• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengel"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis

Ekosistem KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI

SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST...

Conference Paper · September 1999

CITATIONS

2

READS

287

2 authors:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

IGCP 598View project

Karakterisasi Nilai Penting Kawasan Karst Sangkulirang-MangkalihatView project Tjahyo Adji

Gadjah Mada University 71PUBLICATIONS   94CITATIONS   

SEE PROFILE

Eko Haryono

Gadjah Mada University 35PUBLICATIONS   80CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tjahyo Adji on 05 November 2015.

(2)

KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU

(Oleh: Tj ahyo N Adj i dan Eko Haryono)*

ABSTRAK

Sebagai salah sat u sumber pemasok air ut ama di kawasan karst Gunung Sewu, hakekat nya sungai bawah t anah sist em DAS bawah t anah Bribin sedang mengalami konf lik kepent ingan pemanf aat an dan pelest ar ian. Secara geograf is, ent ah disadari at aupun t idak, pusat -pusat lokasi penambangan bat ugamping berkualit as baik unt uk indust ri yang dikenal sebagai ‘ keprus’ (chal ky l i mest one) t erlet ak t epat diat as daerah resapan ut ama DAS Bribin. Pada lokasi yang secara administ rat if t arlat an di Kecamat an Ponj ong, t erlihat puluhan bukit karst yang sudah “ dit ebas” habis t anpa adanya usaha reklamasi yang secara hidrologis mampu meresapkan dan menyimpan air huj an sepert i sediakala.

Sebagai suat u akuif er yang sangat berpot ensi, bukit -bukit karst (coni cal hi l l s) dengan porosit as sekundernya yang mencapai l ebih dari 30% pada zone epikarst berperan sangat pent ing sebagai reservoir ut ama kawasan ini. Sedangkan dibawahnya, sungai bawah t anah dengan sist emnya hanya berperan sebagai media pengumpul dan pengat us (dr ai nage) yang menerima t et esan dan rembesan air dari simpanan air zone epikarst melalui rekahan (cavi t i es). Dapat dibayangkan, berapa j umlah kehilangan simpanan air yang akan t imbul j ika 1 (sat u) buah bukit karst sebagai suat u media penyimpan ut ama air dit ebas unt uk keperluan penambangan.

Makalah ini akan membahas permasalahan konf lik kepent ingan penambangan dan konservasi sumberdaya air karst , nilai hidrologis bukit karst , sert a karakt erist ik DAS bawah t anah Bribin. Selain it u, beberapa alt ernat if pengelolaan l ingkungan kawasan karst yang berbasis ekosist em akan diket engahkan, kait annya dengan kepent ingan masyarakat akan nilai ekonomis bukit karst sert a aspek konservasi sungai bawah t anah.

MASALAH

Goa Bribin dengan debit sungai bawah t anahnya yang mencapai 1500 l/ dt merupakan sumber air ut ama unt uk kebut uhan domest ik yang sudah dikembangkan. Saat ini, penelit ian sedang dilakukan oleh Universit as Karshlure – BATAN unt uk mengembangkan t eknologi mikrohidro unt uk penurapan lebih lanj ut . Sement ara ini debit penurapan baru berkisar 150-200 lt / det ik dan diharapkan dengan t eknologi baru t ersebut , debit yang dit urap dapat lebih di t ingkat kan. Meruj uk pada hal ini, dapat disimpulkan bahwa airt anah dari Goa Bribin adalah merupakan sumber air yang signif ikan unt uk mengat asi masalah kekeringan di daerah karst Gunung Sewu. Daerah t angkapan (DAS) Goa Bribin yang sudah t erdet eksi diperkirakan mempunyai luas lebih dari 50 km2 (Adj i dan Nurj ani, 1999). Bat as DAS adalah bat as t opograf i yang diasumsikan sebagai bat as t angkapan huj an Sungai Bribin.

Haryono (2001) mengungkapkan bahwa bukit karst yang mendominasi t opograf i DAS Bribin merupakan t andon air ut ama. Air yang t ert ampung di bukit karst pada zone epikarst akan t erat us perlahan-lahan melalui celah-celah vadose, rekahan, dan selanj ut nya mengisi aliran bawah t anah yang t erus berkembang menj adi sungai bawah t anah. Oleh karena it u, mat a air at aupun sungai bawah t anah di DAS Bribin akan mempunyai wakt u t unda set elah kej adian huj an selama beberapa saat dengan kualit as kimia air yang relat if baik.

