• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO

DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh Berlian Cristiani

NIM. E1106014

FAKULTAS HUKUM

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO

DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Oleh : Berlian Cristiani

NIM. E1106014

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Maret 2010 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK

VIKTIMOLOGI

Oleh : Berlian Cristiani

NIM. E1106014

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari :

Tanggal :

DEWAN PENGUJI

1. (Winarno Budyatmojo, SH, MS) : ... Ketua

2. (Siti Warsini, SH, MH) : ... Sekretaris

3. (Ismunarno, SH, M.Hum) : ... Anggota

Mengetahui, Dekan,

(4)

PERNYATAAN

Nama : Berlian Cristiani NIM : E1006014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI adalah betul-betul karya sendiri hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya besedia menerima sanksi akademik pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya dari penulisan hukum atau skripsi ini.

Surakarta, ...Maret 2010 yang membuat pernyataan

(5)

ABSTRAK

BERLIAN CRISTIANI, E 1106014. 2010. KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo selain itu juga untuk mengatahui kesesuaian penanganan di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo dari sudut pandang viktimologi.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo. Jumlah responden 2 orang yaitu : 1) Bapak Titus Lado selaku pemilik yayasan dan 2) Sri Poni Wirasti selaku mantan pengguna narkoba. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan penelitian kepustakaan. Analisis data kualitatif dengan model interaktif data yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo menggunakan metode utama dalam penanganan korban narkoba yaitu rehabilitasi dengan metode kerohanian dan sosial. Kemudian metode-metode penanganan yang digunakan juga tidak melanggar dan telah sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dalam hal rehabilitasi korban narkoba. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dalam penanganan korban narkoba namun metode-metode penanganan yang di gunakan sudah cukup efektif untuk menyembuhkan para korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo.

(6)
(7)

MOTTO

“Ora et Labora” Belajar dan Berdoa.

“Perbuatan paling baik adalah berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain, one for all….all for one”.

(Mario Teguh)

“Masa lalu hanyalah pembelajaran, Jadilah manusia super dengan belajar dari masa lalu dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai sesuatu”.

(Mario Teguh) “Iman seperti juga cinta, teruji pada saat yang sulit. Semakin mahal harga yang harus dibayar untuk iman kita, maka semakin cemerlanglah kilau yang

ditampakkanya”

(Penulis)

“Tangan yang lamban membuat miskin, tapi tangan orang orang rajin menjadikan kaya”

(Amsal 10 : 4) “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan akan memperoleh harta yang berharga”

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia dan hidanyah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ismunarno, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan kelancaran dan bimbingan serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Siti Warsini, S.H., M.H selaku pembimbing II yang penuh kesabaran

telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini

4. Bapak Edy Herdyanto, SH, M.H, selaku pembimbing akademik penulis. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS. 6. Bapak Titus Lado Selaku pemilik sekaligus pendiri Yayasan Rehabilitasi

Mental Sinai Sukoharjo dan Sri Poni Wirasti selaku mantan pengguna narkoba.

(9)

8. Mas Agung, mas Joko dan Mbak Novi, ponakan-ponakanku Dandy, Arya, Tian, Rika, Aiztria serta terkhusus alm. Mbak Ria terima kasih atas segala doanya.

9. Om Ruslan, terima kasih atas segala masukannya, dan motivasinya.

10.Saudara-saudara ku, Yuli, Bayu, Septian, Wulan terima kasih atas doa dan Support nya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabatku MeyMey, Ayu, Winda, Agung, Desthian Yoga, Yudi, Tika, Deden, Wibisono Rachmat, S.H., Yudha, Tian yang selalu menemaniku, memberikan doa dan dorongan serta tempat curahan hati.

12.Terima kasih untuk doa dan dukungannya yang disertai cintamu untuk Verly Pradana.

13.Teman-teman FH UNS, Retno, S.H., Hermin, S.H., Yuke, Ronggo, S.H., Andika, Prima, Ajay, Jefri, Abi, Taufik, Anung, Rodi, Pras, , , . “VIVA JUSTICIA, KAMI BANGGA ADA DI SINI”.

14.Teman-temanku semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat dukungan kalian semua dan sukses selalu.

Penulis menyadari penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Dengan lapang dada penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini

Surakarta, Maret 2010

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………...……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...………...……… iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ……….…..……….. v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ………...……...………….... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Skripsi ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15

A. Kerangka Teori... 15

1. Tinjauan Umum Tentang Korban... 15

2. Tinjauan Umum Tentang Narkotika... 21

3. Tinjauan Umum Tentang Penyalahgunaan Narkotika... 30

4. Tinjauan Umum Tentang Penanganan Korban... 37

5. Tinjauan Umum Tentang Rehabilitasi Narkoba... 39

6. Tinjauan Umum Tentang Viktimologi... 43

B. Kerangka Berpikir... 48

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

(11)

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …...………... 50

2. Visi Misi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo... 52

3. Tujuan dan Kegiatan Yayasan Sinai Sukoharjo...……... 53

4. Struktur Organisasi Yayasan Sinai Suoharjo ... 54

5. Uraian Tugas Jabatan Struktural Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo ... 56

B. Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sokoharjo... 57

1.Dasar Hukum Penanganan Narkoba... 57

2. Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo... 61

3. Hambatan-hambatan yang di hadapi Yayasan ... 71

C. Kesesuaian Penanganan Korban di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dari sudut pandang Viktimologi... 72

1. Metode Penanganan Korban Narkoba di Yayasan Sinai Sukoharjo ... 72

2. Perlakuan Korban Narkoba... 75

3. Korban Narkoba dalam Prespektif Viktimologi... 77

BAB IV PENUTUP... ………...………... 80

A. Simpulan ………...………... 80

B. Saran ………... 81

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap negara tentu menghendaki rakyatnya untuk selalu hidup sehat jasmani dan rohani, karena tidak seorang pun yang berpandangan senang sakit dalam hidupnya. Hidup produktif artinya melakukan kegiatan yang menghasilkan baik langsung maupun tidak langsung yang hasilnya dapat dinikmati diri sendiri maupun oleh orang lain, kegiatan itu dilakukan secara sosial dalam hubungannya seseorang hidup bermasyarakat, sedang kegiatan yang dilakukan secara ekonomis adalah kegiatan yang ada hubungannya dengan uang seperti bekerja. Negara tidak boleh bersikap pasif terhadap kondisi rakyat yang hidup dengan kesehatan apa adanya tetapi harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesehatan rakyatnya.

