• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Proposal Pemberdayaan Masyarakat Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Proposal Pemberdayaan Masyarakat Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM AGRIBISNIS

PEMBERDAYAAN PETANI BAWANG DALAM UPAYA

PENINGKATAN PENDAPATAN MELALUI PENGOLAHAN

LIMBAH BAWANG MERAH MENJADI KALIGRAFI

Disusun Oleh : AYU KUMALA SARI

135130018

LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN DAN KELEMBAGAAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: contoh pemberdayaan komunitas dalam masyarakat tradisional

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PRAKTIKUM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM AGRIBISNIS

1. a. Judul Program Pemberdayaan

: Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengolahan Limbah

a. Nama Lengkap : Ayu Kumala Sari b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIM : 135130018

d. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis e. Perguruan Tinggi : UPN “Veteran” Yogyakarta 3. Lokasi Kegiatan

a. Wilayah (Desa/Kecamatan) : Srikayangan/Sentolo b. Kabupaten/Kota : Kulon Progo

c. Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Tidak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, sehingga penyusunan proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah.

Disadari bahwa salah satu hambatan dalam penyusunan proposal Pemberdayaan Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah ini adalah keterbatasan informasi dan bahan sehingga hasil ini dirasakan masih belum sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikannya di masa yang akan datang. Penyusun berharap proposal Pemberdayaan Petani Bawang Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Melalui Pengolahan Limbah Bawang Merah ini dapat bermanfaat bagi lingkungan belajar penulis aamiin.

(4)

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR LAMPIRAN...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...3

1.4 Manfaat...3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pemaparan Mengenai Program...5

2.2 Gambar Topografi Wilayah...9

2.3 Jadwal Pelaksanaan Program...9

2.4 Analisa Usaha...11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...15

3.2 Saran...15

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan Pemberdayaan Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Monitoring Pemberdayaan Lampiran 3. Biodata Orang Tua Asuh

Lampiran 4. Kuisioner

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo merupakan salah satu desa memiliki potensi pertanian yang bagus, terutama potensi bawang merah. Desa Srikayangan terbagi menjadi banyak dusun, antara lain: Pendem, Kaliwong Lor, Kaliwinong Kidul, Klumutan, Malangan, Gowangsan, Panjul, Pergiwatu Kulon, Pergiwatu Wetan, Karangasem Kulon, Karangasem Tengah, Karangasem Wetan, Kagok, Kradenan, Gunung Puyuh. Desa Srikayangan sendiri dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Aris Puryanto.

Pada tahun 2014 tercatat dari 215 hektar lahan yang ditanami bawang merah. Dari segi ekonomi tanaman tersebut mampu menghasilkan keuntungan hingga Rp. 15 miliar dalam kurun waktu dua bulan. Para petani di Desa Srikayangan biasanya mematuhi penanaman pada tiga musim tanam dengan urutan padi, padi dan palawija. Musim tanam ketiga atau palawija, sebagian besar petani mengganti dengan menanam bawang merah. Ada juga yang menanam secara tumpang sari dengan palawija lain (Tim dosen dan asisten, 2016).

(9)

karena hal tersebut bagian dari pembersihan untuk dapat melakukan proses selanjutnya yaitu menjualnya ke pedagang. Berikut merupakan gambar lahan tanaman bawang merah :

Gambar 1. Tanaman Bawang Merah

Padahal kulit bawang merah yang dikategorikan sebagai limbah ini mempunyai banyak manfaat. Salah satu manfaat yang menarik perhatian penulis yaitu pemanfaatan kulit bawang merah sebagai media seni lukis kaligrafi. Selain memanfaatkan limbah yang ada menjadi suatu produk yang mempunyai nilai seni dan nilai jual yang tinggi, juga dapat menjadi suatu peluang bisnis dalam masyarakat. Seni kaligrafi yang pada biasanya hanya menggunakan media cat, crayon ataupun spidol maka kita menggunakan media baru yaitu kulit bawang merah.

(10)

Dari kenyataan di lapangan limbah bawang merah yang banyak terbuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan lebih lanjut menggugah penulis untuk membuat proposal ini yang berjudul Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan potensi wilayah yang ada, ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan kembali dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah bawang merah di Desa Srikayangan, yaitu: mengapa tidak ada pemanfaat limbah bawang merah di Desa Srikayangan?

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukan Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah, sebagai berikut:

a. Memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan kaligrafi pada petani bawang merah dan masyarakat.

b. Memberikan keterampilan dalam mempromosikan hasil kerajinan limbah bawang merah dari Desa Srikayangan.

c. Menganalisa penetapan harga dan menganalisa lingkungan dari hasil kerajinan pengolahan limbah bawang merah.

