahasa namun berbagai perubahan itu akan menjadi unsur-unsur yang akan membawa pada perubahan dari suatu bahasa, yaitu dengan berbagai faktor yang ada masyarakat penutur akan berkesinambungan menggunakan unsur-unsur baru tersebut sebagai penggunaan yang tetap. Itulah bentuk perubahan bahasa.

H. Inteferensi

Terjadinya kontak bahasa, akan berakibat terjadinya pengaruh di antara bahasa-bahasa yang berkontak. Pengaruh dari kontak bahasa tersebut bisa melahirkan sebuah penyimpangan dari sebuah bahasa. Tergantung berapa besar pengaruh bahasa yang saling berkontak tersebut. Proses kontak tersebut terjadi pada penutur bahasa yang dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kedwibahsaan.

(10)

unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam hubungannya dengan bahasa lain, (185:132).

Dalam Aslinda dan Syafyahya, Weinreich mengatakan interverensi dapat terjadi pada semua tuturan bahasa yang dapat di kalsifikasikan dalam beberapa jenis Yaitu:

1. Pemindahan unsur dari satu bahasa ke bahasa lain.

2. perubahan fungsi dari katergori unsure karena unsur pemindahan 3. penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua kedalam

bahasa pertama.

4. Pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat pandanannya dalam bahasa pertama.

(1953:39)

Disamping itu Weinreich (1953:14-47) membagi bentuk-bnetuk interferensi dalam tiga bagian yaitu bidang fonologi, leksikal dan gramatikal. Berikut berbagai pembagian bentuk menurut Weinreich berdasarkan tiga bentuk tersebut.

a. Interverensi dalam bidang fonologi 1. Pemindahan fonem konsonan 2. Pemindahan fonem vokal b. Interverensi dalam bidang leksikal

1. Kelas kata verbal 2. Kelas kata adjektiva 3. Kelas kata nomina 4. Kelas kata pronomina 5. Kelas kata nurmelia

c. Interverensi dalam bidang gramatikal 1. Interverensi morfologi

(11)

3. Imbuhan gabungan b. Perulangan

1. Perulangan seluruh

2. Perulangan dengan mendapat awalan

3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran 4. Pemajemukan

2. Interverensi bidang sintaksis

Interferensi sitaksis meliputi penggunaan kata tertentu dari bahasa kedua pada bahasa pertama atau sebaliknya.

I. Integrasi

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode penelitian kualitatif deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan malakukan pendekatan teori perubahan bahasa yang dikemukakan oleh Ceil Lukas dkk. dalam mneilai variasi sosiolinguistik.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi ke obyek penelitian (lapangan) yaitu di daerah pangandaran. Observasi lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data mellaui pengamatan dan pencatatan situasi yang terja di lapangan. Disamping itu observasi lapangan juga bertujuan untuk memeroleh data berupa pencatatan hasil wawan cara dan merekam tuturan masyarakat yang menjadi sumber data.

B. Data Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana tingakt perubahan bahasa sunda pada kelompok masyarakat usia muda dalam masyarakat pangandaran, dan sejauh mana pengaruh faktor umur dalam memengaruhi perubahan bahasa pada dalam masyarakat pangandaran. Maka kami akan melakukan proses pengambilan data pada dua kelompok masyarakat yaitu pada kelompok masyarakat usia muda dan usia tua. Hal ini dilakukan agar mengatahi tingkat perubahan bahasa pada usia muda dengan membandingkannya dengan usia tua, sehinga kita dapat merekam jejak perubabahan bahasa dari masing-masing generasia pada dua kelompok usia tersebut. Dari dua kelompok usia tersebut kita ingin mengetahui beberapa unsur perubahan bahasa hal itu berkaitan dengan penggunaan dalam penuturnya. Dan tampak dari usia penggunanya.

(13)

terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat dalam teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan bagaimana variasi dalam bahasa tutur yang terdiri dari banyak kelmpok atau segmen dari unit terkecil hingga yang paling besar. Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga pada level wacana. Sebagai dasar analisis dalam melihat perubahan bahasa digunakan bentuk perubahan interferensi dan integrasi bahasa yang terjaaadi pada masyarakat pangandaran. Artinya dari dua kelompok tersebut akan kita ketahui bentuk perubahannya dari proses penuturannya melalui analisa bentuk interferensi dan integrasi, sehingga kita melihat unsur-unsur perubahan seperti yang telah dijlaskan. Dalam meperoleh data peneliti akan membatasi latar saat penuturaan berlangsung pada kondisi informal di luar rumah dan rungan resmi untuk menghindari pengaruh situasi formal dalam penuturan bahasa pada setiap kelompok sampel yang diambil. (instrumen terlampir).