Apabila setiap orang selalu dapat konsisten untuk hidup sehat maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang sehat, karena suatu bangsa yang sehat secara otomatis negaranya menjadi kuat dan ini terkait dengan ketahanan nasional. Tetapi pada kenyataannya saat ini Negara Indonesia sedang dihadapkan pada suatu masalah berkaitan dengan kesehatan yang serius dan perlu penanganan yang cepat yaitu penyalahgunaan narkoba. Bahaya pemakaian narkotika sangat besar pengaruhnya terhadap

(14)

kuat bagi anak-anak mereka agar supaya tidak terjerumus ke dalam lembah hitam narkoba karena generasi muda seperti merekalah yang kelak akan membangun negara dimasa yang akan datang.

Narkoba adalah kepanjangan dari Narkotika dan Obat berbahaya lainnya. Selain narkotika yang digolongkan barang berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Narkotika dalam pengertian opium telah dikenal dan dipergunakan masyarakat Indonesia khususnya warga Tionghoa dan sejumlah besar orang Jawa sejak tahun 1617. Selanjutnya diketahui bahwa mulai tahun 1960-an terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada awal 1970-an mulai muncul penyalahgunaan narkotika dengan cara menyuntik. Orang yang menyuntik disebut morfinis. Sepanjang tahun 1970-an sampai tahun 1990-an sebagi1990-an besar penyalahguna kemungkin1990-an memakai kombinasi berbagai jenis narkoba (polydrug jser), dan pada tahun 1990-an heroin sangat populer dikalangan penyalahguna narkotika. (Hari Sasangka, 2003:16)

(15)

dalam masyarakat perlu adanya tindakan-tindakan seperti tindakan preventif, represif maupun pengobatan dan rehabilitasi.

Dalam penelitian ini penulis hanya akan mengkaji salah satu dari upaya penanggulangan narkotika yaitu rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkotika sesuai dengan sudut pandang viktimologi. Seseorang yang sudah mengalami ketergantungan terhadap narkotika harus cepat dilakukan pengobatan dan perawatan melalui fasilitas rehabilitasi.

Tujuan dari rehabilitasi itu sendiri adalah untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial dari orang-orang yang kecanduan narkotika, sehingga dengan adanya tujuan tersebut,diharapkan seorang pecandu narkotika yang masuk ketempat rehabilitasi dalam keadaan ketergantungan narkotika selanjutnya didalam rehabilitasi diberikan program-program pemulihan, sehingga setelah keluar dari tempat rehabilitasi orang yang kecanduan narkotika tersebut dapat sembuh dan kembali ditengah keluarganya serta dalam lingkungan masyarakat. Keanekaragaman pengobatan tergantung dari keanekaragaman jenis narkotika yang disalahgunakan.

Upaya penanggulangan yang bersifat pengobatan atau rehabilitasi belum bersifat optimal, hal ini dapat dilihat oleh tingginya angka kekambuhan bagi mereka yang sudah rehabilitasi. Hal tersebut terjadi biasanya karena korban narkotika ketika berada dalam pengawasan rehabilitasi, mereka tidak dapat menemukan bahkan memakai narkotika dan ketika sudah keluar dari tempat rehabilitasi mereka akan sangat dengan mudah mendapatkan dan menggunakannya kembali.

(16)

kejahatan. Kejahatan dalam arti luas tidak hanya yang di rumuskan dalam Undang-Undang, tetapi juga tindakan yang menimbulkan penderitaan dan tidak dapat dibenarkan serta dianggap jahat oleh masyarakat. Kejahatan dalam arti sempit adalah crime yang merupakan bagian dari tindak pidana atau delict. (Arif Gosita, 1993:28)

Kedudukan korban dalam kejahatan menurut pandangan hukum positif tidaklah mutlak, dalam arti korban bukanlah unsur terpenuhinya rumusan suatu kejahatan atau tindak pidana. Dalam pandangan sosiologis, korban memiliki posisi yang cukup vital dalam hubunganya dengan kejahatan. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kejahatan apabila ada pihak yang dirugikan, dan pihak tersebut disebut dengan korban. Proses berubahnya suatu perbuatan dari perbuatan biasa menjadi perbuatan pidana disebut kriminalisasi, sedangkan proses berubahnya perbuatan pidana menjadi perbuatan biasa disebut dekriminalisasi. Salah satu faktor yang menyebabkan kriminalisasi atau dekriminalisasi adalah korban kejahatan. Ketika tidak terdapat korban kejahatan, suatu perbuatan yang awalnya merupakan tidak pidana bisa berubah menjadi tindak pidana, begitu juga sebaliknya. Permasalahan kedua yang akan dibahas adalah mengenai penanganan korban tindak pidana narkoba dalam perspektif viktimologis. Walaupun dalam hukum positif dinyatakan secara tegas kedudukan korban bukanlah hal mutlak dalam suatu tindak pidana, namun dalam tindak pidana narkoba ini kedudukan korban tidak ditinjau dari segi mutlak atau tidaknya, melainkan seseorang yang melakukan tindak pidana tersebut.

(17)

narkoba dan dapat hidup secara normal dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya, berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis akan mengadakan penulisan hukum dengan judul “KAJIAN TERHADAP PENANGANAN KORBAN NARKOBA DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL SINAI SUKOHARJO DARI ASPEK VIKTIMOLOGI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba merumusakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo ?

2. Apakah penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo sudah sesuai dengan sudut pandang viktimologi ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui penanganan korban narkoba di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui kesesuaian penanganan di yayasan rehabilitasi mental Sinai Sukoharjo dengan sudut pandang viktimologi

2. Tujuan subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan bagi penyusunan skripsi sebagai syarat mencapai gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(18)

c. Untuk memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. 2. Manfaat Praktis

a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu data yang dapat menunjang penyelesaian penelitian itu sendiri, sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu diperlukan suatu metode tertentu. Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. (Soerjono Soekanto, 2006 : 6).

(19)

ketidakbenaran dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi penelitian.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang penulis susun adalah termasuk penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan kerangka baru. (Soerjono Soekanto, 2006 : 10).

Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan yang dapat didasarkan penelitian data itu. 3. Pendekatan Penelitian

(20)

4. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di yayasan rehabilitasi mental Sinai di Sukoharjo yang merupakan wadah bagi korban-korban penyalahgunaan narkoba untuk diberikan pengobatan dalam bentuk rehabilitasi.

