PENYULUH PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
(Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Peran Penyuluh Pertanian dalam
Memberdayakan Masyarakat Petani di Kelurahan Tegalgede Kabupaten
Karanganyar)
oleh :
CANDRA KURNIAWAN D0307076
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
M O T T O
Politik itu penting, jika kita menghindarinya kita akan digilas mati olehnya. Oleh
sebab itu, dalam hal apapun dan kapanpun, politik harus menuntun segala
kehidupan kita. (Pramoedya Ananta Toer)
Kata “tidak bisa” akan membuat diri kita berhenti berusaha. Kata “bisa” akan
membuat kita berusaha meski hasil akhirnya belum tentu berhasil.
Sukses berarti melakukan yang terbaik yang kita “bisa” dengan apa yg kita miliki,
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini peneliti persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu Tercinta
Kakak - kakak ku, Yoyok Puji Atmoko,
Arif Peristiwanto, Dody Sakti Prasetyo
Sahabat - sahabatku
Teman - teman seperjuangan
Almamater Universitas Sebelas Maret,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini telah dapat diselesaikan.
Pembangunan Pertanian memegang peranan penting dan strategis dalam
pelaksanaan Pembangunan Nasional. Penyuluhan Pertanian sebagai salah satu
faktor pelancar pembangunan pertanian itu sendiri, oleh karena itu penyuluhan
pertanian diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat petani sehingga mereka
dapat hidup sejahtera dan mampu mandiri mengatasi kendala yang menghambat
pertanian mereka. Hal ini ditunjang oleh penyuluh pertanian sebagai agen
pemberdaya masyarakat petani dan penyuluh pertanian merupakan ujung tombak
pelaksanaan penyuluhan di lapangan.
Penyuluh pertanian mempunyai peranan penting dalam memberdayakan
masyarakat petani untuk melakukan perubahan-perubahan guna mengembangkan
usahatani. Melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian,
masyarakat petani dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan
paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian, penanaman nilai-nilai atau
prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang
bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat petani. Yang lebih penting lagi
adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat petani agar mereka tahu dan mau
menerapkan informasi atau anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh
pertanian. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani tidak lepas dari peran
penyuluh pertanian dan para petani yang aktif mengikuti seluruh kegiatan
penyuluhan yang telah direncanakan.
Upaya penyusunan skripsi dengan judul Penyuluh Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat Petani di Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar, bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Bapak Prof. Drs.
Pawito, Ph.D selaku dekan FISIP UNS, Dr. Bagus Haryono M. Si, selaku Ketua
Jurusan Sosiologi FISIP UNS, Drs. Yulius Slamet, M.Sc. Ph.D, selaku ketua tim
penguji, Dra. Rahesli Humsona, M.Si selaku Pembimbing Akademik dan
sekretaris tim penguji skripsi, Drs. Jefta Leibo, SU selaku Pembimbing Skripsi,
Ibu Endang Warsini, S.TP dan Bapak Mujahid Hasyim Asyari selaku PPL
Kecamatan Karanganyar, Pak Tarmo, Bu Rini, Pak Narso, beserta para petani dari
Kelompok Tani “Makarti Tani I-IV” dan Kelompok “Wanita Tani Lestari”
Kelurahan Tegalgede, Ayah dan Ibu, beserta kakak-kakak ku, Nuar Riha Risa dan
teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan sumber motivasi
kepada peneliti.
Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan. Terima Kasih.
Surakarta, Juni 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI ... 9
A. Kerangka Konsep ... 9
B. Teori ... 14
D. Penelitian Terdahulu ... 23
BAB III. METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Lokasi Penelitian ... 28
C. Jenis Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 30
F. Validitas Data ... 33
G. Teknik Analisa Data ... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 37
1. Keadaan Geografi dan Administrasi ... 37
2. Keadaan Penduduk ... 39
3. Keadaan Ekonomi ... 43
4. Keadaan Pertanian ... 44
5. Keadaan Sosial dan Budaya ... 46
6. Profil BPK (Balai Penyuluhan Kecamatan) ... 47
a. Visi ... 48
b. Misi ... 48
7. Profil Kelompok Tani ... 50
a. Bentuk Kegiatan Petani ... 53
B. Permasalahan Masyarakat Petani ... 57
1. Kondisi Internal ... 58
2. Kondisi Eksternal ... 69
C. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Memberdayakan Masyarakat petani ... 77
1. Peran Fasilitatif ... 78
2. Peran Edukasional ... 96
3. Peran Teknis ... 106
BAB V. PENUTUP ... 116
A. Kesimpulan ... 116
1. Implikasi Empiris ... 117
2. Implikasi Teoritis ... 122
3. Implikasi Metodologis ... 123
B. Saran ... 125
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 21
Bagan 3.1 Model Analisis Interaktif ... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin... 40
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 41
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berusia 10 th ke atas Menurut Mata Pencaharian 42 Tabel 4.4 Jumlah Sarana Ekonomi... 43
Tabel 4.5 PPL dari BPK Kec Karanganyar ditiap-tiap kelurahan ... 49
Tabel 4.6 Matriks Analisa Permasalahan Masyarakat Petani ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pertemuan yang difasilitasi PPL dalam mengatasi permasalahan
distribusi pupuk dan harga pupuk ... 81
Gambar 2. Pembagian dana PUAP yang didampingi oleh PPL ... 86
Gambar 3. Penerapan budidaya padi dengan model PTT (pengendalian
tanaman terpadu) yang diarahkan oleh PPL ... 88
Gambar 4. Pengajuan proposal yang difasilitasi oleh PPL bersama masyarakat
petani Kelurahan Tegalgede ... 92
Gambar 5. Pengendalian hama/penyakit dengan sistem PHT (pengendalian
hama terpadu) yang difasilitasi oleh PPL ... 95
Gambar 6. Metode ceramah yang dilakukan oleh PPL dalam menyampaikan
informasi ... 98
Gambar 7. Metode diskusi yang dilakukan oleh PPL dalam menyampaikan
informasi ... 100
Gambar 8. Lahan percontohan DEMPLOT (Demonstrasi Plot / Area) benih
varieas unggul ... 102
Gambar 9. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang dilakukan oleh PPL
bersama masyarakat petani ... 104
Gambar 10. Pelatihan pembuatan krupuk rambak dari ampas tahu yang
dilakukan oleh PPL bersama wanita tani ... 106
Gambar 11. Pengembangan ujicoba pestisida organik yang dilakukan oleh
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 3 Interview Guide (Pedoman Wawancara) ... 1
Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara Informan ... 4
ABSTRAK
CANDRA KURNIAWAN D0307076, Penyuluh Pertanian Dan Pemberdayaan Masyarakat Petani (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Penyuluh Pertanian Dalam Memberdayakan Masyarakat Petani di Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar), Skripsi jurusan Sosiologi. Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2012.