(3)

2

diasumsikan bahwa j elas akan t erj adi degradasi j umlah air yang t ersimpan sebagai komponen sungai Bribin karena hilangnya bukit karst .

DESKRISPSI DAS BRIBIN

Menurut Adj i dan Nurj ani (1999) DAS Bribin mencakup luasan lebih kurang 55 km2 dan mempunyai bent uk sepert i t apal kuda (Gambar 1). Bat as DAS Bribin yang diprediksikan adalah bat as t opograf i permukaan (igir) dengan asumsi bahwa huj an yang j at uh ke wilayah it u akan diat uskan ke Sungai Bribin. Penet apan DAS Bribin mengabaikan karakt erist ik sist em karst yang khas yang memungkinkan t erj adinya “ kebocoran” air keluar at aupun masuk melewat i bat as DAS.

Persebaran Goa

DAS Bribin memiliki 39 buah goa (vert ikal dan horizont al) yang sebagian besar memiliki air dengan debit aliran yang bervariasi. Sebagian besar goa mempunyai sist em yang t ergabung dalam sist em ut ama Goa Bribin. Secara umum goa di DAS Bribin dapat dibagi at as (Gambar 1) :

• Goa pada aliran primer, yait u mempunyai aliran sebagai hubungan langsung dengan aliran ut ama Sungai Bribin

• Goa pada aliran sekunder, yait u mempunyai aliran sebagai sub aliran yang kemudian bergabung dengan aliran primer Sungai Bribin.

• Goa yang t idak memiliki sist em (belum diket ahui), walaupun mempunyai airt anah, t et api sist em pergoaannya belum dapat didef inisikan.

Kondisi Aliran

Dari Gambar 1 dapat didef inisikan bahwa secara umum arah aliran Sungai Bribin adalah Ut ara-Selat an yang kemudian berbelok kearah Barat Daya di sekit ar Bedoyo dan keluar sebagai out let di Goa Bribin. Jika lokasi di sekit ar daerah Tambak Romo dianggap sebagai hulu Sungai Bribin, debit aliran t ercat at di Goa Jomblangan (aliran primer) adalah sekit ar 37 l/ dt , kemudian Goa Gi lap (primer - 40 l/ dt ), t erdet eksi lagi di Goa Jomblang (primer – 350 l/ dt ), kemudian Luweng Jurangj ero (primer - 1200 l/ dt ), dan t erakhir sebagai out let di Goa Bribin sebesar 1500 l/ dt .

Selain it u, beberapa goa lain diluar aliran primer at au non sist em yang memiliki debit air cukup besar adalah Luweng Sindon (non sist em – 200 l / dt ) dan Goa Gremmeng (non sist em – 300 l/ dt ).

Kualitas Air

Dari hasil analisis sampel (Adj i, 1997) unsur mayor t erlarut dalam air baik it u sampel t et esan ornamen goa maupun aliran bawah t anah menunj ukkan bahwa pot ensi kualit as air goa di DAS Bribin masih dibawah bakumut u golongan B unt uk airminum (dapat diminum dengan diolah/ dimasak). Secara hidrogeokimia, t ipe airt anah DAS Bribin adalah Ca – HCO3 dengan nilai indeks kej enuhan (SI) t ehadap mineral kalsit

(CaCO3) lebih besar dari nol. Hal ini menunj ukkan bahwa proses hidrogeokimia yang

t erj adi adalah pelarut an dan bahkan pengendapan mineral kalsit dalam akuif er. Secara umum, dari hulu ke hilir, nilai SI bert ambah besar yang berart i proses pengendapan lebih akt if t erj adi di daerah hilir dekat out let Bribin.

NILAI HIDROLOGIS BUKIT KARST DAS BRIBIN

(4)
(5)

4

t erj adinya bent ukan yang begit u khas, dan kemudian, karena khasnya, oleh Lehmann (1936) conical hi l l s yang ada disebut sebagai Gunung Sewu Type, dan diperkuat oleh Pannekoek (1949), bahwa hasil pengangkat an pada kawasan ini, menyebabkan perkembangan karst t opograf i, yait u permukaan plat o yang berubah menj adi bukit yang berbent uk kerucut dengan j umlah puluhan ribu. Sedangkan menurut Baladz (1968), t ipe khusus dari bent uk lahan ini dipakai sebagai ist ilah t ersendiri dalam ilmu geomorf ologi unt uk bent uk lahan yang sama. Sebagai cont oh adalah unt uk menyebut bent uk-bent uk yang sama t erj adi pada j alur t ropik Asia Tenggara (Pegunungan Ant illes). Ket inggian conical hills yang dominan pada kawasan ini sangat bervariasi yait u mulai dari 150 mdpal sampai dengan 700 mdpal dengan diamet er rat a-rat a ant ara 25 - 100 met er. Bent uk dominan bukit -bukit karst ini adalah kerucut dengan sebagian hampir berbent uk menara pada beberapa t empat .