5. Jenis dan Sumber Data

Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder. (Soerjono Soekanto, 2006 : 51).

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan, baik dengan wawancara dan observasi terhadap responden dalam penelitian. b. Data Sekunder

Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara tidak langsung, tetapi melalui penelitian kepustakaan.

(21)

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 pasal 1 ayat (3)

dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (Napza)

4) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, artikel koran dan internet serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

c. Bahan Hukum Tersier atau Penunjang

(22)

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer, adalah dengan cara wawancara. Dalam penelitian ini penulis akan secara langsung mewawancarai pembina Yayasan Rehabiltasi mental Sinai Sukoharjo. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terpimpin, terarah, dan mendalam sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti guna memperoleh hasil berupa data dan informasi yang lengkap dan seteliti mungkin. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah Bapak dan Ibu Titus Lado, selaku Pembina Yayasan Rehabilitasi Mental di Sukoharjo.

b. Data Sekunder

Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan penelitian atau kepustakaan atau library research guna memperoleh bahan-bahan hukum.

7. Teknik Analisis Data

(23)

model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang terkumpul dapat berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang mendukung penyusunan laporan penelitian. (HB. Sutopo, 2002 :35). Tiga tahap tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.

b. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilaksanakan.

c. Menarik Kesimpulan

(24)

Berikut ini penulis memberikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data :

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif Pengumpulan

data

Reduksi data Penyajian data

(25)

F. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua memuat 2 (dua) sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori ini terdiri dari :

a. Tinjauan Umum tentang Korban b. Tinjauan Umum tentang Narkotika

(26)

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat deskripsi lokasi penelitian yaitu Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukohoharjo hasil penelitian, yaitu : penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo dan kesesuaian penanganan korban narkoba di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai di Sukoharjo dari sudut pandang viktimologi.

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Korban a. Pengertian korban

Korban merupakan orang yang menderita (mati,dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003 : 595). Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Mereka disini yang dimaksud dapat berarti : individu, atau kelompok baik swasta maupun pemerintah. (Arif Gosita, 1993 : 41)

(28)

Korban adalah orang-orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau ganguan substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan. (Muladi, 2005: 108)

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 pasal 1 ayat (3) dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, mendefinisikan korban: “orang perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan, baik fisik, mental, maupun emosional, kerugian ekonomi atau mengalami pengabaian, pengurangan, atau perampasan hak-hak dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk ahli warisnya”.

Dalam perspektif viktimologi, pada fase new victimology Waidner and wolfgang Werdenich dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “the victims” memberikan pengertian tentang korban sebagai berikut:

(29)

Artinya adalah orang yang diperlakuakn, terluka atau menderita oleh perlakuan atau kelalaian dari orang lain, struktur, organisasi atau institusi dan konsekuensinya korban akan menjadi salah satu yang selalu menderita atau diperlakukan oleh sikap yang menghakimi bukan hanya karena sikap kriminal tapi juga hukuman lainnya sebagai pelanggaran hukum, serangan ekonomi, tidak terpenuhinya pekerjaan (kecelakaan saat bekerja, dirumah, kecelakaan dijalan, dll) menderita dikarenakan orang lain yang membuat atau struktur lain dimana orang lain terlibat.

b. Pengertian Korban Secara Umum

Mengenai pengertian korban sangat sulit bagi kita untuk menemukan atau memberikan pengertian secara khusus arti dari korban, karena ada berbagai macam jenis korban yang terdapat di dalam masyarakat sebagai suatu tindakan atau perbuatan seseorang baik dilakukan dibawah pengendalian manusia seperti korban kejahatan maupun di luar kendali manusia yang disebabkan oleh gejala alam, maupun korban penyalahgunaan kekuasaan. Setiap peristiwa atau kejadian yang menimbulkan korban baik karena tindakan manusia maupun kejadian yang disebabkan oleh alam sering kali menimbulkan permasalahan dan bencana yang dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang masalah korban kejahatan yaitu victimology. Pengertian korban tidak hanya dari kejahatan konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan pencurian tetapi juga mencakup korban dari kejahatan non konvensional seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika ilegal, meliputi pula pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

(30)

emosi, kerugian ekonomi. Istilah korban disini juga meliputi keluarga korban, orang-orang yang menderita akibat melakukan intervensi atau campur tangan untuk membantu korban yang dalam kesulitan atau mencegah victimisasi. (Arif Gosita, 1993:46)

Korban adalah mereka yang menderita jasmaninya dan rohaninya sebagai akibat dari tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepanetingan bagi diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita, mereka disini dapat berarti individu, kelompok atau badan hukum swasta atau pemerintah. (Arif Gosita, 1993:63). Seperti yang tercantum dalam jurnal internasional “persons who individually or collectively, have surffered harm, including pysical or mental injury, emotional suffering, economic loss or substantial impairment or their fundamental rights, troughs actor omissions that are in violation of criminal laws operative within member States, including those laws proscribing criminal abuse power” (Gila Chen, Journal of Offender Rehabilitation, Natural Recovery from drug and alcohol of addiction among israeli prisoners, vol 43 (3) pp 1-17 : 2006)

Dari pengertian jurnal internasional diatas, jelas bahwa korban adalah orang yang mengalami penderitaan karena sesuatu hal. Yang dimaksud dengan sesuatu hal disini adalah meliputi orang, institusi atau lembaga, struktur.

(31)

orang-orang yang mengalami kerugian ketika membantu korban mengatasi penderitaannya atau untuk mencegah viktimisasi. c. Pengertian korban secara khusus

Dalam tindak pidana narkotika, masalah korban perlu dipahami secara cermat, hal ini disebabkan karena orang yang melakukan penyalahgunaan narkotika merupakan korban sekaligus pelaku penyalahgunaan narkotika. Sebagai korban penyalahgunaan narkotika perlu mendapatkan pengobatan dan /atau perawatan ditempat rehabilitasi sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika melalui usaha rehabilitatif.

