Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 75
ACE 3
-
006 Evaluasi Kelayakan Struktur
Bangunan Gedung
Ex
-
PO.ANS berdasarkan
SNI Gempa 1726:2012
Zaidir
1, Fauzan
1, dan Dina Angreini
1*1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas
* dinaangreini23@gmail.com
Intisari
Pada September 2009 lalu, provinsi Sumatera Barat mengalami bencana gempa bumi yang cukup besar dengan magnitude 7,8 SR. Akibat bencana gempa tersebut telah menyebabkan banyak bangunan gedung perkantoran di Kota Padang mengalami kerusakan, termasuk salah satunya gedung ex-PO.ANS yang berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman Padang. Pengamatan secara visual pada gedung tersebut terdapat retak-retak pada sebagian kolom, balok, dan dinding bangunan. Tulangan longitudinal kolom masih menggunakan tulangan polos dan pemasangan tulangan pada 2 sisi penampang kolom. Dari kondisi ini, dapat dipastikan bahwa perencanaan bangunan gedung ex. PO. ANS tersebut masih menggunakan peraturan SNI yang lama (SNI 1991). Berdasarkan hal tersebut diatas, tentu hal ini menimbulkan keraguan terhadap kelayakan struktur bangunan gedung tersebut, apalagi dengan telah diberlakukannya peraturan gempa terbaru, SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, yang memuat perubahan cukup mendasar jika dibandingkan dengan SNI sebelumnya, terutama dalam menentukan besarnya gaya gempa rencana yang bekerja pada suatu bangunan gedung. Hasil analisis struktur terhadap bangunan eksisting dengan menggunakan SNI 1726-2012, diperoleh bahwa bangunan tersebut tidak mampu memikul beban-beban yang bekerja sehingga perlu diperkuat (retrofitting). Metode perkuatan yang diusulkan menggunakan dinding geser
(shear wall) untuk perkuatan global dan concrete jacketing untuk
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 76 yang bekerja sesuai SNI 1726-2012. Evaluasi terhadap pondasi eksisting gedung yang berupa pondasi telapak, masih mampu memikul beban-beban yang bekerja sesuai dengan SNI 1726-2012.
Kata kunci: gempa bumi, SNI gempa 1726:2012, retrofitting, dinding geser, concrete jacketing.
LATAR BELAKANG
Kebutuhan suatu lembaga/instansi terhadap gedung perkantoran tidak harus dengan melakukan pembangunan gedung baru, tetapi dapat juga dengan menggunakan gedung yang sudah ada sebelumnya. Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU No. 21 tahun 2011 dengan fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terintegrasi terhadap seluruh kegiatan pada sektor jasa keuangan. Saat ini kantor OJK wilayah Sumatera Barat masih menumpang di Gedung Bank Indonesia Jalan Sudirman Padang dan berencana untuk menggunakan gedung ex. PO.ANS yang terletak di Jalan Khatib Sulaiman Padang sebagai gedung kantor OJK yang baru.
Pada September 2009 lalu, provinsi Sumatera Barat mengalami bencana gempa bumi yang cukup besar dengan magnitude 7,8 SR. Akibat bencana gempa tersebut telah menyebabkan banyak bangunan gedung perkantoran di Kota Padang mengalami kerusakan, termasuk salah satunya gedung ex-PO.ANS. Pengamatan secara visual pada gedung tersebut terdapat retak-retak pada sebagian kolom, balok, dan dinding bangunan. Tulangan longitudinal kolom masih menggunakan tulangan polos dan pemasangan tulangan pada 2 sisi penampang kolom. Dari kondisi ini, dapat dipastikan bahwa perencanaan bangunan gedung ex. PO. ANS tersebut masih menggunakan peraturan SNI yang lama (SNI 1991).