Sebagai suat u akuif er, beberapa paramet er akuif er bukit -bukit karst di DAS Bribin memiliki karakt erist ik yang mengunt ungkan dalam t erminologi sumberdaya air, diant aranya adalah sebagai berikut :

Porositas

Porosit as adalah rasio volume ant ara rongga pada bat uan yang berpot ensi t erisi air dengan volume t ot al bat uan dan biasa dinyat akan dalam sat uan %. Pada bukit karst , porosit as yang berkembang adalah porosit as sekunder yang t erj adi bukan karena sif at asli dari bat uan gamping, t et api lebih disebabkan oleh proses sekunder berupa pelarut an bat uan gamping pada rekahan yang membent uk rongga ant ar bat uan yang akhirnya saling berhubungan (pr ot ocave). Prot ocave inilah yang sebenarnya merupakan cikal bakal dari sist em pergoaan yang berperan sebagai drainase pada sist em hidrologi karst . Riset dari Hunt on (1992) dan Haryono (2000) menyimpulakan bahwasanya proporsi pelarut an yang membent uk porosit as bat uan t erbesar t erj adi pada permukaan bukit t ermasuk zona t anah, dan berangsur-angsur mengecil vert ikal ke bawah karena mengecilnya energi pelarut an. Daya larut yang semakin mengecil ini disebabkan oleh bert ambahnya t ingkat kej enuhan (sat ur at i on i ndi ces) air t erhadap mineral karbonat (CaCO3) kearah bawah.

Selanj ut nya, t erbent uknya rongga pelarut an j uga t erkonsent rasi pada permukaan bukit karst (epikarst ) dan semakin berkurang j umlahnya ke arah bawah dan mencapai bat uan gamping yang t idak t embus air (i mper meabl e). Rongga-rongga t ersebut t erisi t anah yang j uga memiliki porosit as secara individual karena sif at f isiknya (t ekst ur, dll). Unt uk menghit ung porosit as t ot al bukit karst , dapat dit ent ukan dengan menghit ung porosit as rongga bat uan, porosit as t anah isian, sert a porosit as bat uan it u sendiri yang secara bersama-sama mempunyai peranan pent ing sebagai media penyimpan air karst . Tabel 1 menunj ukkan porosit as bukit karst di beberapa t empat di Kabupat en Gunung Kidul.

Tabel 1. Porosit as Bukit Karst di Kabupat en Gunungkidul

Porositas

(6)

36.6-Saptosari dan Tepus dalam, karen dan rongga pelarutan Sewu berkisar ant ara 30-35 %. Dalam perspekt if airt anah, porosit as t ersebut t ergolong besar dan sangat berpot ensi unt uk menyimpan air dalan j umlah yang besar

Kadar Air dan permeabilitas endapan isian

Kadar air dalam t anah yang mengisi rongga-rongga pelarut an sebagai media penyimpan air dapat dij adikan sebagai suat u paramet er unt uk menget ahui pot ensi bukit karst sebagai akuif er. Menurut Haryono (2001), kadar air dalam t anah (soi l moi st ure) berkisar ant ara 21, 42 % - 34, 93 %. Selanj ut nya, t ekst ur t anah endapan isian yang t idak begit u bervariasi mulai dari lempung – gelum lempung debuan menyebabkan permeablit as t erprediksi sekit ar 10-9 sampai dengan 10-4 met er/ det ik. Kondukt ivit as ini dapat dikat egorikan sebagai lambat , sehi ngga merupakan zone penyimpan (bukan pengat us) yang sangat baik. Akibat nya, walupun permabilit as sekuder hasil pelarut an rongga bat uan (di akl as) sangat besar, sungai bawah t anah Bribin t idak pernah kekurangan air pada musim kemarau (800 l/ dt ). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa diaklas yang t erisi oleh endapan isian dengan t ekst ur lempung berkadar air t inggi merupakan zona penyimpan (st or age) air yang sangat bagus.