Penelitian mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana peran penyuluh pertanian dalam memberdayakan masyarakat petani dalam mengatasi suatu masalah pertanian di Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar.
Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian adalah tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber dan Parson, perubahan sosial yang dikemukakan oleh Macionis dan Hendropuspito. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data digunakan triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu seperti dokumentasi gambar. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan dasar penyuluh pertanian yang melakukan penyuluhan di Kelurahan Tegalgede dan masyarakat petani yang aktif mengikuti penyuluhan. Sebagai informannya adalah 2 orang penyuluh pertanian BPK Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, dan 3 orang informan dari masyarakat petani Kelurahan Tegalgede.
ABSTRACT
CANDRA KURNIAWAN D0307076, Agricultural Instructor and Farmers Community Empowerment (Descriptive Qualitative Study About the Role of Agricultural Instructor In Empowering Farmers Community in KelurahanTegalgede Kabupaten Karanganyar), Thesis majoring in Sociology. The Faculty of social science and political science. Eleventh March University. 2012.
The study has the objective to find out how the role of agricultural instructor in empowering farmers to overcome the problems of agriculture in KelurahanTegalgede Kabupaten Karanganyar.
The theory that used to review the study is social action presented by Max Weber and Parson, social change presented by Macionis and Hendropuspito. This study is a qualitative descriptive study. Data collection techniques used is observation, depth interviews and documentation. To test data validity is used triangulation data which data validity checking technique by using something other than the data such as image documentation. The sampling of this study using purposive sampling techniques, with the basic agricultural instructor do counseling in Kelurahan Tegalgede and the farmers that actively participates in counseling. As the informant are 2 persons of agricultural instructor from BPK Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, and 3 person informants from the farmers of Kelurahan Tegalgede.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan perekonomian di negara-negara sedang berkembang
pada umumnya sangat ditentukan oleh sektor pertanian, sehingga
pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor pertanian. Sektor
pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan di Indonesia, mengingat sebagian besar
penduduk menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanian.
Hasil pembangunan di sektor pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki
mutu makanan penduduk, memperoleh surplus produk yang dapat
diperdagangkan serta untuk mencapai dan mempertahankan swadaya
penyediaan bahan makanan penduduk. Di dalam pembangunan pertanian,
selain terdapat syarat mutlak yang harus dipenuhi diperlukan juga faktor
pelancar yang akan mempercepat terjadinya pembangunan yaitu faktor
pendidikan petani dengan melalui program penyuluhan pertanian.
Indonesia merupakan negara agraris. Sampai abad ke-21
pembangunan Indonesia masih berbasis pertanian. Namun pengalaman
pembangunan pertanian yang dilakukan di negara-negara yang sedang
berkembang menunjukkan bahwa para petani tidak dianggap sebagai
sumber informasi yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan pertanian.
yang perlu dimanfaatkan, karena dianggap tidak ilmiah. Dalam kondisi
tersebut pastilah pembangunan pertanian tidak akan berkelanjutan.
Apabila negara-negara yang sedang berkembang, termasuk
Indonesia ingin memiliki suatu sistem pertanian yang berkelanjutan pada
abad ke-21, maka sumber daya manusia seperti petani harus ditingkatkan.
Untuk meningkatkan mutu kualitas petani dibutuhkan ahli seperti penyuluh
yang mampu memanfaatkan ilmu pertanian, teknologi canggih yang telah
tersedia di dunia penelitian pertanian dan tentunya mampu berkomunikasi
dengan baik kepada para petani.
Mencermati keadaan seperti itu sebagai tindak lanjut kebijakan
revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan
pada tanggal 15 Juni 2005 di Purwakarta, maka pada tanggal 15 November
2006 berhasil ditetapkan Undang-Undang mengenai Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang diharapkan memberikan
landasan, kebijakan, program, kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan,
pembiayaan dan pengawasan penyuluhan pertanian.
Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat
(community Empowerment) menurut Margono Slamet menegaskan bahwa
inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat.
Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya atau
mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep
tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan
mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi
kesejahteraannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk
memperkuat kemampuan (capacity strenghtening) masyarakat agar mereka
dapat berpartisipasi secara aktif dalam keseluruhan proses pembangunan,
terutama pembanguanan yang ditawarkan oleh penguasa dan pihak luar
yang lain salah satunya adalah penyuluh. (Mardikanto, 2009: 19)
Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di
pedesaan sudah semestinya diperhatikan. Kenyataannya kehidupan para
petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. Mereka buta
akan pendidikan, teknologi, sehingga produksi yang mereka lakukan kurang
maksimal. Petani di desa sangat menginginkan perubahan. Para petani di
desa tidak dapat melakukan perubahan karena terbentur pada keadaan
masyarakat petani itu sendiri, masyarakat petani kurang menguasai
ilmu-ilmu yang dapat memajukan hasil pertanian. Pada masa pembangunan
seperti sekarang ini, pemerintah sangat memperhatikan pendidikan bagi
petani. Pendidikan yang cocok bagi masyarakat petani adalah pendidikan
non formal yang praktis, mudah diterapkan dalam usaha-usaha produksi
produk pertanian. Untuk menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan
masyarakat akan kemampuan petani yang selama ini kurang berdaya
diperlukan adanya seorang pekerja masyarakat. Seorang pekerja masyarakat
Pembangunan selalu merujuk pada upaya perbaikan, terutama
pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial
budayanya. Terkait dengan pemahaman tersebut, tujuan penyuluhan
pertanian diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better
farming), perbaikan usaha tani (better business) dan perbaikan kehidupan
petani dan masyarakatnya (better living). (Mardikanto, 2009:31)
Kedudukan penyuluhan pertanian menurut Timmer (dalam
Mardikanto, 2009:25) dengan tepat menyebutnya sebagai “perantara” atau
jembatan penghubung, yaitu penghubung antara :
1. Teori dan praktek, terutama bagi kelompok sasaran (penerima
manfaat) yang belum memahami bahasa ilmu
pengetahuan/teknologi.
