• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik Individu dn Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa dalam Program KIA di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik Individu dn Motivasi terhadap Kinerja Bidan Desa dalam Program KIA di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat di suatu negara dapat

dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di negara

tersebut. Indonesia menjadi salah satu negara di Association of South East Asian

Nation (ASEAN) yang memiliki AKI yang tinggi. Menurut data Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia mencapai

228/100.000 kelahiran hidup. Tidak hanya AKI saja yang tinggi, AKB di Indonesia

juga masih sangat tinggi yaitu sebanyak 35 bayi per seribu kelahiran hidup. Dengan

jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 225.642.000 jiwa, ada 9.774 ibu

meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 orang bayi

meninggal per jam yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas

(Riskesdas, 2010).

Perhatian dunia terhadap kematian ibu dan bayi tergolong sangat besar. Dalam

komitmen internasional Millenium Development Goals (MDGs), penurunan AKI dan

AKB menjadi dua poin dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan. Dalam

kesepakatan MDGs, ditargetkan pada tahun 2015 AKI dan AKB dapat menurun

sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990–2015. Indonesia mempunyai

komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup, dan

(2)

merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat

menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.

Pemerintah telah menggalakkan Program Safe Motherhood sejak tahun 1988

dengan keterlibatan berbagai pihak baik pemerintah maupun organisasi non

pemerintah, masyarakat dan dukungan dari berbagai lembaga internasional. Upaya ini

berhasil menurunkan AKI dari 450 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 1985 menjadi

334 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Depkes RI, 2001). Walaupun sudah

menunjukkan penurunan yang signifikan, namun jika dibandingkan dengan negara

ASEAN lainnya, AKI di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karena itu untuk

mencapai target MDGs 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup

diperlukan upaya yang lebih keras dan strategis (Kemenkes, 2012).

Dalam rangka akselerasi penurunan AKI dan AKB di Indonesia, pemerintah

menetapkan program kebijakan penempatan bidan desa dengan surat edaran Direktur

Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor 429/Binkesmas/DJ/III.89 tanggal

29 Maret 1989 (Depkes RI, 1999). Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan,

diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat dalam pencapaian target

derajat kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi satu sampai dua desa. Dalam

melaksanakan tugasnya bidan desa bertanggung jawab langsung kepada kepala

puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa (Leimena, 1994).

Adapun tugas pokok bidan desa adalah sebagai berikut: (Depkes RI, 2002)

1. Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas

masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki

(3)

2. Menyelenggarakan dan membantu masyarakat desa di wilayah kerjanya agar

berperilaku sehat.

Fungsi bidan desa adalah : (Depkes RI, 2002)

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi.

2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.

4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.

5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.

6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada Puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. 7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

Tugas pokok bidan desa adalah melaksanakan pelayanan KIA, khususnya

dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan

kesehatan bayi dan anak balita, serta pelayanan Keluarga Berencana (KB) (Depkes

RI,2001). Bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di desa diharapkan

dapat membantu percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia dengan

meningkatkan cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1), kunjungan keempat ibu

hamil (K4), semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, semua

(4)

Bidan desa merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat

sehingga diharapkan bidan desa yang paling mengetahui keadaan kesehatan ibu

hamil, ibu bersalin dan bayi di desa. Indonesia melalui Program Making Pregnancy

Safer (MPS) yang merupakan bagian dari Program Safe Motherhood telah

menetapkan target untuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu untuk

meningkatkan kunjungan ibu hamil pertama kali (K1) sebesar 95%, kunjungan

keempat ibu hamil sebesar 90%, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

sebesar 85%, deteksi dini resiko tinggi ibu hamil oleh tenaga kesehatan sebesar 20%

dari seluruh ibu hamil, kunjungan pertama neonatal pada umur 0-7 hari (KN1)

sebesar 90%, dan kunjungan kedua neonatal pada umur 8-28 hari (KN II) sebesar

90% (Depkes RI,2001). Walaupun kebijakan penempatan bidan di desa telah berjalan

lebih dari sepuluh tahun, namun hasil yang dicapai masih belum optimal. Masih

tingginya AKI dan AKB di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

adalah belum optimalnya kinerja bidan terutama di wilayah pedesaan.