Berdasarkan hal tersebut diatas, tentu hal ini menimbulkan keraguan terhadap kelayakan struktur bangunan gedung tersebut, apalagi dengan telah diberlakukannya peraturan gempa terbaru, SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, yang memuat perubahan yang cukup mendasar jika dibandingkan dengan SNI sebelumnya, terutama dalam menentukan besarnya gaya gempa rencana yang bekerja pada suatu bangunan gedung.
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 77 dilakukan, akan dapat diketahui kondisi setiap elemen struktur bangunan apakah mampu memikul beban yang bekerja atau tidak. Dari hasil tersebut dapat diberikan rekomendasi perkuatan (retrofitting) yang sesuai, apabila struktur atau elemen struktur tidak mampu memikul beban-beban yang bekerja, sehingga elemen struktur maupun struktur secara keseluruhan layak secara teknis dan dapat digunakan. Gambar 1 memperlihatkan tampak depan gedung ex. PO. ANS yang akan digunakan lembaga OJK wilayah Sumatera Barat. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan bentuk pemasangan tulangan kolom dan retak yang terjadi pada bagian atas kolom di lantai 1.
Gambar 1 Tampak depan gedung e PO.ANS
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 78
Gambar 3 Retak pada bagian kepala kolom
METODOLOGI STUDI
Metodologi studi dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Survey lapangan untuk pengambilan data bangunan eksisting
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data seperti data dimensi bangunan dan mutu material struktur bangunan yang diambil
langsung dari lapangan. Hasil pengujian hammer test diperoleh mutu
beton K-300 (fc’ = 24,90 MPa) dan mutu baja fy = 240 MPa.
Pemeriksaan dimensi dan jarak tulangan terpasang dilakukan
dengan menggunakan alat ferroscan. Hasil penggalian langsung
didapatkan pondasi gedung merupakan pondasi telapak dengan ukuran 2,6 m x 4,0 m x 0,36 m
2. Pemodelan struktur dan pembebanan
Pemodelan struktur bangunan kondisi eksisting dengan
memasukkan beban-beban yang bekerja pada bangunan serta beban gempa sesuai SNI 1726-2012. Analisis struktur menggunakan
software ETABS 9.7.1.
4. Analisis struktur kondisi eksisting
Setelah dimasukkan pembebanan, kemudian dilakukan analisis struktur kondisi eksisting untuk mengetahui besarnya gaya-gaya dalam dan perpindahan struktur bangunan.
5. Evaluasi kelayakan struktur
Pada tahap ini, dilakukan evaluasi atau pengecekan kelayakan terhadap elemen struktur dan struktur bangunan secara keseluruhan apakah mampu menahan beban atau tidak.
6. Rekomendasi perkuatan
Dari hasil evaluasi dapat direkomendasikan perkuatan (retrofitting) pada bagian elemen struktur maupun struktur secara keseluruhan untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kekakuan dari bangunan tersebut.
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 79 Analisis struktur kembali dilakukan pada struktur bangunan yang telah diberi perkuatan (retrofitting) untuk mengetahui besarnya perubahan gaya-gaya dalam dan perpindahan yang terjadi bangunan.
8. Hasil dan pembahasan
Dari hasil analisis struktur akan dapat diketahui pengaruh
penggunaan perkuatan (retrofitting) terhadap beban-beban yang
bekerja dengan membandingkan perbedaan gaya dalam dan perpindahan pada struktur bangunan.
HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Struktur Eksisting
1. Data struktur gedung
Data struktur gedung eksisting hasil pengukuran langsung di lapangan adalah sebagai berikut :
a. Nama bangunan : Kantor OJK (Ex-PO.ANS)
b. Lokasi : Jalan Khatib Sulaiman, Padang
c. Jenis struktur : Beton bertulang
d. Mutu beton : K-300 ( f’c = 24,90 MPa)
e. Mutu baja tulangan : U – 24 ( fy = 240 MPa), tulangan
polos
f. Jumlah lantai : 2 lantai
g. Tinggi gedung : 3,85 m (lantai 1)
3,50 m (lantai 2)
h. Dimensi kolom : K1 (300 x 700) mm (lantai 1 dan
2)
K2 (300 x 650) mm (lantai 2)
i. Dimensi balok : B1 (300 x 650) mm
B2 (300 x 550) mm
B3 (250 x 400) mm
j. Dimensi pondasi : 2600 x 4000 x 360 mm (pondasi
telapak)
k. Tebal pelat lantai : 120 mm
l. Panjang bangunan : 43,60 m
m. Lebar bangunan : 17,60 m
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 80
Gambar 4 Denah kolom lantai 1 Gambar 5 Denah kolom lantai 2
Gambar 6 Denah pembalokan lantai 2 dan lantai atap
2. Simpangan antar lantai
Tabel 1 dan 2 memperlihat hasil analisis struktur untuk simpangan antar lantai bangunan eksisting, arah x dan arah y. Dari tabel 2 dan 3 tersebut dapat disimpulkan bahwa simpangan antar lantai bangunan, baik arah x maupun arah y masih memenuhi persyaratan.
Tabel 1 Simpangan antar Lantai arah x
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 81
Tabel 3 Simpangan antar lantai arah y
3. Kapasitas penampang struktur
a. Kapasitas penampang kolom
Gambar 7 memperlihatkan diagram interaksi P-M kolom K1 dan K2, baik dalam arah x dan arah y hasil dari analisis struktur.
(a)Diagram interaksi K1 (lantai 1)
2. Lantai 2 3850 4,384 4,384 24,109 74,038 OK !!
3 Atap 3500 9,171 4,787 26,329 67,308 OK !!
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 82
(e) Diagram interaksi K2 (lantai 2) arah x
(f) Diagram interaksi K2 (lantai 2) arah y
Gambar 7 Diagram Interaksi P-M kolom K1 dan K2 dalam arah x dan arah y.
Dari gambar diagram interaksi tersebut diatas dapat diketahui bahwa kolom K1 tidak kuat memikul momen kolom dalam arah x (Mx). Untuk
arah y, kolom K1 dan K2 mampu memikul momen kolom yang bekerja.
b. Kapasitas geser kolom
Kapasitas tulangan geser kolom K1 dan K2, baik untuk lantai 1 dan 2 diperlihatkan pada Tabel 4. Hasil analisis diperoleh bahwa tulangan geser yang ada mampu memikul gaya geser yang bekerja pada kolom.
Tabel 4 Kapasitas Geser Kolom Eksisting
c. Kapasitas lentur penampang balok
Besarnya kapasitas geser lentur tulangan balok diperlihatkan pada Tebel 5. Hasil analisis struktur, terlihat bahwa balok B1 (30x65), baik pada
Geser Rencana Geser Ultimit Keterangan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 83
Tabel 5 Kapasitas lentur balok eksisting
d. Kapasitas geser balok
Besarnya kapasitas geser balok diperlihatkan pada Tabel 6. Hasil analisis struktur, terlihat bahwa balok B1 (30x65), baik pada lantai 2 maupun lantai atap/dak tidak mampu memikul beban geser yang bekerja.