2. Pengalaman dan kebutuhan, yaitu antar dua kelompok yang
setara seperti praktisi, sesama tokoh masyarakat.
3. Pengusaha dan masyarakat, terutama yang menyangkut
pemecahan masalah dan kebijakan-kebijakan pembangunan.
4. Produsen dan pelanggan, terutama menyangkut produk-produk
pertanian (sarana produksi, mesin, peralatan dll)
5. Sumber informasi dan penggunanya, terutama terhadap
masyarakat yang relatif masih tertutup atau kurang memiliki
6. Antar sesama stakeholder agribisnis, dalam pengembangan
jejaring dan kemitraan kerja terutama dalam pertukaran
informasi.
7. Antara masyarakat (di dalam) dan pihak luar kaitannya dengan
kegiatan agribisnis dan pengembangan masyarakat dalam arti
luas.
Mosher dalam Totok Mardikanto (2009:28) menyatakan kegiatan
penyuluhan pertanian sangat diperlukan sebagai faktor pelancar
pembangunan pertanian. Lebih dari itu mengutip pendapat Hadisapoetro
yang menyatakan bahwa pelaksanaan utama pembangunan pertanian pada
dasarnya adalah petani kecil yang merupakan golongan ekonomi lemah.
Mardikanto justru menilai kegiatan penyuluhan pertanian sebagai faktor
kunci keberhasilan pembangunan pertanian karena penyuluhan selalu hadir
sebagai pemicu sekaligus pemacu pembangunan pertanian.
Produksi beras masih mengandalkan petani dengan komoditas
padi. Dalam proses produksinya, para petani juga tak lepas dari masalah.
Masalah-masalah para petani yang peneliti jumpai di lapangan antara lain:
kepemilikan lahan yang kurang memadai, hama penyakit yang menyerang
lahan persawahan, masalah permodalan, serta kurangnya bantuan dari
pemerintah terhadap masyarakat petani. Untuk itu diperlukan alternatif
teknologi pertanian dan kebijakan pemerintah yang dapat mengatasi
Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah
kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang
dapat memenuhi keinginan-keinginan mereka. Jadi penyuluhan pertanian
tujuannya adalah perubahan perilaku (bertambahnya kesanggupan)
keluarga-keluarga tani sasaran sehingga mereka dapat memperbaiki cara
bercocok tanam, lebih beruntung usaha taninya dan lebih layak hidupnya
atau dikatakan keluarga tani maju. Bila keluarga-keluarga tani itu maju,
maka kaum taninya juga akan dinamis yaitu reseptivitasnya dan penuh
responsif terhadap hal-hal yang baru. Bila kaum tani dinamis maka
masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah sosial.
Tujuan-tujuan demikian biasa disebut tujuan-tujuan edukatif yang memberi
hasil sosiologis (Wiriatmadja, 1973:17-18).
Dalam penelitian ini, daerah yang akan menjadi lokasi penelitian
adalah di wilayah Kabupaten Karanganyar, dimana pemilihan lokasi
tersebut dengan pertimbangan bahwa di wilayah Karanganyar mayoritas
penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut
ditunjukkan dari data monografi penduduk di Karanganyar pada tahun 2011,
bahwa mata pencaharian penduduk sebagai petani mencapai 572 orang atau
sekitar 10,61% dan sebagai buruh tani sebanyak 458 orang atau sekitar
8,50% dari keseluruhan jumlah penduduk di Karanganyar sebanyak 5390
orang. (Data Monografi Kelurahan 2011)
Melalui penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh PPL
di Kelurahan Tegalgede melalui kelompok taninya dibekali dengan ilmu,
pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di
bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip
agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi
rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Lebih penting lagi adalah
mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan
mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh
penyuluh pertanian.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat peneliti peroleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagamaina kendala / permasalahan yang dihadapi masyarakat petani
sebelum adanya penyuluh pertanian ?
2. Bagaimana peran penyuluh pertanian dalam memberdayakan
masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kendala / permasalahan yang dihadapi sebelum adanya
penyuluh pertanian.
2. Mengkaji peran penyuluh pertanian dalam memberdayakan masyarakat
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan selanjutnya mengenai program
peningkatan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat petani.
3. Bagi Petani, sebagai bahan pembelajaran untuk menentukan tindakan
dan pembelajaran mengenai tingkah laku guna meningkatkan kualitas
diri menjadi lebih berkualitas.
4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
1. KERANGKA KONSEP a. Peran Penyuluh Pertanian
Dari segi sosiologi peran selalu ditinjau dalam hubungan dengan
kelompok. Sebagaimana manusia satu sama dan mengadakan interaksi dan
pengaruh timbal balik, demikian pula kelompok dan lembaga-lembaga
sosial mengadakan interaksi satu sama lain dan mempengaruhi
lingkungannya. Sebaliknya setiap lembaga sosial peka sekali terhadap
perubahan lingkungannya, terhadap nilai-nilai kelompoknya serta penilaian
orang terhadap lembaga sosialnya tadi. Peran selalu dihubungkan dengan
tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat. (Susanto, 1999:23)
Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh
PNS (PPL) adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan
kegiatan pertanian. (Kemtan, 2011:6)
Mahaliyanaarachchi dan Bandara dalam jurnalnya yang berjudul
“Commercialization of Agriculture and Role of Agricultural Extension”
menyebutkan bahwa :
households to increasing the overall production and contributing to foreign exchange earnings from exports. But the level and percentage of this contribution may vary from one situation to another.
(peran penyuluh pertanian dalam sistem pertanian komersial terutama
tergantung pada jenis dan cara komersialisasi dalam suatu masyarakat
tertentu. Kita harus berharap bahwa penyuluhan pertanian yang seharusnya
untuk memenuhi tujuan, mulai dari mengurangi kemiskinan pedesaan dan
peningkatan penghidupan rumah tangga pedesaan untuk meningkatkan
produksi secara keseluruhan dan memberikan kontribusi bagi penerimaan
devisa dari ekspor. Namun tingkat dan persentase kontribusi ini dapat
bervariasi dari satu situasi ke yang lain).
b. Penyuluhan Pertanian
Batasan Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di
luar sekolahan untuk keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar
sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri
masalah-masalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan
memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pendidikan
yang cara, bahan dan sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan
dan kepentingan, baik bagi sasaran, waktu maupun tempat. Karena sifatnya
yang demikian biasa juga disebut pendidikan informal. Selanjutnya
penyuluhan itu sering disebut suatu bentuk pendidikan pembangunan karena
yang langsung dan segera menunjang pelaksanaan pembangunan yang
dikehendaki. (Wiriaatmadja, 1973:7)
c. Pemberdayaan Masyarakat Petani
Menurut Margono Slamet (dalam Mardikanto, 2009:109)
menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain
dari tujuan penyuluhan pembangunan, yaitu untuk mengembangkan
masyarakat (petani) menjadi sumber daya manusia yang mampu
meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri tidak tergantung pada belas
kasih orang lain.
