• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Korban a.Pengertian korban a.Pengertian korban

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dan saran

TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Korban a.Pengertian korban a.Pengertian korban

Korban merupakan orang yang menderita (mati,dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003 : 595). Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Mereka disini yang dimaksud dapat berarti : individu, atau kelompok baik swasta maupun pemerintah. (Arif Gosita, 1993 : 41)

Menurut Badar Nawawi, korban adalah orang-orang, baik secara individual maupun kolektif, yang menderita kerugian akibat perbuatan (tidak berbuat) yang melanggar hukum pidana yang berlaku di suatu negara, termasuk peraturan-peraturan yang melarang penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu korban termasuk juga orang-orang yang menjadi korban dari perbuatan-perbuatan (tidak berbuat) yang walaupun belum merupakan pelanggaran terhadap hukum pidana nasional yang berlaku, tetapi sudah merupakan pelanggaran menurut norma-norma hak asasi manusia yang diakui secara internasional. (Muhandar, 1997 : 51-52)

Korban adalah orang-orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau ganguan substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan. (Muladi, 2005: 108)

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 pasal 1 ayat (3) dan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, mendefinisikan korban: “orang perseorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan, baik fisik, mental, maupun emosional, kerugian ekonomi atau mengalami pengabaian, pengurangan, atau perampasan hak-hak dasarnya, sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk ahli warisnya”.

Dalam perspektif viktimologi, pada fase new victimology Waidner and wolfgang Werdenich dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “the victims” memberikan pengertian tentang korban sebagai berikut:

...those person who are threatened, injured or destroyed by an act or omission of another (man, structure, organization, or institution) and consequently, a victim would be any one who has suffered from or been threatened by punishable act (ot only criminal act but also other punisable acts as misdemeanors, economic offenses, non-fulfilment of work duties) or from an accident (accident at work, at home, trafict accident, etc). Suffering may be caused by another man (man made victim) or another structure where people are also involved.(Waidner and Wolfgang Werdenich, The Victim, The Victimization of dependent drug user, vol 4, No. 10.1177/1477370807080719: 2007)

Artinya adalah orang yang diperlakuakn, terluka atau menderita oleh perlakuan atau kelalaian dari orang lain, struktur, organisasi atau institusi dan konsekuensinya korban akan menjadi salah satu yang selalu menderita atau diperlakukan oleh sikap yang menghakimi bukan hanya karena sikap kriminal tapi juga hukuman lainnya sebagai pelanggaran hukum, serangan ekonomi, tidak terpenuhinya pekerjaan (kecelakaan saat bekerja, dirumah, kecelakaan dijalan, dll) menderita dikarenakan orang lain yang membuat atau struktur lain dimana orang lain terlibat.

b. Pengertian Korban Secara Umum

Mengenai pengertian korban sangat sulit bagi kita untuk menemukan atau memberikan pengertian secara khusus arti dari korban, karena ada berbagai macam jenis korban yang terdapat di dalam masyarakat sebagai suatu tindakan atau perbuatan seseorang baik dilakukan dibawah pengendalian manusia seperti korban kejahatan maupun di luar kendali manusia yang disebabkan oleh gejala alam, maupun korban penyalahgunaan kekuasaan. Setiap peristiwa atau kejadian yang menimbulkan korban baik karena tindakan manusia maupun kejadian yang disebabkan oleh alam sering kali menimbulkan permasalahan dan bencana yang dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang masalah korban kejahatan yaitu victimology. Pengertian korban tidak hanya dari kejahatan konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan dan pencurian tetapi juga mencakup korban dari kejahatan non konvensional seperti terorisme, pembajakan, perdagangan narkotika ilegal, meliputi pula pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Korban adalah orang-orang yang secara individual atau kolektif telah mengalami penderitaan fisik atau mental, penderitaan

emosi, kerugian ekonomi. Istilah korban disini juga meliputi keluarga korban, orang-orang yang menderita akibat melakukan intervensi atau campur tangan untuk membantu korban yang dalam kesulitan atau mencegah victimisasi. (Arif Gosita, 1993:46)