Provinsi Sumatera Utara termasuk ke dalam enam provinsi penyumbang AKI

dan AKB terbesar di Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dikeluarkan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, AKB di Sumatera Utara

mengalami penurunan yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, menurun

menjadi 25,6 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, hingga mencapai 22 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara juga

mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu 373 per 100 ribu kelahiran hidup

pada tahun 1995, mengalami penurunan menjadi 315 per 100 ribu kelahiran hidup

(5)

2010, hingga mencapai 260 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka ini

walaupun terus mengalami penurunan, tetapi masih jauh dari target MDG’s yakni

102 per 100 ribu kelahiran hidup di tahun 2015 (BPS Sumatera Utara, 2011).

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Sumatera Utara. Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat melalui Dinas Kesehatan

Kabupaten Langkat telah melaksanakan upaya penurunan AKI dan AKB dengan

menempatkan 487 orang bidan desa di 273 desa yang ada di Kabupaten Langkat,

namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat

dari AKI dan AKB yang masih tinggi. Jumlah AKI di Kabupaten Langkat cenderung

meningkat dalam tiga tahun (2009-2011) , dimana dari 25.991 kelahiran hidup pada

tahun 2009 terdapat 20 kematian ibu dan 187 kematian bayi. Setelah dikonversi

diperoleh AKI sebesar 77 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 7 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2009. Pada tahun 2010, dari 20.477 kelahiran hidup

terdapat 17 kematian ibu dan 127 kematian bayi. Setelah dikonversi diperoleh AKI

sebesar 83 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 6 per 1.000 kelahiran

hidup. Pada tahun 2011, dari 20.447 kelahiran hidup terdapat 23 kematian ibu dan

110 kematian bayi. Setelah dikonversi diperoleh AKI sebesar 112 per 100 ribu

kelahiran hidup dan AKB sebesar 5 per 1.000 kelahiran hidup. (BPS Kabupaten

Langkat , 2011 ).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011, dari 30

Puskesmas yang tersebar di 23 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, tercatat

bahwa AKI dan AKB tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Secanggang

(6)

dan AKB sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Data tentang angka kematian ibu dan

angka kematian bayi di Kecamatan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel.

1.1 berikut :

Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011

Kecamatan Puskesmas

11. Secanggang 1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk 21. Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu

2. Beras Basah

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011 yang telah

diolah.

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Langkat

(7)

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Langkat

mencapai 95,75% ; Cakupan pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pertama ibu

hamil (K1) mencapai 96,90% dan kunjungan keempat ibu hamil (K4) mencapai

91,81% ; Pelayanan ibu nifas mencapai 91,36% ; Kunjungan neonatal mencapai

92,11 % ; Cakupan ibu hamil resiko tinggi/komplikasi ditangani sebesar 69,54%; dan

Cakupan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani sebesar 68,90% . Cakupan

pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Langkat yang belum mencapai target

adalah cakupan ibu hamil resiko tinggi/komplikasi ditangani sebesar 69,54%; dan

cakupan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani sebesar 68,90% , dimana target

yang harus dicapai adalah 80%.

Jika dibandingkan dengan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan; Cakupan K1 dan K4; Cakupan pelayanan ibu nifas dan kunjungan

neonatal yang sudah mencapai target, maka seharusnya tingkat kematian ibu maupun

bayi di Kabupaten Langkat masih dapat diturunkan, namun kenyataannya kematian

ibu di Kabupaten Langkat dari Tahun 2009 sampai Tahun 2011 terus mengalami

kenaikan (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2011). Data tentang

(8)

Tabel 1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan, dan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011

Kecamatan Puskesmas K1 (%) K4 (%) 11.Secanggang 1. Hinai Kiri

2. Desa Teluk 13.Padang Tualang 1. Tanjung Selamat 103,95 97,11 95,96 100,77 14.Batang Serangan 1. Sei Bamban 99,28 94,03 92,99 110,39 15. Sawit Seberang 1. Sawit Seberang 109,98 100,16 107,94 101,36 16. Tanjung Pura 1. Pantai Cermin 98,10 95,36 106,92 111,22 20.Brandan Barat 1. Tangkahan Durian 96,11 89,88 98,78 82,87 21.Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu

2. Beras Basah

(9)

Tabel 1.3 Cakupan Kunjungan Neonatal, Cakupan Bumil Risti/ Komplikasi Ditangani, dan Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani pada Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Langkat Tahun 2011

3. Salapian 1.Tanjung Langkat 99,81 64,86 63,79

4. Kutambaru 1. Marike 92,95 57,23 71,59

11. Secanggang 1. Hinai Kiri 2. Desa Teluk 13. Padang Tualang 1. Tanjung Selamat 100,00 53,51 70,85 14. Batang Serangan 1. Sei Bamban 85,09 82,44 80,35

20. Brandan Barat 1. Tangkahan Durian 98,02 78,79 68,86 21. Pangkalan Susu 1. Pangkalan Susu

2. Beras Basah

(10)

Berdasarkan Tabel 1.2 dan 1.3 di atas diketahui bahwa cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang terendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Serapit

Kecamatan Serapit yaitu 71,17% ; cakupan K1 dan K4 terendah berada pada wilayah

kerja Puskesmas Hinai Kiri Kecamatan Secanggang yaitu 76,29% dan 72,24% ;

cakupan ibu hamil dan neonatal resiko tinggi yang ditangani terendah berada pada

wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang yaitu 27,78% dan

52,70%.