Tabel 6 Kapasitas lentur balok eksisting
e. Kapasitas daya dukung pondasi
Daya dukung pondasi telapak ditentukan dengan menggunakan formula Meyerhof. Tabel 7 memperlihatkan rekapitulasi perhitungan daya dukung pondasi telapak tersebut, sebagai berikut :
Lebar Tinggi
7 D19 4 D19 221,166 269,495 Tumpuan TIDAK OK
7 D19 4 D19 221,166 158,033 Lapangan OK
4 D19 4 D19 106,370 144,548 Tumpuan TIDAK OK
4 D19 4 D19 106,370 46,840 Lapangan OK
4 D19 4 D19 73,058 62,102 Tumpuan OK
4 D19 4 D19 73,058 36,732 Lapangan OK
7 D19 4 D19 221,166 95,131 Tumpuan OK
7 D19 4 D19 221,166 50,804 Lapangan OK
6 D19 3 D19 190,180 198,612 Tumpuan TIDAK OK
6 D19 3 D19 190,180 123,533 Lapangan OK
4 D19 2 D19 106,392 103,204 Tumpuan OK
4 D19 2 D19 106,392 31,804 Lapangan OK
4 D19 2 D19 73,065 43,828 Tumpuan OK
4 D19 2 D19 73,065 33,757 Lapangan OK Kapasitas Lentur Balok
No Kode Balok Dimensi ØMn Mu Keterangan
ØMn ≥ Mu` Tekan
Tulangan
B3(25x40) 250 400 1 B1(30x65) 300 650
3 B3(25x40) 250 400 2 B2(30x55) 300 550 1 B1(30x65) 300 650
Tarik Lantai 2
Lantai Atap
4 BL(30x65) 300 650 2 B2(30x55) 300 550
3
Lebar Tinggi
Tumpuan Ø8-100 224,529 260,230 TIDAK OK
Lapangan Ø8-150 187,735 260,230 TIDAK OK
Tumpuan Ø8-100 187,721 107,730 OK
Lapangan Ø8-150 156,959 107,730 OK
Tumpuan Ø8-100 121,281 65,110 OK
Lapangan Ø8-150 99,567 65,110 OK
Tumpuan Ø8-100 224,529 43,220 OK
Lapangan Ø8-150 187,735 43,220 OK
Tumpuan Ø8-100 224,529 199,170 OK
Lapangan Ø8-150 187,735 199,170 TIDAK OK
Tumpuan Ø8-100 187,721 78,200 OK
Lapangan Ø8-150 156,959 78,200 OK
Tumpuan Ø8-100 121,281 43,260 OK
Lapangan Ø8-150 99,567 43,260 OK
4 BL(30x65) 300 650
3 B3(25x40) 250 400 Lantai Atap
1 B1(30x65) 300 650
2 B2(30x55) 300 550 3 B3(25x40) 250 400 2 B2(30x55) 300 550
Lantai 2
1 B1(30x65) 300
Kapasitas Geser Balok
No Kode Dimensi (mm) Tulangan Geser ØVn Vu ØVn ≥ Vu
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 84 1. Untuk kondisi tak jenuh di kedalaman 1 meter, daya dukung ijin adalah sebesar 118,2 t/m² dan daya dukung maksimal sebesar 354,590 t/m².
2. Untuk kondisi jenuh di kedalaman 1 meter, pondasi memiliki daya
dukung ijin sebesar 79,82 t/m² dan daya dukung maksimal sebesar 239,463 t/m².
3. Besarnya beban aksial maksimum yang bekerja pada pondasi
adalah sebesar 97, 21 ton.
Dengan menggunakan angka SF=3, maka besarnya daya dukung pondasi yang diijinkan adalah sebagai berikut :
qakondisi tak jenuh = 118,20 t/m2 x 10,4 m2 = 1229,245 ton > 97,21
ton ….. ok
qakondisi jenuh = 79,82 t/m2 x 10,4 m2 = 830,1394 ton > 97,21
ton …. ok
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa pondasi eksisting mampu memikul beban-beban yang bekerja.