(32)

d. Hak dan kewajiban Korban

Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh korban adalah antara lain sebagai berikut :

1) Hak :

a) Korban berhak mendapatkan kompensasi atas penderitaannya, sesuai dengan kemampuan memberi kompensasi si pembuat korban dan taraf keterlibatannya / atau peranan si korban dalam terjadinya kejahatan dan berhak menolak kompensasi untuk kepentingan pembuat korban (tidak mau diberi kompensasi karena tidak memerlukannya) dan mendapatkan kompensasi untuk ahli warisnya bila si korban meninggal dunia

b) Berhak mendapat pembinaan dan rehabilitasi serta mendapat kembali hak miliknya dan berhak menolak menjadi saksi bila hal ini akan membahayakan dirinya c) Berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman pihak

pembuat korban bila melapor dan menjadi saksi dan berhak mendapatkan bantuan penasehat hukum dan mempergunakan upaya hukum

2) Kewajiban :

a) Tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan dan berpatisipasi dengan masyarakat mencegah pembuatan korban lebih banyak lagi

(33)

c) Bersedia dibina atau membina diri sendiri maupun oleh orang lain dan tidak menuntut kompensasi yang tidak sesuai dengan kemampuan pembuat korban

d) Memberi kesempatan pada pembuat korban untuk memberi kompensasi pada pihak korban sesuai dengan kemampuannya dan menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan. (Arif Gosita, 1993 : 52-53)

2. Tinjauan Umum Tentang Narkotika a. Pengertian Narkotika

Secara umum yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh. Istilah narkotika yang dipergunakan disini sama artinya dengan “drug”, yaitu sejenis zat apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu :

1) Mempengaruhi kesadaran

2) Memberikan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia dapat berubah :

a) Penenang dan Perangsang (bukan rangsangan sex) b) Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu

membedakan antara khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat).

(34)

perkataan yunani ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa. (Hari Sasangka, 2003 : 33)

Menurut UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 1 ayat 1 “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan”

b. Pengolongan dan Jenis Narkotika 1) Penggolongan Narkotika

Penggolongan Narkotika dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) yang menyebutkan bahwa narkotika dapat digolongkan menjadi :

a) Narkotika Golongan I

Yang dimaksud dengan narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Beberapa contoh jenis narkotika yang termasuk dalam golongan I antara lain :

(35)

(2) Opium mentah yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengilahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

(3) Opium masak terdiri dari :

(a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

(b) Jicing, sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

(c) Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

(4) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythoxylon dari keluarga Erythoxylaceae termasuk nuah dan bijinya.

(36)

(6) Kokain mentah, semua hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

(7) Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasish. (8) Heroin

b) Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Beberapa contoh jenis narkotika yang termasuk dalam golongan II narkotika antara lain Alfasetilmetadol, alfametadol, alfentanil, benzitidin, betametadol, dihidromorfina, drotebanol, ekgonina (termasuk ester dan derivatnay yang setara dengan ekgonina dan kokaina), fentanil, metadona, metopon, morfina, petidina.

c) Narkotika Golongan III

(37)

termasuk dalam golongan III narkotika antara lain : Asetildihidrokodein, Dihidrokodenia, Etimorfina, Kodeina, Nikokodina, Norkodeina, Polkodina.

2) Jenis Narkotika

Ada beberapa jenis narkotika, baik yang alami maupun narkotika olahan / sintetis, yaitu antara lain :

a) Candu

Candu atau disebut juga dengan opium merupakan sumber utama dari narkotika alam yang berasal dari sejenis tumbuh tumbuhan yang dinamakan Papaver Somniferum. Narkotika jenis candu ini termasuk depressants yang mempunyai pengaruh hypnotics dan tranglizers. Depressants yaitu merangsang sistem saraf parasimpatis, dalam dunia kedokteran dipakai sebagai penghilang rasa sakit yang kuat.

Opinium dapat membuat euforia yang hebat, perasaan nyaman yang meningkat, daya khayal dan berbicara lebih tinggi. Apabila penggunaan candu ini dalam waktu jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan dalam kemampuan mental dan fisik, kehilangan nafsu makan dan berat badan.

b) Ganja

(38)

ganja) ganja bagi para junky sering dianggap sebagai lambang pergaulan sebab di dalam pemakain ganja hampir selalu beramai-ramai hal ini dikarenakan dari efek yang ditimbulkan dari ganja yaitu kegembiraan.

Ganja terbagi 2 (dua) jenis yaitu : ganja jenis jantan, ganja ini kurang bermanfaat, hanya diambil seratnya untuk pembuatan tali. Ganja jenis betina, jenis ganja ini dapat berbunga dan berbuah, biasanya digunakan untuk pembuatan rokok ganja.

c) Morphine

Merupakan zat utama yang bekhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah dengan jalan diolah secara kimia melalui penyulingan. Efek dari morphine 10 kali lebih kuat dari opium atau candu, dimana seorang pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingininya selalu memperlukan penambahan dosis dari pemakaian sebelumnya yang lambat laun dapat membahayakan jiwa.

(39)

d) Heroin

Heroin merupakan obat semi sintetik yang dihasilkan dari reaksi kimia morphine yaitu dengan nama kimia asetil-morin yang lebih efektif yang diduga tidak mengandung sifat adiktif, tetapi pada kenyataannya heroin memberikan efek ketergantungan lebih cepat, membangkitkan rasa kantuk dan euforia serta memberikan halusinasi yang lebih kuat dari morphine. e) Cocaine

Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut erythroxylon coca. Untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun coca lalu dekeringkan terlebih dahulu sebelum diolah di pabrik dengan menggunakan bahan kimia cocaine termasuk golongan tanaman perdu atau belukar yang tingginya kira-kira sampai dua meter, daunnya berwarna hijau kekuning-kuningan, tidak berduri, tidak bertangkai, berhelai daun satu, tumbuh satu-satu pada cabang atau tangkai, buahnya berbentuk lonjong berwarna kuning-merah atau merah saja apabila sudah masak.

f) Metadon

(40)

g) Kodein

Kodein dapat terbuat secara alami dari ekstrak opium (candu) juga dapat diperoleh dari hasil olahan dari morphine tetapi tidak memiliki efek sekeras efek dari morphine. Kodein biasa digunakan sebagai penghilang rasa sakit sedang atau untuk mengobati batuk yang parah.

Kodein merupakan golongan opiat yang banyak dijual bebas dan legal. Tetapi kodein dapat disalahgunakan dengan cara mengkombinasikan antara kodein dengan obat tidur yang efeknya menyerupai heroin. Kodein juga banyak digunakan sebagai obat pengganti heroin dalam proses terapi ketergantungan heroin.

Dari berbagai jenis narkotika tersebut diatas, ada beberapa jenis yang paling banyak disalahgunakan yaitu : Heroin / Putauw, morphine, ganja, kokain.

3) Pengaturan Narkotika

(41)

substansinya maupun ancaman pidananya. Atas pertimbangan hal tersebut maka pemerintah mengganti Undang-Undang No 22 Tahun 1997.