C. Sumber Data

Sumber data yang kita ambil adalah dari dua kelompok masyarakat yaitu kelompok penutur usia muda dengan rentang umur (14-25 tahun) sedangkan untuk kelompok usia tua kata ambil data dari responden dengan umur (35-60 tahun). Dari dua kelompok umur tersebut akan kita peroleh data bahasa tutur melalui pendekatan wawancara, dan menstimulasi mereka untuk melakukan cerita dalam bentuk narasi menggunakan bahasa sunda. Sehingga kita dapat mengetahui unsur penggunaan bahasa dari masing-masing kelompok penutur tersebut dari tingkat kecil sampai tingkat kelompok bahasa tertinggi yaitu wacana, ynag kemudian dianalisis menggunakan bentuk interferensi dan integrasi bahasa.

(14)

D. Teknik Analisis data.

teknis analisis data dari hasil observasi, dan wawancara mealui proses pencatatan, dan hasil rekaman, akan dilakukan analisa berdasarkan toeri perubahan bahasa dan variasi sosiolinguistik yang diaungkapkan oleh Ceil Lucas dkk. ada dua teknik analisis data yang digunakan. Analisis deskriptif analitik digunakan untuk data observasi sedangkan data hasil wawancara yang berupa data penuturan (bahasa lisan) dinalaisis dengan instrumen analisis data yang dibuat berdasarkan teori. Dalam melihat proses perubahan bahasa berdasarkan kelompok umur tersebut akan dilihat perubahannya dalam bentuk interferensi dan integrasi. Unsur-unsur integrasi dan interverensi tersebut adalah:

1. Inteverensi

a. Interverensi dalam bidang fonologi 1. Pemindahan fonem konsonan 2. Pemindahan fonem vokal b. Interverensi dalam bidang leksikal

1. Kelas kata verbal 2. Kelas kata adjektiva 3. Kelas kata nomina 4. Kelas kata pronomina 5. Kelas kata nurmelia

c. Interverensi dalam bidang gramatikal 1. Interverensi morfologi

a. Afiksasi 1. Awalan 2. Akhiraan

3. Imbuhan gabungan b. Perulangan

(15)

2. Perulangan dengan mendapat awalan

3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran 4. Pemajemukan

2. Interverensi bidang sintaksis 2. Integrasi

a. Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa b. Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda c. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa d. Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia e. Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia f. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Untuk mengetahui bagaimana tingakt perubahan bahasa sunda pada masyarakat pangandaran dengan kategori kelompok masyarakat usia muda dan usia tua, dan sejauh mana pengaruh faktor umur dalam memengaruhi perubahan bahasa pada kelompok masyarakat tersebut.

Maka kami mengambil data dari dua kelompok masyarakat yaitu kelompok penutur usia muda dengan rentang umur (14-25 tahun) sedangkan untuk kelompok usia tua kata ambil data dari responden dengan umur (35-60 tahun). Jumlah data yang kami ambil adlaah sebanyak enam orang yang terdiri dari tiga orang kelompok usia muda dan tiga orang dari kelompok usia tua. Dari dua kelompok umur tersebut kami memperoleh data bahasa tutur melalui pendekatan wawancara, dan menstimulasi mereka untuk melakukan cerita dalam bentuk narasi menggunakan bahasa sunda. Sehingga kami memperoleh data penggunaan bahasa sunda dari masing-masing kelompok penutur tersebut. Data yang kami peroleh adalah data berupa wawancara. Yang kemudian kmai analisis denngan menggunakan instrumen perubahan bahasa dengan menggunakan teori interferensi dan integrasi bahasa.

(17)

satu data dari kelompok usia tua dan satu data yang dari kelompok usia muda. Berikut berturut-turut data yang kami peroleh.

DATA 1

A. SUMBER DATA

1. Nama : Ana

2. Jenis kelamin : laki-laki

3. Umur : 63 tahun

4. Status/pekerjaan : tukang becak

5. Status pendidikan: tidak tamat Sekolah Dasar (SD) B. WUJUD DATA

1. Kata/ frasa : -2. Kalimat :

-3. Wacana : data wawancara (terlampir sebagai data wacana) Tos lami Bapak kana becak? Sudah lama bapak menjadi tukang

becak?

 Opat puluh.. empat puluh (tahun) Opat puluh tahun? Empat puluh tahun?

Naha bet....kenapa memilih becak? Kenapa kok memilih becak? Da ayana becak..da ahlina kana becak... karena adanya (cuma)

becak. Karena ahlinya hanya becak. Dagang teu, Bapak? Jualan tidak, Bapak? Osok.. suka

Oh, dagang osok... Oh, suka berdagang.

Tapi da sering na ngabecak.. Tapi seringnya menarik becak.

Dagang naon Pak? Berdagang apa Pak? Bade naros naon deui? Mau bertanya apa lagi?

Keluarga.... Keluarga

Bumi Bapak di Parapat rumah Bapak (/saya) di Parapat.