Berdasarkan data yang dilaporkan pada Profil Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat Tahun 2011 diketahui bahwa dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten

Langkat, AKI dan AKB tertinggi berada pada Kecamatan Secanggang. Di Kecamatan

Secanggang terdapat tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Hinai Kiri, Puskesmas Desa

Teluk, dan Puskesmas Secanggang. Jumlah desa di Kecamatan Secanggang sebanyak

17 desa dengan jumlah bidan desa yang ada sebanyak 37 orang. Dari segi kuantitas,

jumlah bidan desa di Kecamatan Secanggang ini sudah memadai. Namun AKI dan

AKB di Kecamatan ini masih tinggi. Melihat masih adanya masalah kematian ibu dan

bayi yang merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh bidan desa tentunya

menuntut bidan memiliki kinerja yang lebih baik lagi dalam memberi pelayanannya.

Tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah

Kabupaten/ Kota adalah berdasarkan Permenkes RI No 741/MENKES/PER/VII/2008

yang disebut Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan pelayanan

kesehatan dasar yang berhubungan dengan pelayanan KIA meliputi beberapa

(11)

a. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) adalah 95% pada tahun 2015

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi bidan adalah 90% pada tahun 2015

c. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah 80% pada tahun 2015

d. Cakupan pelayanan nifas 90% pada tahun 2015;

e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada tahun 2010;

Cakupan kunjungan neonatus 90%, pada tahun 2010;

Cakupan pelayanan KIA di tiga puskesmas di Kecamatan Secanggang sebagai

disajikan pada Tabel 1.4 berikut :

Tabel 1.4 Cakupan Pelayanan KIA pada Puskesmas di Kecamatan Secanggang Tahun 2011

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011

Berdasarkan Tabel 1.4 diatas diketahui bahwa cakupan persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan pada tahun 2011 adalah 98,66% di Puskesmas Hinai Kiri, 82,40%

di Puskesmas Desa Teluk, dan 100,00% di Puskesmas Secanggang, target untuk

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 90%, dari ketiga Puskesmas tersebut

(12)

Cakupan K1 ibu hamil adalah 76,09% di Puskesmas Hinai Kiri, 82,47% di

Puskesmas Desa Teluk, dan 100% di Puskesmas Secanggang; Cakupan K4 ibu hamil

adalah 72,24% di Puskesmas Hinai Kiri, 81,87% di Puskesmas Desa Teluk, dan

83,86% di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan untuk K1 dan

K4 adalah 95% ; Cakupan bumil risti/komplikasi yang ditangani adalah 104,11% di

Puskesmas Hinai Kiri, 64,64% di Puskesmas Desa Teluk dan 27,78% di Puskesmas

Secanggang, sedangkan target yang ditetapkan adalah 80%; Cakupan neonatal

risti/komplikasi yang ditangani adalah 71,36% di Puskesmas Hinai Kiri, 73,73% di

Puskesmas Desa Teluk dan 52,70% di Puskesmas Secanggang, sedangkan target yang

ditetapkan adalah 80% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2011).

Kematian ibu dan bayi masih menjadi permasalahan di Kecamatan Secanggang.

Selain itu beberapa cakupan pelayanan KIA di wilayah ini juga masih ada yang

dibawah target standar pelayanan minimal. Hal ini menuntut bidan desa untuk

meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan KIA. Kinerja merujuk pada tingkat

keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan

dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich, 2000). Menurut Rivai

(2005) kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dankriteria yang ditetapkan untuk

pekerjaan itu. Hasibuan (2007) menyatakan kinerja merupakan perwujudan kerja

yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian

terhadap karyawan atau organisasi. Bernardin dan Russel, (1998) menyatakan kinerja

(13)

kegiatan selama satu periode pekerjaan tertentu. Menurut Sedarmayanti (2004)

kinerja adalah hasil kerja seseorang yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit

dan dapat diukur, tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya

pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut.