1.4 Manfaat

Manfaat dilakukan Pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah, sebagai berikut:

a. Untuk memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan kaligrafi pada petani bawang merah dan masyarakat. b. Untuk memberikan keterampilan dalam mempromosikan hasil

(11)
(12)

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pemaparan Program

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijabarkan maka ditetapan program di Desa Srikayangan yaitu Pemberdayaan Petani Bawang dalam upaya peningkatan pendapatan melalui pengelolahan limbah bawang merah. Penentuan kelompok sasaran dalam pelatihan ini, antara lain: karang taruna sebagai agen perubahan dalam pemasaran kerajinan melalui media sosial, pengurus desa sebagai perekat seluruh masyarakat di Desa Srikayangan, masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi dan pemasaran kerajinan kaligrafi dari limbah bawang merah.

Untuk bawang merah sendiri merupakan komoditas hortikultura unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

Jenis umbi seperti ini mempunyai kandungan gizi dan senyawa yang tergolong zat non gizi serta enzim yang mempunyai banyak fungsi, diantaranya yaitu meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh serta memiliki aroma khas yang dapat kita manfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan. Varietas bawang merah yang baik mempunyai ciri umbinya mulus dan kulitnya kering. Selain itu, sifat fisik dari bawang merah dan bawang memiliki aroma menyengat, rasa enak dengan diameter 1-2 cm serta warna mengkilat yang merupakan salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk dari luar negeri.

(13)

sekitar 5% sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan. Dengan demikian apabila dilihat dari jumlah hasil panen yang cukup melimpah, maka untuk mendapatkan kulit bawang merah tidaklah sulit dan tidak memerlukan biaya yang tinggi karena budidayanya mudah sehingga tanaman bawang merah yang melimpah. Limbah ini menjadi permasalahan yang apabila tidak ditangani akan menjadikan sumber penyakit dan menjadi polusi udara akibat bau yang tidak sedap dari limbah kulit tanaman tersebut. Para petani, pengusaha olahan makanan, distributor-distributor yang menjual tanaman bawang merah membuang begitu saja kulitnya tanpa memikirkan pemnfaatan dari limbah tersebut. Sampai saat ini belum ada pemanfaatan kulit bawang merah yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Lukisan kaligrafi tidak lebih hanya sebuah perkembangan media yang tidak hanya “terbingkai” dalam goresan tinta, namun sudah mulai berkembang menggunakan media lain. Disinilah letak saling mendukung antara kaligrafi dengan objek lukisan. Seolah keduanya merupakan fondasi keindahan sebuah objek yang dihasilkan. Kemapanan seni kaligrafi Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah dipengaruhi oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptualart) berupa Installation Art dan Performance Art, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi khususnya di bidang seni. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam kolaborasi. Seperti halnya yang kita lakukan yaitu melukis kaligrafi yang menggunakan kulit bawang merah ini sebagai medianya.

(14)

pelestarian budaya seni lukis, khususnya seni lukis kaligrafi. Berikut gambar hasil pelatihan pemberdayaan :

Gambar 2. Proses Pembuatan

Gambar 3. Contoh Hasil Pelatihan Pemberdayaan

Proses pembuatan lukisan kaligrafi dari kulit bawang merah sebagai berikut:

a. Tahap pertama, persiapkan papan tipis berbentuk persegi hingga benar-benar rapi. Papan tersebut difungsikan sebagai alas atau dasar lukisan. b. Tahap kedua, papan yang telah dipersiapkan di blok atau dicat dengan

warna gelap sebagai backgaround lukisan dengan menggunakan cat kayu. c. Tahap ketiga, menunggu background benar-benar kering, memilah pilah

kulit bawang yang masih bagus dan utuh baik bagian kulit tipis (luar)bawang bongkolan maupun kulit bawang perbijinya, begitu pula dengan bawang merah.

d. Tahap keempat, papan background yang benar-benar kering dilapisi dengan lem kayu hingga merata.