Tiasa dicarioskeun teu pangalaman bapak ti baheula dugi ka ayeuna, aya sedihna.., Bisa diceritakan tidak pengalaman Bapak dari dulu sampai sekarang, ada sedihnya..

Ngabecak aya sedihna.. Menarik becak ada sedihnya.

(18)

Mun teu aya nu ngalarisan... Kalau tidak ada penumpang.

Pasti kitu nya Pak. Pami teu aya nu ngalarisan kanggo sadidinten kumaha? Pasti begitu ya, Pak. Kalau tidak penumpang, untuk sehari-hari bagaimana?

Nganjuk...hehehe... berhutang (dulu)

Biasa...apan pami di dieu mah kitu.. apan... sok.... Biasa, kan kalau di sini memang begitu. Kan ada ...

Pami nuju seeur yeuh, Bapak tiasa nabung atau seep wae? Kalau sedang banyak nih, Bapak bisa menabung atau selalu habis?

Nyimpen. Pami teu aya enya dicandak deui..teras arisan. Tapi pami teu aya mah dicandak deui.... Nabung. Kalau tidak ada (uang) ya diambil lagi. Terus (ikut) arisan. Tapi kalau tidak ada ya diambil lagi.

Di bumi, putra tos sabaraha hiji, Pak? Di rumah, anak Bapak sudah berapa?

Di rumah tangga, hiji. Di rumah tangga, satu.

Oh hiji. Anu hiji deui? Sabaraha tahun? Oh, satu. Yang satu lagi? Berapa tahun?

Tujuh jalan. Tujuh tahun jalan.

Apan kawin ...(Maksud objek penelitian: memiliki lebih dari 1 istri, sehingga anak dari istri terakhir masih kecil) Kan menikah .

Bapak gaduh pelet nya nepi ka tiasa berkali-kali gitu? Bapak punya pelet ya, sampai bisa berkali-kali (menikah) begitu?

(19)

bagaimapun juga mampu. Jadi istilahnya laki-laki (harus) berani. Lelaki diturunkan ke dunia itu sebagai pemimpin, dalam bahasa Sunda “pamingpin”. Lelaki sekarang kebanyakan ... Misalnya, kalau nika h, perempuannya dikirim ke Malaysia, Brunai. Dianya sih ... dikasih makan dari sana. Padahal yang wajib berusaha (bekerja) itu laki-laki, karena (dia) pemimpin. Kebanyakan (sekarang) ingin diusahakan (dinafkahi) oleh perempuan.

Tapi bapak mah henteu, kan? Teu kitu kan? Tapi Bapak tidak begitu, kan?

Alim. Kedah usaha. Tidak mau. Harus usaha.

Bapak kapungkur sakola dugi ka SD, SMP..? bapak dulu sekolah sampai ke SD, SMP?

 Teu, teu sakola. Tidak, tidak sekolah.

Saha nu ngajarkaeun na, Bapak? Nu ngajar na saha? Siapa yang mengajari Bapak? Yang mengajari siapa?

Nu ngajarkeun, tatangga. Eta oge bapak nitipkeun diri. Nu penting aya nu ngurus. Yang mengajari tetangga. Itu juga bapak menitipkan diri. Yang penting ada yang mengurus. Keterangan warna:

a. Warna pink : Ragam halus (leme) b. Warna hijau : Ragam sedang (loma) c. Warna biru : ragam kasar

d. Warna abu-abu : bahasa Indonesia

e. Warna merah tua : bahasa diluar sunda dan Indonesia

DATA 2

A. SUMBER DATA

1. Nama : Aris

2. Jenis kelamin : laki-laki

3. Umur : 22 tahun

(20)

5. Status pendidikan : tamatan SMA B. WUJUD DATA

1. Kata/ frasa : -2. Kalimat :

-3. Wacana : data wawancara (terlampir sebagai data wacana a. Asli ti mana? Asli dari mana?

 Ti pangandaran. Dari Pangandaran.

b. Apan asli teh ti Pangandaran. Kan basa kapungkur teh aya tsunami tea. Aris tos didieu teu acan? Kan aslinya dari pangandaran. Kan dulu itu ada tsunami. Aris sudah (tinggal) di sini belum?

Nuju di lagi di

c. Basa kajadian eta keur kumaha? Pada saat kejadian itu sedang apa?

 Betah-betah..

d. Bumi na di.. ? Rumahnya di ..?

Payunan POLSEK. Di depan POLSEK.

e. Terus ari sakola dugi ka? Terus, kalau sekolah sampai ke?

Dugi ka STM. Sampai STM.

Basa eta pernah kursus mesin teras dilanjutkan di Tasik. Waktu itu pernah kursus mesin, terus dilanjutkan di Tasikmalaya. f. Mesin? Mesin?

