• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air - Hubungan Diare dengan Pencemaran Air Bersih oleh Parasit dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk di Kampung Susuk, Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air - Hubungan Diare dengan Pencemaran Air Bersih oleh Parasit dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk di Kampung Susuk, Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, ¾ bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air (Chandra, 2007). Air terdapat dalam berbagai bentuk misalnya, uap air, es, cairan, dan salju (Effendi, 2003).

2.2. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Chandra, 2007).

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia (Chandra, 2007).

a) Gas CO2 + air hujan = asam karbonat

b) Gas S2O3 + air hujan = asam sulfat

c) Gas N2O3 + air hujan = asam nitrit

(2)

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor –faktor yang harus diperhatikan, antara lain (Chandra, 2007):

a) Mutu atau kualitas baku b) Jumlah atau kuantitasnya c) Kontinuitasnya

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain (Chandra, 2007).

Sumber-sumber air permukaan, antara lain, sungai, selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut dan air terjun. Air terjun dapat dipakai untuk sumber air di kota-kota besar kerana air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan purifikasi bakterial (Chandra, 2007) .

Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan dan parit mempunyai persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air yang permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi sehingga, jika akan digunakan untuk air minum, air tersebut harus menjalani ion-exchange (Chandra, 2007).

2.2.3. Air Tanah

(3)

Kesadahan pada air ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan Mn (Chandra, 2007).

Air tanah digolongkan menjadi tiga yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air. Golongan tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang terkandung di air tanah (Alamsyah, 2007).

a) Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter di bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup terbatas. Pengunaan air tanah dangkal berupa sumur berdinding semen maupun sumur bor (Alamsyah, 2007).

b) Air Tanah Dalam

Air tanah dalam terdapat kedalaman 100-300 meter dibawah permukaan tanah. Kuantitas air tanah dalam cukup besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam dapt digunakan untuk kepentingan industri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama (Alamsyah, 2007).

c) Mata Air

(4)

2.2.4. Air Sumur

Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi dua jenis (Chandra, 2007): a) Sumur dangkal (Shallow Well)

Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan (Chandra, 2007).

b) Sumur dalam (Deep Well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi yang menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2007).

2.3. Golongan Air Berdasarkan Peruntukannya

Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun (1990) tentang pengendalian pencemaran air Pasal 7 ayat 1 berdasarkan peruntukannya air dibagi ke dalam empat golongan yaitu :

a) Golongan A

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b) Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. c) Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. d) Golongan D

(5)

2.4. Standar Kualitas Air

Standar kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan. Syarat kesehatannya meliputi persyaratan Mikrobiologi, Fisika, Kimia, dan Radioaktif. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air (Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990).

2.4.1. Parameter Air Bersih

(6)
(7)
(8)

2.5. Peranan Air Sebagai Penyebab Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tertentu memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. (Chandra, 2007).

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007):

a. Waterborne mechanism b. Waterwashed mechanism c. Water-based mechanism

d. Water –related insect vector mechanism

2.6. Parasit Penyebab Pencemaran Air 2.6.1 Giardia intestinalis

a) Morfologi dan Daur Hidup

Giardia intestinalis pertama kali dilihat oleh Van Leeuwenhoek pada tahun 1681.

Flagelata ini pertama kali dikenal dan dibahas oleh Lambl (1859), yang memberikan nama “intestinalis”. Kemudian Stiles (1915) memberikan nama baru, Giardia lamblia. Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu (Sutanto, 2008):

(9)

blefaroplas. Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal, letaknya melintang di posterior dari batil isap.

ii) Stadium kista: Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang baru terbentuk mempunyai 2 inti, yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub.

G.lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan oleh hospes, maka akan terjadi ekskistasi di duodenum, kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang berada di antara villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada pada villi, trofozoit dengan batil isap akan melekatkan diri pada epitel usus.

(10)

Gambar 2.1. : Daur Hidup Giardia intestinalis

b) Gejala Klinis dan Diagnosis

Gejala klinis yang disebabkan oleh giardiasis sangat bervariasi dan dapat berbeda di antara penderitanya. Hal ini tergantung berbagai faktor seperti jumlah kista yang tertelan, lamanya infeksi, faktor hospes dan parasitnya sendiri.