Pemberdayaan juga mengandung arti mengembangkan,
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan disegala
bidang dan sektor kehidupan. Disamping itu juga mengandung arti
melindungi dan membela dengan berpihak pada yang lemah unuk mencegah
terjadi persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah.
Rakyat yang perlu diberdayakan antara lain: kaum buruh, petani, nelayaan,
orang yang marginal dan dalam posisi lemah, serta pinggiran.
Pemberdayaan rakyat merupakan proses yang tidak dapat dilakukan secara
parsial, tetapi membutuhkan strategi pendekatan yang menyeluruh dan
terpadu.(Sugeng, 2008:165).
Dzeco, Amilai, dan Cristovao dalam jurnalnya yang berjudul
“Farm field schools and farmer’s empowerment in Mozambique: A pilot
Individual empowerment was the major impact of FFS. It was facilitated by the FFS approach and methods, emphasizing experimentation and group discussion, as well as by farmer participation in all stages of the process. In fact, the interviewed farmers mentioned their involvement in the planning and implementation of experimental plots, and stressed the importance of observing and discussing the crop evolution with the peers and “teachers”.
(Pemberdayaan individu (petani) adalah dampak utama dari adanya FFS
(Farm Field School). Hal ini difasilitasi oleh pendekatan SL dan metode
eksperimen, menekankan pada diskusi kelompok, maupun oleh partisipasi
petani dalam semua tahapan proses. Bahkan, petani yang diwawancarai
menyebutkan keterlibatan mereka dalam perencanaan dan pelaksanaan
percobaan di lapangan, dan menekankan pentingnya mengamati dan
mendiskusikan evolusi tanaman dengan sesama petani dan "guru").
Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment) berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan),
karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari keinginan dan
minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan
bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat
dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian diatas.
Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam
konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial.
pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses
perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain
kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua
hal yaitu meliputi:
1) Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat
berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis melainkan dinamis.
(Suharto, 2005: 57-58)
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang khususnya pada
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas megemukakan
pendapat melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
(Suharto, 2005:58).
Sedangkan definisi pemberdayaan menurut Parsons, et.al (dalam
Suharto, 2005:58-59) adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan bahwa orang memperoleh
ketrampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
2. TEORI
Penelitian ini mengacu pada disiplin ilmu sosiologi dimana
sosiologi mempelajari berbagai karakteristik manusia baik individu ataupun
dalam bentuk kelompok yang hidup bersama dalam suatu lingkungan
masyarakat. Objek kajian sosiologi secara umum adalah masyarakat yang
dilihat dari sudut hubungan manusia dalam masyarakat. Masyarakat adalah
suatu sistem kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerjasama antara
berbagai kelompok dan penggolongannnya, dari pengawasan tingkah laku
serta kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. (Soekanto, 1990:19&24)
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki keragaman
paradigma. Paradigma menurut ritzer adalah pandangan yang mendasar dari
ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oeh
suatu cabang ilmu pengetahuan (dicipline). Jadi sesuatu yang menjadi
pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu.
(Ritzer, 2002 : 6-7)
Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang bisa digunakan
dalam menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigama
tersebut adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan
Sedangkan penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial,
dimana eksemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek khusus dari
karya weber, yaitu dalam analisanya tentang tindakan sosial (social action).
Weber tidak dengan tegas memisahkan antara struktur sosial dan pranata
sosial, keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang
penuh arti atau makna. Menurut weber mempelajari perkembangan pranata
secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusianya sendiri
berarti mengabaikan segi-segi prinsipil dari kehidupan sosial.
Menurut Weber arah dari interaksi tersebut adalah hubungan
sosial dan tindakan sosial. Keduanya sebagai dasar dari tindakan individu
sepanjang tindakan tersebut mempunyai arti atau makna dan diarahkan pada
tindakan orang lain. Secara definitif teori ini berusaha memahami dan
menafsirkan tindakan sosial dan antar hubungan kausal. Tindakan itu berupa
tindakan nyata diarahkan kepada orang lain juga berupa tindakan yang
bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena
pengaruh positif dan situasi tertentu/merupakan tindakan perulangan dengan
sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi serupa atau berupa persetujuan
secara pasif dalam situasi tertentu. (Ritzer, 2002:38)
Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Max Weber
membedakannya ke dalam empat tipe. Menurutnya semakin rasional
tindakan sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok itu semakin
mudah pula seseorang atau kelompok untuk memahaminya. Adapun ke
1. Zwerk rational
Yakni tindakan murni. Dalam hal ini aktor tidak hanya sekadar
menilai cara yang terbaik untk mencapai tujuan itu sendiri. Tujuan
dalam zwerk rational tidak absolut. Ia dapat juga menjadi cara dari
tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling
rasional maka mudah memahami tindakannya itu.
2. Werkational action
Dalam tindakan ini aktor tidak dapat menentukan apakah
cara-cara yang ia pakai itu merupakan cara-cara yang paling tepat ataukah lebih
tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjuk kepada tujuan itu
sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara
mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun
demikian tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara
kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. Tindakan tipe
kedua ini masih rasional meski tidak serasional yang pertama. Karena
itu dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
3. Affectual action
Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi
dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan kurang
atau tidak rasional.
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
melakukan sesuatu dimasa lalu saja. (Ritzer, 2002 : 40-41)
Dalam penelitian ini peran yang dilakukan oleh penyuluh
pertanian lapangan (PPL) di Kelurahan Tegalgede Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar terhadap masyarakat petani adalah berupa
tindakan-tindakan yang termasuk dalam (zwerk rational). Dalam
pengertiannya tindakan dari Penyuluh diarahkan secara rasional untuk
memberdayakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang
sebelumnya ada sebuah kendala baik yang datang dari kondisi internal
(kepemilikan lahan yang kurang memadai, hama penyakit yang menyerang
persawahan, dan permodalan dari masing-masing petani) serta
permasalahan yang datang dari kondisi eksternal (distribusi dan harga dari
pengecer, serta kurangnya bantuan pemerintah terhadap petani).