Mesin motor balap. Paling ngulik-ngulik lah di bumi. Mesin motor balap. Paling berlatih sendiri di rumah.

g. Lamun misalna di bumi, nganggo bahasa naon? Kalau misalnya di rumah, pakai bahasa apa?

 Pami ka mamah Indonesia, ka rerencangan gitu Sunda, kadang-kadang Jawa kadang-kadang-kadang-kadang campur.

(21)

Lamun aya bahasa Indonesia, misalnya sering mendengar, membaca, Kalau ada bahasa Indonesia, misalnya sering mendengar, membaca

 lamun orang tua mah Indonesia, lamun ka rerencangan Sunda. kalau orang tua sihIndonesia, kalau ke teman bahasa Sunda. h. Jawa na Jawa mana? Jawa nya Jawa mana?

 Pami mamah mah Kebumen. Ari Bapak mah Banjarsari. Kalau mamah Kebumen, kalau Bapak Banjarsari.

i. Terus ari nyarios Sunda na lancar? Terus kalau berbicara Sunda nya lancar?

Sunda lancar, Jawa lancar. Sunda lancar, Jawa lancar.

j. Sering mana upami keseharian? Sering mana kalau dalam keseharian?

Indonesia sih pami di rumah mah. Indonesia sih kalau di rumah. k. Pernah nonton pertunjukan? Siga wayang golek? Pernah nonton

pertunjukan? Seperti wayang golek?

a. Warna pink : Ragam halus (leme) b. Warna hijau : Ragam sedang (loma) c. Warna biru : ragam kasar

d. Warna abu-abu : bahasa Indonesia

e. Warna merah tua : bahasa diluar sunda dan Indonesia

(22)

Keberagaman masyarakat Pangandaran diakibatkan juga daerah tersebut merupakan daerah pariwisata yang sangat terbuka pada kedatangan penduduk diluar masyarakat Pangandaran, yang membawa kebudayaan dan bahasanya masing-masing. Disamping itu wilayah panggandaran juga merupakan wilayah perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah yang juga merupakan perbaatasan dua daerah yang memiliki kebudayaan dan bahasa yang berbeda yaitu suku Sunda dan sukuk Jawa.

Berda di wilayah perbatasan antara dua daerah propinsi dan suku yang berbeda mendorong terjadinya perpindahan penduduk, sehingga terjadi asimilasi budaya dan bahasa. dorongan perpindahan penduduk ke daerah Pangandaran di pengaruhi juga tingkat perkembangan ekonomi yang sangat tinggi, karena merupakan daerah pariwisata. Faktor ini juga membuat daya tarik penduduk di sekitar yang memiliki perbedaan bahasa untuk pindah ke Paangandaran.

B. Analisis Data

Dalam analisis data perubahan bahasa berdasarkaan perbedaan umur pada masyarakat pangandaran, digunakan teknis analisis databerdasarkan intrumen yang telah dibuat. Sedangkan analisis data hasil observasi digunakan analisis deskriptif analisis sebagai penguat terhadap situasi di lapangan. dan wawancara mealui proses pencatatan, dan hasil rekaman, akan dilakukan analisa berdasarkan toeri perubahan bahasa dan variasi sosiolinguistik yang diaungkapkan oleh Ceil Lucas dkk. dalam melihat proses perubahan bahasa berdasarkan kelompok umur tersebut akan dilihat perubahannya dalam bentuk interferensi dan integrasi. Data yang telah dimasukkan dalam instrumen analisis data yang memuat unsur-unsur integrasi dan interverensi adalah sebagai berikut.

INSTRUMEN INDIKATOR PERUBAHAN BAHASA SUNDA/ LEMBAR ANALISIS INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA

(23)

A. SUMBER DATA

1. Nama : Ana

2. Jenis kelamin : laki-laki

3. Umur : 63 tahun

4. Status/pekerjaan : tukang becak

5. Status pendidikan : tidak tamat Sekolah Dasar (SD) B. WUJUD DATA

4. Kata/ frasa :

-5. Kalimat :

-6. Wacana : data wawancara (terlampir sebagai data wacana) II. ANALISIS DATA

A. LATAR WAKTU DAN TEMPAT PENGGUNA 1. Waktu : sekitar 21.00 Wita

2. Tempat : Pangklaan becak depan restoran 3. Suasana : Informal

4. Media : recorder dan draf pertanyaan wawancara 5. Topik pembicaraan : pekerjaan (becak)

B. DATA YANG DITERJEMAHKAN : data diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.

C. BENTUK KATA :

-D. RAGAM : bnayak digunakan ragam sedang (loma) yang bercampur dengan ragam halus dan kasar.