(11)

dapat juga terjadi kram perut. Pada tinja biasanya jarang ditemukan lendir dan darah. Gejala akut biasanya berlangsung selama 3-4 hari dan dapat sembuh secara spontan. Sebaliknya dapat juga menjadi fase subakut dan kronik yang berupa diare yang hilang timbul selama 2 tahun atau lebih. Pada fase kronis penderita merasa lemah, sakit kepala dan sakit otot yang disertai dengan penurunan berat badan dan malabsorpsi.

Pemeriksaan tinja merupakan pemeriksaan pendahuluan sebelum pemeriksaan lain dilakukan. Pada infeksi ringan dapat dilakukan pemeriksaan cairan yang berasal dari duodeno-jejunal junction untuk mencari trofozoit. Bila G.lamblia tidak dapat ditemukan dengan kedua cara tersebut, maka dapat dilakukan biopsi usus halus di daerah duodeno-jejunal junction. Parasit biasanya ditemukan pada perbatasan mikrovilli, terutama didalam crypty. Deteksi antigen G.lamblia dalam tinja dapat dilakukan baik pada tinja segar maupun tinja dengan pengawet formalin (Sutanto, 2008).

c) Pencegahan

(12)

2.6.2. Entamoeba histolytica

a) Morfologi dan Daur Hidup

Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian dikenal sejak 450 tahun sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya, yaitu Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Losh (1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia (Sutanto, 2008).

Dalam daur hidupnya, E.histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu: trofozoit dan kista. Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba di lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista dicernakan, terjadi enskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang masuk ke rongga usus besar. Dari sebuah kista mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit.

(13)

lagi. Stadum kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang infektif. Dengan adanya dinding kista, stadium kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang (Sutanto, 2008).

Gambar 2.2. : Daur Hidup Entamoeba histolytica b) Gejala Klinis dan Diagnosis

(14)

menurun. Pada amebiasis kolon menahun gejala tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala usus yang ringan, antara lain rasa tidak enak di perut, diare yang diselingi obstipasi(sembelit). Amebiasis ekstra-intestinal terdiri dari gejala abses hati yang paling sering ditemukan. Sebahagian besar penderita memperlihatkan gejala dalam waktu yang relatif singkat (2-4 minggu). Penderita juga memperlihatkan demam, batuk dan nyeri perut kuadran kanan atas. Bila permukaan diafragma hati terinfeksi, maka pada penderita dapat terjadi nyeri pleura kanan atau nyeri yang menular sampai bahu kanan. Pada 10% - 35% penderita dapat ditemukan gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, kejang otot perut, perut kembung, diare dan konstipasi.

Pemeriksaan mikroskopis tidak dapat membedakan E.histolytica dengan E.dispar. Pemeriksaan mikroskopis sebaiknya dilakukan paling sedikit 3 kali dalam waktu 1 minggu. Pemeriksaan antibodi akan sangat membantu menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak tinggal di daerah endemis. Biasanya yang merupakan uji standar adalah IHA, sedangkan ELISA merupakan alternatif karena lebih cepat, sederhana dan juga lebih sensitif. Deteksi antigen juga dapat dilakukan. Antigen ameba yaitu Gal/Gal-Naclectin dapat dideteksi dalam tinja, serum, cairan abses dan air liur

(15)

c) Pencegahan

Pencegahan ameobiasis terutama ditujukan pada kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: masak air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup untuk menghindari lalat ( Sutanto, 2008).

2.6.3. Cryptosporidium parvum

a) Morfologi dan Daur Hidup

Cryptosporidium adalah prozoa usus yang meyebabkan diare. Kasus pertama kristosporidiosis pada manusia dilaporkan pada tahun 1976. Terdapat kriptosporidiosis terutama ditemukan pada penderita imunokompromais (AIDS) dan menyebabkan diare berat (Sutanto, 2008).

Cryptosporidium parvum adalah spesies yang menyebabkan infeksi pada manusia.