Contoh yang sudah tidak relevan dalam Undang-Undang No 9 Tahun 1976 dengan Undang-Undang-Undang-Undang No 22 Tahun 1997 yaitu :

a) Dalam Undang-Undang No 9 Tahun 1976 hanya mengatur tentang jenis-jenis narkotika saja, tidak mengatur mengenai penggolongan narkotika. Dalam UU No 22 Tahun 1997 mengatur mengenai penggolongan narkotika denga sanksi pidana yang berbeda dari setiap golongan narkotika.

b) Mengenai ancaman pidana dalam UU No 9 Tahun 1976 masuh ringan sehingga tidak membuat para pelaku jera, sedangkan UU No 22 Tahun 1997 ancaman pidananya diperberat dan disertai dengan pidana denda.

Dalam UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika menyebutkan bahwa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya dibidang pengobatan, pelayanan kesehatan, serta demi kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga diperlukan tindakan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya pencegahan terjadinya penyalahgunaan narkotika dan memberantas peredaran gelap narkotika.

(42)

publikasi, pengangkutan dan penyaluran narkotika, ekspor dam impor narkotika, pengobatan dan rehabilitasi, pembinaan dan pengawasan, serta peran serta masyarakat, pemusnahan narkotika, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, serta ancaman pidana yang diperberat unruk masing-masing golongan narkotika.

Tindak pidana dibidang narkotika diatur dalam pasal 78 sampai dengan Pasal 100 UU No 22 Tahun 1997 semua tindak pidana tersebut merupakan kejahatan karena perbuatannya diluar kepentingan pengobatan, pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.

3. Tinjauan Umum Tentang Penyalahgunaan Narkotika a. Pengertian Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan dalam bahasa Inggris disebut “Abuse”, yang artinya pemakaian yang tidak semestinya. Sehingga penyalahgunaan narkotika dalam bahasa Inggris disebut dengan “Drug Abuse”. Yang dapat dikategorikan sebagai Drug Abuse yaitu :

1) Misuse yaitu mempergunakan narkotika yang tidak sesuai dengan fungsinya.

2) Overuse yaitu penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan aturan berlebihan.

(43)

mengedarkan, mengangkut, memakai, dan memperdagangkan narkotika. Pengertian penyalahgunaan narkotika diartikan mempergunakan narkotika, yang tidak untuk tujuan pengobatan. Akibat dari penyalahgunaan narkotika akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi sipemakai karena penggunaan yang berlebihan, terus menerus atau kadang-kadang dari suatu narkotika yang tidak sesuai atau tidak ada hubungannya dengan pengobatan. (Naomi.2007. “Seluk Beluk Narkotika” www. soc. Culture. Indonesia diakses tanggal 21 September 2009)

b. Sebab-sebab Penyalahgunaan Narkotika

Seseorang dapat terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor individu

Penyalahgunaan narkotika kebanyakan dilakukan oleh para remaja, karena pada usia tersebut sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang sangat rentan untuk melakukan penyalahgunaan narkotika. Faktor individu ini terkait dengan masalah kejiwaan seperti :

a) Adanya perasaan egois

(44)

b) Adanya kehendak ingin bebas

Sifat ini juga merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Sifat ini diungkapkan dengan cara memberontak atau menentang terhadap otoritas dari orang tua, guru, dan perilaku menyimpang dari aturan norma yang berlaku. Kehendak ingin bebas ini muncul dan terwujud kedalam perilaku setiap dihimpit beban pemikiran maupun perasaan sehingga apabila melakukan interaksi dengan orang lain yang bekaitan dengan narkotika maka akan dapat dengan mudah untuk terjerumus dalam tindak pidan narkotika.

c) Perasaan keingintahuan

Rasa ingin tahu ini dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini timbul disebabkan karena adanya hal baru yang belum pernah dikenal dan ada perasaan ingin mencoba atau memiliki, rasa keingintahuan tidak terbatas pada hal yang positif saja tapi juga pada hal-hal yang negatif, seperti rasa keingintahuan tentang narkotika. Ini dapat mendorong seseorang untuk mencoba narkotika sehingga dari pemakaian tersebut mereka memperoleh pengalaman baru.

d) Kegoncangan jiwa

(45)

terbius sebagai tempat pelarian yang terindah dan ternyaman.

2) Faktor eksternal pelaku

Merupakan faktor yang datang dari luar individu yang dapat menyebabkan melakukan penyalahgunaan narkotika yaitu :

a) Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu keadaan ekonomi yang baik dan keadaan ekonomi yang miskin. Pada keadaan ekonomi yang baik maka dapat dengan mudah memperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam penggunaan narkotika. Demikian juga sebaliknya, apabila keadaan ekonomi kurang baik maka pemenuhan kebutuhan sehari-hari sangat sulit sehingga orang-orang itu akan berusaha untuk dapat keluar dari himpitan ekonomi tersebut dengan cara menjadi seorang pengedar narkotika dikarenakan hasil dari penjualan narkotika untungnya sangat besar.

b) Faktor lingkungan

(46)

yang otoriter, orang tua ynag serba membolehkan, orang tua yang kurang peduli dan tidak mengetahui dengan masalah narkotika, orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahgunaan narkotika.

Lingkungan sekolah juga merupakan penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika karena sekolah tersebut kurang disiplin dalam menerapkan peraturan sekolah terhadap para muridnya, letak sekolah yang dekat dengan tempat hiburan, sekolah yang kurang memneri kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif dalam suatu wadah kegiatan sekolah seperti olahraga, kesenian.

Seseorang dapat diterima dalam lingkungan pergaulan teman yang sebaya seiring terjadi penyalahgunaan narkotika karena adanya tekanan atau ancaman dari teman sekelompoknya apabila tidak menggunakan narkotika maka akan dikucilkan dari kelompok sehingga agar tetap diterima dalam kelompoknya terpaksa menggunakan narkotika sebagai lambang persahabatan bagi kelompok tersebut.