Respon pada sungai bawah tanah.

Menurut Haryono (2001) Sungai Bribin memiliki respon yang cukup cepat (t i me l ag) t erhadap huj an yait u sekit ar 4 j am. Pada sisi lain, aliran vadose yang berasal dari kadar air yang t esimpan pada rongga bat uan paling cepat akan direspon sekit ar 1 bulan. Selanj ut nya, beberapa mat aair DAS Bribin mempunyai wakt u t unda set elah huj an bervariasi dengan wakt u t unda maksimum sekit ar 4 bulan.

KEGIATAN PENAMBANGAN VS KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000

Di Kecamat an Ponj ong, indust ri penambangan bat u gamping t ersebar merat a hampir di seluruh desa yang ada. Jumlah indust ri besar yang t ercat at adalah 9 buah, beberapa yang paling besar adalah yang t erlet ak di Desa Bedoyo, Kent eng, dan Karang Asem. Sement ara indust ri kecil (rumah t angga) hampir ada di semua desa di Kecamat an Ponj ong (Purnomo, 1998). Terpusat nya penambangan di lokasi t ersebut adalah sebagai akibat banyaknya bukit karst yang t ersusun oleh sat u t ipe bat uan karbonat yang dikenal oleh masyarakat sebagai keprus at au chal ky l i mest one yang dalam indust ri gamping merupakan salah sat u bahan baku yang berkualit as paling baik unt uk bahan baku bangunan (cat , semen, t egel, bat ubat a), indust ri kimia (insekt isida, f ungisida, desinf ekt an), indust ri kosmet ik (bedak dan sabun), sert a unt uk bahan indust ri lem dan semir sepat u (Babeman, 1962). Sampai saat ini, j umlah indust ri penambangan dan pengolahan bat ugamping semakin meningkat j umlahnya baik it u indust ri dengan skala besar, sedang, dan kecil.

(7)

6

(8)

Gambar 2. Tower-cone karst sebel um dit ambang (at as), penambangan dimul ai dari kaki bukit (t engah), dan hilangnya zone epikarst sebagai t andon air (bawah) -(f ot o2 oleh Budi, Gunung

(9)

8

KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000

Keput usan Ment eri Energi dan Sumber daya Mineral NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000 mengenai Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst seyogyanya dapat menj awab permasalahan yang dikemukakan diat as. Kepmen ini membagi kawasan karst menj adi t iga j enis, yait u Kawasan Karst Kelas I, Kawasan Karst Kelas II, dan Kawasan Karst Kelas III. Kawasan Karst Kelas I didef inisikan sebagai kawasan karst yang diant aranya memiliki f ungsi sebagai penyimpan airt nah secara permanen dalam bent uk sungai bawah t anah. Selain it u kawasan ini j uga memiliki goa-goa dan sungai bawah t anah yang membent uk j aringan. Speleot hem (ornamen) dalam goa masih akt if , sert a mempunyai kandungan f lora dan f auna yang khas daerah karst . Sedangkan Kawasan Karst Kelas II mempunyai f ungsi sebagai pengimbuh (r echar ge) berupa daerah t angkapan huj an yang mempengaruhi f lukt uasi sungai bawah t anah. , mempunyai lorong bawah t anah yang sudah t idak akt if hasil proses pelarut an masa lampau (vadose). Terakhir, Kawasan Karst Kelas III merupakan kawasan yang t idak memiliki krit eria yang disebut kan diat as.

Pasal selanj ut nya dari KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000 menyebut kan bahwa

tidak boleh ada kegiatan pertambangan di Kawasan Karst Kelas I, sedangkan di Kawasan Karst Kelas II boleh ada kegiat an pert ambangan set elah dilakkan AMDAL t erlebih dahulu.

Konflik Kepentingan

Dimanapun di dunia ini, kegiat an perekonomian past i mempunyai kepent ingan yang berbeda dengan kepent ingan pelest arian lingkungan. Di sat u sisi, masyarakat di wilayah karst DAS Bribin sudah sangat t ergant ung secara ekonomis t erhadap kegiat an penambangan bat u gamping keprus. Pada sisi lain daerah pusat penambangan di kecamat an Ponj ong merupakan Kawasan Karst Kelas I yang sebet ulnya t idak boleh digunakan sebagai lahan penambangan.

