LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN
“PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN
TRANSPIRASI TANAMAN PACAR AIR”
Disusun Oleh: Fajarina Nurulita
103204216
Pendidikan Biologi B 2010
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
2012
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya semua tumbuhan hijau itu membutuhkan dan mengeluarkan air dalam setiap aktivitasnya. Tumbuhan mengeluarkan sejumlah air yang diserap dari dalam tanah ke lingkungan sekitar dalam bentuk uap air. Hilangnya sejumlah air dari dalam tumbuhan dalam bentuk uap air inilah yang disebut transpirasi. Proses transpirasi ini terjadi pada bagian tumbuhan yaitu stomata, kutikula dan lentisel. Namun, kebanyakan proses transpirasi yang dilakukan oleh tumbuhan, hampir semua air dikeluarkan melaui stomata.
Proses transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.
mengetahui pengaruh cahaya (suhu) terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode timbangan ?
C. Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pacar Air (Impatient balsamina L.)
Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akar serabut. Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic. Embrio akan mengalami diferensiasi.
Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik.
B. Transpirasi Pada Tumbuhan
tanah. Sedangkan cahaya didapatkan oleh tumbuhan dengan mengarahkan daun-daunnya ke udara. Pengangkutan bahan-bahan dan air pada tumbuhan dinamakan translokasi, yang terjadi dalam sistem khusus pembuluh-pembuluh pengangkut. Semua ini terdapat berkelompok dan disebut berkas vaskuler yang meluas ke seluruh organ tumbuhan mulai dari akar, batang, daun (dalam tulang/uratnya), serta bunga sehingga transport antara organ-organ terlaksana dengan cepat dan efisien. Di dalam berkas vaskuler ditemukan dua macam jaringan yang berlainan,yaitu xilem dan floem yang merupakan jaringan pada tumbuhan yang digunakan untuk mengangkut air dan unsur-unsur hara serta hasil dari fotosintesis.
Selain pengangkutan air dan bahan-bahan yang dilakukan oleh tumbuhan, tumbuhan juga melakukan penguapan air. Penguapan air pada tumbuhan dinamakan transpirasi. Harus begitu banyak air yang hilang melalui proses transpirasi untuk membesarkan tumbuhan. Karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tubuh tumbuhan sebagai karbon dioksida (CO2) melalui stomata,
yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama ini pada saat stomata terbuka.
Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya pada proses fisika penguapan dan difusi, tetapi juga mempengaruhi membuka-menutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang yang ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun, misalnya, sangat banyak menaikkan penguapan dan
sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup dan membuka lebih lebar, bergantung pada spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air.
Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang
dari yang diduga, karena meningkatnya karbon dioksida menyebabkan stomata menutup sebagaian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melebihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2
1. Mekanisme Transpirasi Melalui Stomata
Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.
Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer. Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.Pada dasarnya stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan stomata akan menutup apabila turgor sel penutup rendah. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata dapat dijelaskan dengan tiga teori, yaitu teori perubahan pati menjadi gula, teori pengangkutan proton K+, dan bukaan stomata pada tanaman sukulen.
Berikut ini adalah teori perubahan pati menjadi gula :
Teori pengangkutan proton (K+)
b. Pada siang hari, saat fotosintesis di sel penjaga terbentuk zat antara fotosintesis yaitu asam malat, kemudian dipecah menjadi H+ dan ion malat, H+ keluar dari sel penjaga, kedudukannya digantikan K+, terjadiikatan K+ dg ion malat membentuk kalium malat, Kmalat masuk ke vakuola sel penjaga dan menurunkan Ψs nya. Terjadi endoosmosis ke dalam sel penjaga, Ψp sel penjaga naik, turgor, dinding sel dari sel penjaga tertekan ke arah luar, stomata membuka.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi a. Faktor Dalam
Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam ataupun faktor-faktor-faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor-faktor-faktor dalam adalah :
Besar kecilnya daun Tebal tipisnya daun
Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun Banyak sedikitnya stomata
Bentuk dan lokasi stomata
Hal-hal ini semua yang mempengaruhi kegiatan transpirasi. (1) Bentuk serta distribusi stomata
(2) Membuka dan menutupnya stomata (3) Banyaknya stomata
Stomata
membuka. Karbon dioksida mengikuti lintas difusi sebaliknya, yaitu masuk ke dalam daun.
