BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi 1 lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan.Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan.Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung
sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Reformasi di Indonesia.
II.2 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji kembali bagaimana sebenarnya pelaksanaan reformasi di Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana proses dari reformasi itu sendiri di Indonesia.
1 Reformasi, gerakan rakyat untuk menyudahi krisis moneter
I.3 Rumusan Masalah
1. Apa penyebabnya terjadinya reformasi 1998 ? 2. Bagaimana keadaan-keadaan pada saat reformasi I.4 Kerangka Teori
Soerjono Soekanto : ‘konflik adalah suatu proses sosial ketika beberapa orang atau sekelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan’.
LAHIRNYA REFORMASI
II. Lahirnya Reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan baru yang lebih baik.Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian, reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga
masyarakat harus antri untuk membeli sembako itu.
Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak
menentu dan tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak percaya terhadap pemerintahan Orde Baru2.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi.Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
BAB III
2 Orde baru, pemerintahan dibawah kekuasaan presiden soeharto
KEADAAN SOSIAL SAAT REFORMASI III. Keadaan saat reforasi
A. Krisis politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti
dari penguasa, oleh penguasa, dan untuk penguasa.Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).|
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil rekayasa dan tidak demokratis.3
B. Krisis hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan.
Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.Kenyataan itu
bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
C. Krisis ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
1. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
3. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.
D. Krisis sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.
Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga
sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
E. Krisis kepercayaan
Krisis multidimensional4 yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.
BAB IV
GOOD GOVERNANCE
IV. Kerangka Teori
Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah, perlu digunakan pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneliti dalam menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono (2005:55) Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
1. Good Governance
Pengertian Good Governance Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule
(memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131) Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah “governance” maka konsep “Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep governance sama tuanya dengan peradaban manusia. Salah satu tulisan tentang Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S Endralin (1997). Governance merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government, yang menunjukkan penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan pemerintahan dari pemberi pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance adalah perbaikan kinerja atau perbaikan kualitas Salam, (2005:224-226).
Sebuah perlawanan atau gerakan dipandang bersifat kolektif jika dilakukan beberapa pelaku, untuk memudahkan menganalisa evolusi gerakan mahasiswa di Semarang kurun waktu 1990-1998 maka penulis juga menggunakan teori Perilaku Bersama (Collective Behavior) dari Neil J Smelser sehingga diharapkan akan bisa memberi eksplanasi yang lebih jelas dan luas.5
5Neil J. Smelser, Theory of Colective Behavior (New York: A Free Press Paperback, 1971), hlm. 15-17.
Menurut Smelser, determinandeterminan yang dapat menimbulkan tingkah laku kolektif (collective behavior) yang memunculkan perubahan adalah :
1. Structural conduciveness, yaitu suatu kondisi struktural yang mendukung atau mengakibatkan lahirnya gejolak sosial. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Politik di Indonesia selama kurun waktu tahun 1990- 1998 menunjukan sebuah instabilitas. Instabilitas di bidang politik misalnya isu suksesi nasional, hegemoni militer dan birokrasi, redemokratisasi kampus (paska NKK / BKK). Instabilitas dalam bidang ekonomi misalnya strategi pembangunan ekonomi Orde Baru yang mengandalkan bantuan dal;am bentuk hutang dari luar negeri, dinasti ekonomi keluarga cendana, dan berpuncak pada krisis ekonomi 1997.
2. Structural strain (ketegangan struktural), yaitu ketegangan struktural yang muncul dan mendorong munculnya suatu gerakan. Ketegangan struktural merupakan hasil kristalisasi dari kondisi struktural. Ketegangan struktural yang dimaksud adalah
tekanan-tekanan yang dilakukan negara terhadap rakyat dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. Tekanan-tekanan ini berlangsung terus menerus selama era Orde Baru dibawah kendali presiden Soeharto.
3. Growth and spread of generalized belief (penyebaran keyakinan umum), yaitu sebelum suatu perilaku kolektif muncul, para pelaku perilaku kolektif harus mempunyai pandangan dan keyakinan umum yang sama mengenai sumber ancaman, jalan keluar, dan cara pencapaian jalan keluar tersebut. Mahasiswa di Semarang mulai menyadari bahwa biang dari segala instabilitas adalah Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto maka dari itu Soeharto harus segera mundur baik secara konstitusional atau secara paksa
4. The precipitating factor (faktor pencetus), yaitu suatu peristiwa dramatis atau desas-desus yang mempercepat munculnya perilaku kolektif atau gejolak sosial. Faktor pencetus ini adalah krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 serta yang terpenting adalah peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti pada bulan Mei 1998 di Jakarta. Sejak bulan Februari mahasiswa di Semarang telah sering melakukan
demonstrasi-demonstrasi,
5. Mobilization of participant for action, yaitu mobilisasi untuk bertindak. Para pemimpin memulai, menyarankan, dan mengarahkan suatu kegiatan. Dalam setiap tindakan-tindakan yang dilakukan, fungsi dan peran seorang pemimpin sangat menentukan. Represifitas Orde Baru dalam menindas gerakan mahasiswa yang
berupaya menuntut reformasi telah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. pada kurun waktu bulan Mei (pasca Peristiwa Trisakti) di setiap kota, termasuk Semarang, aksi-aksi demonstrasi mulai marak dengan tuntutan Soeharto harus turun dari kursi kepresidenan.