III. KESIMPULAN

A. TERJADI INTERFERENSI

a. Interverensi dalam bidang fonologi

1. Pemindahan fonem konsonan : istilahna, Misalna 2. Pemindahan fonem vokal : diturunkeun b. Interverensi dalam bidang leksikal

1. Kelas kata verbal : ada kata tapi dan sering pada kalimat “tapi da sering na ngabecak”

2. Kelas kata adjektiva : ada pada kata " mah berani”

3. Kelas kata nomina : terjadi pada kata “Ahlina” “rumah tangga”

4. Kelas kata pronomina : tidak ada 5. Kelas kata nurmelia : tidak ada c. Interverensi dalam bidang gramatikal

1. Interverensi morfologi a. Afiksasi

1. Awalan : dikirim

2. Akhiraan : Misalna atau istilahna 3. Imbuhan gabungan : diturunkeun

b. Perulangan

1. Perulangan seluruh : laki-laki

2. Perulangan dengan mendapat awalan : tidak ada 3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran

(24)

4. Pemajemukan : tidak ada

2. Interverensi bidang sintaksis : sering, Tapi, arisan dll B. TERJADI INTEGRASI

a. Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa : tidak ada b. Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda : tidak ada

c. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa : tidak ada d. Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia : tidak ada e. Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia : tidak ada f. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda : yang bnayak

terjadi adalah integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda. Misalnya

INSTRUMEN INDIKATOR PERUBAHAN BAHASA/ LEMBAR ANALISIS INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA SUNDA PADA

MASYARAKAT PANGANDARAN

I. DATA 2

A. SUMBER DATA

1. Nama : Aris

2. Jenis kelamin : laki-laki

3. Umur : 22 tahun

4. Status/pekerjaan : pedagang 5. Status pendidikan : tamatan SMA B. WUJUD DATA

A. LATAR WAKTU DAN TEMPAT PENGGUNA 1. Waktu : sekitar pukul 09.00 pagi

2. Tempat : toko

3. Suasana : informal

4. Media : tape recorder dan draf wawancara 5. Topik pembicaraan : dagang

(25)

1. Pemindahan fonem konsonan :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

2. Pemindahan fonem vokal :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

b. Interverensi dalam bidang leksikal

1. Kelas kata verbal :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

2. Kelas kata adjektiva :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

3. Kelas kata nomina :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

4. Kelas kata pronomina : tidak ada 5. Kelas kata nurmelia : tidak ada c. Interverensi dalam bidang gramatikal

1. Interverensi morfologi a. Afiksasi

1. Awalan :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

2. Akhiraan :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

3. Imbuhan gabungan :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

b. Perulangan

1. Perulangan seluruh :langsung dalam bahasa indonesia lengkap

2. Perulangan dengan mendapat awalan: langsung dalam bahasa indonesia lengkap

3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhira: langsung dalam bahasa indonesia lengkap

4. Pemajemukan : tidak ada

2. Interverensi bidang sintaksis : langsung dalam bahasa indonesia lengkap

B. TERJADI INEGRASI

a. Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa : tidak ada b. Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda : tidak ada c. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa : tidak ada d. Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia : tidak ada e. Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia: tidak ada f. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda:langsung

(26)

Berdasarkan data di atas dapat diketahu bagaiaman tingkat perubahan bahasa pada masyrakat Pangandaran. Pada data di atas terlihat adanya perubahan bahasa sunda pada dua generasi tersebut. Yaitu kelompok masyarakat generasi tua dan muda.

Pada kelompok umur tua yaitu diwakili oleh bapak Ana terlihat adanya Perubahan bahasa yang dikaji dalam proses interferensi dan integrasi. Pada proses intrferensi, terlihat adanya penyimpangan, bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, karena kedua bahasa inilah yang mengalami kontak bahasa. pada bahasa indonesia terjadi proses interferensi pada bidang fonologi yaitu pada vokal maupun konsonan. Misalanya terlihat pada kata “istilahna” dan kata “misalna” pada dua kata tersebut terjadi percampuran antara bahasa indonesia dan sunda, kata “istilah” dan “misal” merupakan bahasa indonesia, sedangkan afiksasinya yaitu “-na” dan merupakan bahasa Sunda. Jika melihat penyimpangan pada bahasa indonesia, maka ada perubahan konsonan "ny” menjadi “n”sehingga semestinya “-nya” menjadi “-na”. Sedangkan pada bahasa sunda penyimpangan yang terjadi adalah adanya pengambilan kata bahasa Indonesia yang kemudian dilengkapai dengan afiksasi bahasa sunda. Sama seperti yang terjadi pada bidang vokal pada kata “diturunkeun” diambil dari kata bahasa Indonesia kemudian digabung dengan afiksasi bahasa sunda yang kemudia mengalami perubahan vokal. Yang membuktikan adany penyimpangan pada bahasa indonesia, dan pengambilan sebagian unsur bahasa indonesia dan digunakan afiksasi bahasa sunda merupakan penyimpangan bahasa sunda.