Menurut Gibson (1997) dalam Ilyas (2001), ada tiga variabel yang

memengaruhi kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi

dan karakteristik psikologis. Karakteristik individu meliputi : kemampuan dan

keterampilan (mental dan fisik) ; Latar belakang (misalnya : keluarga, tingkat sosial,

pengalaman, lama kerja) ; dan Demografis (misalnya : umur, etnis dan jenis kelamin).

Karakteristik organisasi meliputi : sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur,

dan desain pekerjaan. Karakteristik psikologis meliputi : persepsi , sikap ,

kepribadian, belajar, dan motivasi. Sedangkan menurut Rivai (2005), kinerja adalah

ditentukan oleh: kebutuhan yang dibuat pekerja, tujuan yang khusus , kemampuan,

kompleksitas , komitmen , umpan balik , situasi , pembatasan , perhatian pada setiap

kegiatan , usaha, ketekunan , ketaatan , kesediaan untuk berkorban dan adanya

standar kerja yang jelas.

Bidan desa sebagai petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan

cakupan pelayanan KIA untuk mendukung program akselerasi penurunan AKI dan

AKB , namun terdapat banyak faktor yang memengaruhi kinerja bidan desa tersebut

di antaranya adalah faktor individu (internal) terdiri atas : 1) Kemampuan,

2) Pengalaman, 3) Motivasi, 4) Pembelajaran, 5) Motivasi, 6) Sikap dan faktor

lingkungan kerja organisasi (eksternal) terdiri atas imbalan/penghargaan,

(14)

dilakukan oleh Achadi (1996), menyimpulkan sebagian bidan desa tinggal diluar desa

yang menjadi tanggung jawabnya dan bidan yang telah kawin sering meninggalkan

tempat bekerjanya daripada bidan yang belum kawin.

Faktor karakteristik seperti umur, lama kerja, pengetahuan merupakan variabel

yang berhubungan dengan peningkatan kinerja bidan. Dalam penelitian Riyadi &

Kusnanto (2006) di Sumenep Madura menyebutkan bahwa dengan bertambah umur

seseorang maka variasi kegiatan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosial semakin

bertambah. Demikian halnya dengan petugas kesehatan, semakin dewasa petugas

kesehatan maka semakin tinggi kinerjanya. Penelitian Yani dkk (2007) di Tanjung

Pinang juga menunjukkan bahwa secara statistik umur berpengaruh terhadap kinerja.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin tua usia bidan, semakin

bertambah pengalaman sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan dalam upaya

pencapaian program KIA. Sebagian masyarakat menganggap faktor usia merupakan

daya tarik tersendiri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kebanyakan

ibu-ibu hamil adalah usia muda secara psikis merasa lebih nyaman jika berinteraksi

dengan bidan yang usianya lebih tua atau lebih senior jika dibanding dengan bidan

yang masih muda, karena bidan usia lebih tua emosinya stabil dan lebih sabar dalam

memberikan pelayanan .

Faktor lama kerja menurut Yani dkk (2007) juga berpengaruh pada kinerja.

Dijelaskan bahwa semakin lama bekerja maka seseorang akan memiliki pengalamam

yang lebih banyak. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Semakin lama bekerja

semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani oleh bidan,

(15)

Kepercayaan masyarakat lebih cenderung kepada bidan yang telah lama bekerja,

karena mereka menganggap bidan yang lama kerja sudah memiliki pengalaman.

Penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh karakteristik individu dan

karakteristik organisasi terhadap kinerja, seperti penelitian Muchin (2003), yang

meneliti pengaruh karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja

dokter PTT di puskesmas di Kota Banda Aceh yang menyimpulkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi

terhadap kinerja dokter PTT. Basri (2008) yang meneliti kinerja bidan desa di

Kabupaten Aceh Tenggara juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi terhadap kinerja bidan.

Selain karakteristik individu dan organisasi, faktor motivasi seperti insentif juga

merupakan salah satu yang faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan.