Tabel 7 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Metode Meyerhof
Jenuh
D (m) = 0 1 2 3 1
γ = 1,54 1,54 1,54 1,54 1,04
Ф Nc Nq Nγ Kp
0 5,14 1,00 0,00 1,00 0 0,51 1,03 1,54 0,35
5 6,49 1,57 0,07 0,84 0,05 0,85 1,66 2,46 0,57
10 8,34 2,47 0,37 0,70 0,24 1,51 2,78 4,05 1,02
11 8,80 2,71 0,47 0,68 0,33 1,84 3,44 5,13 1,24
12 9,28 2,97 0,60 0,66 0,41 2,07 3,82 5,67 1,40
13 9,81 3,26 0,74 0,63 0,52 2,33 4,25 6,28 1,57
14 10,37 3,59 0,92 0,61 0,64 2,63 4,73 6,95 1,78
15 10,98 3,94 1,13 0,59 0,78 2,97 5,28 7,71 2,00
16 11,63 4,34 1,37 0,57 0,95 3,35 5,89 8,56 2,26
17 12,34 4,77 1,66 0,55 1,15 3,79 6,58 9,51 2,56
18 13,10 5,26 2,00 0,53 1,38 4,29 7,36 10,58 2,90
19 13,93 5,80 2,40 0,51 1,66 4,86 8,23 11,78 3,28
20 14,83 6,40 2,87 0,49 1,98 5,51 9,23 13,13 3,72
21 15,81 7,07 3,42 0,47 2,35 6,26 10,35 14,65 4,22
22 16,88 7,82 4,07 0,45 2,79 7,11 11,63 16,38 4,80
23 18,05 8,66 4,82 0,44 3,31 8,08 13,09 18,33 5,46
24 19,32 9,60 5,72 0,42 3,92 9,21 14,75 20,55 6,22
25 20,72 10,66 6,77 0,41 4,63 10,50 16,65 23,07 7,09
26 22,25 11,85 8,00 0,39 5,48 12,00 18,82 25,94 8,10
27 23,94 13,20 9,46 0,38 6,47 13,73 21,31 29,22 9,27
28 25,80 14,72 11,19 0,36 7,64 15,73 24,18 32,98 10,62
29 27,86 16,44 13,24 0,35 9,03 18,06 27,49 37,30 12,20
30 30,14 18,40 15,67 0,33 10,68 20,78 31,32 42,27 14,04
33 38,64 26,09 26,17 0,29 17,80 32,10 46,98 62,43 21,68
35 46,12 33,30 37,15 0,27 25,23 43,48 62,42 82,06 29,36
40 75,31 64,20 93,69 0,22 63,41 98,56 134,92 172,47 66,56
41,03 84,13 74,21 114,67 0,21 77,55 118,20 160,19 203,54 79,82
45 133,87 134,87 262,74 0,17 177,29 251,24 327,42 405,83 169,67
50 266,88 319,06 873,86 0,13 588,17 763,91 944,28 1129,27 515,89
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 85
B. Rekomendasi Perkuatan Struktur
1. Pendahuluan
Dari hasil evaluasi kelayakan struktur kondisi eksisting dapat
disimpulkan bahwa struktur gedung Ex-PO.ANS tidak mampu menahan
beban yang bekerja, terutama pada elemen kolom (K1) dan balok (B1)
sehingga perlu dilakukan perkuatan struktur (retrofitting), agar
bangunan tersebut layak secara struktur untuk digunakan.
Dalam penelitian ini, direkomendasi perkuatan struktur dengan menggunakan sistem dinding geser (shear wall) untuk perkuatan global
dan concrete jacketing untuk perkuatan lokal. Dinding geser atau shear
wall adalah struktur beton bertulang yang dipasang vertikal antar lantai
yang berfungsi untuk menahan beban lateral. Concrete jacketing
merupakan metoda perkuatan yang dilakukan dengan memperbesar dimensi penampang dan menambah jumlah tulangan sehingga kapasitas penampang elemen struktur akan bertambah dalam menahan gaya aksial, momen dan geser yang bekerja.
2. Pemodelan struktur untuk perkuatan (retrofitting)
Lokasi penempatan dinding geser (shear wall) dan concrete jacketing
pada balok diperlihatkan pada Gambar 8 dan 9 berikut.