(1) Kemudahan memperoleh narkotika

(47)

(2) Kurangnya pengawasan

Pengawasan disini maksudnya adalah mengenai pengendalian terhadap persediaan narkotika, penggunaan dan peredarannya. Pemerintah memegang peranan penting untuk mengawasi dan membatasi mata rantai peredaran, produksi dan pemakaian narkotika dalam dunia kedokteran. Apabila kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah maka akan terjadi peredaran narkotika dalam pasar gelap dan produksi narkotika secara ilegal menyebabkan jumlah pecandu narkotika mengalami peningkat.

c. Akibat Penyalahgunaan Narkotika 1) Bagi Individu

(48)

2) Bagi masyarakat

Akibat-akibat penyalahgunaan narkotika terhadap masyarakat luas antara lain :

a) Kemerosotan moral seperti, melakukan hubungan seks bebas, tertutup terhadap lingkungan masyarakat atau tidak bersosialisasi

b) Meningkatnya kecelakaan lalu lintas, disebabkan karena pada saat berada dalam pengaruh narkotika, keadaan fisik maupun mental menurun sehingga pada waktu mengemudikan kendaraan tidak dapat berkonsentrasi sehingga kehilangan kemampuan untuk mengontrol jalannya kendaraan hal ini dapat menyebabkan terganggunya ketertiban masyarakat.

c) Meningkatnya kriminalitas, seperti penodongan, pencurian, perampokan, kejahatan ini dilakukan untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk membeli narkotika.

d) Terjadinya perkelahian baik terhadap perorangan maupun antar kelompok, karena tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dan cenderung cepat menjadi emosional dan mudah tersinggung terhadap siapapun yang disangka memusuhinya.

3) Bagi bangsa dan negara

(49)

tulang punggung terhadap ketahanan nasional dan keutuhan bangsa.

b) Hilangnya rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara sehingga memudahkan negara lain mempengaruhinya untuk menghancurkan negara.

4. Tinjauan Umum tentang Penanganan Korban a. Pengertian

Penanganan korban adalah suatu tindakan dimana melakukan tindakan optimal terhadap suatu korban baik secara langsung maupun berkelanjutan. Diperlukan tindakan medis maupun sosial untuk penanganan korban agar korban setelah dilakukan tindakan tersebut dapat kembali normal seperti sebelum ketergantungan narkoba. (Hari Sasangka, 2003 : 27). b. Macam-macam penanganan korban narkoba

1) Pengobatan

Tidak dijelaskan secara terperinci mengenai pegertian pengobatan, akan tetapi dapat diartikan sebagai suatu tindakan medis dan non medis untuk menyembuhkan korban penyalahgunaan narkoba. Garis besar pengobatan ketergantungan narkoba terdiri atas 3 tahapan, yaitu :

a) Tahap detoksifikasi

(50)

b) Tahap rehabilitasi

Pada tahap ini dilakukan rehabilitasi pada pemakai narkoba baik secara fisik dan mental. Dalam tahap ini dokter, psychiater, psikolog, berusaha untuk merehabilitasi seara intensif agar pemakai narkoba sehat seperti semula. c) Tahap tindak lanjut

Tahap ini merupakan pembinaan khusus setelah pemakai narkoba keluar dari panti rehabilitasi. Hal ini perlu kerja sama antara orang tua, pekerja sosial, dan lingkungan dimana pemakai narkoba tinggal.

2) Rehabilitasi

Menurut BAB I Pasal ayat 15 dan 16 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, rehabilitasi meliputi 2 hal, yaitu :

a) Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

b) Rehabiltasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu fisik, mental, maupun sosial agar bekas pecandu narkotika agar kembali dapat melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

5. Tinjauan Umum Tentang Rehabilitasi Narkoba

(51)

a. Pengertian rehabilitasi

Dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika tidak menegaskan adanya pengertian dari rehabilitasi, tetapi didalam Pasal 1 ayat 15 UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang dimaksud dengan rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Dan didalam Pasal 1 ayat 16 juga dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan) yang dahulu (semula) atau perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu, misalnya pasien rumah sakit, korban bencana, supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dimasyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003: 823 )

(52)

b. Pengaturan Rehabilitasi

Keberadaan tempat rehabilitasi sebagai salah satu sarana upaya pencegahan korban narkotika memiliki dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, Pasal 45 yang menegaskan bahwa seorang pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan /atau perawatan. Pasal 48 ayat 1 dan 2 yang menegaskan bahwa pengobatan dan /atau perawatan pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 49 ayat 1 menyatakan bahwa rehabilitasi medis pecandu narkotika dilalukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Dalam Pasal 50 rehabilitasi sosial bekas pecandu narkotika dilakukan pada lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Menteri Sosial.

c. Jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi terhadap korban narkotika dibedakan dalam 2 (dua) jenis rehabilitasi, yang telah diatur dengan jelas dalam Pasal 48 ayat 2 UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang berbunyi rehabilitasi meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

1) Rehabilitasi Medis

Menurut Pasal 1 ayat 15 UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang dimaksud dengan rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

(53)

karena pengobatan terhadap korban penyalahgunaan narkotika sangat kompleks sebab menyangkut berbagai aspek seperti aspek psikologis maupun aspek sosio kultural yang terdapat pada pribadi si pasien korban penyalahgunaan narkotika. Namun, apapun permasalahan yang dihadapi oleh pasien, pengobatan secara medis harus tetap dilakukan dengan cepat dengan disertai pembinaan secara mental dan fisik dan dengan bimbingan psikiatrik secara terus menerus sebagai upaya agar tidak mengalami kekambuhan (relaps).

(54)

selesai. Psikoterapi dilakukan dengan maksud untuk memperkuat kepribadian, kepercayaan diri dan dapat mengetahui arti hidup yang sangat penting bagi si pasien penyalahgunaan narkotika.

2) Rehabilitasi sosial

Menurut Pasal 1 ayat 16 UU No 22 Tahun 1997 menyebutkan bahwa rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu fisik, mental, maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Dan menurut Pasal 50 UU No 22 Tahun 1997 menyebutkan bahwa rehabilitasi sosial bekas pecandu narkotika dilakukan pada lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Menteri Sosial.

Dalam program rehabilitasi yang diselenggarakan oleh tempat-tempat rehabilitasi disesuaikan dengan kepribadian dari korban penyalahgunaan narkotika sehingga program satu dengan yang lain berbeda tetapi berdasarkan pada pelayanan dan pengobatan secara terpadu yang diterapkannya. Pelaksanaan program rehabilitasi dibutuhkan partisipasi dari segala pihak seperti keluarga, masyarakat, konselor addict, rohaniawan, psikiater, psikolog agar si pasien penyalahgunaan narkotika dapat segera cepat pulih sehingga dapat segera kembali ditengah-tengah masyarakat.