Bertolak dari konsep dasar tindakan sosial dan antar hubungan
sosial tersebut Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran
dari penelitian sosiologi yaitu :
1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna
subyektif, ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan
yang sengaja diulang dan tindakan dalam bentuk persetujuan
4. Tindakan itu diarahkan pada seseorang atau kepada beberapa individu
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada
orang lain itu. (Ritzer, 2002 :39)
Parson sendiri menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya individu selaku aktor
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuannya.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut
berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan
oleh individu misalnya jenis kelamin dan tradisi.
5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan
berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan
menentukan tujuan, misalnya kebudayaan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi di mana norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau
alat. Tetapi ditentukan oleh aktor untuk memilih. Kemampuan memilih
inilah yang disebut Parson sebagai voluntarism. Voluntarisme adalah
cara dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai
tujuannya.
Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan
kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif
tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia
mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan.
Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi yang
penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi di sebelah
itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. (Ritzer, 2002 :
48-49)
Dalam penelitian ini yang menjadi aktor dalam memberdayakan
masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede adalah penyuluh pertanian
lapangan (PPL) Kecamatan Karanganyar. Penyuluh tersebut mempunyai
peran sebagai agen pembawa perubahan (Agen of Change) sampai
tercapainya tujuan masyarakat petani menjadi lebih berdaya. Peran yang
harus diperankan oleh penyuluh pertanian antara lain : peran fasilitatif,
peran edukasional, peran teknis dimana masing-masing peran tersebut harus
mampu diimplementasikan oleh penyuluh dalam usaha untuk mencarikan
solusi dari permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh masayarakat
petani di Kelurahan Tegalgede.
Teori yang kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Teori Perubahan Sosial. Menurut Macionis (1987:615) dalam buku
sosial adalah proses transformasi yang terjadi di dalam struktur masyarakat
dan di dalam pola pikir dan pola tingkah laku yang berlangsung dari waktu
ke waktu. Unsur yang paling penting dari dalam definisi ini ialah adanya
perbedaan dan perkembangan di dalam struktur, pola pikir dan pola tingkah
laku di dalam masyarakat. Perbedaan ini dapat diamati setelah
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah perubahan itu terjadi.
Penekanan pada perbedaan yang terjadi dengan melibatkan unsur waktu,
nampak jelas juga dalam definisi perubahan sosial dari Hendro Puspito yang
mengartikan perubahan sosial sebagai proses perkembangan unsur
sosio-budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaann berarti dalam
struktur dan fungsi masyarakat. (Hendropuspito, 1989:255).
Hampir setiap masyarakat pasti mengalami perubahan walaupun
kadar perubahan itu berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat yang
lain. Materi yang berubah bisa menyangkut banyak hal antara lain : struktur
dan fungsi di dalam masyarakat, pola tingkah laku, norma-norma dan
nilai-nilai serta perubahan unsur-unsur kebudayaan. Perubahan sosial selalu
mengandaikan tiga aspek yakni manusia, waktu dan tempat. Hal ini berarti
bahwa setiap perubahan sosial menyangkut manusia di dalam satu unit
waktu dan lingkungan tertentu. Karena itu di dalam analisis tentang
perubahan sosial ketiga unsur tersebut harus diperhatikan.
Dengan adanya peran penyuluh pertanian dalam memberdayakan
masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede selama ini ada sebuah perubahan
sosial tersebut ialah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam
struktur, pola pikir, dan pola tingkah laku yang terjadi pada sebagian
masyarakat petani Kelurahan Tegalgede.
3. KERANGKA BERPIKIR
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di
Kabupaten Karanganyar yang sebagian besar penduduknya mempunyai
mata pencaharian sebagai petani. Sedangkan keadaan masyarakat petani di BPK
Kec.Karanganyar
Pemberdayaan Masyarakat Petani Permasalahan Internal:
Kepemilikan Lahan Hama
Modal
Permasalahan Eksternal: Distribusi dan Harga Pupuk Bantuan dari Pemerintah PPL
Kel.Tegalgede Peran :
Peran Fasilitatif Peran Edukasional Peran Teknis
Kelurahan Tegalgede yang sebelumnya ada sebuah kendala baik yang
datang dari kondisi internal (kepemilikan lahan yang kurang memadai,
hama penyakit yang menyerang persawahan, dan permodalan dari
masing-masing petani) serta permasalahan yang datang dari kondisi eksternal
(distribusi dan harga pupuk dari pengecer, serta kurangnya bantuan
pemerintah terhadap petani).
Di sini BPK (Balai Penyuluh kecamatan) sebagai lembaga di
tingkat kecamatan yang bertugas mengkoordinasi jalannya penyuluhan para
PPL di lapangan, sedangkan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) sebagai
sumber daya manusia yang utama dalam menumbuh kembangkan kelompok
tani dan kemandirian masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Peran
PPL di dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat petani dibagi
menjadi tiga peran, yaitu antara lain peran Fasilitatif, Peran Edukasional,
dan Peran Teknis. Peran fasilitatif adalah dimana PPL melakukan mediasi
juga negosiasi, memberikan dukungan, fasilitasi kelompok tani dan
mengorganisasi kepada masyarakat petani apabila terdapat suatu masalah
yang terjadi dalam kelompok tani. Peran kedua adalah peran edukasional,
yaitu PPL menyampaikan informasi melalui ceramah, diskusi dan
demonstrasi dan pelatihan kepada masyarakat petani guna meningkatan
kemampuan masyarakat petani. Dan yang ketiga adalah peran teknis, yaitu
peran PPL dalam melakukan riset atau ujicoba, dengan pengenalan pestisida
kimia yang semakin lama bisa membahayakan ekosistem dan kesehatan
manusia itu sendiri.