(a) Lokasi dinding geser pada lantai 1
(b) Lokasi dinding geser pada lantai 2
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 86
(a) Lokasi concrete jacketing pada balok lt.1
(b)Lokasi concrete jacketing pada balok lt.2
Gambar 9 Lokasi perkuatan concrete jacketing pada balok lantai 1 dan 2
Dari pemodelan struktur dengan menggunakan sistem dinding geser
(shear wall) dan concrete jacketing pada balok, kemudian dilakukan lagi
analisis struktur. Hasil analisis struktur yang diperoleh lalu dicek, apakah sudah memenuhi persyaratan atau belum.
3. Simpangan antar lantai setelah perkuatan
Tabel 8 memperlihatkan nilai-nilai simpangan antar lantai yang terjadi, pada kondisi sebelum dan sesudah diberikan perkuatan.
Tabel 8 Perbandingan simpangan antar lantai eksisting dan dengan perkuatan.
Lantai Kondisi eksisting Dengan Perkuatan UX
(mm)
UY (mm)
UZ (mm)
UX (mm)
UY (mm)
UZ (mm)
1 0 0 0 0 0 0
2 9,061 4,384 2,111 0,688 0,978 0,872
atap 13,545 9,171 2,108 4,576 1,956 1,716
Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan perkuatan dinding geser (shear wall) dapat mereduksi
simpangan antar lantai lebih dari 50%.
4. Kapasitas penampang kolom
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 87 (a) Diagram interaksi K1 arah x (lt 1),
kondisi eksisting
(b) Diagram interaksi K1 arah x (lt 1), dengan perkuatan
(c ) Diagram interaksi kolom K1 arah x (lt 2), kondisi eksisting
(d). Diagram interaksi kolom K1 arah x (lt.2) dengan perkuatan
Gambar 10 Diagram Interaksi kolom K1 arah x (lt.1 dan lt.2) kondisi eksisting dan dengan perkuatan
5. Kapasitas Penampang Balok
Besarnya kapasitas lentur dan geser penampang balok diperlihatkan pada Tabel 9 dan Tabel 10. Dari kedua tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan perkuatan dengan dinding geser (shear wall) dan concrete jacketing pada balok B1 diperoleh hasil analisis struktur, semua balok pada bangunan mampu menahan beban-beban yang bekerja, kapasitas lentur dan geser balok lebih besar dibandingkan dengan kombinasi beban-beban yang bekerja.
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 88
Tabel 9 Kapasitas lentur penampang balok dengan perkuatan
Tabel 10 Kapasitas geser penampang balok dengan perkuatan
Lebar Tinggi
7 D19 4 D19 221,166 194,333 Tumpuan OK
7 D19 4 D19 221,166 152,041 Lapangan OK
9 D19 6 D19 333,614 194,333 Tumpuan OK
9 D19 6 D19 333,614 152,041 Lapangan OK
4 D19 4 D19 106,370 88,156 Tumpuan OK
4 D19 4 D19 106,370 46,487 Lapangan OK
6 D19 6 D19 191,572 88,156 Tumpuan OK
6 D19 6 D19 191,572 46,487 Lapangan OK
4 D19 4 D19 73,058 63,548 Tumpuan OK
4 D19 4 D19 73,058 37,241 Lapangan OK
6 D19 3 D19 190,180 140,623 Tumpuan OK
6 D19 3 D19 190,180 105,202 Lapangan OK
8 D19 5 D19 297,171 140,623 Tumpuan OK
8 D19 5 D19 297,171 105,202 Lapangan OK
4 D19 2 D19 106,392 90,330 Tumpuan OK
4 D19 2 D19 106,392 33,949 Lapangan OK
4 D19 2 D19 73,065 58,045 Tumpuan OK
4 D19 2 D19 73,065 32,049 Lapangan OK
750
B1(30x65) 300 650
2 B1J(40x75) 400 750
4 B2J(40x65) 400 650
1 B1(30x65) 300 650
Kapasitas Lentur Balok
No Kode Balok Dimensi ØMn Mu Keterangan
ØMn ≥ Mu` Tekan
Tulangan Tarik
4 B3(25x40) 250 400
3 B2(30x55) 300 550
Lantai 2
Lantai Atap
3 B2(30x55) 300
1
2 B1J(40x75) 400
550