3) Tujuan Rehabilitasi

(55)

terhadap lingkungan sosialnya, kuat menghadapi tantangan hidup dan tidak tergoda untuk mencari jalan pintas dengan menggunakan narkotika. Proses pembinaan mental psikologik, sosial, dan spiritual membutuhkan waktu lama, tergantung berat ringannya masalah, keinginan pecandu untuk berubah, dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta program rehabilitasi yang dilakukan terhadap pasien. Sehingga si pasien dapat bertahan untuk tidak menggunakan narkotika kembali atau tidak kambuh lagi sepulang dari tempat rehabilitasi tersebut.

6. Tinjauan Umum Tentang Viktimologi a. Pengertian Viktimologi

Viktimology (istilah bahas Inggris) bersal dari kata-kata latin Victima yang berarti korban, logos yang berarti Ilmu Pengetahuan Ilmiah, Study. (Arif Gosita, 1993:43). Viktimologi adalah lebih daripada departemen atau seksi, ia adalah suatu pemikiran yang menempatan kriminologi dalam suatu kedudukan penting yang baru, dan dengan demikian menaikkan dirinya dalam taraf ilmiah yang tinggi lagi. (Arif Gosita, 1993 : 45).

(56)

b. Viktimologi Sebagai Sumber Dasar Pemikiran Terhadap Korban Kejahatan.

Viktimologi mencoba memberikan pemahaman, mencerahkan permasalahan kejahatan dengan mempelajari para korban kejahatan, proses viktimisasi dan akibat-akibatnya dalam rangka menciptakan kebijaksanaan dan tindakan pencegahan dan menekan kejahatan secara lebih bertanggung jawab. Viktimologi memberikan pengertian yang lebih baik tentang korban kejahatan sebagai hasil perbuatan manusia yang menimbulkan penderitaan-penderitaan mental, fisik dan sosial, tujuannya adalah tidak untuk menyanjung-nyanjung para korban, tetapi hanya untuk memberikan penjelasan mengenai peranan sesungguhnya para korban dan hubungan mereka dengan para korban.

c. Manfaat Viktimologi

Manfaat viktimologi adalah antar lain sebagai berikut :

1) viktimologi mempelajari hakekat siapa itu korban dan yang menimbulkan korban, apa artinya viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam suatu proses viktimisasi.

(57)

3) permasalahan utama viktimologi antara lain adalah mencapai, mengusahakan hasil-hasil praktis yang berarti menyelamatkan orang dalam bahaya dan dari bahaya.

4) viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk mengatasi masalah konpensasi pada korban; pendapat-pendapat viktimologis dipergunakan dalam keputusan-keputusan peradilan kriminil dan reaksi pengadilan terhadap perilaku kriminil. Mempelajari korban dari dan dan dalam proses peradilan kriminil, merupakan juga suatu studi mengenai hak dan kewajiban asasi manusia.

d. Fase Perkembangan Viktimologi

Dalam perkembangannya viktimologi mengalami perubahan-perubahan, antara lain sebagai berikut :

1) Penal or special victimologi

Dalam fase ini perkembangan viktimologi difokuskan untuk mempelajari korban kejahatan

2) General viktimologi

Dalam fase ini pembahasan viktimologi untuk mempelajari korban kecelakaan lalu lintas dan korban kejahatan

3) New viktimologi

Dalam fase ini viktimologi sudah modern / maju. Mempelajari dan memperhatikan korban kejahatan, kecelakaan, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran korban.

e. Pihak-Pihak dalam Viktimologi

Pihak-pihak yang terkait dengan viktimologi dan dipelajari secara mendalam dalam viktimologi adalah sebagai berikut :

(58)

Dalam hal ini korban disebut sebagai obyek viktimologi karena yang menjadi perhatian utama dalam viktimologi adalah korban. Korban merupakan mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Mereka disini yang dimaksud dapat berarti : individu, atau kelompok baik swasta maupun pemerintah. (Arif Gosita, 1993 : 41)

2) Penimbul korban

Dengan adanya korban pasti ada sebab mengapa dirinya bisa dikategorikan menjadi korban. Korban dapat ditimbulkan dengan sebab-sebab yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain serta pengaruh lingkungan sekitar dimana orang tersebut tinggal.

3) Pihak terkait

Pihak-pihak yang terkait yang dipelajari dalam viktimologi adalah pihak yang yang dapat membuat orang tersebut menjadi korban atau pihak-pihak yang terkait dalam proses kejahatan yang dilakukan korban. Kemudian pihak-pihak yang tekait dalam penanganan koban secara khusus.

f. Tipologi korban menurut Sellin dan wollfgang

1) Primary victimization adalah korban individual, jadi korban disini adalah korban perorangan bukan korban kolektiv atau kelompok

(59)

3) Tertiary victimization yang menjadi korban adalah masyarakat luas, boleh juga dikatakan, bahwa korbannya abstrak dan tidak berhubungan langsung dengan kejahatan

4) Mutual victimization, yang menjadi korban adalah pelaku sendiri, korban tidak menyadari bahwa dirinya adalah korban dari kejahatan yang dilakukannya sendiri

(60)

B. Kerangka Berpikir

Gambar 2 : Bagan Kerangka Berpikir

Penyalahgunaan Narkoba

Korban

Penanganan korban narkotika

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

Rehabilitasi

(61)

Penjelasan :

(62)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai terletak di Desa Kutu RT. 02 RW. 08 Kelurahan Telukan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Sebelah timur Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai merupakan sebuah perkampungan di desa Kutu. Sebelah barat terdapat beberapa bangunan pabrik dan sebagian lahan kosong. Sebelah utara dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, yaitu lagu Bengawan Solo. Sedangkan sebelah selatan juga terdapat perkampungan dan tempat pendidikan. Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo ini berdiri pada tahun 1992 yang didirikan oleh Bapak Titus Lado yang berasal dari Nusa Tenggara Timur bersama istri yang bernama Ibu Artha yang berasal dari Medan.

Pada tahun 1997 Yayasan tersebut didaftarkan secara resmi kepada Pemerintah setempat yaitu Kabupaten Sukoharjo dan memperoleh status sebagai yayasan rehabilitasi yang berbadan hukum melalui notaris. Serta diresmikan oleh Bupati Sukoharjo pada tanggal 23 Mei 2002. Pada awalnya panti rehabilitasi ini berdiri hanya menampung pasien yang mengalami goncangan jiwa atau mental karena sakit jiwa yang dideritanya. Pasien tersebut diantar langsung oleh pihak keluarga untuk dititipkan di yayasan tersebut sampai pasien tersebut sembuh dari sakit jiwa yang dideritanya. Selain itu yayasan ini juga menampung orang-orang sakit jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya yang berada di jalanan.