Korban adalah mereka yang menderita jasmaninya dan rohaninya sebagai akibat dari tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepanetingan bagi diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita, mereka disini dapat berarti individu, kelompok atau badan hukum swasta atau pemerintah. (Arif Gosita, 1993:63). Seperti yang tercantum dalam jurnal internasional “persons who individually or collectively, have surffered harm, including pysical or mental injury, emotional suffering, economic loss or substantial impairment or their fundamental rights, troughs actor omissions that are in violation of criminal laws operative within member States, including those laws proscribing criminal abuse power” (Gila Chen, Journal of Offender Rehabilitation, Natural Recovery from drug and alcohol of addiction among israeli prisoners, vol 43 (3) pp 1-17 : 2006)

Dari pengertian jurnal internasional diatas, jelas bahwa korban adalah orang yang mengalami penderitaan karena sesuatu hal. Yang dimaksud dengan sesuatu hal disini adalah meliputi orang, institusi atau lembaga, struktur.

Korban pada dasarnya tidak hanya orang-perorangan atau kelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerugian/penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan

orang-orang yang mengalami kerugian ketika membantu korban mengatasi penderitaannya atau untuk mencegah viktimisasi. c. Pengertian korban secara khusus

Dalam tindak pidana narkotika, masalah korban perlu dipahami secara cermat, hal ini disebabkan karena orang yang melakukan penyalahgunaan narkotika merupakan korban sekaligus pelaku penyalahgunaan narkotika. Sebagai korban penyalahgunaan narkotika perlu mendapatkan pengobatan dan /atau perawatan ditempat rehabilitasi sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika melalui usaha rehabilitatif.

Korban dari penyalahgunaan narkotika yang perlu dilakukan upaya rehabilitatif adalah secara umum orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan yang disebabkan karena kecemasan, depresi dan ketidakmampuan menerima kenyataan hidup yang dijalani sehingga dengan mengkonsumsi narkotika diyakini dapat membuat terlepas dari masalah yang dihadapinya, begitu juga terhadap para remaja yang masih labil dan mudah terpengaruh dengan kondisi lingkungannya sebagai wujud untuk mencari jati dirinya sehingga mulai terpengaruh untuk mengkonsumsi narkotika. Orang-orang yang dalam kriteria ini perlu dilakukan dengan terapi yang serius dan intensive. Sedangkan orang-orang yang mempunyai sifar anti sosial yang selalu menentang norma-norma masyarakat, mempunyai sifat egosentris yang kental dalam dirinya akibatnya melakukan apapun semaunya, orang yang ini dalam perilakunya disamping sebagai pemakai juga sebagai pengedar sehingga orang-orang yang termasuk dalam kriteria ini selain dilakukan terapi juga harus menjalani pidana pidana penjara sesuai dengan besar kecilnya tindak pidana yang dilakukannya.

d. Hak dan kewajiban Korban

Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh korban adalah antara lain sebagai berikut :

1) Hak :

a) Korban berhak mendapatkan kompensasi atas penderitaannya, sesuai dengan kemampuan memberi kompensasi si pembuat korban dan taraf keterlibatannya / atau peranan si korban dalam terjadinya kejahatan dan berhak menolak kompensasi untuk kepentingan pembuat korban (tidak mau diberi kompensasi karena tidak memerlukannya) dan mendapatkan kompensasi untuk ahli warisnya bila si korban meninggal dunia

b) Berhak mendapat pembinaan dan rehabilitasi serta mendapat kembali hak miliknya dan berhak menolak menjadi saksi bila hal ini akan membahayakan dirinya c) Berhak mendapatkan perlindungan dari ancaman pihak

pembuat korban bila melapor dan menjadi saksi dan berhak mendapatkan bantuan penasehat hukum dan mempergunakan upaya hukum

2) Kewajiban :

a) Tidak sendiri membuat korban dengan mengadakan pembalasan dan berpatisipasi dengan masyarakat mencegah pembuatan korban lebih banyak lagi

b) Mencegah kehancuran si pembuat korban baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain dan ikut serta membina pembuat korban

c) Bersedia dibina atau membina diri sendiri maupun oleh orang lain dan tidak menuntut kompensasi yang tidak sesuai dengan kemampuan pembuat korban

d) Memberi kesempatan pada pembuat korban untuk memberi kompensasi pada pihak korban sesuai dengan kemampuannya dan menjadi saksi bila tidak membahayakan diri sendiri dan ada jaminan. (Arif Gosita, 1993 : 52-53)

2. Tinjauan Umum Tentang Narkotika