(27)

Pada bidang morfologi terjadi interferensi pada afikasasi, baik awalan, akhiran maupun imbuhan gabungan. Proses penyimpangan tersebut adalah menggunakan afiksasi bahasa Sunda maupun bahasa indonesia dan kata-kata tertentu diambil dari bahasa indonesia. Hal itu terjadi pada kata “dikirim” kata “misalna” kata “diturunkeun” dan sebagainya. Sementara interferensi bidang morfologi pada perulangan hnaya terjadi pada perulangan seluruh yaitu terjadi pada kata “laki-laki” sedangkan pada perulangan dengan mendapat awalan, awalan dan akhirian, dan kata majemuk tidak terjadi interferensi.

Pada proses integrasi yaitu adanya unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut. Baru terjadi antara bahasa indonesia dan bahasa sunda. Yaitu adanya kata-kata bahasa indonesia yang sudah diterima dan digunakan pada bahasa sunda. Seperti kata “tapi, laki-laki, misal, dll” suadah lajim digunakan dalam penuturan bahasa Sunda di masyarakat pangandaran.

Pada kelompok usia muda yaitu diwakili oleh Aris proses interferensi dan integrasi tidak terjadi pada bidang tatanan struktur bahasa yang kecil atau rendah seperti fonologi, namun terjadi pada tatanan bahasa yang kompleks yaitu pada morfologi dan kalimat. Hal itu dikarenakan Aris sangat disiplin menggunakan bahasa. ketika dia menggunakan bahasa sunda dia akan menyelesiakannya sampai pada tingkat kata, frase, klausa atau klaimat baru dia berpindah kepada bahasa Indonesia. Begitupun pada sampel lain. Artinya interferensi dan integrasi yang terjadi pada usia uda yang diwakili oleh haris dan sampel dengan usia muda terjadi pada struktur bahasa yang lebih kompleks. Misalnya pada kalimat “Pami ka

mamah Indonesia” atau pada klaimat “kadang-kadang Jawa

(28)

lazim digunakan dalam bahasa keseaharian pada golongan masyarakat usia muda.

C. Pembahasan

Dalam analisis data yang disajikan di atas, melalui data dari dua kelompok usia muda dan tua, diperoleh keadaan perubahan bahasa pada masyarakat Penagndaran berdasarkan pengaruh umur yang mewakili dua generasi sebagai rekam jejak perubahan bahasa.

Pada kelompok umur tingkat tua. Diperoleh adanya penyimpangan bahasa tutur. Penyimpangan itu terjadi pada bidang fonologi samapai pada bidang leksikal. Penyimpangan bahasa sunda yang terjadi pada kelompok umur merukan variabel dalam bahasa tutur yang di teliti dalam masyarakat pangandaran. Seperti yang diungkapkan oleh Schiffrin bahwa:

Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran kata dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi wacana yang terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat dalam teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan bagaimana variasi dalam bahasa tutur yang terdiri dari banyak kelmpok atau segmen dari unit terkecil hingga yang paling besar. Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga pada level wacana. (Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 63)

Pada masyarakat pangandaran golongan usia tua didapat adanya perubahan keadaan bahasa tutur seperti terjadi pada pada kata “dikirim” kata “misalna” kata “diturunkeun” dan sebagainya. Hal itu merupakan proses interferensi bahasa indonesia dan sunda. Dan juga terjadi integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda. Berbagai keadaan ini merupakan proses perubahan bahasa.

(29)

yaitu pada morfologi dan kalimat. Hal itu dikarenakan golongan usia muda sangat disiplin menggunakan bahasa. ketika dia menggunakan bahasa sunda dia akan menyelesiakannya sampai pada tingkat kata, frase, klausa atau klaimat baru dia berpindah kepada bahasa Indonesia. Begitulah keadaan bahasa pada golongan usia muda.

Dari situasi yang tergambar dalam penelitian yang dilakukan maka kita memperoleh situasi adanya perubahan bahasa pada masyarakat Pangandaran. Perubahan itu dapat kita rekan dengan melihat situasi penggunaan bahasa sunda yang makin berbeda pada setiap golongan usia. Pada golongan usia tua perubahan bahasa masih terjadi pada bidang yang lebih rendah yaitu tatanan fonologi. Semetara pada golongan usia muda perubahan bahasa sudah terjadi pada tingkatan tatanan bahasa yang lebih kompleks. Yaitu perubahan bahasa mulai pada tingkatan kata, frase, klausa dan kalimat. Artinya tingkat perubahan bahasa makin jelas terlihat pada masyarakat pangandaran. Hal itu diketahui dengan perbedaan tingkat perubahan bahasa dalam tatanan yang makin kompleks antara masyarakat usia muda dan usia tua. Situasi ini sama dengan fakta yang ditemukan oleh Labov ketika melakukan penelitian variasi bahasa dengan sampel diambil berdasrkan usia, etnis pekerjaan dandaerah tempat tinggal. Yang sama pada penelitian ini adalh pada aspek umur.