Berdasarkan hasil penelitian Salamuk dan Kusnanto (2006) di Puskesmas Kabupaten

Puncak Jaya menunjukkan bahwa insentif yang diberikan kepada bidan bertujuan

untuk meningkatkan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Ketika seorang sudah

dipenuhi haknya dalam mendapatkan insentif, maka akan mendorong seseorang

untuk merasakan kepuasan atas apa yang ia kerjakan. Penelitian yang lain berkaitan

dengan motivasi bidan dilakukan oleh Sunarcahaya (2008) di Kabupaten Alor NTT

yang menyimpulkan bahwa faktor motivasi kerja secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja bidan, karena faktor motivasi telah memberi semangat

kerja bidan baik dari dalam maupun dari luar sehingga dapat meningkatkan kinerja

(16)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dalam bentuk wawancara pada

Tanggal 7 Mei 2013 kepada bidan koordinator dan bidan desa di Kecamatan

Secanggang diperoleh informasi bahwa dari 15 bidan desa yang diwawancarai hanya

3 bidan desa yang tinggal di desa tempat bertugas. Bidan desa tersebut mengatakan

bahwa tidak semua bidan desa disediakan tempat tinggal di desa, hanya sebagian saja

yang diberi fasilitas tinggal di polindes/pustu, sebagian bidan desa yang lain harus

mencari rumah sewa sendiri. Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan

bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan kinerja bidan desa

dalam melaksanakan Program KIA khususnya yang berkaitan dengan pencapaian

cakupan, antara lain: bidan desa merasa kurang diperhatikan dan dihargai, sehingga

semangat kerja bidan desa menjadi berkurang. Dari segi imbalan, pemberian imbalan

berupa uang, baik gaji bulanan, maupun insentif dari puskesmas dirasakan sangat

perlu untuk mendukung kerja bidan desa. Selama ini pemberian imbalan dari

puskesmas terkadang tidak menentu dan jumlahnya dirasakan masih kurang.

Kendala lain yang dihadapi oleh bidan desa adalah masyarakat cenderung lebih

percaya kepada bidan yang sudah tua karena masyarakat beranggapan bahwa bidan

yang sudah tua sudah lebih berpengalaman, sedangkan kebanyakan bidan desa yang

ada masih muda dan sebagian besar adalah bidan PTT yang baru diangkat dan

ditempatkan di desa. Selain itu belum adanya kepastian mengenai bagaimana nasib

bidan PTT setelah masa kerjanya berakhir juga memengaruhi semangat kerja yang

pada akhirnya akan memengaruhi kinerja bidan desa.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(17)

tinggal, status perkawinan, dan pelatihan), dan motivasi (intrinsik dan ekstrinsik)

terhadap kinerja bidan desa dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di

Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah

ada pengaruh karakteristik individu (umur, pendidikan, lama kerja, tempat tinggal,

status pekerjaan, status perkawinan, dan pelatihan), dan motivasi (intrinsik dan

ekstrinsik) terhadap kinerja bidan desa dalam program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

karakteristik individu (umur, pendidikan, lama kerja, tempat tinggal, status

perkawinan, dan pelatihan), dan motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) terhadap kinerja

bidan desa dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kecamatan Secanggang

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak antara lain :

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Bidan

Koordinator KIA Kabupaten Langkat, Bidan Koordinator KIA Puskesmas di

Kecamatan Secanggang, dan Kepala Puskesmas di Kecamatan Secanggang

dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerja bidan desa.

2. Bagi Tenaga Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan pada tenaga kesehatan khususnya bidan desa untuk meningkatkan

kinerja dalam program KIA.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat dan dapat digunakan sebagai

acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, terutama penelitian yang

berkaitan dengan pemberdayaan bidan desa dalam mengatasi masalah kematian

Gambar

Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)  pada
Tabel 1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong oleh Tenaga
Tabel 1.3 Cakupan Kunjungan Neonatal, Cakupan Bumil Risti/ Komplikasi
Tabel 1.4

Referensi

Dokumen terkait

JADWAL UJI KOMPETENSI CLCP - APLI KASI PERKANTORAN STMI K ATMA LUHUR PANGKALPI NANG. TANGGAL 12 - 14

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan media audio-visual dan metode permainan snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar dan pencapaian

Adapun temuan penelitian ini adalah: Legal framework kebutuhan Perda Pengelolaan Irigasi di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung diatur dalam 12 peraturan

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

(Study Deskriptif Motif Pelajar Sma Sekolah Islam Di Gresik Dalam Menonton Tayangan Progam Acara “Islam KTP” Di

Hasil penelitian ini adalah: (1) dari empat indikator dan 48 variabel komponen konseptual e-content yang diajukan kepada panel pakar, validitas keluarannya

SISLAP berfungsi sebagai Manajemen Pengaduan/Pengawasan Masyarakat, Penyusunan Usulan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan hingga ke penetapan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan,

Perbandingan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I - 2015 Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Lain di Pulau Sumatera. Pada triwulan I-2015 nilai ITK Provinsi Sumatera