Ketiga peran diatas sangat erat hubungannya dengan
pemberdayaan masyarakat dimana keterkaitan antara pemberian akses bagi
masyarakat, lembaga dan organisasi masyarakat dalam upaya meningkatkan
kemampuan dan kesejahteraan masyarakat petani melalui kegiatan antara
lain penyuluhan dan pelatihan. Keberadaan peran PPL (penyuluh pertanian
lapangan) dan kebutuhan petani, sebagai bagian kecil dalam sistem sosial
yang sangat luas dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. PENELITIAN TERDAHULU
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Doni
Bagus Iskandar 2010. Hasil penelitian dari beberapa informan, Peran disini
dilakukan oleh semua kalangan masyarakat seperti Kepala Urusan (Kaur)
pembangunan desa daleman, PPL kecamatan tulung dan Yayasan Indonesia
Sejahtera (YIS) solo sama - sama melakukan perannya masing - masing
demi memberikan solusi untuk menanggulangi permasalahan yang
dihadapi petani di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
Dimana dari tindakan fasilitator yang melibatkan semua kalangan berhasil
memberdayakan kelompok tani untuk berkembang menjadikan petaninya
lebih berdaya dalam mengatasi permasalahan dan yang kedua kelompok tani
mengalami perubahan yang terjadi pada sebagian petani Desa Daleman
serta tumbuhnya pengetahuan petani dalam melakukan usaha pertanian
semua unsur fasilitator yang berperan mengelola kelompok tani di Desa
Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten turut diamati dari yang
mulai tingkat Desa sampai fasilitator swasta atau yayasan dan PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan) kecamatan setempat. Sedangkan dalam
penelitian ini, fokus perhatian peneliti adalah pada peran dari PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan) yang bertugas di Kelurahan Tegalgede,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar dalam memberdayakan
masyarakat petani khususnya untuk meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan masyarakat petani.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mahaliyanaarachchi dan Bandara 2006 di Srilanka dalam jurnalnya yang
berjudul “Commercialization of Agriculture and Role of Agricultural
Extension” menyebutkan tujuan utama pertanian komersial adalah prospek
pasar, dimana peran penyuluh disini tergantung pada jenis dan cara
komersialisasi dalam masyarakat tertentu. Mulai dari mengurangi
kemiskinan pedesaan dan peningkatan rumah tangga pedesaan dengan cara
mengenalkan berbagai teknologi baru di bidang pertanian tehadap petani
dan perluasan pasar (Produksi harus berorientasi pada maksimalisasi
keuntungan dan Harus ditujukan pada pemenuhan kebutuhan yang berbeda
dan kepentingan konsumen). Hasil dalam penelitian ini menunjukan dengan
lahan yang dimiliki, petani mampu mendapatkan hasil yang maksimal juga
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Dzeco, Amilai,
dan Cristovao 2010 di Mozambik dalam jurnalnya yang berjudul “Farm
field schools and farmer’s empowerment in Mozambique: A pilot study”
menyebutkan hasil penelitian ini mengevaluasi dampak dari sekolah
pertanian lapangan (SL). Pemberdayaan masyarakat petani ini menunjukan
bahwa telah memberikan kontribusi memberdayakan peserta, memperkuat
interaksi dan hubungan di antara petani, serta antara petani dan penyuluh,
untuk mengembangkan petani dalam kaitannya dengan analisis masalah dan
pengambilan keputusan. Pemberdayaan petani melalui pendekatan SL ini
menekankan pada diskusi kelompok maupun partisipasi petani dalam
tahapan proses, bahkan para petani terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan percobaan dilapangan dan menekankan pentingnya mengamati
dan mendiskusikan evolusi tanaman dengan sesama petani dan penyuluh.
Hasil dalam penelitian ini menyebutkan dengan adanya pemberdayaan
petani dengan pendekatan SL meningkatkan pendapatan keluarga tani dan
kemampuan petani dalam pegendalian hama dan penyakit menjadi lebih
baik dengan memahami tentang gejala, penyebab dan solusi yang mungkin
bagi beragam hama dan penyakit, yang petani hasilkan dari uji pengetahuan
dan lapangan bersama.
Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa peran penyuluh pertanian dalam memberdayakan
masyarakat petani mempunyai tujuan yang hampir sama yaitu untuk
agar kesejahteraan petani juga dapat meningkat. Sedangkan yang
membedakan peran penyuluh dari beberapa penelitian diatas adalah cara /
alternative strategi yang digunakan oleh penyuluh untuk menawarkan solusi
pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai dengan kondisi dari
masyarakat tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Mahaliyanaarachchi
dan Bandara 2006 strategi yang dilakukan oleh penyuluh adalah dengan
mengenalkan berbagai teknologi baru di bidang pertanian tehadap petani
dan perluasan pasar, berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Dzeco,
Amilai, dan Cristovao 2010 memberdayakan petani melalui pendekatan SL
dengan menekankan pada diskusi kelompok maupun partisipasi petani
dalam tahapan proses, bahkan para petani terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan percobaan dilapangan dan menekankan pentingnya mengamati
dan mendiskusikan evolusi tanaman dengan sesama petani dan penyuluh.
Peran penyuluh dalam memberdayakan masyarakat petani yang akan
peneliti kemukakan nantinya adalah dengan cara menumbuhkan terlebih
dahulu kelompok tani sebagai wadah masyarakat petani untuk
menyampaikan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian
sehingga mudah diterima dan diadopsi oleh masyarakat petani Kelurahan
Tegalgede dan menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam mengikuti
BAB III
METODE PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk memberikan gambaran serta uraian mengenai gejala
sosial sesuai dengan indikator yang dijadikan dasar penelitian. Dengan
mendeskripsikan kualitas suatu gejala dengan menggunakan ukuran
perasaan sebagai dasar penilaian. (Y.Slamet, 2006:7)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualititatif
fenomenologi, dalam pandangan fenomologis peneliti berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam
situasi-situasi tertentu. Penelitian fenomonologi mencoba menjelaskan atau
mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh
keasadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan
dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau
memahami fenomena yang dikaji. Pendekatan fenomenologi ini di dasari
oleh pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui
interpretasi. Dalam hubungan ini, peneliti berusaha memaham arti peristiwa
dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu “dari segi
pandangan mereka” dengan kata lain, peneliti hanya “diam” dan menahan
subyektifitasnya tanpa harus menggangu interpretasi subyek yang diteliti
karena merekalah yang paling tahu diri mereka sendiri. (Heru & Totok,
2. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Tegalgede
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Adapun alasan pemilihan
lokasi karena melihat fakta yang ada di lapangan bahwa Kelurahan
Tegalgede merupakan kelurahan yang memiliki karakterisitik masyarakat
petani yang unik dan maju dalam pembangunan pertanian dibandingkan
dengan kelurahan-kelurahan pada umumnya dimana Kelurahan Tegalgede
merupakan salah satu kelurahan di Kabupaten Karanganyar yang sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani.