SOLUSI

Secara geologis, keberadaan bat u gamping keprus (chal ky l i mest one) akan t ergant ung kepada sej arah t erbent uknya Pegunungan Seribu. Hal ini seharusnya dapat memicu para ahli lingkungan dan ilmu bumi unt uk mulai mencari keberadaan chal ky l i mest one di lokasi lain yang not abene t idak t ercakup kedalam DAS Bribin, at aupun Kawasan Karst kelas I lainnya. Harapannya, lokasi t ersebut dapat digunakan sebagai lokasi penambangan baru sehingga kegiat an ekonomi pernduduk t idak t erganggu.

Terhadap lokasi penambangan yang sudah ada, kegiat an reklamasi harus mulai dij alankan. Reklamasi t erut ama bert uj uan unt uk membuat areal bekas penambangan kembali dapat berf ungsi sebagai zone epi kar st yang dapat menyimpan air dan bukannya melimpaskan air sebagai r un-of f. Beberapa cara dapat dilakukan sepert i membuat ar t i f i ci al f r act ur e yang diharapkan dapat menj adi t empat air unt uk t ersimpan, sehingga proses pelarut an yang alami dapat t erus berlangsung dan mengimbuh sungai bawah t anah Bribin.

(10)

9

DAFTAR PUSTAKA

Adj i, T. N. , 1997, Kualit as Air Goa-Goa Karst di Sekit ar Cekungan Wonosari, Skr i psi Sar j ana, Fakult as Geograf i UGM, Yogyakart a

Adj i, T. N. , dkk. 1999. Kawasan Kar st dan Pr ospek Pengembangannya di Indonesi a, Seminar PIT IGI di Universit as Indonesia, 26-27 Okt ober 1999.

Adj i, T. N. , Nurj ani, E. . 1999, Opt i masi Ai r t anah Kar st Sebagai Pemasok Ai r Domest i k

Pada Kawasan Kr i t i s Air di Gunung Ki dul, Laporan Penelit ian MAK 5250, LP

UGM, Yogyakart a.

Bal adz, 1968, Karst Region in Indonesia, Kar szt -Es Bar kangkut at as-Vol ume V, Budapest .

Haryono, E. , 2001. Ni l ai Hi drol ogi s Buki t Kar st, Makalah pada seminar Nasional, Eko-Hidrolik, 28-29 maret 2001, Jurusan Teknik Sipil , UGM

Haryono, E. , M. P. Hadi, S. W. Suproj o, Sunart o, 2000, Kaj i an Mi nt akat Epi kar st Gunungki dul unt uk Penyedi aan Ai r Ber si h, Laporan PHB VIll, LIT -UGM, Yogyakart a.

Hunt on P. W. , 1992, Explorat ion and Development of Groundwat er f rom t he St one Forest Aquif er in Sout h China. Ground Wat er , 30, . 324-330.

Lehmann, H. , 1936, Morphologische t udien auf Java, Geogr . Abhandl . 9, St ut gart .

Pannekoek, A. J. 1949. Out l i ne of The Geomorphol ogy Java. Luden : E. J.

Gambar

Gambar 1. Peta perkiraan daerah tangkapan air (DAS) Goa Bribin dan sistem j aringan sungainya
Gambar 2. Tower-cone karst sebelum ditambang (at as), penambangan dimulai dari kaki bukit   (t engah), dan hilangnya zone epikarst sebagai tandon air (bawah)  -(foto2 oleh Budi, Gunung Kidul )

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah masuk dalam calon penyedia jasa untuk pekerjaan Supervisi Peningkatan Jalan. Sebagai kelanjutan proses pelelangan,

Apabila Saudara tidak hadir pada waktu klarifikasi sesuai jadual yang telah ditentukan maka dinyatakan gugur atau mengundurkan diri dan tidak dapat mengikuti

Jumlah peserta/penyedia yang memasukan/upload dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran sesuai jadwal yang temuat dalam portal LPSE sampai dengan batas akhir waktu

Dengan berdasarkan pada kerangka pemikiran teoritis tersebut diatas, maka dapat diajukan anggapan bahwa melalui variabel harga, promosi dan kualitas baik secara partial

Oleh karena hal tersebut diatas, kepada Penyedia Barang yang telah ditetapkan dan telah melewati masa sanggah, dapat diberikan Surat Penunjukan Penyedia Barang

2 Jumlah insentif yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan target penjualan yang dicapai karyawan.. 3 Perhitungan / penentuan

[r]

Analisis Pengaruh Komunikasi Organisasi (X1) dan Kompensasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja Guru (Y) Pada Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Cimahi