(15)

Penempelan kulit bawang pada papan background dilakukan secara teliti satu persatu lupasan kulit dengan sistem temple meyerupai kerutan-kerutan, dan dipastikan lem kayu pada papan background menjadi kering kembali.

f. Tahap keenam. Membuat sketsa gambar atau tulisan di atas background yang telah dilapisi dengan lupasan kulit bawang merah. pembuatan sketsa itu bisa dilakuakan dengan menempel kardus. Sketsa kardus ini dimaksudkan agar, gambar yang telah dibuat lebih tinggi dari pada background.

g. Tahap ketuju, merupakan tahap pembuatan bentuk gambar dengan menggunakan kombinasi kulit bawang dan kulit bawang merah mengikuti sktsa gambar yang tengah dibuat dengan system tempel manual.

h. Tahap terakhir merupakan tahap penyempurnaan gambar (Ma’arif, 2012). Untuk identifikasi sumber dan tenaga pelaksanaan dalam pelatihan pemberdayaan ini, antara lain:

a. Sarana yang diperlukan dalam pelatihan ini antara lain ruang atau tempat untuk pelatihan dan kelengkapan pelatihan.

b. Sumber dana yang dapat digunakan berasal dari Pemerintah daerah, Kas Desa, dan swadaya masyarakat serta sponsor yang terkait dengan program pelatihan.

c. Sumber daya manusia dalam pelatihan ini dapat berasal dari mahasiswa dan dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, juga instansi terkait dengan program pelatihan

(16)

pengetahuan dan dapat secara cepat menjadi masyarakat madani yang mampu mandiri dalam pengelolaan kerajinan dari limbah bawang merah (Sari, 2015).

1.2 Gambaran Topografi

Desa Srikayangan (7°50’42.6’’S 110°13’07.4’’E) terbagi menjadi banyak dusun, antara lain: Pendem, Kaliwong Lor, Kaliwinong Kidul, Klumutan, Malangan, Gowangsan, Panjul, Pergiwatu Kulon, Pergiwatu Wetan, Karangasem Kulon, Karangasem Tengah, Karangasem Wetan, Kagok, Kradenan, Gunung Puyuh. Desa Srikayangan sendiri dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Aris Puryanto. Pada tahun 2014 tercatat dari 215 hektar lahan yang ditanami bawang merah. Desa Srikayangan juga memiliki 15 kelompok tani serta 2 kelompok wanita tani dengan gabungan kelompok tani bernama Sumber Makmur Desa Srikayangan Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo. Kondisi lahan di Desa Srikayangan yaitu lahan kering atau tegalan, lahan pasir dan lahan sawah. Sawah di desa Srikayangan seluas 215 hektar ini terbagi atas sawah tadah hujan seluas 8 hektar dan sawah irigasi seluas 207 hektar (Tim dosen dan asisten, 2016).

1.3 Jadwal Pelaksanaan Program

Jadwal program disusun bersama dengan masyarakat agar tidak menggangu kegiatan yang sudah ada dalam masyarakat. Untuk jadwal program dan jadwal monitoring selengkapnya ada pada lampiran. Sedangkan berikut inti jadwal program dan jadwal monitoring program :

(17)

pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan dan pelatihan pengolahan limbah bawang merah.

(18)

1.4 Analisa Usaha

A. Analisis Titik Impas

Tabel 1. Total Biaya Tetap Produksi

Material Kuantitas

Gunting 3 Unit 5.000 15.000

Kuas cat 3 Unit 2.500 7.500

Alat tulis 1 Unit 50.000 50.000

Gergaji 2 Unit 75.000 150.000

Sewa Tempat (listri+air) 1 Unit 2.400.000 2.400.000

Material

Alat tulis 50.000 0 1 365 136

Gergaji 150.000 0 5 1825 82

Sewa Tempat (listrik+air)

2.400.000 0 1 365 6.500

6.751 Total Biaya Tetap Produksi Per Hari

Sumber: Analisis data primer.

Tabel 2. Total Biaya Tidak Tetap Produksi

Material Kuantitas Satuan Harga

Lem kayu 1 Kaleng 15.000 30.000

Cat kayu 2 Kaleng 15.000 30.000

Kardus bekas 1 Bungkus 1.000 1.000

Figura 10 Unit 50.000 500.000

Papan triplek 1 Unit 100.000 100.000

Gaji pekerja 3 JKO 50.000 150.000

Total Biaya Tidak Tetap Produksi Per Hari 811.000 Sumber: Analisis data primer.

(19)

No

. Biaya

Jumlah (Rp/Hari)

1. Biaya Tetap Produksi 6.751

2. Biaya Tidak Tetap Produksi per Hari 811.000

Total 817.751

Sumber: Analisis data primer.

