• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Komunikasi Persuasif Agen Asuransi Dalam Merekrut Calon Agen Asuransi (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Persuasif Agen Asuransi dalam Merekrut Calon Agen Asuransi di PT Asuransi Life Allianz Indonesia Cabang K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Komunikasi Persuasif Agen Asuransi Dalam Merekrut Calon Agen Asuransi (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Persuasif Agen Asuransi dalam Merekrut Calon Agen Asuransi di PT Asuransi Life Allianz Indonesia Cabang K"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat menjalani

hidupnya secara sendirian. Manusia hidup bersama manusia lainnya, baik demi

keberlangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya.

Dalam pergaulan hidup manusia, masing-masing individu satu sama lain beraneka

ragam, terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan

pribadi masing-masing. Terjadilah saling pengungkapan pikiran dan perasaan

dalam bentuk percakapan atau yang biasa kita sebut dengan istilah komunikasi.

Komunikasi antar manusia dalam kehidupan sosial ini kita kenal sebagai

komunikasi interpersonal.

Dalam komunikasi interpersonal proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan terjadi di antara dua orang, atau sekelompok kecil orang-orang,

dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Devito, 1989:4).

Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,

pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa

percakapan. Arus balik yang bersifat langsung, memungkinkan komunikator

mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga (Mulyana, 2007:73).

Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan manusia untuk memenuhi

keinginannya terhadap manusia lain adalah melalui komunikasi persuasif yang

merupakan salah satu teknik dari komunikasi interpersonal. Komunikasi persuasif

adalah ajakan, bujukan, yaitu suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologi

yang dapat membangkitkan kesadaran individu (Abdurrahman, 1993:61).

Sependapat dengan itu, Mar’at (dalam Soemirat, 2004:125) menjelaskan bahwa

komunikasi persuasif adalah kegiatan penyampaian suatu informasi atau masalah

kepada pihak lain dengan cara membujuk. Tujuannya adalah untuk mengubah

kognitif, afektif dan konatif orang lain agar sesuai dengan yang kita inginkan.

Dengan berkembangnya kemajuan zaman, penggunaan komunikasi

persuasif juga telah meluas ke berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam bidang

bisnis misalnya, pemasaran, periklanan, dan promosi penjualan. Komunikasi

(2)

komunikasi internal dan eksternal perusahaan dan aspek-aspek lainnya (Soemirat,

2004:1.29).

Salah satu bidang usaha yang menggunakan komunikasi persuasif dalam

kegiatan pemasarannya adalah bisnis asuransi. Asuransi adalah istilah yang

digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan

finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain

sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat

diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit,

dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu

sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut

perusahaan asuransi merekrut agen asuransi sebanyak mungkin agar bisa bertahan

terhadap persaingan bisnis asuransi.

Seiring dengan perkembangan bisnis asuransi, dan meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi di Indonesia, sistem pemasaran

(keagenan) banyak melahirkan agen asuransi yang sukses. Mereka terdiri dari

latar belakang profesi dan motivasi yang berbeda-beda. Agen asuransi itu sendiri

bisa diartikan sebagai front-line atau ujung tombak bagi perusahaan asuransi.

Biasanya sebagian besar agen tersebut merupakan mitra bagi perusahaan asuransi,

artinya mereka bukan merupakan pegawai tetap yang setiap bulan harus digaji

oleh perusahaan, pendapatan mereka berdasarkan angka penjualan yang mereka

peroleh. Selain memasarkan produk asuransi kepada masyarakat luas, seorang

agen asuransi juga memiliki kewajiban lain yaitu merekrut calon agen asuransi

untuk bergabung ke dalam timnya.

Dalam perkembangannya, sistem bisnis asuransi di Indonesia banyak

mengalami perubahan. Awalnya sistem bisnis asuransi di Indonesia lahir dengan

model Branch System. Dimana perusahaan asuransi membuka dan membiayai

kantor beserta seluruh fasilitasnya. Pemimpin cabang dan manajernya menerima

gaji dan insentif seperti layaknya seorang karyawan. Dalam model ini agen

asuransi selalu menerima gaji bulanan sehingga mereka memiliki gaji tetap.

Dalam sistem ini perekrutan calon agen asuransi tidak begitu berperan dalam

(3)

hanya bersaing dari segi penjualan namun penilai dari para direkrut juga

berpengaruh.

Pada era selanjutnya, sistem bisnis asuransi mengalami peralihan ke model

Tied Agency System, dalam sistem ini semua level hanya menerima komisi dan

bonus dari hasil penjualan sehingga skema kompensasi akan lebih baik dari pada

Branch System. Jadi agen yang berprestasi akan lebih suka dengan sistem ini.