3. JENIS DATA
a. Data Primer
Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lokasi penelitian yang berupa keterangan-keterangan atau
data dari masyarakat setempat. Dalam penelitian ini data diperoleh
melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dan masyarakat petani di
Kelurahan Tegalgede Kecamatan Karanganyar di Kabupaten
Karanganyar.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung
sumber data primer yang diperoleh dari literatur tertulis lain seperti
buku-buku, arsip, dokumentasi, dan berbagai data yang relevan bagi
4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data
yang diterapkan dalam penelitian ini antara lain :
a. Wawancara
Peneliti melakukan proses tanya jawab secara lisan dengan 5
informan dan mendengarkan apa yang diutarakan oleh informan sebagai
sumber data yang berhubungan dengan obyek penelitian. Didalam
melakukan proses wawancara, peneliti menggunakan pedoman
wawancara atau Interview Guide yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara menyusun daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya
secara sistematis sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman peneliti
dalam melakukan proses wawancara. Penelitian ini bersifat kualitatif
sehingga interview guide bersifat fleksibel yang dapat berkembang dan
tidak terpaku pada pertanyaan yang tertulis tersebut.
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan melihat
fenomena antara penyuluh pertanian dan masyarakat petani di Kelurahan
Tegalgede, Kabupaten Karanganyar sehingga mengetahui kondisi yang
sebenarnya terjadi.
Peneliti mengkaji serta mempelajari Buku, Penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan obyek penelitian sebagai data
pendukung.
5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang
memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Dalam penelitian ini maka
populasinya adalah seluruh lapisan masyarakat yang terkait yaitu PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan) dan masyarakat petani di Kelurahan
Tegalgede Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
b. Sampling
Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel disesuaikan
dengan purposive sampling, yaitu pemilihan sample melalui
pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki calon
sample/responden dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki
oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitiannya. (Heru & Totok,
2010:178-179)
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 informan, dimana
peneliti mengambil informan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dan
masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Dasar yang digunakan dalam purposive
Sebagai informannya adalah 2 orang PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) dan 3 orang masyarakat petani yang tergabung dalam
kelompok tani di Kelurahan Tegalgede Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Dari 5 informan tersebut penulis berusaha
mendapatkan data yang sebanyak mungkin, sehingga tujuan penelitian
bisa dicapai.
Berikut ini merupakan data informan yang dipilih dalam
penelitian ini :
a. Ibu Endang Warsini, S.TP
Ibu Endang Warsini, berusia 48 Tahun bertempat tinggal di
Palur Mojolaban Karanganyar. Ibu Endang merupakan salah satu PPL
(penyuluh pertanian lapangan) yang berkedudukan sebagai Kepala BPK
(Badan Penyuluhan Kecamatan) Kecamatan Karanganyar. Tugas beliau
adalah mengkoordinasi jalannya penyuluhan yang ada di Kecamatan
Karanganyar serta mengunjungi ke semua Kelurahan/ Desa untuk
memantau perkembangan pertanian di wilayah Kecamatan
Karanganyar.
b. Bapak Mujahid Hasyim Asyari
Bapak Mujahid Hasyim Asyari, berumur 44 Tahun bertempat
tinggal di Ngadiluwih Matesih Karanganyar. Beliau merupakan salah
satu PPL (penyuluh pertanian lapangan) Kecamatan Karanganyar yang
orang pertama yang melakukan penyuluhan di Kelurahan ini hingga
masyarakat petani mengalami peningkatan dalam taraf hidupnya.
c. Bapak Tarmo
Bapak Tarmo, berusia 48 Tahun, bertempat tinggal di Dusun
Manggeh Kelurahan Tegagede. Pekerjaan utama beliau adalah sebagai
Petani sawah padi, dengan pekerjaan sampingan beternak sapi, ayam,
dan bebek, serta mempunyai satu kolam lele, serta memiliki kios
Saprodi yang menjual pupuk dan keperluan pertanian untuk para petani
di Kelurahan Tegalgede. Beliau menjabat sebagai Ketua Kelompok
Tani Makarti Tani IV Kelurahan Tegalgede, sekaligus Ketua
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) Makarti Tani Manunggal
Kelurahan Tegalgede.
d. Bapak Narso
Bapak Narso, berusia 50 Tahun, bertempat tinggal di Dusun
Pingu Kelurahan Tegalgede. Beliau merupakan seorang petani tulen
yang kesehariannya disibukan dengan garapan sawahnya. Selain
sebagai petani Pak Narso juga mempunyai sampingan berternak ayam,
sapi dan kambing juga beliau aktif dalam kepengurusan kelompok tani.
e. Ibu Rini Sri Hartati
Ibu rini merupakan wanita tani, berumur 37 Tahun bertempat
tinggal di Dusun Manggeh Kelurahan Tegagede. Ibu Rini sebagai ibu
ketua Kelompok “Wanita Tani Lestari” yang saat ini sedang fokus
mengembangkan pembuatan rambak dari ampas tahu.
6. VALIDITAS DATA
Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, perlu
menggunakan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Dalam
trianggulasi sumber digunakan beberapa sumber data untuk
mengumpulkan data. Data yang diperoleh kemudian diuji keabsahannya
dengan cara membandingkan hasil wawancara antara informan yang
satu dengan yang lain. Kemudian membandingkan hasil wawancara
dengan data hasil penelitian. Dengan demikian diharapkan mutu dari
keseluruhan proses pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi
valid.
7. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis interaktif. Dalam model ini ada empat komponen
analisis yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya masing-masing tahap
dijabarkan sebagai berikut :
Proses analisa data dimulai dengan mengumpulkan data.
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian yang dapat dilakukan dengan wawancara terhadap
informan, observasi ke lokasi penelitian, serta melalui studi
kepustakaan untuk mengkaji atau mempelajari berbagai literatur
sebagai dasar teori penelitian.
b. Reduksi Data
Reduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan dan
penyederhanaan dan abstraksi data dari field note. Proses ini
berlangsung secara terus-menerus sepanjang pelaksanaan penelitian.
Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data.
Artinya reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan
(meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja
konseptual, melakukan pemilihan khusus, menyusun pertanyaan
penelitian dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang
akan digunakan.
Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data
dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh
dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat
coding, memusatkan tema, menentukan batasan-batasan permasalahan
dan juga menulis memo. Proses ini berlangsung secara terus-menerus.
Sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Ringkasnya reduksi
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat
dilakukan.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti
dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logika dan sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah
dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk
berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pemahaman tersebut.
Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai pernyataan peneliti, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskriptif mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan
dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian ini merupakan
narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan
menggunakan logika penelitinya. Yang banyak terjadi dimasa lalu,
penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang
banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan.
d. Penarikan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang
kurang mantap, maka penulis akan menggali dalam field note, tetapi
jika dalam field note belum diperoleh data yang diinginkan maka
penulis mencari data lagi dilapangan. Kesimpulan perlu diverifikasi
agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang
belum jelas kemudian meningkat sampai pada pertanyaan yang telah
memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena
yang ada. (Sutopo, 2002 : 91-93)
Adapun skema yang menunjukkan teknik analisis data tersebut,
dapat dilihat seperti dibawah ini :
Bagan 3.1
Model Analisis Interaktif
Gambar 1.1 Analisis Interaktif (Miles dan A. Michael Huberman, dalam HB.
Sutopo, 2002: 34) Pengumpulan
D t
Reduksi Data Penyajian Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN
1. Keadaaan Geografi dan Administrasi
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegalgede, yaitu salah satu
kelurahan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Kelurahan
ini berdataran rendah dengan ketinggian tanah 300 m diatas permukaan laut
dengan suhu udara rata-rata 270 Celcius sedangkan curah hujan di
Kelurahan Tegalgede selama tahun 2011 sebanyak 200/300 mm/tahun.
Sedangkan Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang
masuk dalam karesidenan Surakarta dan termasuk dalam wilayah propinsi
daerah tingkat I Jawa Tengah. Kabupaten ini memiliki ketinggian tempat
90-2000 meter di atas permukaan laut dan secara geografis Kabupaten
Karanganyar terletak diantara 1100 40’-110 70’ Bujur Timur dan antara 70
28’ - 70 46’ Lintang Selatan.
Kelurahan Tegalgede sebagian wilayahnya terletak di pinggiran
Kota Karanganyar, tepatnya 4 Km dari ibu kota Karanganyar dan 3 Km dari
ibu kota Kecamatan karanganyar ke arah timur. Rute jalan menuju
kelurahan ini sebagai jalur alternatif bagi masyarakat yang ingin menuju
daerah wisata Tawangmangu. Kelurahan Tegalgede berdekatan dengan
pusat pemerintahan sehingga membuat kelurahan ini lebih maju dalam
Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu daerah di Kabupaten
Karanganyar yang strategis, hal ini dikarenakan Kelurahan Tegalgede
berada berdekatan dengan Kota Karanganyar yang menjadi salah satu akses
masyarakat Karanganyar dalam menjalankan roda perekonomian. Kelurahan
Tegalgede juga dekat dengan berbagai fasilitas umum yang lain seperti
akses rumah sakit yang cukup dekat, akses pelayanan umum, sekolah, akses
wisata, Pasar dengan fasilitas transportasi yang relatif cukup mudah.
Wilayah Kelurahan Tegalgede merupakan lokasi penelitian secara
administratif berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bejen,
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Jantiharjo,
c) Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Karanganyar,
d) dan sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Popongan.
Kelurahan Tegalgede mempunyai luas wilayah 385.6345 Ha yang
didalamnya terdiri dari 29 Dukuh, 16 RW, dan 51 RT. Menurut
penggunaannya lahan di Kelurahan Tegalgede sebagian dimanfaatkan untuk
sektor pertanian terlihat dari penggunaannya luas lahan sawah digunakan
sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana sebesar 176.5000
hektar, lahan kering/ bukan sawah digunakan sebagai tegalan dan kebun
sebesar 295.000 hektar. Selain sektor pertanian lahan di Kelurahan
Tegalgede sebagian besar dipergunakan untuk keperluan fasilitas umum
seperti lapangan olah raga dan untuk pemakaman sebesar 4.7165 hektar, dan
lahan pada sektor pertanian di kelurahan ini relatif mudah karena irigasi
pada persawahan menggunakan sistem pengairan bergilir sehingga
memudahkan masyarakat petani mengelola usaha taninya. Ketersediaan air
yang melimpah menjadikan sebagian warga mempunyai usaha yang cukup
bagus di bidang pertanian. Selain itu kondisi tersebut juga didukung oleh
kesuburan tanah yang cukup baik sehingga sangat cocok untuk usaha
pertanian.
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Jumlah penduduk di Kelurahan Tegalgede bisa dikatakan
seimbang,hal tersebut terlihat dari jumlah penduduk laki- laki dan
perempuan hanya berselisih 44 jiwa saja. Jumlah penduduk Laki-laki di
Kelurahan Tegalgede pada tahun 2011 diketahui berjumlah 4.425 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk Perempuan sejumlah 4.381 jiwa, jadi total
jumlah penduduknya adalah 8.806 jiwa.
Data jumlah penduduk Kelurahan Tegalgede menurut kelompok
usia dan jenis kelamin tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tahun 2011
Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa persentase penduduk
Kelurahan Tegalgede berada pada rentang usia 0-9 tahun (usia anak-anak)
sebesar 48,79 persen, sedangkan rentang usia 10-60 tahun ke atas (usia
dewasa) sebesar 51,21 persen. Kondisi ini menandakan bahwa ketersediaan
tenaga kerja di Kelurahan Tegalgede setengah dari jumlah penduduk secara
keseluruhan hal ini ditunjukan dari kelompok usia produktif yang lebih
banyak.
Data jumlah penduduk Kelurahan Tegalgede menurut tingkat
pendidikan tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
Tamatan Pendidikan Umum, terdiri dari: 1. SD/MI/Sederajat
Tamatan Pendidikan Khusus, terdiri dari: 1. Pondok Pesantren
Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa data jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Tegalgede yang merupakan
tamatan pendidikan umum/ formal sebanyak 2.715 jiwa, sedangkan yang
merupakan tamatan pendidikan khusus sebanyak 699 jiwa, dan yang masih
di bangku Taman Kanak-kanak atau belum tamat pendidikan sebanyak 295
jiwa. Jadi jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Tegalgede yang
pernah mengenyam pendidikan sebanyak 3.709 jiwa. Hal tersebut