 BEP (Q) =VC+PFC

=6.751+95.000811.000

=817.75195.000 =8 satuan.  BEP (Rp) =VCQ+FC

=6.751+10811.000

=817.75110

= Rp. 81.775 per satuan.  Total Biaya = Rp. 817.751  Total Pendapatan = P.Q

= 95.000 . 10 = Rp. 950.000

π = P.Q – (VC+FC)

(20)

B. Analisis Lingkungan 1. Strenght (Kekuatan)

Produk ini menghasilkan lukisan kaligrafi yang menggunakan bahan dasar limbah kulit bawang merah. Tidak seperti lukisan pada biasanya yang menggunakan cat lukis sebagia media lukis kaligrafi. Adanya inovasi baru dengan menggunakan bahan dasar alami menjadi daya tarik bagi peminat seni lukis, khususnya seni lukis kaligrafi. Seni lukis ini dibuat dengan perpaduan bentuk dan warna alami tanpa menggunakan cat lukis. Selain itu, sumber bagan dasar yang melimpah menjadi nilai ekonomis dalam pembuatan lukisan kaligrafi ini, sehingga harga yang ditawarkan terjangkau bagi masyarakat dan dapat bersaing dengan seni lukis kaligrafi yang menggunakan media lukis lainnya.

2. Weakness (Kelemahan)

Keterbatasan dari karya yang dibuat berupa sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga ahli dalam mendesain lukisan yang akan dibuat dan saat proses pembuatan lukisan kaligrafi dan juga kesulitan dalam memasarkan produk ini. Karena produk yang dibuat masih asing bagi masyarakat dan membutuhkan waktu yang lama agar masyarakat tahu tentang lukisan kaligrafi dari limbah kulit bawang merah dan bawang. Sehingga, perlu adanya sosialisasi ke kalangan masyarakat umum. 3. Opportunity (Peluang)

(21)

untuk memasarkan produk lukisan kaligrafi dari kulit bawang merah, terutama dipasarkan di tempat yang strategis diantaranya Malioboro, di alun-alun, di sekitar Taman Budaya, di sekitar Monumen Yogya Kembali dan tempat-tempat wisata lainnya.

4. Threat (Ancaman)

(22)

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Pelatihan pemberdayaan ini dapat memberikan pelatihan pengolahan limbah bawang merah menjadi kerajinan kaligrafi pada petani bawang merah dan masyarakat.

b. Pelatihan pemberdayaan ini dapat memberikan keterampilan dalam mempromosikan hasil kerajinan limbah bawang merah dari Desa Srikayangan.

c. Pelatihan pemberdayaan ini menguntungkan dilihat dari hasil analisa penetapan harga dan analaisa lingkungan dari hasil kerajinan pengolahan limbah bawang merah.

1.2 Saran

Saran didapat dari uraian program diatas dikatakan berhasil jika dalam pelatihan pemberdayaan Petani Bawang dalam Upaya Peningkatan Pendapatan melalui Pengelolahan Limbah Bawang Merah mampu memanfaatkan limbah untuk meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan dengan kemampuannya sendiri. Maka dari hal tersebut setelah tahap pelatihan, perlu adanya tahap monitoring dan evaluasi program pelatihan pemberdayaan ini. Monitoring dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan pengelola dan pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Evaluasi dilakukan paling lambat lima hari setelah kegiatan selesai oleh pengelila, aparat desa, dan pendamping. Kegiatan evaluasi diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanan kegiatan, agar untuk berikutnya dapat dilakukan dengan lebih baik.

(23)

Ma’arif, Rizky. 2012. Pengolahan bawang dan bawang merah sebagai industri kerajinan kreatif. http://amikom.ac.id/research/index.php/DTI/ article/view/7850. Diakses pada tanggal 26 Maret 2016 Pukul 06:23 WIB.

Tim Dosen dan Asisten. 2016. Buku Panduan Praktikum Pemberdayaan dalam Agribisnis 2016 Kabupaten Kulon Progro Daerah Istimewa Yogyakarta. Laboratorium Ekonomi Pertanian dan Kelembagaan. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Tanaman Bawang Merah
Gambar 3. Contoh Hasil Pelatihan Pemberdayaan
Tabel 1. Total Biaya Tetap  Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, maka penelitian mengenai strategi pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Borobudur melalui pembangunan Balai Ekonomi

Pemberdayaan petani bawang merah di Kec. Medan Marelan dilaksanakan melalui pertemuan rutin, melalui swadaya dan gotong royong, melalui penguatan permodalan, melalui

Program peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan masyarakat berbasis pengembangan penghidupan berkelanjutan (PKKPM-P2B) adalah upaya pemerintah dalam

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BIDAN DI DESA MELAKUKAN PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU DESA SIAGA AKTIF DI KABUPATEN

Metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Pisang sebagai Produk Olahan Untuk Meningkatkan Pendapatan di

Penulis menemukan temuan penting mengenai strategi pemberdayaan Masyarakat Desa yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bungo melalui program Gerakan Dusun

Hasil dan Pembahasan Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya Pembangunan Berkelanjutan pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo melalui KUBE

Upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dengan melihat sumber daya lokal yang ada menjadi sasaran pengabdian masyarakat yang dilakukan di Desa Prambangan sebagai salah satu desa