Peran direktur sudah tidak menentukan lagi. Namun ketika seorang agen sudah

menjadi leader tertinggi di agensinya, tidak ada lagi kompensasi pengembangan

agensi.

Saat ini, sistem bisnis asuransi berkembang menjadi General Agency.

Sebuah sistem dimana setiap orang berpeluang memiliki kantor sendiri dengan

biaya sendiri. Perusahaan tinggal menyeleksi seorang calon pemilik kantor.

Karena bukan setiap orang yang memiliki modal bisa mendapat persetujuan tapi

lebih kepada pengalaman di bidang asuransi. Orang-orang yang bergabung di

sistem ini akan memiliki mental wirausaha. Mereka mempunyai kebebasan untuk

mengembangkan bisnis dengan membuka kantor di daerah-daerah baru. Dengan

sistem ini pertumbuhan bisnis asuransi melonjak drastis. Perusahaan menyediakan

produk, dan pengembangan. Departemen training yang memberi dukungan

pembelajaran sehingga pemahaman tentang produk dan cara jual. Dalam sistem

ini, agen asuransi harus aktif dalam merekrut karena sistem kompensasi sudah

mengakomodasi sistem jaringan. Semakin banyak tenaga pemasaran/ agen,

semakin baik dan semakin banyak pula pemasukan yang didapat. Maka setiap

perusahaan asuransi berlomba-lomba merekrut tenaga pemasaran/ agen.

Banyak keuntungan yang didapat oleh agen asuransi dari merekrut calon

agen asuransi untuk bergabung ke dalam timnya, misalnya seperti mendapatkan

passive income, sarana pengembangan dan percepatan bisnis, menggembangkan

pasar baru, sarana mempermudah pencapaian target tim, sarana jenjang karir bagi

setiap agen asuransi, alat bantu motivasi yang paling efektif, dan kesinambungan

bisnis dalam jangka panjang. Untuk perekrutan agen asuransi biasanya tidak

dibatasi berdasarkan tingkat pendidikan seseorang, namun biasanya lebih kepada

(4)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merekrut memiliki arti

memasukkan calon anggota baru. Dalam melakukan perekrutan calon agen,

seorang agen asuransi harus mampu menggunakan strategi komunikasi yang

efektif yaitu dengan melakukan komunikasi persuasif. Kemampuan

berkomunikasi agen asuransi secara persuasif sangat diperlukan untuk dapat

mengubah perilaku serta mendapatkan dukungan dan kerjasama yang baik dari

calon agen. Tanpa didukung oleh kemampuan komunikasi persuasif yang baik,

keberhasilan dari merekrut seseorang akan sulit untuk dicapai.

Perekrutan menggunakan komunikasi persuasif bisa dilakukan secara

rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri

seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep.

Sedangkan komunikasi persuasif yang dilakukan secara emosional, biasanya

menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional

seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat

digugah. (Herdiyan dan Gumgum, 2013:7)

Pada tahun 2013, jumlah agen asuransi yang bersertifikasi mencapai

344.749 orang, jumlah ini naik dari total jumlah agen pada tahun 2012 sebanyak

303.115 orang. Namun menurut data AAJI, saat ini baru 18 persen dari total 240

juta penduduk Indonesia yang berasuransi. Sehingga penambahan jumlah agen

asuransi di Indonesia sangat dibutuhkan guna meningkatkan jumlah penduduk

Indonesia yang membeli produk asuransi.

Menurut Unit Manajer Manulife Financial Medan, Agus Rahmadsyah, minat

masyarakat Indonesia untuk menjadi seorang agen asuransi masih dinilai kurang.

Hal itu terjadi karena agen asuransi masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Alasan lainnya adalah menjadi agen asuransi dianggap tidak bergengsi

dikarenakan penghasilan agen asuransi hanya didapat dari komisi dan tidak

memiliki pendapatan yang tetap, banyaknya orang yang tidak percaya diri akan

kemampuan untuk menawarkan produk asuransi kepada orang-orang, tidak

adanya dukungan positif dari orangtua, dan citra negatif mengenai asuransi yang

membuat asuransi sulit untuk dijual ke masyarakat. Akibatnya, Indonesia masih

kekurangan agen asuransi yang handal

(5)

Banyaknya keuntungan menjadi agen asuransi yang belum di ketahui

masyarakat Indonesia juga menjadi salah satu faktor masih kurangnya jumlah

agen asuransi di Indonesia. Menurut Ginawati Djunaedi, Chief Agency Officer

Allianz Life Indonesia, tidak ada syarat khusus untuk menjadi seorang agen

asuransi. Setiap orang, apa pun latar belakangnya, bisa melamar bekerja sebagai

agen asuransi, yang terpenting adalah kepribadian kita, dan kemauan keras untuk

bisa mencapai kesuksesan. Keuntungan yang didapat dari menjadi seorang agen

asuransi diantaranya adalah tidak memerlukan modal yang besar, waktu kerja

yang tidak terikat, dan pendapatan yang tidak terbatas.