Kadang stomata hanya terdapat di permukaan bawah daun, tapi sering kita temui di kedua permukaan, meskipun lebih banyak terdapat di bagian bawah. Stomata juga berada di dalam cekungan stomata, dan stomata yang seperti ini di sebut stomata tersembunyi, stomata seperti ini tampaknya merupakan adaptasi untuk mengurangi transpirasi.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka saat matahari terbit dan menutup saat matahari tenggelam, sehingga memungkinkan masuknya CO2
yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar. Pada sebagian besar tumbuhan, konsentrasi CO2 yang rendah didaun membuat
stomata membuka.
Stomata pada banyak (tetapi tidak semua) spesies sangat peka terhadap kelembapan atmosfer. Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritis. Potensial air di daun juga sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Bila potensial air menurun (rawan air meningkat), stomata menutup. Pengaruh dapat dilawan oleh tingkat CO2 rendah dan cahaya terang. Pada beberapa
tumbuhan, suhu yang tinggi mengakibatkan pembukaan stomata dan bukan penutupan, akibatnya transpirasi meningkat dan mengusir bahang dari daun. Angin juga mampu meningkatkan transpirasi, menjadikan keadaan rawan air dan penutupan stomata.
b. Faktor Luar
(1) Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempegaruhi transpirasi bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun. Tjitrosomo (1990) merumuskan bahwa cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara sebagai berikut :
Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang digunakan dalam fotosintesis. Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai laju suhu yang lebih tinggi daipada suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara yang jenuh.
Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
(2) Temperatur
mempengaruhi kelembaban relative di sekitar daun. Makin tinggi suhu, biasanya akan menyebabkan kelembabab relative udara menjadi makin rendah, sehingga akan mengakibatkan perbedaan tekanan uap air di dalam rongga daun dengan di udara menjadi makin besar yang akhirnya dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya semakin rendah suhu, kelembaban relatifnya menjadi semakin tinggi sehingga perbedaan tekanan uap air di udara menjadi makin kecil yang akhirnya menyebabkan laju transpirasi menurun.
(3) Kelembapan udara
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi.
Sedangkan pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.
(4) Angin
disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun.
Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.
(5) Keadaan air dalam tanah
sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak.Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.
Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat
C. Pengaruh Transpirasi
Dengan adanya transpirasi maka air dari kapiler dalam tanah mengalir ke atas sampai ke daun. Air hanya sedikit saja yang digunakan sebagai pertumbuhan sisanya dalam jumlah yang sangat besar diuapkan melalui traspirasi. Semakin lebar daun maka, jumlah stomata semakin banyak sehingga transpirasi semakin besar.Walaupun begitu, transpirasi sangat penting bagi tumbuhan dengan catatan jika kadar air kapiler tanah mencukupi. Hara yang terdapat dalam tanah masuk ke dalam dan antar sel, akibat berikatan atau terbawa oleh air karena transpirasi, air yang di fotolisis berperan dalam fotosintesis sehingga tumbuhan dapat tumbuh. Berikut adalah pengaruh dari transpirasi :
Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
Penyerapan dan pengangkutan air, hara
Pengangkutan asimilat
Membuang kelebihan air
Pengaturan bukaan stomata
Mempertahankan suhu daun
D. Dampak Negatif Transpirasi
Selain membawa dampak yang positf, transpirasi juga memiliki dampak yang negatif bagi tumbuhan, diantaranya sebagai berikut :
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam percobaan ini yaitu eksperimen, karena menggunakan variabel-variabel, diantaranya variabel kontrol, variabel manipulasi, dan variabel respon.
B. Variabel Percobaan
Variabel-variabel yang digunakan dalam percobaab ini, diantaranya :
1. Variabel kontrol : Jenis tanaman, morfologi tanaman, jumlah daun, waktu percobaan, volume air dalam tabung erlemenyer.
2. Variabel manipulasi : Intensitas cahaya, suhu ruangan dan kelembapan. 3. Variabel respon : Kecepatan transpirasi dan berat tanaman yang
berada di erlemenyer.
C. Alat dan Bahan Alat
1. Tabung erlemenyer 250 ml
2. Sumbat erlemenyer dengan lubang ditengahnya 3. Timbangan
4. Termometer 5. Higrometer 6. Lux meter
7. Bohlam lampu 100 watt 8. Pisau atau silet
9. Penggaris 10. Kertas milimeter
3. Tanaman pacar air (Impatient balsamina L.)sebanyak 2 buah.
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer dan diisi dengan air volume 150 ml
3. Memotong miring pangkal batang pucuk tanaman pacar air di dalam air, dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut ke dalam tabung erlenmeyer melalui lubang yang ada pada sumbat sampai bagian yang terpotong miring terendam air. Membuang bunga, kuncup, dan daun yang rusak dan mengolesi bagian yang luka serta celah-celah yang ada pada sumbat tabung dengan menggunakan vaselin.