(30)

kami talah memerhatikan variasi sosiolingustik pada tingkat persamaannya. Namu, peneritian tentang variasi sosiolinguistik juga telah membuktikan pengaruhnya dalam perubahan bahasa. Jelaslah bahwa semua bahasa yang hidup selalu mengalami perubahan. Namun perubahan tidak langsung mendapat tempat. Namun bentuk baru dari perubahan secara bertahap mulai dikenal dalam bahasa dan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang berlangsung selama beberapa generasi. Baik yang talah tua dan digantikan oleh yang baru dalam variasinya. Sepertiyang kita harapkan bahwa bentuk inovasi laibih umum bnayak muncul pada orang muda ketimbang dalam bahsa orang tua mereka. fakta tersebut memungkinkan digunkan sturktur (waktu yang jelas) untuk melihat model perubahan linguistik yang sednag berlangsung di dalam masyarakat di seluruh dunia. Dalam studi tentang variasi bahasa telah meneliti hubungan bahasa di kalangan tua dan inovasi bnetuk linguistik berdasarkan kelompok umur (serta vaktor sosial lainnya) untuk melihat cara perubahan linguistik. (Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage, 2004; 74-75).

Dengan fakta yang ditemukan di masyarakat pangandaran diketahui pula bahawa golongan usia muda lebih memiliki inovasi dalam perubahan bahsa yang tentunya berbeda dengan golongan usia tua. Hal tersebt juga dipengaruhi oleh keadaan masyarakat pangandaran yang berada di daerah pariwisata yang sangat terbuka pada kedatangan penduduk diluar masyarakat Pangandaran, yang membawa kebudayaan dan bahasanya masing-masing. Disamping itu wilayah panggandaran juga merupakan wilayah perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah yang juga merupakan perbaatasan dua daerah yang memiliki kebudayaan dan bahasa yang berbeda yaitu suku Sunda dan sukuk Jawa. Sehingga peluang terhadap bnetuk variasi sosialinguistik sangat besar. Termasuk pada keberagama pendududknya yang berneka etnis dan budaya.

(31)

D. Implentasi Pendidikan

Saat ini persolan keragaman menjadi faktor yang mengancam dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun negara. Indonesia sebagai negara yang penuh dnegan keragaman etnik dan budaya menjadi tatangan berat dalam mengatur perbedaan supaya menjadi kekayaan bangsa. Keberagaman akhir-akhir ini menjadi faktor utama pemicu konflik sosial, seakan keadan keberagaman bangsa sebagai api dalam sekam yang tinggal menunggu waktu untuk disulut menjadi konflik. Situasi ini rentan terjadi pada masyarakat yang snagat multi kultural seperti yang ada di masyarakat pangandaran.

Keberagaman masyarakat panganndaran itu bisa kita lihat jelas dari segi bahasa yang ada di sana. Setelah kita melakukan penelitian tetang adanya variasi sosiolinguistik yang terjadi di pengandaran tentu bisa kita gambarkan bagaimana keberagaman masyarakat Panganndaran. Dalam kedaan keberagaman yang ada tentu situasi perubahan dan pergeseran budaya akan cenderung terjadi. Sama halnya dengan perubahan dan pergeseran bahasa yang telah kita bahas sebelumnya. Dan dlaam penelitian yang kita lakukan kita memperoleh kenyataan bahwa golongan usia muda sangat cepat menerima perubahan budaya yang terjadi sama seperti bahasa. kecendrung keterbuakan kaum muda terhadap perubahan dan budaya baru, tentu snagat menghawatirkan kita akan perubahan dan pergeseran itu malah pada situasi negatif. Seperti pola perubahan gaya hidup remaja zaman sekarang yang sangat gampang masuk pada jurang kenakalan remaja yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial dan negara.

(32)

Pendidikan kkultural dapat kita rumuskan sebagai studi tentang keaneka ragaman kultur, hak asasi manusia dan pengangguran atau penghapusan berbagai jenis prasangka demi membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan tentram.

Dengan pendidikan kultur yang diterapkan dalam masyarakat pangandaran diaharapkan berbagai keberagaman yang terjadi dapat diatasi sebagai sebuah pedekatan yang menanamkan nilai-nilai keunggulan budaya dan keragaman sebagai sebuah kekayaan yang memiliki potensi dalam pengembangan masyarakat Pangandaran. Pelaksanaan pendidikan kultural khususnya pada masyarakat golongan usia muda diaharpakan dapat memberikan pemahaman kepad amereka bahwa keberagaman budaya seperti bahasa merupakan kekayaan yang bisa diangkat menjadi potensi yang dpat diberdayakan mayarakat sebagai daya tarik wisata pad amsyarakat Panganndaran.