(16)

Meront dan ookista berukuran 4-5 mikron. Masa prepatan, yaitu waktu antara infeksi dan pengeluaran ookista berkisar 5-21 hari. Lama pengeluaran ookista sebulan atau lebih pada orang yang imunokompeten, sedangkan pada yang imunokompromais jauh lebih lama (Sutanto, 2008).

Gambar 2.3. : Daur Hidup Cryptosporidium parvum b) Gejala Klinis dan Diagnosis

(17)

sampai 3 tahun. Gejala klinis lainnya adalah nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, dan demam ringan.

Diagnosis kriptosporidiosis ditetapkan dengan menemukan ookista dalam tinja segar atau yang diawetkan dengan formalin 10% atau dengan polvinil alkohol dengan pemeriksaan langsung. Cara yang lebih baik untuk identifikasi ookista adalah pemeriksaan sediaan tinja yang dipulas dengan modifikasi Ziehl-Neelsen. Deteksi antigen dengan ELISA atau IFA telah dilaporkan pada infeksi akut. Biopsi jaringan dari mukosa gastrointestinal dilakukan dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (Sutanto, 2008).

c) Pencegahan

Ookista dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 65°C selama 30 menit atau memasak air sampai mendidih selam 1 menit, dengan 5% sodium hipoklorit atau 5%- 10% amonia (Sutanto, 2008).

2.6.4. Cacing Parasit (Helminth Parasites)

(18)

Gambar 2.5. : Daur Hidup Ascaris Lumbricoides

(19)

2.7. Diare 2.7.1. Definisi

Diare adalah kondisi dimana frekuensi defekasi tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari) dan ada perubahan dalam jumlah dan konsistensi tinja (feses cair) (Baughman, 2000).

2.7.2. Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu: 1 .Faktor infeksi

a) Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.

b) Infeksi bakteri c) Infeksi Virus d) Infeksi parasit.

e) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti peradangan pada tonsil, kerongkongan dan paru-paru.

2. Faktor Malabsorbsi

Faktor malabsorbsi ini meliput i:

a) Malabsorbsi karbohidrat b) Malabsorbsi lemak c) Malabsorbsi protein

3.Faktor makanan :basi, beracun, alergi terhadap makanan tertentu. 4.Faktor psikologis :rasa takut dan cemas (Handayani, 2004).

2.7.3. Jenis

(20)

c) Disentri,yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.

d) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus yang disebabkan oleh agen infeksius (Patwari, 2006).

2.7.4. Akibat Diare

a) Kehilangan air(dehidrasi)

b) Gangguan keseimbangan asam basa (Baughman, 2000).

2.7.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengontrolan dan penyembuhan penyakit yang mendasari

a) Diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral

b) Diare sedang, obat obat non-spesifik untuk menurunkan motilitas dari sumber non-infeksius.

c) Diresepkan antimikrobial jika teridentifikasi perparat infeksius atau diare memburuk.

(21)

2.8. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan (Effendi, 2009) :

2.8.1.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain meyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Effendi, 2009).

2.8.2.Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Effendi, 2009).

2.8.3.Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Effendi, 2009).

2.8.4.Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya (Effendi, 2009).

(22)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Effendi, 2009).

2.8.6.Evaluasi (evaluation)

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
Gambar 2.1. : Daur Hidup Giardia intestinalis
Gambar 2.2. : Daur Hidup Entamoeba histolytica
Gambar 2.3. : Daur Hidup Cryptosporidium parvum
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan data sekunder dilakukan juga di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2010 meliputi data produksi

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Hasil pengujian reliablitas data dapat dilihat hasil pengujian reliabilitas dari variabel Good governance, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan dan termasuk variabel

Begitu pula yang terjadi di Indonesia, UKM yang dikelola komunitas memiliki komoditas yang bisa memiliki value tinggi secara ekonomi, akan tetapi komunitas

habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang

Tesis Peningkatan Titer Imunoglobulin A Mukosa ..... ADLN - Perpustakaan

Perkembangan motorik halus anak prasekolah di TK ABA Trini Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta setelah diberi permainan finger painting pada kelompok kontrol

Jawapan hendaklah ditulis dengan jelas dalam ruangan yang disediakan dalam kertas soalan... RAMALAN UPSR SEM 1 © 2020 [Lihat halaman sebelah