(63)

sekaligus pembina Yayasan menjelaskan korban narkoba juga termasuk dalam kriteria gangguan mental karena penggunaan narkoba dapat merusak mental dari diri korban narkoba tersebut. Jadi diperlukan pembenahan dan rehabilitasi mental pada diri korban penyalahgunaan narkoba. Pada puncaknya tahun 2006 Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai mendapatkan sebuah penghargaan dari Badan Narkotika Propinsi Jawa Tengah sebagai Yayasan yang berhasil dalam penanganan dan pembinaan melalui rehabilitasi sosial dan rohani tanpa bantuan medis. Di dalam yayasan ini terdapat kurang lebih 20 orang korban narkoba, gangguan jiwa 125 orang dan 20 anak asuh. Bangunan Yayasan terebut kurang lebih berukuran 1817 m² terdiri dari 10 ruang yaitu sebagai berikut :

a. Aula

b. Kamar pasien 3 ruang yang masing-masing ruangan ditempati oleh 70 pasien, antara laki-laki dan perempuan dibedakan.

c. Rumah tinggal pemilik yayasan

d. Kamar Mandi 10 buah terdiri dari 1 tempat terbuka berukuran 6 x 6 m berada di luar kamar dan 3 tempat tertutup di dalam masing-masing kamar pasien.

e. Dapur umum berukuran 10 x 6 m f. Kamar pekerja sebanyak 1 ruang.

g. Kamar khusus yang dipergunakan untuk pasangan yang sudah menikah sebanyak 4 kamar.

h. Gudang.

(64)

k. Sarana ketrampilan listrik las dan asietelin, perbengkelan, komputer, jahit menjahit, olah raga bulutangkis, tenis meja, dan catur.

2. Visi Misi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

Jika sebuah Yayasan ingin maju dan berkembang, tentu Yayasan tersebut harus mempunyai cita-cita dan gagasan ideal mengenai bagaimana Yayasan tersebut akan dibangun. Gambaran ideal itu yang sering disebut sebagai sebuah visi. Jadi, Yayasan dibangun tanpa suatu visi, maka sulit Yayasan tersebut akan dapat maju dan berkembang dengan baik sesuai dengan yang diimpikan oleh pendirinya. Yayasan rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo termasuk yayasan yang bergerak di bidang sosial masyarakat. Oleh karena itu, yayasan ini dibangun untuk ikut serta membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional dibidang sosial masyarakat dan kerohanian. Pihak Pemerintah Kabupaten Sukoharjo menginginkan Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai mempunyai visi dan misi yang jelas dan terarah. Visi dan misi itu digunakan sebagai pedoman seluruh pelaksanaan maupun tujuan yayasan tersebut didalam menjalankan program-program sosial kemasyarakatan yang ada di yayasan tersebut.

(65)

Adapun misi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo, antara lain sebagai berikut :

a. Berperan aktif menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan-kegiatan dibidang sosial kemasyarakatan dan kerohanian.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memberikan pelayanan-pelayanan sosial bagi orang-orang yang tuna laras, anak terlantar dan korban narkotika.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial yang berhubungan langsung dengan penderita narkoba dan gangguan jiwa.

d. Melakukan rehabilitasi yang efektif dan profesional dalam rangka membantu penyembuhan korban narkotika.

e. Membudayakan sikap saling tolong-menolong antar sesama manusia. f. Menjunjung tinggti hak asasi manusia dalam pelaksanaan rehabilitasi

kepada korban narkoba dengan mengedepankan harkat dan martabat manusia.

3. Tujuan dan Kegiatan Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo a. Tujuan Yayasan

(66)

b. Kegiatan Yayasan

1) Menampung, merawat serta membina penyandang masalah cacat mental, sakit jiwa, korban narkotika dan anak-anak bermasalah. 2) Melaksanakan pembinaan rohani dan keterampilan.

3) Melaksanakan kegiatan sosial lainnya yang dianggap perlu. c. Sumber Dana

1) hasil pemisahan dari kekayaan pribadi pendiri

2) bantuan dari perorangan, lembaga resmi atau swasta dari dalam atau luar negeri yang tidak mengikat

3) hibah wasiat dan warisan

4) hasil-hasil usaha yayasan sendiri 5) pendapatan lainnya yang sah

4. Struktur Organisasi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo Dari penelitian yang dilakukan penulis bahwa berdasarkan Surat

akta Notaris Nomor 8/20/XI/1997/SKH oleh Notaris Murtini, S.H. berkedudukan di Kabupaten Sukoharjo. Susunan organisasi di Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo terdiri dari :

a. Kepala Yayasan b. Sekretaris c. Bendahara

(67)

1) Bidang Perawatan 2) Pelayan Konseling 3) Bidang Rohani

4) Bidang Olahraga dan Seni

Berikut ini penulis sajikan bagan struktur organisasi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo :

Gambar 3 : Bagan struktur organisasi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

BENDAHARA SEKRETARIS

1. Bidang Perawatan 2. Bidang Kerohanian 3. Bidang OR dan Seni 4. Pelayan Konseling 5. Bidang Ketrampilan

(68)

5. Uraian Tugas Jabatan Struktural Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo

Berdasarkan Keputusan Rapat Badan Pendiri, pada tangal 21 April 2003 memilih dan menetapkan pengurus yayasan Rehabilitasi Mental Sinai Sukoharjo Tahun 2003 sampai sampai dengan 2010, sebagai berikut :

a. Kepala Yayasan

Seorang Ketua mewakili pengurus harian dan mewakili yayasan baik di dalam maupun diluar pengadilan dan dapat melakukan segala tindakan baik yang yang bersifat pengurusan maupun pemilikan, mengikat yayasan pihak lain atau pihak lain kepada yayasan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk :

1) meminjam uang atau meminjamkan uang atas nama yayasan

2) mendapatkan, melepaskan atau membebani suatu hak atas harta tetap milik yayasan

3) mengikat yayasan sebagai penjamin

4) menggadaikan atau mempertangungkan dengan cara apapun kekayaan yayasan.

b. Anggota Pengurus Harian

Gambar

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif
Gambar 2 : Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3 : Bagan struktur organisasi Yayasan Rehabilitasi Mental Sinai

Referensi

Dokumen terkait