Pendekatan pendidikan kultural yang dimaksud biasa dilakukan dnegan melui pendekatan bahasa. sikap masyarakat pangandaran yang terbuka pada budaya baru seperti bahasa menjadi peluang terhadap pemberian pendidikan kultural kepada mereka khususnya golongan usia muda (remaja). Keragaman bahasa yang ada dan telah banyak dipakai oleh remaja Pangandaran akan menjadi potensi terhadap pengembangan budaya sebagai salah satu daya tarik wisata. Sehingga mereka mampu memaamfaatkan setiap potensi keragaman budaya untuk membangun masyarakat pangandaran yang adil dan makmur.

(33)

keberaagaman adalah merupakan kakayaan yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat.

(34)

BAB V KESIMPULAN

A. Simpulan

Dari situasi yang tergambar dalam penelitian yang dilakukan maka kita memperoleh situasi adanya perubahan bahasa pada masyarakat Pangandaran. Perubahan itu dapat kita rekan dengan melihat situasi penggunaan bahasa sunda yang makin berbeda pada setiap golongan usia. Pada golongan usia tua perubahan bahasa masih terjadi pada bidang yang lebih rendah yaitu tatanan fonologi. Semetara pada golongan usia muda perubahan bahasa sudah terjadi pada tingkatan tatanan bahasa yang lebih kompleks. Yaitu perubahan bahasa mulai pada tingkatan kata, frase, klausa dan kalimat. Artinya tingkat perubahan bahasa makin jelas terlihat pada masyarakat pangandaran. Hal itu diketahui dengan perbedaan tingkat perubahan bahasa dalam tatanan yang makin kompleks antara masyarakat usia muda dan usia tua. Situasi ini sama dengan fakta yang ditemukan oleh Labov ketika melakukan penelitian variasi bahasa dengan sampel diambil berdasrkan usia, etnis pekerjaan dandaerah tempat tinggal. Yang sama pada penelitian ini adalh pada aspek umur.

(35)

B. Saran

(36)

Daftar Pustaka

Lucas, Ceil. 2004. The Sociolinguisticcs of sign lnguages. New York: Cambridge University press.

Chaer, A. & Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusyana, Yus. 1999. Fungsi Bahasa Daerah dalam Kehidupan Manusia Indonesia: Keadaan Menjelang Milenium Ketiga. Makalah disampaikan di Konferensi Bahasa Nusantara.

Mahfud, Choirul. 2011. Pendidikan Multikultur. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

(37)

LAPORAN PENELITIAN

SOSIOLINGUITIK DI PANGANDARAN

Tingkat Perubahan Bahasa Sunda Pada Kelompok Usia Muda Dalam Masyarakat Pangandaran

OLEH,

NAMA : FUADDUDIN

NIM : 1201404

KELAS : REGULER A 2012

JURUSAN: PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

(38)

KATA PENGANTAR

Pada dewasa ini dinamika sosial semakin kompleks. Berbagai perubahan dan perkembangan membawa pada dampak sosial yang nyata dalam kehidupak kita. Demikian juga perkembnagan bahasa, seiring perkembangan jaman dan kebudayaan makin kompleks juga perkembangan bahsa yang ada.

Dalam laporan ini kami mencoba memaparkan tentang bagaimana perkembangan dan perubahan bahasa yang biasa terjadi dalam masyarakat pengguna bahasa. perubahan yang terjadi akibat adanya variasi bahasa merupakan sebuah gambaran bahawa bahsa dan sosial mengalami perkembnagan ynag sejalan dengan dinamika hidup yang terjadi pada masyarakat.

Laporan ini disusun dalam segala keterbatasan yang kami miliki. sehingga apabila dalam laporan ini terdapat sesuatu yang belum lengkap dan perlu untuk dilengkapi, maka saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan laporan ini selanjutnya.

Semoga dengan laporan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Desember 2012

Referensi

Dokumen terkait

Nilai gaya geser setiap lantai didapat dari hasil pemodelan struktur dengan menggunakan program analisis struktur dengan cara Run – Display – Story Respon Plot

Mitos yang terdapat dalam novel ini adalah penari sanghyang Dedari dipercaya sebagai titisan dewa yang menjelma untuk menyembuhkan duka dan petaka yang memburu

Komisaris. c) Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal tidak ada anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan

KEPALA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari penyebaran kuesioner secara online dengan jumlah responden 112. Pada Variable warna icon

Dalam melaksanakan cakupan layanan kinerja PDAM Delta Sidoarjo sudah sesuai dengan yang diharapkan PDAM, karena PDAM Delta menentukan cakupan layanan dengan

This paper presents a type of multi-channel adaptive resonance theory (ART) neural network model called fusion ART which serves as a fuzzy approximator for reinforcement learning

Selama periode penelitian ini mulai triwulan I tahun 2013 sampai dengan triwulan II tahun 2018 CAR bank sampel penelitian mengalami peningkatan yang dibuktikan