Saat ini, perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia tidak hanya

melibatkan perusahaan asuransi lokal ataupun negeri akan tetapi juga

perusahaan-perusahaan asuransi asing yang beroperasi di Indonesia, salah satunya adalah PT

Asuransi Life Allianz Indonesia. Allianz merupakan perusahaan asuransi nomor

satu di dunia dan perusahaan terbesar di dunia di urutan kedua puluh lima

Jerman dan merupakan perusahaan yang sangat berpengalaman dan mempunyai

posisi finansial yang kuat. Di Indonesia, Allianz hadir sejak tahun 1981 melalui

kantor perwakilannya di Jakarta. Di tahun 1996, Allianz melengkapi pelayanan

asuransinya di Indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Allianz Life Indonesia

yang bergerak di bidang asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun. Kini, Allianz

Indonesia hadir di 44 kota dengan 80 titik pelayanan, didukung oleh lebih dari

14,000 agen, dengan sekitar 1,200 karyawan dan mitra perbankan yang solid

untuk melayani nasabahnya

Pada Januari 2011, PT Asuransi Allianz Life Indonesia memperkenalkan

Allianz Star Network (ASN) sebagai sebuah identitas dan sistem yang mengelola

jaringan keagenan perusahaan yang solid dengan standar pelayanan terbaik dan

semangat yang kuat sebagai Satu Allianz. ASN menerapkan sistem rekrutmen dan

pelatihan intensif dengan metode-metode penjualan yang efektif, mudah dipahami

dan diterapkan, ASN juga memberikan kesempatan luas bagi semua agen untuk

(6)

adalah menjadikan keagenan Allianz Life Indonesia sebagai yang paling

produktif, profesional, menguntungkan dan paling cepat berkembang di Indonesia

Allianz memberikan kesempatan kepada agen asuransi untuk berkarir

dengan jenjang karir yang lebih pendek dan cepat di banding perusahaan asuransi

lainnya. Di perusahaan Allianz, agen asuransi hanya perlu melewati dua peringkat

yaitu business executive atau BE dan business partner atau BP. Setiap agen

asuransi Allianz akan memulai karirnya dari posisi awal yaitu dari posisi BE

dengan target penjualan pribadi sebanyak seratus lima puluh juta dalam satu

tahun. Setelah target tercapai maka agen asuransi akan menempati posisi

selanjutnya yaitu BP. Pada posisi ini, setiap agen asuransi harus mencapai target

produksi sebesar tiga ratus juta dalam satu tahun. Target ini dapat dicapai secara

pribadi ataupun secara tim karena dalam posisi ini setiap agen asuransi diwajibkan

merekrut calon agen asuransi. Pada saat menempati posisi BP, seorang agen

asuransi sudah mendapatkan posisi aman karena sudah memiliki bisnsi sendiri

(business owner) dan sudah bisa merekrut calonagen asuransi sebanyak yang

diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti

bagaimanakah komunikasi persuasif berperan dalam merekrut calon agen asuransi

di PT Asuransi Life Allianz Indonesia Cabang Kota Medan?.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah komunikasi persuasif agen

asuransi berperan dalam merekrut calon agen asuransi di PT Asuransi Life Allianz

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi persuasif yang digunakan agen

asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia cabang kota Medan dalam

melakukan perekrutan.

2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan komunikasi persuasif agen asuransi

dalam merekrut calon agen asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia

cabang kota Medan.

3. Untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada calon agen asuransi

sebagai akibat adanya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh agen

asuransi PT Asuransi Life Allianz Indonesia cabang kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan

pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai peranan

komunikasi persuasif agen asuransi dalam merekrut calon agen asuransi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena nilai signifikasi kurang dari 0,05 dan r tabel 0,235 sehingga rhitung > rtabel dan dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh yang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adanya Akuisisi Philip Morris Terhadap PT

Adapun mekanisme kerja obat yang kedua yaitu Bisoprolol : kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik pada reseptor β1 dari pada reseptor β2 sehingga

Kecerdasan emosi sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengendalikan emosi diri-sendiri agar ia dapat mencapai efektifitas dalam menjalin hubungan sosial dengan

parameter (i.e. spectral acceleration, velocity and displacement) to earthquake source parameter (i.e. magnitude, source to site distance, mechanism) and local site condition. It

Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara..

Pasal 23 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi: “Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Wajib diberikan bantuan hukum

Pada bab ini berisi tentang bimbingan dan konseling, arti bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan konseling, bidang-bidang