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman yang ada di dalamnya dan mencatat berat dari kedua tabung tersebut.
5. Meletakkan erlenmeyer satu di dalam ruangan yang kurang cahaya dan yang satunya di tempat yang berjarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi lingkungan di tempat keduanya diletakkan (suhu, intensitas, dan kelembabannya).
6. Menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya setiap 30 menit dan mencatatnya pada masing-masing erlenmeyer.
E. Desain Percobaan
Alat dan bahan
-Disiapkan di atas meja
2 Buah erlemenyer
-Diisi dengan air sampai volume 150 ml.
2 Tanaman pacar air
-Dipotong miring pangkal batang pucuknya.
-Dimasukkan ke dalam tabung erlemenyer melalui lubang sumbat sampai bagian yang terpotong miring terendam air.
Tanaman pacar air
-Dibuang bagian bunga, kuncup, dan daun yang rusak.
Vaseline
-Dioleskan pada bagian yang luka serta celah-celah yang ada pada sumbat tabung.
Erlemenyer dan pacar air
-Ditimbang dan dicatat berat dari kedua tabung tersebut.
Erlemenyer A Erlemenyer B
-Di letakkan di tempat yang berjarak 20 cm dar lampu 100 watt.
-Di letakkan di tempat yang gelap
-Ditimbang setiap 30 menit dan dicatat. -Diulangi sebanyak 3 kali.
BAB IV
Pengaruh Cahaya (Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi
Perlakuan Waktu Berat Awal Berat Akhir Selisih Berat
Gelap
Intensitas cahaya terang = 320 watt/m2
80 320
Grafk Pengaruh Cahaya (Suhu) Terhadap Kecepatan Transpirasi
Intensitas Cahaya (Suhu) cd/m2 sehingga dapat dianalisis bahwa tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang terang (dekat lampu sebesar 100 watt dengan jarak 20 cm) yang memiliki luas daun sebesar 104 cm2, suhu 32oC dan intensitas cahaya terang sebesar 320 cd/m2
mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,001 gr/menit/cm2.
Sedangkan untuk tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang gelap, memiliki luas daun sebesar 101 cm2, dengan suhu 27oC dan intensitas cahaya gelap
sebesar 80 cd/m2mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,0007 gr/menit/cm2. mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Hal tersebut dapat dibuktikkan sesuai dengan pecobaan dan perhitungan yang kami lakukan, untuk tanaman pacar air di tempat yang terang kecepatan transpirasinya sebesar 0,001 gr/ menit/cm2sedangkan untuk tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang gelap
mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,0007 gr/menit/cm2. Dari kedua data
diletakkan di tempat yang terang dengan intensitas cahaya sebesar 320 watt/m2 akan
menyebabkan stomata pada tanaman pacar air lebih cepat membuka, sehingga menyebabkan proses transpirasi berjalan lebih cepat. Sedangkan pada botol B yang diletakkan di tempat yang gelap dengan intensitas cahaya sebesar 80 watt/m2yang
menyebakan proses membukanya stomata pada tanaman pacar air sedikit lebih lambat atau mengalami penurunan.
Selain intensitas cahaya, suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Untuk suhu lingkungan yang berada di sekitar botol A suhunya mencapai 32oC, sedangkan pada botol B suhu
lingkungan mencapai 27oC. Temperatur udara akan mempengaruhi kelembaban
relative di sekitar daun. Makin tinggi suhu, biasanya akan menyebabkan kelembabab relative udara menjadi makin rendah, sehingga akan mengakibatkan perbedaan tekanan uap air di dalam rongga daun dengan di udara menjadi makin besar yang akhirnya dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya semakin rendah suhu, kelembaban relatifnya menjadi semakin tinggi sehingga perbedaan tekanan uap air di udara menjadi makin kecil yang akhirnya menyebabkan laju transpirasi menurun.
Faktor yang terakhir mempengaruhi kecepatan transpirasi pada percobaan yang telah dilakukan yaitu luas permukaan daun. Apabila semakin lebar luas permukaan daun maka kecepatan transpirasi akan semakin cepat atau semakin tinggi, sedangkan apabila semakin sempit luas permukaan daun maka kecepatan transpirasi semakin lambat atau menurun. Pada percobaan yang kami lakukan luas permukaan daun pada botol A sebesar 104 cm2 sedangkan luas permukaan daun
pada botol B sebesar 101 cm2. Sehingga dapat kita ketahui bahwa luas permukaan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari dan pembahasan data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
LAMPIRAN