• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI KONFLIK SOSIAL dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI KONFLIK SOSIAL dan (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM SOSIAL

TEORI KONFLIK SOSIAL

OLEH : RISMA R

NIM : 083001300036

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JURUSAN PLANOLOGI

(2)

PENGERTIAN TEORI KONFLIK

Teori konflik merupakan perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini berdasarkan pada pemilikan sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.

TEORI KARL MARX

Dalam pandangan Karl Marx kehidupan sosial merupakan :

1. Masyarakat serbagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk pertetangan.

2. Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berbagai pihak kepada kekuatan yang dominan.

3. Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi (property), perbudakan (slavery), kapital yang menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu dari konflik sosial adalah kesenjangan sosial.

4. Negara dan hukum dlihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa (kapitalis) demi keuntungan pribadi.

5. Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain.

Menurut teori Karl Marx pendekatan konflik terdiri dari 2 kelas yaitu :

Masyarakat didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi (properti). Berdasarkan teorinya, Marx membedakan kelompok menjadi 2 yaitu :

1. Kelas Borjuis : kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yaitu perusahaan sebagai modal dalam usaha.

2. Kelas Proletar : kelompok yang tidak memiliki suasana dan alat produksi maka hanya menjual tenaga untuk memenuhi kebutuhan.

(3)

TEORI RALF DAHRENDORF

Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas. Ia memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat industri

semenjak abad kesembilan belas. Diantaranya:

1. Dekomposisi modal

Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorang pun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal. Dekomposisi tenaga.

2. Dekomposisi Tenaga kerja

Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik.

3. Timbulnya kelas menengah baru

Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.

Pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Menurutnya, ada dasar baru bagi pembentukan kelas yaitu sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi dan sebagai dasar perbedaan kelas itu. Hubungan-hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.

Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak

kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya Dahrendorf menganggap bahwa pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisis bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan-hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai-nilai yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan-kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi

ideologi ini serta hubungan-hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.

(4)

TEORI JONATHAN TURNER

Jonathan Turner merumuskan teori konflik dalam tiga pandangannya yaitu :

a. Tidak ada definisi yang jelas tentang teori konflik sehingga tidak dapat dibedakan karena pengunaan istilah,

b. Teori konflik mengambang karena analisisnya tidak dijelaskan

c. Teori konflik sulit terlepas dari teori fungsional karena merupakan reaksi dari teori struktur fungsional.

Jonathan Turner menguraikan proses terjadinya konflik terdiri atas Sembilan tahap, yaitu : 1. Sistem sosial tersusun atas sejumlah unit yang saling tergantung satu sama lain.

2. Ada ketidaksamaan distribusi mengenai sumber-sumber langkah yang bernilai di antara unit-unit tersebut.

3. Unit-unit yang menerima pembagian sumber-sumber secara tidak proporsional mulai mempersoalkan legitimasi dari sistem sosial yang ada.

4. Masyarakat yang tidak berpunya mulai menyadari bahwa ada kepentingan bagi mereka untuk mengubah sistem lokasi sumber-sumber yang ada.

5. Mereka yang tidak berpunyai mulai menjadi emosional.

6. Secara berkala muncul ledakan frustrasi, seringkali tidak terorganisasi.

7. Intensitas keterlibatan mereka dalam konflik semakin meningkat dan keterlibatan tersebut semakin emsosional.

8. Berbagai upaya dibuat untuk mengorganisasikan keterlibatan kelompok tak berpunya dalam konflik tersebut.

9. Akhirnya, konflik terbuka dalam berbagai tingkat kekerasan terjadi diantara mereka yang tidak berpunya dan mereka yang berpunya.

TEORI LEWIS COSER

Menurut teori Coser konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelopok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.

Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan-hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah

(5)

1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.

2. Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.

Lewis Coser menyebutkan beberapa fungsi konflik :

1. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar

2. Konflik dengan kelopok lainnya dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarnya kepada aliansi-aliansi dengan kelopok lain.

3. Konflik dapat menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolasi menjadi berperan secara aktif.

4. Konflik juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi yaitu dengan mengeluarkan pendapat dengan cara tukar pikiran.

TEORI C. WRIGHT MILLS

Teori yang digunakan oleh Mills bersifat polemis dan menyerang kelompok-kelompok tertentu sehingga banyak yang tidak suka dengannya. Kebanyakn ia menyeang kelompok intelektual karena mengabaikan tanggung jawab sosialnya dan mengabdikan dirinya pada penguasa padhal dibelakang layar mereka mengatakan bahwa mereka itu bebas nilai.

Mills yakin bahwa menciptakan suatu masyarakat yang baik atas dasar pengetahuan merupakakan tanggung jawab kaum intelektual.

Tema-tema yang disusun secara khusus dalam Sosiologi Mills adalah hubungan antara alienasi dan birokrasi dan kekuasaan kaum elite.

a. Alienasi Birokrasi

Mills berpendapat bahwa kesulitan ekonomiyang dialami oleh pekerja di masa lampau yang saat ini telah diganti oleh ketidakpuasan psikologis yang berakar pada alienasi kaum pekerja dari apa yang mereka kerjakan. Dalam masyarakat modern, pemilik kekuasaan menggunakan kekuasaannya secara tersembunyi untuk melakukan manipulasi demi keuntungan pribadi. Menurutnya, secara politis orang bersikap apatis karena adanya tekanan dari media massa yang bersifat basa basi serta karena dijauhkan dari nilai-nilai tradisi dan akar budaya.

b. Kekuasaan Kelompok Elite

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa mengerti apa yang disebut Conditional sentenses dan bisa mengerjakan cloze passage serta mampu menerjemahkan dengan baik dari bahasa Inggris ke

Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,

selama 30 menit bertujuan untuk menghilangkan zat aktivator yang mengikat senyawa-senyawa yang masih tertinggal di permukaan arang dan pembentukan atau penyusunan

Tujuan penelitian ini adalah (1) menemukan peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning berbasis inkuiri dalam

[r]

Pada tanggal 8 Februari 2013, Perseroan menandatangani perjanjian Share Option Agreement dengan PT Asetama Capital (“Asetama”), yang merupakan pihak terafiliasi dari Perseroan,

Hasil dari tabel diatas t hitung 1,687 < t tabel 2,030 dengan nilai signifikansi 0,101 > 0,05 maka dapat diinterpretasikan bahwa Debt to Equity Ratio secara parsial