6. The operation of social control, yaitu pelaksanaan kontrol sosial yang dilakukan oleh pemimpin gerakan, kekuatan aparat keamanan, perubahan kebijakan pemerintah hingga kontrol sosial lainnya. Aksi-aksi demonstrasi mahasiswa yang marak berlangsung di Semarang tentu saja harus berhadapan dengan aparat keamanan yang notabene adalah alat pemerintah 36 dalam menjaga keamanan. Tak jarang metode bentrok antara mahasiswa vis a vis aparat keamanan sering terjadi.
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan social. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan
reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia yang akan dating. Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan arah, dan bahkan cenderung menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan demikian, cita-cita reformasi yang telah banyak sekali menimbulkan korban baik jiwa maupun harta akan gagal. Untuk itu, kita sebagi pelajar Indonesia harus dan wajib penjaga kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para pahlawan reformasi yang gugur.
Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi dan
keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis bermunculan di berbagai daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan agama.
Rakyat sulit membedakan apakah sang pejabat bertindak sebagai eksekutif atau pimpinan partai politik karena adanya perangkapan jabatan yang membuat pejabat bersangkutan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan publik yang diembannya.
V.2 Saran
Dengan adanya jaminan dalam melakukan kebebasan berpendapat
diharapkankan masyarakat Indonesia mampu menyampaikan hal-hal yang menjadi aspirasi demi penemuan solusi dan terciptanya cita-cita negara berupa keadaan negara demokrasi dan stabil disegala bidang sehingga mampu bersaing dengan negara-negara maju lainya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “MUNDURNYA ERA ORDE BARU DI ERA REFORMASI”.
Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah Indonesia pada Masa Reformasi. diharapkan makalah ini dapat menambahkan
pengetahuan kita semua, bagaimana kehidupan masyarakat dan system pemerintahan pada masa itu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Jakarta, 19 Mei 2016
Penulis, Muchamad Hadi Budiman
Daftar isi
Kata pengantar... i
Daftar isi ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Tujuan ...1
C. Rumusan Masalah ... 2
D. Kerangka Teori ... 2
BAB II PEMBAHASAN A. Lahirnya Reformasi ... 3
BAB III PEBAHASAN A. Keadaan Saat Reformasi... 4
BAB IV KERANGKA TEORI A.Kerangka Teori ... 7
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 10
B. SARAN ... 10
LAMPIRAN... 11 DAFTAR PUSTAKA... 15
BIODATA PENULIS... 16
DAFTAR PUSTAKA a. Sumber Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi [2016/05/20] Pukul 16.40
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-reformasi. [2016/05/18] Pukul 19.20
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-reformasi. [2016/05/21] Pukul 17.25
http://prezi.com/a_qafufnyeoe/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-reformasi/. [2016/05/22] Pukul 16.22
http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada.html[2016/05/20] Pukul 15.30
http://id.slideshare.net/silfiyasaefas/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada-masa-reformasi. [2016/05/24] Pukul 20.06
http://sejarahreformasiindonesia.blogspot.com/ [2016/05/21] Pukul 19.27
b. Sumber Buku :
Cassier, Ernst. 1990. Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai tentang Manusia. Jakarta: PT Gramedia
Susan, Novi.2010. Sosiologi konflik dan isu isu konflik kontemporer. Jakarta: PT Gramedia
15
“MUNDURNYA ERA ORDE BARU DI ERA
REFORMASI”
Makalah ini di buat untuk memenuhi ketuntasan pelajaran
Sosiologi di kelas XI :
Disusun Oleh
Nama
: Muchamad Hadi Budiman
Kelas
: XI IIS 1
No. Absen : 22
Guru Pembimbing :
Lola Mutia Gemala, S.pd
Ilmu-Ilmu Sosial
Sekolah Menengah Atas Negeri 73
Jakarta
L
A
M
P
I
R
A
N
Gambar II.1 demo mahasiswa di atas gedung DPR
Sumber :https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%
Gambar II.2 Demo mahasiswa trisakti
Sumber : https://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F %2Fhermansaksono.com%2Fwp
Gambar III.1 Penjarahan ’98
Sumber : https://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.tionghoa.info %2Fwp-content%2Fuploads%2F2015%2F05%2Fpenjarahan-mei-1998.
Gambar III.2 Penembakan Mahasiswa Trisakti
Sumber ; www.google.com/penembakanmahasiswatrisakti
Gambar III.3 Pengunduran diri Presiden Soeharto
Sumber ; babapost.blogspot.com