5 B3(25x40) 250 400
Lebar Tinggi
Tumpuan Ø8-100 224,529 170,450 OK
Lapangan Ø8-150 187,735 170,450 OK
Tumpuan Ø8-100 305,623 218,300 OK
Lapangan Ø8-150 262,797 218,300 OK
Tumpuan Ø8-100 187,721 87,220 OK
Lapangan Ø8-150 156,959 87,220 OK
Tumpuan Ø8-100 262,578 96,050 OK
Lapangan Ø8-150 225,783 96,050 OK
Tumpuan Ø8-100 121,281 63,880 OK
Lapangan Ø8-150 99,567 63,880 OK
Tumpuan Ø8-100 224,529 127,330 OK
Lapangan Ø8-150 187,735 127,330 OK
Tumpuan Ø8-100 305,623 163,870 OK
Lapangan Ø8-150 262,797 163,870 OK
Tumpuan Ø8-100 187,721 64,870 OK
Lapangan Ø8-150 156,959 64,870 OK
Tumpuan Ø8-100 121,281 45,920 OK
Lapangan Ø8-150 99,567 45,920 OK
Kapasitas Geser Balok
No Kode Dimensi (mm) Tulangan Geser ØVn Vu ØVn ≥ Vu
550 Lantai 2
1 B1(30x65) 300 650
4 B3(25x40) 250 400
Lantai Atap
1 B1(30x65) 300 650
3 B2(30x55) 300 550
2 B1J(40x75) 400 750
2
5 B3(25x40) 250 400
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 89
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi kelayakan struktur yang telah dilakukan dengan menggunakan SNI 1726-2012 pada gedung ex-PO. ANS dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bangunan gedung ex-PO. ANS tidak mampu memikul
beban-beban yang bekerja berdasarkan SNI 1726-2012 sehingga perlu diperkuat (retrofitting)
2. Metode perkuatan yang diusulkan pada gedung ini adalah dengan
menggunakan dinding geser (shear wall) untuk perkuatan global
dan concrete jacketing untuk perkuatan balok (lokal).
3. Dengan memberikan perkuatan dinding geser (shear wall) dan
concrete jacketing pada balok, struktur gedung tersebut mampu
memikul beban-beban yang bekerja sesuai SNI 1726-2012.
4. Pondasi eksisting gedung yang berupa pondasi telapak, masih
mampu memikul beban-beban yang bekerja pada pondasi tersebut. Sesuai SNI 1726-2012.
REKOMENDASI
Perlu diteliti juga beberapa metode perkuatan lainnya untuk mendapatkan hasil yang paling optimal. Disamping itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam hal melakukan evaluasi kelayakan terhadap suatu struktur bangunan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang banyak membantu, sehingga penelitian dan tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik.
REFERENSI
Asroni, Ali (2010), Balok dan Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Boen, Teddy dan Rekan, (2009), Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana
yang Rusak Akibat Gempa Bumi.
Central Public Works Department dan Indian Building Congress, April
(2007). “Handbook on Seismic Retrofit of Buildings”. Association
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 90 Christiawan, Ignatius, (2011), Perkuatan (Strengthening) Struktur Kolom
Dengan Metoda Penambahan Tulangan.
PPIUG 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung.
SNI 2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
SNI 1726-2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
SNI 1727-2013. Peraturan Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain.
SNI 2847-2013. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
Suharjanto (2012), Rekayasa Gempa, Yogyakarta, Kepel Press.
Triwiyono, A dan Iwan Wikana (2006), Kuat Geser Beton Bertulang
Lingkaran yang Diperbaiki dengan Metode Concrete Jacketing.